Kelompok 5 Sediaan Suppos [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui anus dan dapat larut pada suhu tubuh. Bahan dasar untuk pembuatan suppositoria adalah lemak cokelat, P.E.G., serta gelatin. Macam basis supositoria yaitu basis yang berupa lemak, basis yang larut dalam air, dan basis yang dapat membentuk emulsi. Penggunaan suppositoria biasanya digunakan pada penderita wasir (ambeien) maupun pada penderita dalam kondisi tidak sadar (non-kooperatif) yang membutuhkan pertolongan segera. Keuntungan sediaan obat dalam bentuk suppositoria antara lain dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan menghindari biotransformasi hati / sirkulasi portal. Adapun kekurangannya yaitu antara lain cara pakai tidak menyenangkan dan tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan. Ahli farmasis harus dapat memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.



B. Rumusan Masalah 1.



Apa yang di maksud dengan sediaan suppositoria ?



2.



Bagaimana teknik pembuatan suppositoria ?



3.



Apa saja yang dapat digunakan dalam basis suppositoria?



4.



Bagaimana contoh formulasi dalam sediaan suppositoria ?



C. Tujuan 1. Agar mahasiswa memahami tentang pengertian suppositoria, jenis suppositoria, cara pembuatan suppositoria. 2. Mengatahui macam basis yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. 3. Mamahami rancangan atau formula dari sediaan suppositoria.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Suppositoria dan Ovula Supositoria adalah sediaan farmasi padat yang dirancang untuk dimasukkan kedalam rektum dimana massa supositoria akan melebur, melarut, terdispersi dan menunjukan efek lokal atau sistemik. Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.[1] Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.[2] Ovula adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan kedalam vagina, biasanya untuk tujuan efek lokal.



B. Sifat Supositoria dan Ovula yang Ideal 1. Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh 2. Tidak toksik dan tidak merangsang 3. Dapat tercampur dengan bahan obat 4. Dapat melepas obat dengan segera 5. Mudah dihitung kedalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepas dari cetakan 6. Stabil terhadap pemanasan diatas suhu lebur 7. Mudah ditangani 8. Stabil selama penyimpanan



C. Macam-Macam Suppositoria 1. Suppositoria untuk rectum (rectal) Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang



2



digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005). 2. Suppositoria untuk vagina (vaginal) Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g, apabila basisnya oleum cacao. 3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra) Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya. 4. Suppositoia untuk hidung dan telinga Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.



D. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Suppositoria 1. Kelebihan Supositoria: 



Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.







Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.







Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.







Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.



2. Kekurangan Supositoria: 



Pemakaiannya tidak menyenangkan.







Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.



3



E. Pembuatan Suppositoria dan Ovula 



Dilakukan dengan cara penuangan massa kedalam cetakan yang sesuai.







Untuk supositoria, bentuknya biasanya berupa kerucut bundar berbentuk peluru atau torpedo untuk dapat ditekan oleh kontraksi rektum.







Untuk ovula dibuat menurut cara yang sama seperti pembuatan supositoria, biasanya berbentuk kerucut bundar dengan ujung bundar. Cetakan ada dua jenis : 1. Cetakan dari logam, kemudian dibuka dan supositoria ovula yang dihasilkan dikemas. 2. Cetakan dari sejenis plastik diserahkan kepada pasien dalam cetakan. Pada saat akan digunakan baru dikeluarkan dari cetakan. Secara bentuk permata disket atau bentuk lain.



Basis Suppositoria dan Ovula Ada dua kelompok utama basis supositoria dan ovula, yaitu : 



Basis berlemak yang dirancang untuk melebur pada suhu tubuh berupa lemak padat.







Basis larut air atau tercampur air, dirancang untuk melarut dan terdispersi dalam liang tubuh (vaginal dan rektum), terdiri dari campuran polietilen glikol (PEG).



1. Basis Berlemak Ada dua jenis, yaitu : 



Bahan alam semisintentik atau sintetik berupa trigliserida, baik yang dihidrogenasi parsial maupun dihidrogenasi keseluruhan.







