Keperawatan Paliatif Pada Budaya Bali & Osing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAWATAN PALIATIF MENJELANG AJAL DALAM KEARIFAN LOKAL BUDAYA : SUKU BALI & OSING



KEPERWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF



oleh : WindaMufidayani NIM 152310101101 KELAS A



PROGAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



Perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal pada Suku Bali A. Definisi Kematian Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. B. Tanda-tanda Kematian Menurut Adrian 2018seorang dinyatakan meninggal ketika: 1. Tidak ada aktivitas batang otak. Tanda-tandanya pupil mata melebar dan tidak bereaksi terhadap cahaya, mata tidak mengedip ketika kornea mata dirangsang, tidak terdapat refleks muntah ketika tenggorokan dirangsang. 2. Organ vital tidak berfungsi. 3. Pernapasan terhenti. 4. Tidak ada aktivitas listrik jantung atau jantung tidak berdenyut. 5. Tidak ada repon terhadap rangsangan nyeri, misalnya ketika dicubit. 6. Tubuh kaku, yang mulai terlihat sejak 3 jam setelah kematian. 7. Suhu tubuh turun, setidaknya 8 jam setelah kematian. C. Perubahan Tubuh Setelah Meninggal (Post-Mortem) Setelah meninggal, serangkaian perubahan secara alami terjadi pada tubuh. Berbagai faktor eksternal dan karakteristik intrinsik dapat mempercepat atau memperlambat proses perubahan pada tubuh setelah meninggal. Berikut ini adalah berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh manusia setelah meninggal: 1. Kaku mayat (rigor mortis) Rigor mortis merupakan perubahan otot menjadi kaku. Dalam banyak kasus, kaku otot dapat dimulai 1-2 jam setelah kematian, dan menghilang setelah 24 jam pasca kematian. 2. Lebam mayat (livor mortis) Livor mortis ditandai dengan munculnya lebam berwarna ungu kebiruan pada bagian tubuh. Kemunculannya merupakan hasil pengendapan darah akibat pengaruh gaya gravitasi.



3. Tardieu spots Bintik-bintik pada kulit yang muncul setelah kematian akibat pembuluh darah yang pecah. 4. Algor mortis Algor mortis adalah perubahan suhu tubuh menjadi dingin setelah kematian. Proses ini hanya terjadi jika suhu sekitar lebih dingin daripada suhu tubuh pada saat kematian. 5. Tache noire Tache noire adalah garis horizontal bewarna merah gelap yang muncul di mata ketika kelopak mata tidak tertutup saat kematian. 6. Purge fluid Purge fluid adalah cairan pembusukan yang keluar dari lubang-lubang pada tubuh, seperti mulut, hidung, saluran kemih, dan anus. 7. Pembusukan atau dekomposisi Dekomposisi merupakan proses pembusukan yang dibantu oleh bakteri yang berasal dari dalam dan luar tubuh D. Keperawatan Paliatif pada Budaya Bali Mayoritas suku bali beragama hindu, agama Hindu percaya pada kelahiran kembali dan reinkarnasi dari jiwa (atman). Jiwa yang abadi dan langgeng. Jiwa seseorang selama hidupnya akan mengalami suka dan duka serta dipengaruhi oleh hukum karma. Oleh karena itu kematian bukanlah bencana besar, bukan akhir dari semua, tapi sebuah proses alami dari sang Jiwa (atman) yang kemudian kembali lagi ke bumi untuk melanjutkan perjalanannya. Jiwa(atman) adalah kekal tidak mengalami kematian, dia abadi. Kematian hanya dialami oleh badan fisik ini. Kematian adalah penghentian sementara aktivitas fisik dan merupakan sarana bagi sang atman untuk meningkatkan tingkatannya lalu kemudian lahir kembali dalam badan yang lain. Seperti halnya ketika kita berganti baju dari baju yang sudah usang menuju baju yang baru. Kelahiran di dunia ini merupakan tempat bagi sang jiwa (atma) untuk melakukan instrospeksi diri. Oleh karena itu jiwa harus lahir lagi dan lagi sampai



