KIAN  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS TERAPI JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN GUSUNGE TAHUN 2022



KARYA ILMIAH AKHIR NERS



Disusun Oleh: Hasrini S.Kep NIM D.21.09.017



STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022



ANALISI TERAPI JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN GUSUNGE TAHUN 2022



KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba



Disusun Oleh: Hasrini S.Kep NIM D.21.09.017



STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022



i



LEMBAR PERSETUJUAN Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba” Tanggal 31 Desember S/D 03 Januari Tahun 2022”



Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 17 Februari 2022 Oleh :



SRI SUDARNI KARIM NIM. D2109035



Pembimbing



Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes



ii



LEMBAR PENGESAHAN Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Pemberian Terapi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Lingkungan Gusunge Tanggal 09 Mei S/D 13 Mei Tanggal 31 Desember S/D 03 Januari Tahun 2022” Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 17 Februari 2022 Oleh :



SRI SUDARNI KARIM NIM. D2109035



Pembimbing



Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes



Penguji I



Penguji II



Haerati, S.Kep, Ns, M.Kep



Etty , S.Kep, Ners,.M.Kep



Ketua Program Studi Profesi NERS



Hj. Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep



iii



LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama



: Sri Sudarni Karim



Nim



: D2109035



Program studi



: Ners



Tahun akademik



2022



Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul : “Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba Tanggal 02 Februari S/D 06 Februari Tahun 2022”. Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah di tetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Bulukumba, 16 Februari 2022



Sri Sunarti Karim NIM. D2109035



iv



ABSTRAK



Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba. Sri Sudarni Karim1, Fitriani2 Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkiolus terminal. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (mukus berlebih). Ketidakefektifan bersihan jalaan nafas merupakan ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Fisioterapi dada adalah suatu cara terapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik respirasi. Tujuan penelitian yaitu mampu melaksanakan analisis keperawatan secara komprehensif kepada klien yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif. Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang mempunyai penyakit Bronkhopneumonia. Subjek dalam studi kasus adalah satu orang anak bronkhopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis: oksigenasi. Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Perawatan Anak Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba pada tanggal 31 Desember 2021 – 03 Januari 2022. Berdasarkan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. Maka intervensi yang diberikan adalah fisioterapi dada (clubbing, vibrasi dan perkusi). Implementasi dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 3 hari. Evaluasi didapatkan bersihan jalan nafas paten sehingga masalah teratasi. Adapun kesimpulan yaitu sesuai dengan hasil yang didapat pada pasien An.M tindakan fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekret secara efektif hal ini sama dengan jurnal-jurnal terkait. Diharapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau kebiasaan sehari-hari. Kata Kunci: Fisioterapi Dada, Bersihan Jalan Napas, Bronkopneumonia,



v



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingannya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul “Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba Tanggal 02 Februari S/D 06 Februari Tahun 2022”. KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba. Bersama dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih khususnya kepada kedua orang tua tercinta, hormatku kepada mereka yang telah memberikan doa, dorongan, dukungan moril serta materi kepada penulis dalam menuntut ilmu. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada : 1. H. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada Bulukumba. 2. Dr. Muriyati., S.Kep, M.kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba. 3. Dr. A. Suswani Makmur, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Wakil Ketua 1 4. Hj. Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi Ners. 5. Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan KIAN ini. 6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan. 7. Teman-teman Ners angkatan 2022, yang telah memberikan dukungan serta bantuan hingga proposal ini dapat terselesaikan.



vi



Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian KIAN ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang munkin telah saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.



Bulukumba,17 Februari 2022



Penulis



vii



DAFTAR ISI Halaman judul Halaman judul Lembar Persetujuan............................................................................................ii Lembar Pengesahan...........................................................................................iii Lembar Pernyataan Orisinalitas....................................................................... iv Abstrak................................................................................................................v Kata Pengantar...................................................................................................vii Daftar Isi............................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1



A. Latar Belakang................................................................................................1 B. Tujuan.............................................................................................................4 1. Tujuan Umum..........................................................................................4 2. Tujuan Khusus.........................................................................................4 C. Ruang Lingkup...............................................................................................5 D. Manfaat...........................................................................................................5 1. Manfaat Untuk Mahasiswa.......................................................................5 2. Manfaat untuk Lahan Praktek..................................................................5 3. Manfaat untuk Institusi.............................................................................5 E. Metodologi Penelitian.....................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7