Minyak cokelat (ol. cocoa), berupa padatan berwarna kuning putih dengan bau cokelat, terdiri atas campuran ester gliseril stearat, palmiat, oleat, dan asam lemak lainnya.



Keuntungan basis ol.cacao :  Rentang suhu lebur antara 300C-360C (sehingga berbentuk padat pada temperatur kamar dan melebur pada suhu tubuh).  Segera melebur jika dihangatkan dan cepat kembali keadaan awal jika dibiarkan mendingin.  Dapat tercampur dengan banyak komponen  Cukup menyenangkan dan tidak merangsang



4



Kerugian basis ol.cacao : 



Polimorfisme







Melengket pada cetakan







Suhu pelunakan terlalu rendah untuk daerah tropik.







Suhu lebur akan turun jika terdapat komponen yang larut.







Berbau atau tengik pada penyimpanan lama karena terjadi oksidasi gliserida tidak jenuh.







Kemampuan absorpsi air rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan zat pengemulsi.







Bocor pada tubuh.



Lemak Sintetik Padat Terbuat dari hidrolisis minyak nabati  dihidrogenasi  menghasilkan asam lemak  re-esterfikasi asam-asam dengan pemanasan menggunakan gliserol. Keuntungan basis lemak sintetik : 1. Suhu pemadatan tidak dipengaruhi oleh pemanasan secara berlebihan. 2. Resistensi oksidasi sudah dikurangi. 3. Dapat memadat dengan cepat. 4. Kemampuan mengabsorbsi airnya lebih baik. 5. Tidak dibutuhkan pelicin cetakan saat mencetak. 6. Hasil : warna putih, tidak berbau, lebih menarik, bersih dengan penampilan seperti disemir (licin). Kerugian basis lemak sintetik : 1. Bila melebur viskositas rendah, dan memungkinkan terjadi sedimentasi bahan obat yang terdispersi pada saat melebur. 2. Getas jika didinginkan secara cepat.



Minyak Kelapa Sawit Difraksinasi Bp Lemak padat berwarna putih, getas, tidak berbau dengan suhu lebur 310C - 360C. Dari minyak kelapa sawit dengan cara fraksinasi selektif pelarut dan hidrogenasi.



5



2. Basis Larut Air dan Tercampur dengan Air a. Glisero-gelatin Campuran gliserol dan air membentuk gel dengan penambahan gelatin. Gelatin sendiri ada bentuk serbuk, lembaran, atau potongan tidak berwarna, atau berwarna kuning lemah atau lembaran yang transparan. Gelatin berasal dari hidrolisis parsial jaringan kolagen hewan termasuk kulit dan tulang. Jenis gelatin yang biasa digunakan di farmasi : 



Tipe A, dibuat melalui hidrolisis asam, titik iso-elektrik 7 – 9, daerah asam sebagai bahan kationik, paling efektif pada pH 3,2.







Tipe B, dibuat secara hidrolisis alkalis, titik iso-elektrik pH 4 - 7, pada daerah alkalis berperilaku sebagai bahan anionik.



Kerugian basis glisero-gelatin : 1. Efek fisiologi supositoria gliseril menunjukkan efek laksatif 2. Waktu larut bervariasi dengan bet gelatin dan usia dari basis. 3. Basis higroskopis, perlu pelindung tambahan dari panas dan kelembaban. 4. Mudah dicemari oleh mikroba. 5. Waktu pembuatan lama, perlu pelicin saat cetakan berjalan.



b. Makrogol (Polietilenglikol, PEG) Campuran PEG sebagai basis suppositoria dan ovula digunakan untuk mencapai suhu lebur yang diperlukan. Variasi campuran dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan temperature lebur karena terdapat zat/obat yang melarut. Contoh basis campuran PEG untuk basis suppositoria dan ovula I



