Kelompok 2 - Laporan Pendahuluan - EDH Parietal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI Tn. J DENGAN EPIDURAL HAEMATOMA PADA OPERASI CRANIOTOMY DENGAN TEKNIK GENERAL ANESTESI DI IBS RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Disusun untuk memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Anestesi IV Prodi S.T. Keperawatan Anestesiologi Semester 7 Dosen Pembimbing : Ns.Maryana, S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep.



Disusun Oleh : Cosmas



P07130318014



Mella Handayani



P07120318029



Akhmad Bagus S



P07130318033



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN



2021 LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI Tn. J DENGAN EPIDURAL HAEMATOMA PADA OPERASI CRANIOTOMY DENGAN TEKNIK GENERAL ANESTESI DI IBS RSUD KARDINAH KOTA TEGAL



Diajukan untuk disetujui pada, Hari



:



Tanggal



:



Tempat



:



Mengetahui



Pembimbing Akademik



(Ns.Maryana, S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep.)



Pembimbing Lapangan



(Tobi’in, Amk.An)



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik relatif sering terjadi, mengakibatkan lebih dari 1 juta admisi pada unit gawat darurat di seluruh dunia. Kerusakan akibat cedera otak traumatik, amat bervariasi, dari cedera kepala ringan sampai cedera berat dan kematian. Cedera otak traumatik dapat terjadi sebagai cedera tunggal, maupun sebagai bagian dari trauma multipel. Penyebab utama cedera otak traumatik adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh, olah raga maupun perkelahian. Pengelolaan segera cedera otak traumatik difokuskan pada pencegahan cedera sekunder, dengan mencegah terjadinya hipoksia dan hipoperfusi yang secara bermakna meningkatkan morbiditas dan mortalitas.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Epidural Hematoma Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom



2. Patofisiologi Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital. Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar. Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.



3. Manifestasi klinis Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cidera otak : a) Kebingungan saat kejadian dan kebingungan terus menetap setelah cidera. b) Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas. c) Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku.



4. Pemeriksaan penunjang a) CT scan kepala adalah standart baku dalam penatalaksanaan cedera kepala. Pemeriksaan CT scan kepala untuk memastikan adanya patah tulang, pendarahan, pembengkakan jaringan otak, dan kelainan lain di otak. b) Untuk pemeriksaan laboratorium, dokter umumnya akan merekomendasikan pemeriksaan darah tetapi lengkap, gula darah sewaktu, ureum-kreatinin, analisis gas darah dan elektrolit. c) Pemeriksaan neuropsikologis (sistem saraf kejiwaan) adalah komponen penting pada penilaian dan penatalaksanan cedera (Anurogo dan Usman, 2014). d) MRI: digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. Serebral angiography: menunjukan anomalia sirkulasi serebral , seperti perubahan jarigan otak sekunder menjadi udema, perubahan dan trauma. e) Serial EEG: dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis. f) X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.



5. General Anestesi General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief, 2007). 1.



Teknik General Anestesi General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:



a) General Anestesi Intravena Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam 11 pembuluh darah vena. b) General Anestesi Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. c) Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu: (1) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat anestesi umum yang lain. (2) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional. (3) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau general anestesi, atau dengan cara analgesia regional. 6. Persiapan General Anestesi   



Informed consent, kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui general Anestesi Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan leher pendek atau penyulit lainnya Pemeriksaan laboratorium anjuran, Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial Thromboplastine Time)



Persiapan peralatan General anestesi meliputi:    



Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll. Persiapan Mesin anestesi Peralatan resusitasi Persiapan Alat (STATICS): 1) Scope : Laringoscope, Stetoscope 2) Tubes : Endotrakheal Tube (ETT) sesuai ukuran 3) Airway : Pipa orofaring / OPA atau hidung-faring/NPA 4) Tape : Plester untuk fiksasi dan gunting 5) Introducer : Mandrin / Stylet, Magill Forcep



