Kelompok 6 - DVT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)



Disusun oleh : Kelompok VI - Gita Karundeng ( 17061102) - Olivia Djeramu (16061067) - Christy Madilah (16061002) - Daniel Miojo (17061128) - Florentin Pioh (17061137) - Meis Mangerongkonda (17061053) - Juandy sambuaga (17061038)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN



UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO 2020



Laporan Pendahuluan A. Definisi Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis /DVT) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bekuan darah dalam vena dalam. (PDPI, 2012) Deep vena thrombosis(DVT) adalah suatu kondisi dimana terbentuk bekuan darah dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian, yang mengakibatkan penyumbatan parsial atau total sehingga aliran darah terganggu. (Doenges, 2000). Deep vein thrombosis (DVT) merupakan pembentukan bekuan darah pada lumen vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena ( Wakefield, 2008). Jadi, Deep vein thrombosis (DVT) adalah pembekuan darah yang terjadi pada pembuluh vena yang diakibatkan oleh obstruksi vena sebagian sehingga menyebabkan aliran darah terganggu, B. Etiologi 1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak) -



Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-penerbangan pesawat yang panjang ("economy class syndrome"), mobil, atau perjalanan kereta api, opname rumah sakit, Operasi.



-



Ketika kaki kita berada dalam posisi diam untuk waktu yang cukup lama, otot-otot kaki kita tidak berkontraksi sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan dengan baik.



-



Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips



-



Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum



-



Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh vena daerah kaki dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki riwayat keturunan gangguan penjendalan darah memiliki resiko terbentuknya trombus.



-



Kegemukan dan varises



-



Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena.



-



Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)



-



Obat - obat (contohnya, pil - pil pengontrol kelahiran, estrogen)



-



Merokok



-



Kecenderungan genetic



-



Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel - sel darah merah)



-



Kanker



-



Beberapa penyakit kanker dapat meningkatkan resiko terjadinya trombus dan beberapa pengelolaan kanker juga meningkatkan resiko terbentuknya thrombus



-



Trauma pada vena



-



Patah tulang kaki



-



Kaki yang memar



-



Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena



c. Klasifikasi DVT dibagi menjadi 2 tipe yaitu 1. Tipe sentral (iliac DVT dan femoral DVT) 2. Tipe perifer (DVT pada vena poplitea dan daerah distal) Berdasarkan gejala dan tanda klinis serta derajat keparahan drainase vena DVT dibagi menjadi DVT akut dan kronis d. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis DVT tidak selalu jelas dan sama pada setiap orang. Keluhan utama pasien DVT adalah tungkai bengkak dan nyeri. Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila meluas atau menyebar ke proksimal. DVT umumnya timbul karena faktor risiko tertentu, tetapi dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas (idiopathic DVT). Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa: a. Nyeri Intensitas nyeri tidak tergantung besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah lkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri akan berkurang jika penderita berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan. b. Pembengkakan Timbulnya edema dapat disebabkan oleh sumbatan vena proksimal dan peradangan jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan oleh sumbatan, maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler, bengkak timbul di daerah trombosis dan biasanya disertai nyeri. Pembengkakan bertambah jika berjalan dan akan berkurang jika dengan posisi kaki agak ditinggikan. b. Perubahan warna kulit



istirahat



Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri, ditemukan hanya pada 17% - 20% kasus. Kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu. Perubahan warna menjadi pucat dan dingin pada perabaan merupakan tanda sumbatan vena besar bersamaan dengan spasme arteri,disebut flegmasia alba dolens.



e. Pathway



f. Prognosis



Mortalitas DVT terutama berkaitan dengan kejadian emboli paru, di mana tercatat sebanyak 300.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Menurut statistik dari Centers for Disease Control and Prevention  (CDC),  sekitar 10-30% pasien meninggal dalam 1 bulan pertama sejak terdiagnosis tromboemboli vena, dan kematian mendadak adalah gejala pertama pada seperempat kasus emboli paru. Morbiditas jangka panjang utama dari DVT adalah post-thrombotic syndrome (PTS). Sebuah publikasi di Amerika Serikat tahun 2004 mencakup 21.680 subjek berusia ≥45 tahun yang dipantau selama 7.6 tahun mencatat terdapat 7.7% rekurensi dalam 2 tahun setelah episode pertama tromboemboli vena. Menurut data CDC, separuh dari penderita DVT akan mengalami komplikasi PTS seperti pembengkakan, nyeri, ataupun perubahan warna kulit. Selain itu, sepertiga dari penderita DVT tercatat mengalami rekurensi dalam 10 tahun.



g. Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan untuk diagnosis TVD (Arum,2019) : 1. Compression Ultrasonography CU merupakan pemeriksaan non invasive pilihan untuk membantu menegakkan diagnosis pada kecurigaan TVD secara klinik. Prosedur ini cukup teliti untuk mendeteksi TVD proksimal simtomatik (femoral, popliteal, calf bifurcation) dengan sensitifitas 97% dan spesifitas 94%.12 Bila hasil abnormal, diadnosis trombosis vena dapat ditegakkan, bila hasil normal maka diulang pada minggu berikutnya. Konversi dari normal ke abnormal pada pemeriksaan CU ulang terdapat pada 2% pasien. CU kurang sensitive untuk TVD distal, TVD asimtomatik dan TVD berulang. 2. D-dimer Pemeriksaan kadar d-dimer (hasil pemecahan fibrin ikat silang yang dipecah oleh plasmin), merupakan pemeriksaan tambahan CU guna meningkatkan ketepatan diagnosis TVD. Kadar d-dimer biasanya meningkat pada TVD dan / atau EP (Emboli Paru). Peningkatan kadar d-dimer menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam



kadar yang abnormal tinggi. Peningkatan kadar ini mempunyai arti bahwa telah terjadi trombus yang bermakna dan pemecahannya dalam tubuh , namun belum dapat menunjukkan lokasi. Kadar normal dapat membantu untuk menyingkirkan TVD, namun kadar yang meningkat tidak spesifik dan mempunyai nilai ramal positif yang rendah. Peningkatan kadar d-dimer bisa sebagai respon non spesifik dari penyakit yang terjadi bersamaan. 3. Venografi Venografi merupakan pemeriksaan baku emas dari TVD. Keunggulan venografi adalah mampu mendeteksi trombosis proksimal dan vena betis yang terisolasi. Kelemahan pemeriksaan ini adalah : 



Bersifat invasive







Menimbulkan rasa nyeri







Mahal dan memerlukan keahlian khusus dalam tekniknya







Membutuhkan waktu yang lama







Kemungkinan komplikasi thrombosis







Alergi dan gangguan faal ginjal akibat cairan kontras



Karena alasan tersebut, pemeriksaan non invasif seperti CU dan d-dimer, dikombinasi dengan pemeriksaan fisik, banyak digunakan sebagai pengganti venografi. 4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI sangat akurat untuk diagnosis TVD, termasuk TVD distal (betis), pelvis dan trombosis asimptomatik pada wanita hamil. Teknik ini sangat potensial untuk membedakan thrombus lama dan baru, serta tidak memerlukan kontras. Namun harganya masih relatif mahal. h. Penatalaksanaan Penatalaksaan Keperawatan : Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika



pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. (Soekardjo,2019) Menurut (Arum,2019) penatalaksanaanya bisa dilakukan terapi non farmakologi untuk pencegahan secara mekanik yaitu -



Penggunaan kaos kaki yang dapat memberi penekanan (Compression Elastic stockings). Digunakan pada pagi hari dan seharian saat aktivitas, dilepas pada saat akan tidur, dapat digunakan pula saat istirahat dengan posisi menaikkan tungkai pada saat tiduran.



-



Menaikkan tungkai, yaitu posisi kaki dan betis lebih tinggi dari pinggul, posisi ini diharapkan dapat memperlancar aliran darah vena.



-



Intermittent pneumatic compresion, alat ini dapat memberikan penekanan dari luar secara teratur pada tungkai bawah atau tungkai bawah dan paha; besarnya tekanan 3540 mmHg selama 10 detik / menit.



-



Mobilisasi awal untuk meningkatkan aliran darah vena pada kondisi stasis. Penatalaksanaan Medis : Penatalaksanaan TVD adalah untuk mencegah bertambah besarnya bekuan, mencegah



emboli paru, sindroma post trombosis dan terjadinya TVD berulang. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah antikoagulan dan trombolitik (Arum,2019). -



Antikoagulan Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadi bekuan yang semakin besar, dan



mencegah pembentukan bekuan darah. Jika terapi antikoagulan diberikan segera setelah TVD terbentuk, maka akan menurunkan risiko terjadinya emboli paru. Antikoagulan yang biasa dipakai adalah heparin dan warfarin. -



Trombolitik Berbeda dengan antikoagulan yang berfungsi mencegah perluasan maupun



kekambuhan trombosis, obat trombolitik seperti steptokinase, urokinase dan tissue plasminogen activator bekerja melarutkan trombin. Obat ini terutama digunakan pada penderita emboli paru yang luas disertai gangguan kardiorespirasi dan risiko perdarahan yang kecil.



i. Pencegahan Pencegahan pada penyakit DVT dapat dilakukan dengan pencegahan primer,sekunder dan tersier yaitu dengan : -



Menjaga berat badan, berhenti merokok, rutin untuk melakukan olahraga, hindari duduk terlalu lama, beraktifitas, serta menjaga pola makan.