A. Standar Prosedur Operasional Fisioterapi Dada..............................................7 B. Artikel Terkait ..............................................................................................11 C. Konsep Keperawatan Keluarga .....................................................................14 D. Konsep Hipertensi ........................................................................................24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................43



A. Rancangan Penelitian.....................................................................................43 B. Populasi Dan Sampel.....................................................................................43 C. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................44 BAB IV HASIL DAN DISKUSI..........................................................................................45



viii



A. Data Demografi Pasien..................................................................................45 B. Status Kesehatan............................................................................................46 C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu........................................................................... D. Proses Keperawatan......................................................................................27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................33



A. Kesimpulan....................................................................................................33 B. Saran..............................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Riskesdas (2018) penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun Negara berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah-satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Resiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya pre hipertensi sebelum mereka di diagnosis hipertensi terjadi pada umur di antara dekade ketiga dan decade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi disbanding perempuan. Dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevelensi untuk hipertensi sebesar 65,4% (Triyanto, 2014). Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg); dengan presentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya, (Triyanto, 2018). Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Milliar orang didunia menyandang hipertensi, artinyan 1 dari 13 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milliar 11



orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya Faktor resiko hipertensi menurut lembaga Pusat Data dan Informasi (Infodatin, 2014) adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetic (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman



beralkohol,



obesitas,



kurang



aktifitas



fisik,



stress,



penggunaan esterogen. Salah satu factor resiko yang dapat dikelola adalah pengendalian asupan makanan. Modifikasi asupan bahan makanan yang mengandung kalium dan magnesium menjadi salah satu terapi komplementer untuk



menjurunkan



tekanan



darah,



baik



sistolik



maupun



diastolik.



Rekomendasi asupan kalium dan magnesium International Food Information Council Foundation dan North Corolina DieteticAssociation untuk kalium 4700 mg dan magnesium 400 mg. Apabila tekanan darah tidak dikontrol, maka dapat menyebabkan wwkomplikasi seperti: penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, retinopati (kerusakan retina), penyakit pembuluh darah tepi, gangguan saraf, semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi resiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah pada organ besar seperti otak dan ginjal, (Kemenkes RI, 2019). Untuk menhindari kondisi yang buruk munculnya komplikasi maka diperlukan suatu terapi pengobatan. Pengobatan terdiri dari 2 cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan pengobatan medsi, sedangkan pengobatan non farmakologi yaitu pengobatan



tanpa menggunakan bahan kimia. Obat anti hipertensi sudah terbukti sangat efektif untuk mengtrol tekanan darah, namun sumber daya alam nabati juga mampu menberikan peranan penting dan dapat dimanfaatkan untuk mengontrol tekanan darah. Tindakan non farmakologi dengan menggunakan sumber daya alam nabati juga dapat dimanfaatkan dalam mengontrol tekanan darah. Sumber daya bias dimanfaatkan untuk mengontrol tekanan darah yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya vitamin serta mineral (mengandung banyak air ) salah satunya adalah mentimun, (Wulandari,2019). Buah mentimun mampu menbantu menurunkan tekanan darah karena kandungan mentimun diaantaranya kalium, magnesium, dan fosfor efektif mengobati hipertensi kalium yaitu elektrolit intraseluler yang utama 98 % kalium tubuh berada di dalam sel 2% sisanya di luar sel untuk fungsi neuromuskuler, kalium menpengaruhi aktifitas otot jantung, (Brunner & Suddarth, 2014). Penelitian tentang pengaruh pemberian sumber kalium dari jus pepaya (270 gram), jus semangka (300 gram), dan jus melon (200 gram) yang setara dengan 500,2 mg kalium terhadap tekanan darah pada 47 subjek penderita hipertensi di Jawa Barat selama 5 hari, menunjukkan bahwa secara statistik terdapat penurunan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan pepaya, semangka, dan melon masing-masing adalah sebesar 16,3 mmHg, 18,50 mmHg, dan 14,67 mmHg. Begitu juga pada tekanan darah diastolik secara statistik terjadi penurunan yang signifikan pada kelompk perlakuan pepaya, semangka, dan melon masing-masing 12,44 mmHg, 12,69 mmHg, dan 10,3 mmHg.17, (Lovindy,2019).