II



III



IV



V



PEG 400



-



-



20



-



-



PEG 1500



-



-



-



-



75



PEG 1540



-



33



33



94



-



PEG 4000



33



-



-



-



25



PEG 6000



47



47



47



-



-



Air



20



20



-



-



-



Heksan 1,2 triol



-



-



-



6



-



6



Keuntungan basis suppositoria-ovula PEG: 



Tidak ada efek laksatif







Kontaminasi mikroba lebih kecil







Pembuatan lebih mudah







Suhu lebur umumnya di atas suhu tubuh







Menghasilkan larutan viskositas tinggi







Menunjukkan sifat pelarut yang baik







Menghasilkan produk yang berpenampilan bersih dan licin



Kerugian basis suppositoria-ovula PEG: 



Higroskopis







Ketersediaan hayati obat tidak baik







Inkompatibilitas







Kegetasan Penambahan surfaktan atau zat pemlastis dapat mengurangi kegetasan.







Pertumbuhan Kristal Selain menyebabkan kegetasan, keberadaan kristal dapat menyebabkan iritasi, dan karena berukuran cukup besar memerlukan waktu untuk disolusi.



Bahan Tambahan a. Antioksidan Antioksidan yang digunakan haruslah kompatibel dengan obat dan tidak menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan pada basis. b. Pengawet Basis asam lemak anhidrat merupakan media yang tidak ideal untuk perkembangbiakan mikroorganisme, basis larut air atau tercampur air akan memerlukan pengawet jika diformulasi untuk waktu lama. c. Pengemulsi Zat pengemulsi seperti wax pengemulsi, adepslanae, alcohol adepslanae, makrogol stearat dan polisorbat dapat diinkorporasikan ke dalam basis suppositoria untuk mempermudah inkorporasi larutan air atau cairan polar.



7



Surfaktan dapat menyebabkan terbentuknya busa, gelembung, dan lain sebagainya dalam basis supposotoria. d. Zat Pengeras Penambahan zat pengeras untuk meningkatkan suhu lebur dengan mencari komposisi campuran PEG berbagai bobot molekul. Hal yang sama dapat pula dicapai dengan penambahan lemak padat. e. Peningkat Viskositas Tujuannya untuk mencegah sedimentasi dari bahan tidak larut berbobot jenis tinggi. Dapat ditambahkan magnesium stearat, bentonit, dan silicon dioksida koloidal. Perlu diperhatikan terbentuknya sistem seperti gel pada saat melebur di tubuh manusia karena dapat memperlambat pelepasan obat.



Pemilihan Basis Supositoria Dan Ovula Spesifikasi basis supositoria biasanya meliputi: 



Asal dan komposisi kimia







Rentang suhu lebur







Indeks lemak – padat







Bilangan hidroksil







Titik pemadatan (Solidificaion point)







Bilangan penyabunan







Bilangan iodium







Bilangan air







Bilangan asam



F. Formulasi Suppositoria Pertimbangan utama dalam mengembangkan formulasi supositoria: •



Tujuan aplikasi supositoria untuk local atau sistemik







Aplikasi local dimana? Rektal, vaginal atau uretral







Apakah diinginkan efek cepat atau lambat atau diperpanjang/diperlama



Suppos dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu pencetakan dengan tangan, pencetakan kompresi, dan pencetakan dengan penuangan.



8



Contoh formulasi I. Formula asli



: Suppositoria Wasir



II. Rancangan Formula Nama Produk



: SUPHIDRO ® Suppositoria



Jumlah Produk



: 50 suppositoria @ 1 g



Tanggal Formulasi



: 15 Mei 2013



Tanggal Produksi



: 15 Mei 2014



No. Reg



: DKL 1300190222 A1



No. Batch



: M 13001



Komposisi



: Tiap suppositoria mengandung : R/



Hidrokortison asetat



10 mg



Alpha-Tocopherol



0,05 %



Oleum cacao



ad



1g



SUPOSITORIA UNTUK EFEK SISTEMIK 



Basis suppos yang digunakan tipe air.