-



Pemberian injeksi heparin dosis rendah pada pasien dengan risiko TVD yang direncanakan operasi dan akan terjadi imobilisasi setelah operasi. Pada pasien dengan risiko rendah disarankan untuk memakai compression stockings. Metode mekanik untuk mencegah DVT adalah pneumatic intermitent compression (IPC), graduated compression stocking (GCS) atau venous foot pump. IPC akan meningkat aliran vena dalam di betis mencegah stasis vena sehingga dapat mencegah trombosis. Review Cochrane mendapatkan penurunan 50% VTE dengan menggunakan graduated compression stocking. IPC selain dapat mengurangi risiko thrombosis juga dapat meningkatkan aktivitas fibrinolitik endogen dengan mengurangi plasminogen activator inhibitor-1. Penggunaan pencegahan DVT dengan metode kombinasi (mekanikal dan farmakologikal) mengurangi risiko trombosis lebih baik dibandingkan dengan metode mekanikal atau farmakologikal dan terutama pada kelompok dengan penderita dengan risiko trombosis yang tinggi.



-



Pencegahan juga bisa dilakukan dengan melakukan latihan yang dapat meningkatkan aliran darah , mencegah pembekuan, melatih otot-otot kaki bagian bawah dapat membantu mencegah DVT, istirahat untuk meregangkan kaki . Tips perjalanan : Bila bepergian selama lebih dari empat jam, hindari pakaian yang ketatdan minum banyak air, berjalan - jalan paling tidak setiap dua sampai tiga jam. Jika anda harus tinggal di tempat duduk anda, lakukan cara untuk menjaga kaki aktif, cobalah mengepal dan mengangkat dan menurunkan tumit dengan jari-jari kaki di lantai.



Konsep Asuhan Keperawatan a. PENGKAJIAN



-



Pengkajian primer



1. Umur : sering terjadi usia 60 tahun /usia tua 2. Jenis kelamin tidak membedakan,akan tetapi pada wanita hamil dan sehabis melahirkan rentan terjadi trombosis vena dalam ( biasanya terjadi varises terlebih dahulu ) 3. Keluhan utama : hampir 50% mengeluh nyeri paa daerah tungkai/betis di sertai pembengkakan kemerahan 4. Riwayat penyakit sekarang : perlu di perhatikan sejak kapan mulai terjadi trombosis vena tersebut,sedang hamil atau tidak,sedang menjain pengobatan keganasan atau tidak 5. Riwayat penyakit dahulu: apakah mempunyai penyakit seperti : DM,HT,penyakit jantung,keganasan,pernah



emboli



paru



sebelumnya/tidak



,hiperkogulane



state,hiperlipdemi,sindromacushin,truma,sepsis DLL 6. Faktor keluarga : study tentang riwayat keluarga dan anak kembar hampir 60% merupakan faktor genetik,riwayat penyakit keluarga seperti DM,HT,penyakit jantung 7. Faktor lingkungan : imobilisasi yang lama,duduk yang lama yang menyebabkan gerak yang minimal menimbulkan statis aliran darah 8. Pengalaman pembedahan : pembedahan pada ekstremintas bawah,pembedahan jantung 9. Faktor kebiasaan lain : prokok,obesitas,dehidrasi,dehidrasi riwayat penyakit sekarang



-



Pengkajian Sekunder Pemeriksaan fisik



1. Aktivitas atau istirahat a. Gejala: tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama ,imobilitas lama contoh: trauma orotpedik,tirah baring yang lama,paralysis,kondisi kecatatan b. Nyeri karena aktivtas berdiri lama , c. lemah kelemahan pada kaki yang sakit, d. Tanda kelemahan umu pada ektremitas 2. Sirkulasi a. Gejala:riwayat trombosis vena sebelumnya,adanya varises,adanya faktor pencetus lain contohnya: hipertensi (karena kehamilan),DM,penyakit katup jantung b. Tanda tachikardi,penurunan nadi perifer pada ektremitas yang sakit varises dan atau pengerasan,gelembung /ikatan vena(thrombus) c. Warna



kuli



suhu



pada



ekstremitas



yang



sakit:



pucat,dingin,oedema,kemerahan,hangat sepanjang vena d. Tanda human positif 3. Makanan/cairan a. Tanda : tugor kulit buruk,membran mukosa kering(dehidrasi,pencetus untuk hiperkoagulasi,kegemukan pencetus untuk statsi dan tahanan vena pelvis,oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi) 4. Nyeri/kenyamanan a. Gejala:berdenut,nyeri tekan,makin nyeri bila berdiri atau bergerak b. Tanda: melindungi ekstremitas kaki yang sakit 5. Kemaanan a. Gejala: riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ektremitas atau vena (contoh: fraktur,bedah ortopedik,kelahiran dengan tekanan kepala bayi yang lama pada pelvik,terapi intra vena),adanya keganasan khusnya pancreas,paru,system GI b. Tanda: demam,menggil 6. Penyuluhan/pembelajaran a. Gejala: penggunaan kontrasepsi/estrogen oral,adanya terapi antikoagulan pencetus hiperkoagulasi kambuh atau kurang teratasinya episode sebelumnya.



tromboflebitik



b. Analisa Data & Diagnosa Keperawatan



ANALISA DATA : N O.



DATA (SIGNS & SYMPTOMS)



(ETIOLOGY)



1 .



PENYEBAB



Statis darah, cedera - Imobilisasi



yang



lama,duduk yang lama yang



dinding pembuluh darah, gangguan pembekuan darah



MAS ALAH (PROBLEM) Resiko perfusi perifer tidak



menyebabkan gerak yang



efektif



minimal menimbulkan statis



(SDKI,



aliran darah - riwayat



Trombosis vena



trombosis



vena



sebelumnya, adanya varises, adanya faktor pencetus lain contohnya:



hipertensi



(karena



Vena mengalami obstruksi



kehamilan),



DM,penyakit katup jantung - Tanda tachikardi, penurunan



Oedema



nadi perifer pada ektremitas yang sakit varises dan atau pengerasan,gelembung



Nadi perifer menurun



/ikatan vena(thrombus) - Warna



kulit



ekstremitas pucat,



suhu yang



dingin,



kemerahan, sepanjang vena.



pada sakit:



Pucat/sianosis



oedema, hangat Resiko



perfusi



perifer tidak efektif



D.0015)



Nyeri 2.



Statis - Hampir



50%



nyeri



paa



tungkai/betis



darah,



mengeluh pembuluh



cedera



darah,



dinding (SDKI, gangguan D.0077)



daerah pembekuan darah di



sertai



pembengkakan kemerahan - Nyeri



tekan,makin



nyeri



Trombosis vena



bila berdiri atau bergerak. - Penderita



cenderung



melindungi ekstremitas kaki



Rekanalisasi vena



yang sakit - riwayat cedera langsung / tidak



langsung



pada



ektremitas



atau



(contoh:



fraktur,bedah



Katup rusak



vena



ortopedik,kelahiran dengan



Insufisiensi vena kronis



tekanan kepala bayi yang lama pada pelvik,terapi intra vena),adanya



keganasan



khusnya



Tekanan vena distal meningkat



pancreas,paru,system GI - Penggunaan kontrasepsi/estrogen oral,adanya antikoagulan



Varises terapi



pencetus



akut



hiperkoagulasi kambuh atau



Penurunan sirkulasi arteri



kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya. - Memiliki



tanda



demam,



menggil.



Nyeri Akut



3.



Statis



darah,



- Tidak mengetahui pencetus pembuluh terjadinya



penyakit



cedera



darah,



dinding Defisit gangguan pengetahuan



dan pembekuan darah



tanda gejalan kondisi klinis



D.0111)



yang dialami yaitu: - faktor



kebiasaan



seperti



Trombosis vena



prokok, obesitas, dehidrasi, dehidrasi riwayat penyakit sekarang



Vena mengalami obstruksi



- Pengalaman pembedahan : pembedahan



pada



ekstremintas



Oedema



bawah,pembedahan jantung - Faktor



lingkungan



imobilisasi



: yang



lama,duduk yang lama yang 3 .



Ganggren vena



menyebabkan gerak yang minimal menimbulkan statis aliran darah - Riwayat penyakit sekarang : perlu di perhatikan sejak kapan



mulai



trombosis



terjadi vena



tersebut,sedang hamil atau tidak,sedang



menjain



pengobatan keganasan atau



(SDKI,



Defisit pengetahuan



tidak - Riwayat penyakit dahulu: apakah



mempunyai



penyakit seperti : DM, HT, penyakit



jantung,



keganasan, pernah emboli paru



sebelumnya/



,hiperkogulane



tidak state,



hiperlipdemi, sindromacushin,



truma,



sepsis DLL. - Gejala:riwayat



trombosis



vena sebelumnya, adanya varises



adanya



pencetus



lain



hipertensi kehamilan).



faktor



contohnya: (karena



Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis inflamasi (SDKI, D.0077) 2. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah, statis vena(obstruksi vena sebagian/penuh). (SDKI, D.0015) 3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI, D.0111) c. Rencana Keperawatan d. Rencana Keperawatan No.



