Kerajaan Angkor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KERAJAAN ANGKOR Angkor adalah tempat di mana salah satu peradaban terbesar dalam sejarah hilang tanpa sepenuhnya diketahui apa sebabnya. Kerajaan Khmer berkuasa dari abad ke-9 hingga abad ke-15 dan pada puncak kejayaannya mendominasi wilayah nan luas di Asia Tenggara, dari Myanmar di barat hingga Vietnam di timur. Hingga 750.000 orang tinggal di Angkor, ibu kota Kerajaan Khmer yang membentang di wilayah sebesar Kabupaten Tangerang, membuatnya menjadi kota terluas di dunia praindustri. Pada akhir abad ke-16 saat misionaris Portugis menemukan menara-menara berbentuk teratai di Angkor Wat candi terumit di kota itu dan monumen agama terbesar di ibu kota yang dulu gilang-gemilang itu sudah sekarat. 1.



Pusat Kemaharajaan Khmer Periode Angkor dimulai tidak lama setelah tahun 800 M, ketika raja Khmer Jayawarman



II mengumumkan kemerdekaan Kambujadesa (Kamboja) dari Jawa dan membangun ibu kota baru di Hariharalaya (kini Roluos) pada ujung utara danauTonle Sap. Dengan melancarkan ekspedisi militer, persekutuan, perkawinan dan penganugerahan lahan, ia berhasil mempersatukan negara yang berbatasan dengan China (di utara), Champa (kini Vietnam tengah, di timur), lautan (di selatan) dan kawasan yang disebutkan berdasarkan prasasti sebagai "tanah kapulaga dan mangga" (di barat). Pada tahun 802, Jayavarman menyatakan status barunya sebagai "penguasa jagat" (chakrawartin), kemudian mengkaitkan dirinya dengan pemujaan terhadap Shiwa yang ditiru oleh raja-raja penerusnya, dengan mengambil gelar "dewaraja". Pada 889 M, Raja Yasowarman I naik takhta. Raja agung ini terkenal sebagai pembangun yang hebat. Dekat ibu kota lama Hariharalaya, Yasowarman cmembangun kota baru yang disebut Yasodharapura. Sesuai tradisi pendahulunya, ia membangun kolam penampungan air yang besar yang disebut baray. Makna pembangunan reservoir atau penampungan air telah menjadi perdebatan bagi ilmuwan modern, beberapa menganggapnya sebagai infrastruktur irigasi pertanian padi, sementara pihak lainnya memandang kolam besar ini sebagai simbol keagamaan yang melambangkan samudra besar dalam mitologi Hindu yang mengelilingi gunung Mahameru, tempat bersemayam para dewa. Gunung itu dilambangkan dengan candi yang menjulang tinggi, di mana sang "dewa-raja" dilambangkan dengan sebuah lingga. Berdasarkan simbolisme semesta ini, Yasowarman membangun kuilnya di sebuah bukit yang disebut Phnom Bakheng, yang dikelilingi parit yang airnya dialirkan dari baray. Ia juga membangun beberapa kuil Hindu dan asrama sebagai tempat kediaman pertapa brahmana.



1



Selama lebih dari 300 tahun, kurun 900 sampai 1200, Kemaharajaan Khmer membangun mahakarya arsitektur dunia di kawasan Angkor. Kebanyakan bangunan ini memenuhi kawasan yang membujur seluas 24 kilometer timur ke barat, dan 8 kilometer utara ke selatan, meskipun Taman Purbakala Angkor juga mencakup situs yang lebih jauh seperti Kbal Spean yang terletak sekitar 48 kilometer ke utara. Sekitar 72 candi utama dan bangunan lainnya terdapat di kawasan ini, termasuk kuil-kuil kecil yang terpencar lebih jauh. Karena tersebar luas, datarannya yang rendah, dan pola permukiman bangsa Khmer, Angkor tidak memiliki batas formal yang jelas, maka luas persisnya sulit diperkirakan.. Meskipun demikian, kawasan spesifiknya sekitar 1.000 km². Dibalik kuil utama terdapat sistem infrastruktur yang rumit, termasuk jaringan jalan dan kanal yang menunjukkan keterkaitan tinggi dan integrasi antara daerah pinggir kota dengan pusat kota. Dalam hal luas spasial, Angkor menjadi kawasan urban gabungan terbesar sebelum era Revolusi Industri, dengan mudah melampaui kota Tikal dalam peradaban Maya. Dalam hal luasan urban, Angkor bahkan mendekati ukuran kota modern Los Angeles, dan dikatakan berukuran 17 kali lipat lebih besar dari pulau Manhattan.