Zat aktif harus terdispersi baik dalam basis dan dapat lepas dengan baik (pada kecepatan yang diinginkan) dalam cairan tubuh di sekitar suppositoria.







Jika zat aktif larut air, gunakan basis lemak dengan kadar air rendah.







Jika zat aktif larut lemak, gunakan basis larut air. Dapat ditambahkan surfaktan untuk mempertinggi kelarutannya.







Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif dalam basis sebaiknya digunakan pelarut yang melarutkan zat aktif atau zat aktif dihaluskan sebelum dicampur dengan basis yang meleleh.







Zat aktif yang larut sedikit dalam air atau pelarut lain yang tercampur dalam basis, dilarutkan dulu sebelum dicampur dengan basis.







Zat aktif yang langsung dapat dicampur dengan basis, terlebih dahulu digerus halus sehingga 100 % dapat melewati ayakan 100 mesh.



SUPPOSITORIA EFEK LOKAL  Obat-obat yg bekerja secara lokal biasanya tidak diabsorpsi  Umumnya digunakan untuk pengobatan wasir, anestetik lokal, antiseptik, konsipasi, infeksi dubur, vaginitis, dll 9



 Basis suppositoria untuk efek ini sebenarnya tidak diabsorpsi, peleburannya perlahanlahan dan dimaksudkan untuk tertahan di dalam ruang tersebut  Efek lokal berlangsung 30 menit - 4 jam.  ZA yang biasa digunakan: •



Anastetik lokal  benzokain, tetrakain







Adstringen  ZnO, Bi-subgallat, Bi-subnitrat







Vasokonstriktor  Efedrin HCl







Emollient  balsam peru







Konstipasi  Glisin bisakodil



Bilangan Pengganti  Volume suppositoria suatu cetakan tertentu akan selalu tetap, tetapi berat akan bervariasi karena bobot jenis ZA berbeda dari bobot jenis basis suppositoria.  Bobot jenis ZA akan mempengaruhi jumlah basis yang diperlukan untuk setiap suppositoria.  Perlu diketahui bilangan pengganti ZA (pustaka/percobaan) yang akan diformulasikan dalam suppositoria.  Didefinisikan sebagai jumlah bagian berat ZA yang menggantikan satu bagian berat basis suppositoria-ovula.  Kesetaraan antara bobot ZA dengan bobot basis yang digantikan untuk menghindari penyusutan berat atau untuk kalibrasi dosis yang sesuai.



Obat



Bilangan pengganti



Aminofillin



1,1



Aspirin



1,3



Bismuth subgallat



2,7



Minyak biji jarak



1,0



Klorhidrat



1,3



Chiinin hidroklorida



1,2



10



Cocain HCl



1,3



Folia Digitalis



1,6



Extra Belladon



1,3



Asam Borat



1,5



Ichtyol



1,1



Iodoform



4,0



Morfin HCl



1,6



Resorcinol



1,4



Seng oksida



4,0



Pelincir Cetakan 



Jika basis suppos lemak hasil intesis dan PEG  tidak perlu pelincir.







Jika basis suppos ol cacao dan gliserin-gelatin  perlu pelincir.







Pelincir tidak boleh tercampur dengan basis suppos dan kompatibel dengan obat dan bahan tambahan lain.







Pelincir : alkoholik sabun lemak, gliserol, silikon, larutan natrium lauril sulfat, parafin cair (untuk basis tercampur air)



Beberapa kendala dalam formulasi supositoria. 1. Air dalam supositoria -



air mempercepat oksidasi lemak ( tengik)



-



jika air menguap , zat terlarut akan mengkristal.



-



air jml banyak akan terabsorpsi jika dlm bentuk emulasi M/A



-



adanya air akan terjadi reaksi dg bahan bahan yg ada dlm supos



-



perlu pe+an pengawet jika ada air



2. Higroskopasitas -



Supos gliserin-gelatin akan kehilangan air /lembab karena



-



penguapan di iklim kering dan mengabsorpsi kelembaban



-



pada kondisi tinggi. Supos dg PEG juga higroskopis



11



3. Inkompatibilitas -



Basis PEG inkompatibel dg garam perak, tanin, aminopirin, aspirin, kinin, ichtyol, benzokain dan sulfonamida.