Diagnosa Keperawatan



Perencanaan Tujuan



1.



Intervensi



-Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi inflamasi, di tandai dengan :



Kh : a.    -Kaji derajat nyeri, -Nyeri hilang/terkontrol - Menunjukan tindakan palpasi kaki dengan hati-hati rileks - Mampu tidur/istirahat - pasien mengeluh nyeri pada - Dapat meningkatkan b.    -  Pertahankan tirah bagian tungkai dan terasa aktifitas baring selama fase semakin nyeri jika bergerak akut -gelisah dan perilaku distraksi - skala nyeri : 5/10



Rasional R/ mencari derajat keparahan R/ mengurangi aktifitas mencegah beban kerja jantung tinggi R/ mencegah aliran balik



c.     R/ melatih otot agar -  -Tinggikan ektremitas tidak relaksasi yang sakit R/ mencegah statis d.     posisi -  Berikan ayunan kaki e.       -  - Dorong pasien untuk sering mengubah posisi f.      -  - Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu g.   



R/ mendeteksi sedini imungkin kelainan R/ menunjang pengobatan



-  Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian kompres panas pada ekstremitas 2.



Resiko perfusi perifer Kh : Observasi berhubungan dengan a.    -  Menunjukkan ekstremitas, warna penurunan aliran darah, perbaikan perfusi yang kulit, dan perubahan ditandai dengan : dibuktikan oleh adanya suhu juga oedema -Odema jaringan - pucat, eritmea nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu b.  normal, tidak ada c.    odema. d.      - Tingkatkan tirah b.      baring selama fase - - Peningkatan perilaku / akut tindakan yang meningkatkan perfusi jaringa -  Tinggikan kaki bila c.  ditempat tidur atau     Menunjukkan duduk, secara periodic peningkatan toleransi tinggikan kaki dan terhadap aktifitas telapak kaki diatas tinggi jantung



R/ untuk melihat apakah ada tandatanda infeksi



R/ mengurangi aktifitas mencegah beban kerja jantung tinggi R/ mencegah aliran balik



R/ agar tidak terjadi cedera yang lebih Parah R/untuk mengurangi kecemasan lebih rileks



dan



h.     -  Anjurkan pasien menunjang untuk menghindari R/ pengobatan pijatan / urut pada ekstremitas yang sakit



i.        - Dorong latihan nafas dalam j.       k.      -



 - Kolaborasi :



pemberian kompres hangat/basah atau panas pada ekstremitas yang sakit ; dan antikoagulan 3.



Defisit pengetahuan Kh : -  Kaji ulang berhubungan dengan kurang a.    -   Menyatakan patofisiologi kondisi terpapar informasi, ditandai pemahaman proses dan tanda/gejala, dengan : penyakit, -minta informasi, kemungkinan - pernyataan kesalahan programpengobatan dan komplikasi konsep, pembaasan - tidak tepat dalam b.    -  Berpartisipasi dalam -  Jelaskan mengikuti instruksi, tujuan - terjadinya komplikasi proses belajar pembatasan aktifitas yang dapat dicegah. c.       Mengidentifikasi dan kebutuhan tanda dan gejala yang keseimbangan memerlukan evaluasi aktifitas / tidur medis d.      - Melakukan prosedur c.    -   Adakan latihan dengan benar dan yang tepat menjelaskan alsan tindakan d.    -



R/ mencari data yg akurat



R/ menambah pengetahuan untuk menunjang pengobatan R/ treatment yg tepat mempercepat proses kesembuhan R/mengetahui riwayat penyakit dan perkembangannya



 Tekankan



pentingnya pemeriksaan lab. i.       



DAFTAR PUSTAKA  Arum.L.



Deep



Vein



Thrombosis,Fakultas



Mataram.2019. Jurnal. 09 September 2019



Kedokteran



Universitas



 Scarvelis D, Wells P. Diagnosis and treatment of deep-vein thrombosis. CMAJ 2017;175 (9): 1087–92.  Ageno W. Treatment of pulmonary embolism ; same as deep vein thrombosis treatmement? DVT forum. 2017; 5:7-8  Martiningsih.2014.Peran Perawat Dalam Pencegahan DVT Tinjauan Evident Based Practice. Vol 8 no 1. 4 september 2020.  SDKI, D. & P. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan indikator dignostik (Edisi 1). Jakarta.