Kerja Sama Tim IPE DAW [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

By, Mas Dwi



Pengertian kerjasama Tim antar profesi Kata dari “group” atau “team” (Douglas (1983); Adair (1986)) dalam beberapa literatur dipergunakan secara bergantian. Para pakar mengatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok atau tim adalah sama. Menurut Dauglas (1983) mengatakan bahwa “Teams are co-operative groups in that they are called into being to perform a task, a task that cannot be performed by an individual” .



Collaboration



an active and ongoing partnership, often between people from diverse backgrounds, who work together to solve problems or provide services.



Interprofessional collaboration



a type of interprofessional work which involves different health and social care professions who regularly come together to solve problems or provide services.



Collaborative patient-centred practice a type of arrangement designed to promote the participation of patients and their families within a context of collaborative practice.



Interdisciplinary teamwork



relates to the collaborative efforts undertaken by individuals from different disciplines such as Nursing Science, Midwifery, Farmachist & laboratory science, Dietarian, Environment Science, Electromedical Enginering.



Interprofessional teamwork



a type of work which involves different health and/or social professions who share a team identity and work closely together in an integrated and interdependent manner to solve problems and deliver services.



Prinsip-prinsip dasar kerjasama antar profesi



Menurut Reeves (2010), dimensi kunci dalam kerjasama antar profesi meliputi beberapa hal: a. Menetapkan tujuan tim yang jelas. b. Memiliki suatu ciri atau identitas tim bersama. c. Memiliki komitmen tim bersama. d. Peran yang jelas pada setiap profesi. e. Adanya konsep saling ketergantungan (interdependece). f. Adanya intergrasi diantara anggota tim.



Pembentukan collaborative practice skill, Bronstein menyebutkan adanya 4 faktor yang akan mempengaruhi dalam menerapkan interdisciplinary collaboration yaitu (1)personal characteristics; (2)professional role; (3)structural characteristics; dan (4)history of collaboration.



Interprofessional Teamwork (Reeves Scott, Lewin S, Espin S (20



Peran tim (team roles) dalam lingkup pembelajaran antar profesi dan praktik kolaboratif. Untuk dapat melakukan kerjasama tim, ada empat kompetensi inti dalam melakukan kerjasama tim yaitu (1)pengetahuan tentang peran-peran pelayanan kesehatan; (2)kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan profesi kesehatan lainnya; (3)kemampuan untuk merefleksikan pengaruh peran atau sikap profesi lain yang berhubungan dengan mutual trust; dan (4)keinginan untuk bekerja secara bersama-sama. Proses tim (team proces)dalam lingkup pembelajaran antar profesi dan praktik kolaboratif : (1)Strategi penerapan pengembangan tim (tim building) pada kerjasama antar profesi. (2)Prinsip mempercayai dan menghormati (trust and respect) dalam kerjasama antar profesi (3) Berbagai jenis konflik yang timbul dalam kerjasama antar profesi. (4) Strategi menerapkan manajemen konflik dalam kerjasama antar profesi



Strategi yang memfasilitasi kerjasama tim pada pembelajaran antar profesi 1. Integrated care pathways untuk penanganan masalah kesehatan dalam kerjasama antar profesi 2. Model case management dalam penanganan masalah kesehatan dalam kerjasama antar profesi 3. Role shifting, role delegation, dan role creation dalam pembelajaran kerjasama antar profesi



Metode evaluasi dalam pembelajaran kerjasama antar profesi Strategi evaluasi pembelajaran kerjasama antar profesi secara formatif dan sumatif pada bagian: a. Masukan / input: evaluasi peserta didik, pengajar, fasilitas b. Proses: proses pembelajaran c. Keluaran: Metode Kirkpatrick



Model evaluasi ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1959 oleh Donald Kirkpatrick, seorang profesor di Universitas Wisconsin, sekaligus presiden dari American Society for Training and Development (ASTD). Sejak kemunculannya, model ini telah mengalami perkembangan sebanyak dua kali, masing-masing di tahun 1975 dan 1994. Empat level yang dimaksud adalah Reaction (Reaksi), Learning (Pembelajaran), Behavior (Tingkah laku), dan Results.



4 LEVEL MODEL EVALUASI KIRKPATRICK Level 1: Reaction Level ini mengukur bagaimana para mahasiswa bereaksi pada Pembelajaran tersebut. Merasa berguna dan membantu perkembangan mereka, sekaligus bahwa mereka merasa nyaman dengan kehadiran mahasiswa yang memberikan layanan Asuhan Kesehatan. Reaksi perlu diukur untuk menjadi referensi ke depan agar program PKL Tematik ini menjadi seefektif mungkin dan senantiasa berkembang, sekaligus mendeteksi apakah ada materi yang tertinggal dan tidak disampaikan. Tips praktis untuk level ini adalah memberikan kuesioner kepada mahasiswa, agar peserta dapat memberikan rating atas: instruktur, topik, materi-materi, presentasi yang telah diberikan, serta lokasi PKL Tematik.



Level 2: Learning Level berikutnya mengukur apa saja yang telah dipelajari oleh para mahasiswa dengan Adanya kegiatan PKL Tematik ini. Pertanyaan yang penting diajukan adalah seberapa jauh mereka belajar, atau menangkap pengetahuan, wawasan baru, dan ketrampilan dalam bekerja sama Tips praktis untuk level ini adalah memberikan pra dan post-test kepada Mahasiswa.



Level 3: Behavior Di level ini, hal yang dapat di evaluasi adalah seberapa jauh sikap dan perilaku para Mahasiswa berkembang setelah menerima Pembelajaran IPE/IPC. Hal ini dapat lebih spesifik terlihat dalam bagaimana mereka mengaplikasikan informasi dan materi yang mereka dapatkan.



Level 4: Result Di level terakhir, hasil akhir dari Pengembanagan kuliah IPE/IPC tersebut dapat dianalisa dan diukur.



Wassalamualaikum…. Terima kasih Matur nuwun Sakalangkong