2.



Pembangunan Angkor Wat Angkor Wat adalah salah satu candi utama di kawasan Angkor, dibangun antara tahun



1113 dan 1150 atas perintah raja Suryawarman II. Suryawarman naik takhta setelah berhasil mengalahkan pangeran saingannya. Sebuah prasasti menuliskan bahwa Suryawarman memenangi perang dengan cara melompat ke punggung gajah perang musuh sekaligus membunuh musuhnya, bagaikan Garuda membunuh ular naga. Setelah mengkonsolidasikan posisi politiknya melalui berbagai serangan militer, diplomasi, dan administrasi domestik yang tegas, Suryawarman memulai pembangunan Angkor Wat sebagai candi pribadinya sekaligus kuil dan makam tempat ia dimuliakan. Ia memutus tradisi raja-raja Khmer sebelumnya yang lebih mengutamakan Shiwa dengan berpaling pada aliran Waisnawa seiring bangkitnya aliran yang lebih memuliakan Wishnuini di India. Ia mempersembahkan candi ini untuk Wishnu dengan menyebutnya Vishnuloka, dan bukan kepada Shiwa. Dengan tembok hampir mencapai panjang 2,4 kilometer pada setiap sisinya, Angkor Wat dengan megahnya menggambarkan kosmologi Hindu, dengan menara utama melambangkan gunung Meru, tempat bersemayam para dewa; dinding luar melambangkan pegunungan yang melingkari dunia;



parit



besar



melambangkan



samudra



luas.



Tema



tradisionalnya



adalah



mengidentifikasikan dewa-raja Kamboja dengan dewa Hindu, dan tempat tinggalnya adalah kerajaan langit (swargaloka) yang tampak dari segala perwujudan dan perlambang candi 2



agung ini. Ukuran candi ini sendiri memiliki arti kosmologis yang melambangkan alam semesta. Suryawarman memerintahkan dinding candi ini dihiasi bas relief yang selain menampilkan adegan dalam mitologi, juga adegan kehidupan sehari-harinya di istana kerajaan. Salah satu adegannya menggambarkan sang raja dalam ukuran besar tengah duduk dengan kaki bersilang di singgasana tinggi tengah memimpin rapat kerajaan, sementara dayang-dayang dan pengiringnya mengipasi dan memayunginya. 3.



Jayavarman VII Arca perwujudan Jayavarman VII dipamerkan di Musee Guimet, Paris Setelah wafatnya



raja Suryavarman sekitar tahun 1150 masehi, kerajaan jatuh ke dalam perebutan kekuasaan dan kekacauan dalam negeri. Negeri tetangganya, Champa di timur (kini Vietnam Selatan) memanfaatkan situasi ini pada 1177 dengan melancarkan serangan melalui laut memasuki sungai Mekong dan menyeberangi danau Tonle Sap. Balatentara Champa berhasil menaklukan ibu kota Khmer di Yasodharapura dan menewaskan raja yang berkuasa. Akan tetapi seorang pangeran Khmer yang kelak menjadi raja Jayawarman VII menghimpun rakyatnya dan berhasil memukul mundur tentara Champa di danau dan di daratan. Pada tahun 1181, Jayavarman naik takhta. Ia kemudian menjadi raja Khmer Angkor yang paling agung. Di atas reruntuhan kota Yasodharapura, Jayawarman membangun kota berbenteng Angkor Thom, dilengkapi dengan pusat spiritual yaitu candi Bayon. Bas-relief di Bayon menggambarkan tidak hanya adegan pertempuran sang raja menaklukan orang Champa, tetapi juga berbagai adegan kehidupan sehari-hari rakyat Khmer, baik kehidupan rakyat jelata di pedesaan, ataupun kehidupan bangsawan di istana. Sebagai tambahan, Jayawarman membangun candi-candi terkenal lainnya, yaitu Ta Prohm dan Preah Khan, dipersembahkan untuk kedua orang tua Jayawarman VII. Proyek pembangunan



besar-besaran



ini



berbarengan



dengan



peralihan



agama



kerajaan



dari Hinduisme menjadi Buddha Mahayana, ditambah lagi Jayavarman sendiri memeluk agama Buddha Mahayana. Pada masa pemerintahan Jayavarman VII, candi-candi Hindu beralih fungsi menjadi candi Buddha dengan menambahkan arca Buddha dalam candi tersebut, Angkor Wat untuk sementara beralih fungsi menjadi candi Buddha. Setelah kematian Jayavarman VII, agama Hindu bangkit kembali, dan muncul gerakan mengembalikan kewibawaan agama Hindu dengan aksi besar-besaran merusak arca buddha dan mengembalikan fungsi candi Hindu, gerakan ini berlangsung hingga abad ke-14 ketika Buddha aliranTheravada menjadi agama dominan di Kamboja.