Penelitian Agung prakoso (2019) menbuktikan bahwa buah mentimun dapat menurunkan tekanan darah karena kandungan kaliumnya yang menyebabkan



penghambatan



pada



Renin-Angiotensin



System



juga



menyebabkan penurunan sekresi aldosteron. Penelitian ini dilakukan di posyandu Demak dengan sampel 40 orang selama seminggu dengan sehari 2 kali (pagi & sore) dan menggunakan buah mentimun 200 gram (150ml) dan hasilnya p value sebesar 0,000 (p160/>100mmHg 2. Etiologi Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.



25



Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu : a. Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini : 1) Faktor keturunan Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).



3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).



26



b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.



Penyebab lain dari



hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan



CTR



karena



hipersensitivitas



system



saraf simpatis



aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019). Klasifikasi Hipertensi Kategori Optimal Normal Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub group : pembatasan



Sistolik (mmHg) < 120 < 130 140-159



Diastolik (mmHg) < 80 < 85 90-99



140-149



90-94



27



Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 ( hipertensi berat ) Hipertensi sistol terisolasi Sub group : pembatasan



160-179



100-109



≥ 180



≥ 110



≥ 140



< 90



140-149



< 90



3. Manifestasi klinis Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya



berhubungan



dengan



tekanan



darah



tinggi



(padahal



sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu : a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyak pasien yang mencari pertolongn medis (Manuntung, 2018). 4. Patofisiologi Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac



28



out put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai mempengaruhi



factor,



seperti



respons



kecemasan



pembuluh



darah



dan



ketakutan



terhadap



dapat



rangsang



vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap



29



norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula



adrenal



menyekresi



epineprin,



yang



menyebabkan



vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume iwnstravaskuler.Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019). 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit), elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat dilakukan juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi Pramana, 2020). 6. Komplikasi Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :



30



a. Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. b. Infark miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. c. Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi



pada



glomerolus



kapiler-kapiler mengakibatkan



ginjal



dan



glomerolus.



Rusaknya



darah akan mengalir ke unit-unit



fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. d. Gagal jantung Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak. 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan



31



dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : a. Penatalaksanaan non farmakologis Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah : 1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia. 2) Mengurangi asupan garam. Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari. 3) Olahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk



32



berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya. 4) Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengandemikian membatasi atau menghentikan



konsumsi



alkohol



sangat



membantu



dalam



penurunan tekanan darah. 5) Berhenti merokok. Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015). b. Penatalaksanaan farmakologis Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi. 1) Diuretik Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah



33



turun dan beban jantung lebih ringan. 2) Penyekat beta (beta-blockers) Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada penderita asma bronchial, dan pengunaan padapenderita diabetes harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia. 3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu. Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. 4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB) Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke dalam sel pemWbuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013). E. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan terdiri atas lima langkah, yaitu pengkajian,



34



perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi. 1. Pengkajian Keperawatan Keluarga Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosa klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Kholifah & Widagdo, 2016). Pengkajian menurut Friedman (2013) dalam asuhan keperawatan keluarga diantaranya adalah : a. Data Umum Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga. b. Genogram Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau factor bawaan yang sudah ada pada diri manusia.



35



c. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan keluarga dan kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah Riwayat masingmasing



kesehatan



keluarga



(apakah



mempunyai



penyakitketurunan), Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. e. Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah Karakteristik rumah, Tetangga dan komunitas, Geografis keluarga, Sistem pendukung keluarga. f. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga



terhadap



anggota



keluarga



yang



sakit,



semakin



mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan



36



basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya. 2) Fungsi Keperawatan a)



Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan



keperawatan,



karena



Hipertensi



memerlukan



perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan yang benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Hipertensi. b)



Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita Hipertensi.



c)



Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota



37



keluarga yang sakit Hipertensi. d)



Untuk



mengetahui



sejauh



mana



kemampuan



keluarga



memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan



lingkungan



kemampuan



keluarga



untuk



memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari pasien Hipertensi. e)



Untuk



mengetahui



sejauh



mana



kemampuan



keluarga



menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang. 3) Fungsi Sosialisasi Pada kasus penderita Hipertensi yang sudah mengalami komplikasi stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.