mengatasi Maya, mencapai keadaan keseimbangan dan menyadari asal usulnya. Ketika seseorang meninggal, jiwanya bersama dengan sisa-sisa karma (karma wasana) meninggalkan tubuh melalui sebuah lubang di kepala dan pergi ke dunia lain dan kembali lagi setelah menghabiskan beberapa waktu di sana. Apa yang terjadi setelah jiwa meninggalkan tubuh dan sebelum reinkarnasi lagi adalah misteri besar (Pasraman Ganesha Brahmachari Ashram 2015). E. Tanda kematian menurut suku bali Ciri-ciri seseorang akan mengalami kematian menurut suku bali adalah sebagai berikut : 1. Ketika kita tidak bisa melihat bayangan di dalam air atau cermin, dan biasanya ia akan meninggal dalam waktu enam bulan. 2. Sering melihat warna gelap, dan semuanya gelap. Ini adalah tanda kematian semakin mendekat. 3. Ketika tangan kiri seseorang terus berkedut selama seminggu, itu berarti bahwa orang tersebut akan hidup hanya satu bulan lebih. 4. Dikatakan bahwa jika organ-organ indera seseorang menjadi keras seperti batu, itu berarti bahwa ia akan meninggal dalam waktu enam bulan. 5. Seseorang tidak mampu melihat cahaya yang dipancarkan dari bulan, matahari atau api, ini menunjukkan bahwa orang tersebut akan segera mati. 6. Warna kulit orang berubah kuning pucat atau putih dan sedikit merah, itu menunjukkan bahwa orang tersebut akan meninggal 7. Jika lidah orang tiba-tiba mulai membengkak dan gusi mulai mensekresi nanah maka diyakini orang tidak akan hidup lama. 8. Ketika seseorang tidak mampu melihat bintang kutub di langit, itu berarti bahwa orang tersebut akan meninggal 9. Jika seseorang mulai melihat matahari, bulan dan langit sebagai berwarna merah, itu menunjukkan bahwa orang tersebut akan segera meninggal. 10. Jika seseorang bermimpi burung hantu atau melihat sebuah desa kosong dan hancur, maka kematiannya sudah dekat.



F. Penatalaksanaan Menjelang Ajal Dan Perawatan Pasca Meninggal: 1. Menjelang ajal di minta berdo'a dengan mengucapkan sendiri ada tiga yaitu: pertama, Om Bhurwah-wah ta sawitur warinea tarqo dewa siyojimahi yoyona taso dayah, kedua, Om nama siwayah, om nama siwayah, ketiga Om Om Om. Untuk keluarganya dan cucu-cucunya membaca (tidak dibatasi berapa kali) yaitu : Om moksantu swargantu swiyantu sumirganthu kesayanthu. 2. Jenazah di mandikan di rumah seperti layaknya Islam. Jenazah diletakan diatas pepaga (meja) kemudian dimandikan oleh keluarganya. Dalam proses ini kemaluan jenazah akan ditutupi oleh kain hitam, sementara bajunya akan dibuka. Kemudian kain hitam sebagai penutup kemaluan akan di ganti dengan daun teratai (bagi wanita) dan daun terong (bagi laki-laki) dan akan dipakaikan pakaiaan adat lengkap. Diberikan bunga melati di lubang hidung, belahan kaca di atas mata, dan daun intaran di alis. Dengan tujuan mengembalukan kembali fungsi bagian dari tubuh dan jika roh mengalami reinkarnasi agar dianugrahi badan yang lengkap. Upacara memandikan jenazah ini dilakukan di halaman rumah keluarga. 3. Sebelum di kafankan memakai baju bali di dalamnya dengan kain kafan kemudian di ikat menjadi tiga ikatan. 4. Eteh-eteh sawa : a. Pangeringkesan atau eteh-eteh yang digunakan ketika memandikan jenazah. Ini simbolisasi dari suatu pengharapan, apabila sang mati itu reinkarnasi kelak, agar menjadi manusia yang utuh. b. Tumpangsalu : jenazah diletakkan di atas tumpangsalu adalah simbolik adalah roh orang yang meninggal itu tidak lagi berada dalam alam yang lebih di atas atau berada di ambara. c. Ante (dibuat dari bambu, bukan rantai besi). Kata ante berarti terakhir. d. Kajang adalah simbolik daripada tulisan wijaksara sebagai pengawak sang mati. Di dalam kajang ini dituliskan huruf-huruf magis yang terdapat pada jasmaniah manusia.