4.



Zhou Daguan 3



Tahun 1296 ditandai dengan kedatangan duta China Zhou Daguan ke Angkor. Kunjungan Zhou selama satu tahun di ibu kota Khmer ini berlangsung pada masa pemerintahan Indravarman III. Catatan Zhou Daguan memiliki arti penting bagi sejarah, karena dalam buku catatan setebal 40 halaman ia mencatat secara rinci adat istiadat Kamboja berdasarkan pengamatannya atas masyarakat Khmer. Catatannya antara lain terkait keagamaan, sistem peradilan, kerajaan, pertanian, perbudakan, aneka burung, sayur-sayuran, kebiasaan mandi, busana, peralatan, peternakan dan pemanfaatan hewan, serta perdagangan. Dalam satu catatannya ia menggambarkan prosesi kerajaan berupa iring-iringan prajurit, berbagai abdi perempuan dan selir, para menteri dan pangeran, serta diakhiri "Sang Maharaja berdiri di atas gajah dengan menggenggam pedang suci di tangannya." Bersama dengan berbagai prasasti Angkor, candi, monumen, serta bas-relief di Bayon, catatan Zhou adalah salah satu sumber informasi penting mengenai kehidupan sehari-hari di Angkor. Dipenuhi dengan anekdot yang nyata serta pengamatan mendalam atas peradaban yang dianggap Zhou sebagai peradaban yang berwarna dan eksotik, serta merupakan memoir perjalanan yang menarik. 5.



Berakhirnya periode Angkor Periode Angkor diperkirakan berakhir pada tahun 1431, tahun ketika Angkor ditaklukan



dan dijarah oleh Ayutthaya. Meskipun sebenarnya peradaban Angkor sudah mulai menurun pada abad ke-13 dan ke-14 masehi. Pada abad ke-15, hampir semua bagian kota Angkor ditinggalkan



penghuninya,



kecuali



Angkor



Wat



yang



telah



beralih



fungsi



menjadi wihara Buddha. 6.



Perang dengan Kerajaan Ayutthaya Kemaharajaan Khmer Empire pada tahun 900 M. Secara luas dipercaya bahwa



ditinggalkannya ibu kota Khmer ini akibat dari serbuan Ayutthaya. Perang yang berkepanjangan dengan bangsa Siam telah menguras tenaga Angkor sejak zaman Zhou Daguan menjelang akhir abad ke-13 masehi. Dalam catatan perjalanannya, Zhou melaporkan kerajaan menderita akibat peperangan, sedemikian sehingga segenap rakyat diwajibkan terlibat untuk membela negara. Setelah keruntuhan Angkor pada tahun 1431, banyak orang (seniman, penari, ahli bangunan), naskah, dan sistem pranata Angkor diboyong ke ibu kota Ayutthaya di barat, sementara sebagian lainnya mengungsi ke ibu kota Khmer baru di Longvek jauh di Selatan, meskipun kemudian ibu kota Khmer kembali pindah, pertama ke Oudong sekitar 45 kilometer (28 mi) dari Phnom Penh di distrik Ponhea Leu, sebelum akhirnya menempati kota Phnom Penh.



4



KERAJAAN THAI Kerajaan Thai (nama resmi bhasa thai : Ratcha Anachak Thai : atau Prathet Thai ), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca :”mengthai”, sama dengan versi Inggrisnya, berarti “Negeri Thai” ), adalah sebuah Negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur , Malaysia dan Teluk Siam di Selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata “ Thai “ berarti “kebebasan “ dalam bahasa thai , tetapi juga dapat merujuk kepada suku Thai , sehingga menyebabkan nama siam masih digunakan dikalangan warga Negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa dan Amerika. 1.