4) Fungsi Reproduksi Pada penderita Hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk mengetahui adanya tanda-tanda Hipertensi saat hamil). 5) Fungsi Ekonomi Status



ekonomi



keluarga



sangat



mendukung



terhadap



kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya.



38



g. Stres dan Koping Keluarga Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji adalah Stresor yang dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor, Strategi koping yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsional. h. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik meliputi: 1) Keadaan Umum : a) Kaji tingkat kesadaran (GCS) : kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan kesadaran, kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII), gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan. b)



Mengkaji tanda-tanda vital Tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.



2) Sistem Penginderaan (Penglihatan) Pada kasus Hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik. 3) Sistem Penciuman Terdapat



gangguan



hambatan jalan nafas.



pada



sistem



penciuman,



terdapat



39



4) Sistem Pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki (aspirasi sekresi). 5) Sistem Kardiovaskular Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler. 6) Sistem Pencernaan Ketidakmampuan



menelan,



mengunyah,



tidak



mampu



memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri. 7) Sistem Urinaria Terdapat perubahan sistem berkemih seperti inkontinensia. 8) Sistem Persarafan : a) Nervus 1 Olfaktori (penciuman) b) Nervus II Optic (penglihatan) c) Nervus III Okulomotor (gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil) d) Nervus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah) e) Nervus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang) f) Nervus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping) g) Nervus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan) h) Nervus VIII Auditori (pendengaran) i) Nervus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan



40



menelan, gerak lidah) j) Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara) k) Nervus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu) l) Nervus XII Hipoglosal (posisi lidah) 9) Sistem Musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien Hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kesemutan atau kebas. 10) Sistem Integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut. i. Harapan Keluarga Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi. 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa



keperawatan



keluarga



merupakan



perpanjangan



diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman & Marylin, 2010). Kategori diagnosa keperawatan keluarga menurut North American Nursing Association (NANDA) dalam Kholifah & Widagdo (2016) adalah :



41



a. Diagnosa keperawatan aktual Diagnosis



keperawatan



aktual



dirumuskan



apabila



masalah



keperawatan sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari masalah



keperawatan



sudah



dapat



ditemukan



oleh



perawat



berdasarkan hasil pengkajian keperawatan. b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan Diagnosis keperawatan ini adalah diagnosa promosi kesehatan yang dapat digunakan di seluruh status kesehatan.



Kategori diagnosa



keperawatan keluarga ini diangkat ketika kondisi klien dan keluarga sudah baik dan mengarah pada kemajuan. c. Diagnosa keperawatan risiko Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis keperawatan risiko, yaitu menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga, dan komunitas. Hal ini didukung oleh faktorfaktor risiko yang berkontribusi pada peningkatan kerentanan. d. Diagnosa keperawatan sejahtera Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis keperawatan sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah memiliki kesiapan meningkatkan status kesehatan mereka. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan



42



meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah 1) Persepsi terhadap keparahan penyakit. 2) Pengertian. 3) Tanda dan gejala. 4) Faktor penyebab.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah recana peneltian yang dirancang sedemikian rupa sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti (Setiadi, 2018). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan keluarga terhadap penyakit hipertensi Di Lingkungan Gusunge Kabupaten Bulukumba. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga Tn. S Di Lingkungan Gusunge Kecamatan Jalanjang Kabupaten Bulukumba 2. Sampel Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang dianggap mewakilinya (Sugiyono,2018). Sampel pada penelitian ini adalah 1 orang penderita hipertensi di dalam anggota keluarga Tn. S Di Lingkungan Gusunge Kecamatan Jalanjang Kabupaten Bulukumba



43



44



C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Lingkungan Gusunge Kabupaten Bulukumba. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 mei tahun 2022.