6) Conector : Penyambung antara pipa dan pipa dan peralatan anestesi. 7) Suction : Penghisap lendir siap pakai. 8) Bag dan masker oksigen (biasanya satu paket dengan mesin anestesi yang siap pakai, lengkap dengan sirkuit dan sumber gas). 9) Sarung tangan steril 10) Xylocain jelly/ Spray 10% 11) Gunting plester 12) Spuit 20 cc untuk mengisi cuff 13) Bantal kecil setinggi 12 cm 14) Obat- obatan (premedikasi, induksi/sedasi, relaksan, analgesi dan emergency). Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi, berikut obat-obat yang dapat digunakan pada kedua teknik tersebut. 1. Obat–obat General Anestesi Obat-obat Anestesi Intravena 1)Propofol 2)Pethidin 3)Sulfas atropine 4)Ketamine 5)Midazolam 6)Fentanyl 7)Roculax 8)Prostigmin 2. Obat-obat Anestesi Inhalasi 1) Nitrous Oxide 2) Halotan 3) Enfluren 4) Isofluran 5) Sevofluran Komplikasi tindakan General Anestesi 1. Hipotensi berat Pada dewasa dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.



2. 3. 4. 5. 6.



Bradikardia Hipoventilasi Trauma pembuluh saraf Trauma saraf Mual – muntah



Komplikasi pasca tindakan 1) Pernapasan : Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia sehingga harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang menyebabkan obstruksi hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi, dan dalam derajat yang lebih beratmenyebabkan apnea. 2) Sirkulasi : Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal ini disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan. 3) Regurgitasi dan Muntah : Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan aspirasi. 4) Hipotermi : Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu juga karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan juga respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta mengganggu mekanisme fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat.



A. PATHWAY PERIOPERATIF & MASALAH KEPENATAAN ANESTESI Epidural Hematoma



Craniotomy



General Anestesi



Pre Op



Status fisik Pasien



Haemodinamik S Perfusi Aspirasi



Patofisiologi Penyakit



-Nyeri -Aman -Nyaman



Intra Op



Tindakan Bedah



Suhu Ok



-Takut



-Hipotermi



Trauma Operasi



-Perdarahan



Post Op



Efek Anestesi



Efek sisa obat anest Anestesi



-Nyeri



-Ggn perfusi -Obstruksi jln nafas -Ggn pola nafas -Resiko aspirasi -Komplikasi anest



Luka op



-Resiko infeksi -Perdarahan



-Ggn perfusi -Ggn pola nafas -Resiko aspirasi -Resiko cedera jatuh



B. FOKUS PENGKAJIAN 1. Anamnesa : pengambilan data melalui wawancara dan observasi untuk menegakkan diagnose . membuat penilaian klinis tentang perubahan status pasien - Riwayat operasi , riwayat anestesi sebelumnya - Riwayat penyakit sistemik ( DM , hipertensi , kardiovaskuler , TB , asma ) - Pemakaian obat tertentu - Kebiasaan pasien - Riwayat penyakit keluarga 2.



Pemeriksaan Fisik a. Blood : tensi , nadi , nilai syok / pendarahan . lakukan pemeriksaan jantung b. Breathing : periksa jalan nafas apakah ada hambatan atau tidak c. Brain : periksa GCS dan TIK d. Bladder : Produksi urin , pemeriksaan faal ginjal e. Bowel : pembesaran hepar , bising usus f. Bone : periksa bentuk leher , apakah ada patah tulang atau tidak , apakah ada kelainan tulang belakang atau tidak



3.



Pemeriksaan penunjang a. Lab : Hb.AE,AL,AT,CT/BT,APTT/PPT,SGOT/SGPT, Albumin,Ureum/Creatinin, Bilirubin, Urine Rutin b. Ro Thorax : jantung, paru c. EKG : irama, HR, bradi, tachi, ST depresi, ST elevasi, T inverted, VES, block d. USG : Echocardiografi



4.



Menentukan status fisik pasien ( ASA ) 1. Asa 1 : Pasien normal 2. Asa 2 : Pasien memiliki kelainan sistemik ringan – sedang selain yang akan dioperasi. Co : hipertensi ringan , DM ringan 3. Asa 3 : Pasien memiliki penyakit sistemik berat selain yang dioperasi tapi belum mengancam nyawa. Co : hipertensi tak terkontrol , asma bronkial , DM tak terkontrol 4. Asa 4 : Pasien memiliki penyakit sistemik berat selain yang dioperasi dan mengancam nyawa. Co :asma bronkial berat , koma diabetikum 5. Asa 5 : Pasien dalam kondisi sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin dapat menyelamatkan tetapi resiko kematian jauh lebih besar. Co : Koma berat 6. Asa 6 : Pasien dinyatakan mati batang otak



5.