-



Beberapa obat akan mengkristal dg basis PEG, Na-Barbital, asam salisilat, camphora. Konsentrasi asam salisilat lebih tinggi akan melunakan basis PEG, aspirin akan membentuk komplek, penisilin akan terurai. Komponen asam akan bereaksi dg basis lemak yg punya bilangan hidroksil besar.



4. Viskositas untuk mengatasi masalah penurunan viskositas basis dapat dilakukan hal sbb : -



menggunakan basis dg rentang lebut yang lebih sempit, yaitu dekat pada suhu tubuh.



-



pe+an 2% Al-monostearat, dpt meningkatkan viskositas basis lemak dan menjaga homogenitas suspensi bahan yg tidak larut



-



pe+an setil, stearil atau miristil alkohol akan menambah konsistensi supositoria



5. Kegetasan -



supos basis ol. Cacao sangat elastis, tidak mudah pecah.



-



supos basis lemak sintetis dg derajat hidrogenasi tinggi yang mengandung padatan lebih besar, pada suhu kamar lebih getas (rapuh)



6. Bobot jenis Bobot jenis penting dalam menentukan bilangan pengganti basis supositoria 7. Kontraksi volume Fenomena ini terjadi pada supositoria yang dilebur dan didinginkan pada cetakan. 8. Penambahan pelicin atau agen pelepas lengketan pada cetakan. 9. Bilangan pengganti 10 .Ketengikan dan penambahan antioksidan, misalnya : senyawa fenol, senyawa kuinon, tokoferol, asam galat, tanin, vitamin C dan esterya. BHA daan BHT



a. Manufaktur Suppositoria Basis lemak 1. Hitung kuantitas formulasi yang dibutuhkan 2. Siapkan cetakan 3. Siapkan basis supositoria 4. Siapkan bahan berkhasiat 5. Lebur basis supositoria 12



6. Inkorporasikan obat 7. Isikan ke dalam cetakan Cairan tidak tercampur dan padatan tidak larut diinkoporasikan ke dalam basis lumer dengan cara pengadukan. 8. Hilangkan kelebihan massa supositoria 9. Buka cetakan



Basis PEG Pada prinsipnya sama dengan pembuatan supositoria berbasis lemak, tidak diperlukan pelincir jika basis mengandung air. Air harus dihangatkan secara terpisah, sesudah itu baru ditambahkan ke dalam massa supositoria yang sedang lebur. Komponen larut air dilarutkan dalam air sebelum ditambahkan. Zat tidak larut ditambahkan seperti pada supositoria dengan basis lemak.



Basis glisero-gelatin 1.



Hitung kuantitas yang diperlukan



2.



Siapkan cetakan



3.



Siapkan bahan obat



4.



Pembuatan basis



5.



Sterilisasi/perlakuan panas larutan gelatin



6.



Percukupan buat basis, dengan penambahan air panas secukupnya



7.



Inkorporasi bahan obat



8.



Isikan ke dalam cetakan



9.



Buka cetakan



13



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Supositoria adalah sediaan farmasi padat yang dirancang untuk dimasukkan kedalam rektum dimana massa supositoria akan melebur, melarut, terdispersi dan menunjukan efek lokal atau sistemik. 2. Pemberian obat melalui rektal dapat menimbulkan efek sistemik dan merupakan upaya untuk menghindari kecelakaan akibat pemberian obat melalui oral pada bayi. 3. Bila bilangan pengganti pada berbagai basis supositoria tidak ditemukan dalam pustaka, bilangan pengganti dapat ditentukan secara eksperimental.



B. Saran Formulasi suppositoria/ovula yang sesuai harus diperhatikan agar menghasilkan sediaan suppos dengan mutu yang konsisten dan sesuai dengan standar.



14