Khotbah 1 Petrus 1 13-25 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Baca:  1 Petrus 1:13-25 "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,"  1 Petrus 1:15 Hidup dalam kekudusan dan tidak bercacat sesungguhnya adalah kehendak Tuhan bagi setiap manusia, sebab Tuhan telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya  (baca  Kejadian 1:27).  Tuhan adalah kudus, maka Ia pun menghendaki manusia kudus seperti diri-Nya.  "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:16).  Karena Tuhan adalah kudus maka Ia tidak dapat menyatu dengan ketidakkudusan dan segala bentuk kecemaran.  Dengan kata lain kalau kita tidak hidup dalam kekudusan kita pun tidak dapat menyatu dengan Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan, maka dari itu  "...kejarlah kekudusan,"  (Ibrani 12:14).  Apabila kita ingin melihat dan mengalami kehadiran Tuhan syarat mutlaknya hidup dalam kekudusan.      Salah satu definisi kata kudus adalah berada dalam kemurnian;  bahasa Ibraninya kadosh, yang berarti naik lebih tinggi.  Artinya Tuhan memanggil orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, level hidup yang naik ke arah Kristus, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup dan berpikir sebagaimana Kristus berpikir.  Hidup kudus berarti pula hidup terpisah dari segala bentuk dosa dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan, karena tubuh kita adalah bait Tuhan.  "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"  (1 Korintus 3:16).  Bait Tuhan merupakan suatu tempat yang kudus di mana hadirat Tuhan akan hadir di dalamnya.  Untuk itulah kita harus memelihara tubuh kita agar selalu bersih dan terbebas dari segala bentuk kenajisan dan kecemaran.  Bagaimana caranya?  Kita harus mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus setiap hari.  Dengan pertolongan Roh Kudus saja kita beroleh kekuatan untuk meninggalkan perbuatan daging.      Kekudusan dan kemurnian hidup tidak akan pernah bisa dicapai jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, tanpa bergantung kepada anugerah dan kekuatan dari Tuhan.  Tanpa Roh Kudus kita tidak akan mampu!



Jadilah Kudus Di dalam Seluruh Hidupmu (1 Petrus 1: 13-21)



“..tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” (1 Petrus 1: 15)



Apa yang pertama kali kita bayangkan ketika mendengar kata kudus? Sesuatu yang murni, sesuatu yang suci? Sesuatu yang tidak terkontaminasi dengan unsur lain?



Pemahaman kita mengenai kata kudus ini tentu akan memengaruhi sikap hidup kita sebagai orangorang Kristen. Kalau kita memahami menjadi orang kudus berarti hidup terpisah dengan yang lain, bisa saja kita menjadi orang yang tidak lagi mau bergaul dengan orang-orang lain. Tentu saja ini pemahaman yang keliru mengenai kekudusan.



Rasul Petrus menyingkapkan sifat kekudusan Allah. Allah adalah Allah yang kudus. Kekudusan Allah inilah yang pada dasarnya membuat manusia tidak mudah menjangkau Allah. Namun demikian Allah yang kudus, yang tidak terjangkau ini, membuat diri-Nya lebih mudah terjangkau oleh manusia. Melalui Yesus, Allah Bapa yang tidak terjangkau ini lebih mudah dijangkau oleh manusia berdosa. Melalui Yesus pula, Sang Bapa menguduskan manusia yang berdosa.



Mereka yang telah dikuduskan Sang Bapa melalui Kristus, dipanggil untuk mewujudkan kekudusan itu dalam hidup sehari-hari: tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu. Jadi, kekudusan umat percaya bukan berarti umat percaya diperintahkan agar mengasingkan diri dari kehidupan sehari-hari supaya bisa memelihara hidup kudus, melainkan justru masuk dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kekudusan hidup itu di seluruh kehidupannya.



Dengan sangat jelas, Rasul Petrus mengaitkan watak batin kudus ini dengan watak relasional kekudusan tersebut. Kekudusan tidak perlu memisahkan kita dengan sesama. Kita tidak menjaga kekudusan hidup dengan memisahkan diri dengan sesama kita, justru kita menjaga kekudusan kita dengan mempraktikan kekudusan tersebut dalam perjumpaan dengan sesama kita. Itulah sebabnya, Rasul Petrus kemudian berkata, ”hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” (ayat 22). Sama seperti Allah yang kudus mewujudkan kekudusan-Nya dengan mengasihi manusia, kita juga diajak mewujudkan dan memelihara kekudusan dengan mengasihi sesama, bukan menjauhkan diri dari sesama.



Oleh sebab itu, jangan pernah memiliki pikiran, misalnya, karena aku pengikut Kristus adalah orang kudus, aku tidak mau lagi makan makanan yang diberikan tetangga yang beragama lain. Amin.