ASAL MULA KERAJAAN THAI Asal mula kerajaan thai secara tradisonal dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang



berumur pendek, kerajaan sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad-14 dan berukuran lebih besar di bandingkan sukhothai kebudayaan kerajaan thai di pengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India.hubungan dengan Negara besar di Eropa di mulai dengan abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, kerajaan thai tetap bertahan sebagai satu satunya Negara di asia tenggara yang tidak pernah di jajah oleh Negara besar Eropa, namun pernah diduduki oleh Negara jepang sebagai teritori imperial. Oleh karena itu mendapat pengaruh dan tekanan bangsa barat yang mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke -19 maka di berikan kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania di Thailand. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyababkan di mulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, Negara ini mengganti nama internasionalnya menjadi “ Thailand” pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah kembali mengganti nama lamanya paskah-perang dunia II. Pada perang tersebut, kerajaan thai bersekutu dengan Jepang: tetapi saat perang dunia II berakhir, kerajaan thai menjadi sekutu Amerika Serikat beberapa kudeta dalam tahun tahun setelah berakhirna perang, tetapi kerajaan thai mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an. Kalender kerajaan thai didasarkan pada tahun Budha, yang lebih cepat 543 tahun dibandingkan kalender barat. Tahun 2000 masehi sama dengan tahun 2543 dalam kalender kerajaan thai. Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi dikerajaan thai selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang di lakukan oleh 5



rezim shinawartra. Banyak Negara mengecam keras tragedy ini. Namun dalam pemilihan kepala pemerintahan, Thaksin Shinawatra kembali memerintah Negara ini untuk empat tahun berikutnya. 2.



Geografi Kerjaan thai merupakan tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di



sebelah utara, keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri dari Hamparan Khotrat, yang di batasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah Negara didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir ke Teluk Thailand.Di sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu. Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah timur laut dari November hingga pertengahan Maret.Tanah genting di sebelah selatan selalu panas. Kerajaan Thai berbatasan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah 5◦-21◦ LU dan 97◦-106◦ BT. 3.



Politik Raja Thailand mempunyai sedikit kekuasaan langsung dibawah konstitusi sekaligus



merupakan pelindung Buddisme Kerajaan Thai dan lambing jati diri dan persatuan bangsa. Raja yang memerintah saat ini sangat dihormati oleh rakyatnya dan dianggap sebagai pemimpin dari segi moral, suatu hal yang telah dimanfaatkan pada beberapa kesempatan untuk menyelesaikan krisis politik. Kepala Pemerintahan adalah Perdana Menteri, yang dilantik oleh Raja dari angota-anggota parlemen dan biasanya adalah pemimpin partai mayoritas. Parlemen Kerajaan Thai yang menggunakan system 2 kamar, yaitu Majelis Nasional atau Rathasapha, yang terdiri dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthean Ratsadon)



yang



beanggotakan 150 orang . Anggota Dewan Perwakilan menjalani masa bakti selama 4 tahun, sementara pasar senator menjalani selama 6 tahun. Badan kehakiman tertinggi adalah Mahkama Agung (Sandika ) yang jaksanya dilantik oleh raja. Kerajaan Thai juga adalah anggota aktif ASEAN. 4.



Ekonomi Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi dari tahun 1985 -1995 rata-rata 9%



pertahun tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang kerajaan Thai, baht, pada 6



tahun 1997 mennyebabkan tarjadinya kerisis yang membuka kelemahan sector keuangan dan memaksa pemerintah untuk mengembangkan Bath. menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat-yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Petumbuhan sempat di perlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, tetapi kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di Tiongkok dan beberapa program stimulant dan negeri serta kebijakan dua jalur yang di tempuh pemerintah Thaksin Shinwatra Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3% dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005. Sector pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industry ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai. 5.



Demografi Agama menurut wilayah atau regional di Thailand (2015) dari 67,328,562 jiwa. Populasi



Kerajaan Thai didominasi etnis Thai dan etnis Lao, yang berjumlah 3\4 dari seluruh penduduk. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara sejarah memegang peranan yang besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu diselatan, Mon, Khnmer dan berbagi suku orang bukit. Sekitar 94.63% penduduk Kerajaan Thai adalah pemeluk agama Buddha aliran Theravada, tetapi ada minoritas kecil pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu. Bahasa Thai merupakan bahasa nasional Kerajaan Thai, yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi ada banyak juga bahasa daerah lainnya. Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas di sekolah. 6.



Budaya Muay Thai, sejenis seni bela diri kickboxing ala Kerajaan Thai, adalah olahraga nasional



di Kerajaan Thai dan merupakan seni beladiri setempat. Popularitasnya memuncak di seluruh dunia pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri yang mirip dengan muay Thai di Negaranegara lain di Asia Tenggara. Ucapannya penyambut yang umum di Kerajaan Thai adalah isyarat bernama wai, yang geraknya mirip dengan gerakan sembahyang.Hal-hal yang tabu dilakukan di antaranya menyentuh kepala seseorang dan menunjuk dengan kaki, karena kepala dan kaki masing-masing merupakan bagian tubuh yang paling atas dan bawah. Masakan Kerajaan Thai memcampurkan empat macam rasa yang dasar: manis, pedas, asam dan asin.



7