Menentukan resiko penyulit a. Penyulit respirasi : periksa jalan nafas pasien , periksa apakah ada penyakit pernafasan pasien yang dapat menyulitkan pada saat operasi b. Penyulit kardiovaskuler : periksa apakah ada kelainan kardiovaskuler pada pasien c. Aspirasi isi lambung : aspirasi isi lambung untuk melihat apakah ada kelainan pada lambung atau tidak



C. MASALAH KEPENATAAN ANESTESI 1. Pra operasi a. Nyeri : lakukan anamnesa pada pada pasien jika merasa nyeri lakukan manajemen nyeri farmakologi / non farmakologi untuk mengatasi nyeri tersebut 2. Intra anestesi a. Gangguan perfusi jaringan : pastikan tidak ada gangguan perfusi jaringan sebelum operasi dimulai b. Gangguan patensi jalan nafas : patenkan jalan nafas sebelum pembedahan dimulai c. Gangguan pola nafas : selalu cek apakah ada kelainan pola nafas pasien atau tidak d. Gangguan keseimbangan ciran dan elektrolit : perhatikan output dan loading cairan pasien e. Resiko aspirasi : pasang ngt jika beresiko terjadinya aspirasi f. Komplikasi anest g. Gangguan volume darah : perhatikan pendarahan pasien h. Nyeri : selalu pertahankan analgetik agar pasien tidak terbangun karena nyeri pada saat operasi i. Hypotermi : karena suhu yang dingin pasien beresiko terjadinya shivering 3. Pasca anestesi a. Resiko penurunan perfusi jaringan b. Resiko obstruksi jalan nafas : usahakan pasien sudah bernafas secara spontan c. Pola nafas tidak efektif : usahakan pasien sudah bernafas spontan d. Resiko aspirasi : pasang ngt jika beresiko terjadinya aspirasi e. Nyeri : lakukan anamnesa pada pada pasien jika merasa nyeri lakukan manajemen nyeri farmakologi / non farmakologi untuk mengatasi nyeri tersebut f. Resiko infeksi g. Resiko perdarahan h. Gangguan rasa nyaman



Perencanaan , Pelaksanaan , dan Evaluasi



Pre operasi N O



DIAGNOSA KEPERAWATAN



1.



Gangguan pola nafas Setelah dilakukan berhubungan dengan asuhan penggunaan ventilator keperawatan, diharapkan gangguan pola nafas klien menjadi efektif dengan kriteria hasil: - Pola nafas kembali normal - Penggunaan ventilator



TUJUAN



Intra operasi



RENCANA TINDAKAN



IMPLEMENTASI



EVALUASI S: -



Evaluasi pola nafas, catat frekuensi nafas pasien.



Evaluasi tingkat ansietas, catat O: verbal dan non - Pola nafas 16verbal pasien. 20/menit



Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan



Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan



-



Pasang ventilator sesuai program



.



-



Pantau ventilator sampai pasien pindah ke IBS.



Ventilator dilepas dan menggunakan bagging



A: ganggua pola nafas teratasi P : Hentikan Intervensi



N O



DIAGNOSA KEPERAWATAN



1.



Nyeri akibat pembedahan



2



3



TUJUAN



Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan rasa nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil: - Tampak rileks - Tekanan darah normal - Nadi normal Syok hipovolemik akibat Setelah dilakukan pembedahan intervensi diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi dengan kriteria berhasil : - tekanan darah pasien normal - pasien tidak terlihat lemas Shivering hipotermi



RENCANA TINDAKAN -



-



-



-



akibat Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien tidak merasa kedinginan / menggigil



IMPLEMENTASI



EVALUASI



Pemberian obat ketorolac / iv Atau pemberian paracetamol infus



Pemberian obat ketorolac / iv Atau pemberian paracetamol infus



S: O: Tekanan darah dan nadi kembali normal A: nyeri klien berkurang P : Hentikan Intervensi



observasi Tekanan darah pasien tanyakan apakah pasien merasa lemas atau tidak berikan loading cairan berikan ephedrine 10 mg /iv jika perlu



observasi Tekanan darah pasien tanyakan apakah pasien merasa lemas atau tidak berikan loading cairan berikan ephedrine 10 mg /iv jika perlu