e. Ukur adalah bermakna pangawak sang mati. Badan manusia adalah berlapis-lapis yaitu : sthulasarira, suksmasarira dan antakarana. Maka dari itu di dalam upacara ngaben atma dibuatkan pangawak yang berlapis-lapis juga. f. Ulonadalahkekudung (tutup kepala) sang mati. g. Kerebsari adalah simbolik daripada saput atau selendang sang mati. h. Kerebsinom adalah simbolik daripada umpal sang mati. i. Sok cegceg adalah simbolik daripada pangawak sang catur sanak. j. Damar-kurung adalah simbolik daripada surya atau matahari yang memberikan sinar terang dalam perjalanan sang atma k. Wadah atau bade adalah tempat usungan jenazah atau pengawak-sawa menuju setera tempat pembakaran. Wadah atau bade itu adalah simbolik daripada gunung. Itulah sebabnya wadah atau bade memakai tumpang. Gunung adalah lingga-acala sebagai simbolik daripada sthana Hyang Widhi dalam wujud Dewa Siwa. l. Patulangan adalah tempat pembakaran jenazah atau pengawak-sawa. Patulangan dibuat berbentuk binatang tertentu yaitu lembu, singa bersayap, naga bersayap, gajahmina dan wekastinarasinga. Mengapa patulangan itu justru berbentuk binatang tertentu. Ini mengandung arti simbolik-filosofis yang tinggi. m. Ritual Ngising : Ngising adalah acara puncak dari Upacara Ngaben, yaitu pembakaran jenazah. Jenazah akan dibaringkan ditempat yang disediakan, disertai sesaji kemudian diperciki oleh pendeta pemimpin upacara dengan Tirta Pengentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari pendeta. Setelah selesai



barulah



jenazah dibakar hingga hangus, tulang-tulang hasil pembakaran kemudian diulek (digilas)



dan dirangkai lagi dalam buah kelapa



gading yang telah dikeluarkan airnya. n. Ritual Ngayud : Ritual terakhir dari Upacara Ngaben adalah Ngayud, yaitu menghanyutkan abu yang sudah dimasukan ke dalam kelapa



gading ke laut atau ke sungai. Yang memiliki makna menghanyutkan segala kekotoran yang tertinggal dalam roh. o. Di kuburkan pada orang hindu adalah jenazah yang tidak memiliki biaya untuk Ngaben, di kuburkan sementara paling lama satu tahun, ada jenazah yang langsung diletakkan di pohon cendana (Bali).



Perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal pada Suku Osing



Berdasarkan pengalaman dari ibu saya, beliau menjelaskan bahwa tandatanda menjelang ajal akan nampak pada 3-7 hari sebelum kematian. Orang tersebut biasanya menunjukkan tanda gejala fisik seperti wajah terlihat pucat dan sayu, menyusutnya daun telinga yang disusl dengan keluarnya kotoran telinga yang berbentuk gumpalan, kemuadian mengecilnya cuping hidung, dan penurunan suhu pada telapak tangan dan kaki sehingga pada daerah tersebut kulit akan terasa lebih dingin. Tanda lain yang muncul dari orang yang akan mengalami kemtaian adalah keluarnya kotoran atau tinja terakhir atau pada daerah banyuwangi sering disebut dengan “tai kalong”, dimana tinja tersebut berbentuk bulat padat dan berwarna kehitaman. Ibu saya menjelaskan, orang yang menjelang ajal biasanya akan memiliki firasat. Biasanya orang tersebut akan “pamit” atau meninggalkan beberapa pesan kepada anak,keluarga dan kerabat terdekat.



DAFTAR PUSTAKA



Adrian, K., 2018. Tanda Kematian yang Menentukan Seseorang sudah Meninggal. Available at: https://www.alodokter.com/tanda-tanda-kematiansudah-di-depan-mata [Accessed November 12, 2019]. Ariani, Maya D. 2015. Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Kompleks Pelayanan Kematian Di Bantul, Diy. http://ejournal.uajy.ac.id/8449/3/TA213796.pdf Dr. Yanti & Dr. Vivian Andriani Soesilo. Bagaimana Mendampingi Orang Sakit yang Menjelang Ajal. http://www.telaga.org/audio/bagaimana_mendampingi_orang_sakit_yang_menjel ang_ajal Pasraman Ganesha Brahmachari Ashram, 2015. Kematian dan setelah Kematian menurut Hindu. Available at: http://www.pasramanganesha.sch.id/2015/12/kematian-dan-setelahkematian-menurut.html [Accessed November 12, 2019]. Sobirin Muh. 2016. Perawatan Jenazah Menurut Islam dan Hindu. AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 2, No. 1