S: Klien tidak merasa lemas O: Tekanan darah normal A : syok hipovolemik teratasi P : henntikan Intervensi



-



-



-



observasi keadaan pasien menggigil atau tidak pakaikan selimut ke pasien



observasi S : Klien tidak keadaan pasien merasa kedinginan menggigil atau O : Pasien tidak tidak menggigil pakaikan selimut ke pasien A : Shivering Teratasi



P : Selimut tetap dipakai sampai dipindah ke bangsal



POST OPERASI N O



DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN



RENCANA TINDAKAN



IMPLEMENTASI



EVALUASI



1.



Nyeri akibat berhubungan dengan agen injuri (luka insisi operasi)



Pain Manajement - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi - Kaji tingkat nyeri, secara verbal dan non verbal - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) - Kaji tipe dan



Pain Manajement - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi - Kaji tingkat nyeri, secara verbal dan non verbal - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) - Kaji tipe dan



S : Pasien merasa nyeri pada bagien yang dioperasi



Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil: - Pain level - Pain control - Comfort level  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah



O : Pasien terlihat kurang nyaman , dan tidak rileks A : Nyeri teratasi P : Lanjutkan Intervensi Secara Rutin







2.



nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal



Resiko infeksi Setelah dilakukan berhubungan asuhan keperawatan, dengan luka operasi diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan kriteria hasil: - Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang memperngaruhi penularan serta penatalaksanaanny a - Menunjukkan kemampuan unutk mencegah timbulnya infeksi - Menunjukkan perilaku hidup sehat



sumber nyeri untuk menentukan intervensi Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil



Kontrol infeksi : - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. - Pertahankan teknik isolasi. - Batasi pengunjung bila perlu. - Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. - Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. - Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. - Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. - Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. - Lakukan



sumber nyeri untuk menentukan intervensi Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Kontrol infeksi : - Bersihkan lingkungansetelah dipakai pasien lain. - Pertahankan teknik isolasi. - Batasi pengunjung bila perlu. - Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. - Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. - Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. - Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. - Pertahankan lingkungan yang aseptik selama



S : Pasien merasa nyeri pada bagien yang dioperasi O : Pasien terlihat kurang nyaman , dan tidak rileks A : Nyeri teratasi , Infeksi dapat dicegah P : Lanjutkan Intervensi Secara Rutin



perawatan luka pemasangan alat. dan dresing infus - Lakukan setiap hari. perawatan luka - Tingkatkan intake dan dresing infus nutrisi. setiap hari. - Berikan antibiotik - Tingkatkan intake sesuai program. nutrisi. - Berikan antibiotik Proteksi terhadap sesuai program. infeksi: - Monitor tanda Proteksi terhadap dan gejala infeksi: infeksi - Monitor tanda sistemik dan dan gejala lokal. infeksi - Monitor sistemik dan hitung lokal. granulosit dan - Monitor WBC. hitung - Monitor granulosit dan kerentanan WBC. terhadap - Monitor infeksi kerentanan - Pertahankan terhadap teknik aseptik infeksi untuk setiap - Pertahankan tindakan. teknik aseptik - Pertahankan untuk setiap teknik isolasi tindakan. bila perlu. - Pertahankan - Inspeksi kulit teknik isolasi dan mebran bila perlu. mukosa - Inspeksi kulit terhadap dan mebran kemerahan, mukosa panas, terhadap drainase. kemerahan, - Inspeksi panas, kondisi luka, drainase. insisi bedah. - Inspeksi



-



-



-



-



-



-



-



-



Ambil kultur jika perlu Dorong masukan nutrisi dan cairan yang adekuat. Dorong istirahat yang cukup. Monitor perubahan tingkat energi. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi. Laporkan kecurigaan infeksi. Laporkan jika kultur positif.



-



-



-



-



-



-



-



-



kondisi luka, insisi bedah. Ambil kultur jika perlu Dorong masukan nutrisi dan cairan yang adekuat. Dorong istirahat yang cukup. Monitor perubahan tingkat energi. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi. Laporkan kecurigaan infeksi. Laporkan jika kultur positif.