BAB IV HASIL DAN DISKUSI A. Data Demografi Pasien Pengkajian dilakukan dirumah Tn.P 58 tahun pada hari senin 9 Mei 2022 pukul 09:30 WITA focus klien yaitu Ny. D dengan jenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 23 juli 1968 dan usia sekarang 54 Tahun. Ny. D di diagnosa medis mengalami Hipertensi dengan Tekanan Darah 160/100 mmHg. Keluarga Tn. S memiliki Saat ini dalam keluarga Tn.S yang berperan sebagai kepal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya. Tn.S memiliki 3 orang anak yaitu anak pertama bernama Tn.I (33 Tahun) anak kedua Ny.A (30 Tahun) anak ketiga Tn. A (28 Tahun) semua anak dari Tn.S dan Ny. D sudah menikah dan memiliki keluarga. Kondisi rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. S yanitu rumah milik sendiri, jenis rumah permanen, keadaan rumah nampak bersih, ventilasi yang cukup, terdapat 3 kamar tidur, dapur dan kamar mandi. B. Status Kesehatan 1. Data Status Sosial Keluarga Saat ini status social keluarga yaitu keluarga mampu beradptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan aktivitas rekreasi keluarga dilakukan setiap harinya hanya menghabiskan waktu di rumah saja, membersihkan rumah, menoton TV bersama anggota keluarga, sedangkan anggota keluarga yang sakit jarang keluar rumah.



45



46



2. Data tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini yakni keluarga Tn S dalam tahap perkembangan tahap VII yaitu keluarga dengan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan. Berdasarkan riwayat kesehatan keluarga inti di dapatkan keluarga mengatakan mempunyai riayat penyakit keturunan yaitu penyakit Hipertensi. Dimulai dari orang tua Ny. D yang juga memiliki riayat penyakit Hipertensi. Istri dari Tn. S yaitu Ny. D mengalam penyakit Hipertensi semenjak tahun 2019. Saat dikaji pasien mengatakn nyeri dan pusing pada bagian kepala. 3. Data fungsi keluarga Keluarga Tn. S memiliki fumgsi ekonomi yaitu penhasilan Tn. S setiap hari ± Rp 50.000 hasil dari menbibit rumput laut di ruma. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan, biaya untuk berobat istrinya. Fungsi mendapatkan status social yaitu keluarga Tn.S aktif mengikuti kegiatan yanmg diadakan di desanya. Fugsi pendidikan keluarga Tn.S yaitu keluarga mendidik anak-anaknya, menbentuk perilaku yang baik. Ketiga anak Tn. S memiliki pendidikan terkhir SMA.



47



Sedangkan fungsi sosialisasi keluarga Tn.S menpunyai hubungan yang baik atar sesama, keluarga merasakan nyaman dan hangat satu sama lain antar keluarga. Begitu juga arga sekitar lingkungan



rumahnya.



Fungsi poemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan dalam keluarga Tn.S yaitu penyediaan makanan selalu dimasak oleh anggita keluarga dengan komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur frekuensi 3x sehari namun keluarega tidak bisa memastikan makanan pantangan untuk Ny. D. kemudian keluarga Tn.S tidak dapat mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk melakukan



tindakan



yang



tepat



bagi



keluarganya



yang



sakit.



Ketidakmampuan Tn.S dalam pemberian obat kepada istrinya baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Kemudian kemampuan keluarga memlihara lingkungan yang sehat dengan membersihkan rumah setiap hari.



Ketidakmampuan



keluarga



memanfaatkan



fasilitas



pelayan



kesehatan dengan baik. Fungsi religious keluarga Tn. S saat ini menjalankan ibadah dan melaksanakan shalat 5 waktu. Fungsi rekreasi keluarga Tn.S jarang berekreasi, hanya memhabiskan waktu di rumah saja berkumpul bersama anggota keluarganya selama istri Tn. S yang sakit. Fungsi reproduksi keluarga Tn.S mempunyai 3 orang anak dan ketiga anaknya tersebut sudak menikah dan memiliki rumah masing-masing. Sekarang Tn.S sudah tidak berencana untuk memiliki anak lagi karena sudah tua.



48



4. Data stress dan koping keluarga Berdasarkan stress jangka pendek dan panjang Tn S mengatakan bahwa selama istrinya mengalami penyakit hipertensi Tn. S merasa kesulitan ekonomi karena sudah tidak bisa dibantu lagi oleh istrinya yang sedang sakit dan Tn.S mengatakan kekuatan yang dimilikinya sudah berkurang sehingga pendapatan dari pekerjaannya juga mulai berkurang dan merasa malu untuk meminta bantuan kepada anaknya Sedangkan berdasrkan kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yaitu bila terjadi sesuatu masalah dalam keluarga selalu berembug atau bermusyawarah, keputusan diambil dari kesepakatan musyawarah bersama anggota keluarga serta keluarga mengtakan baha keluarganya sudah berusaha untuk kesembuhan Ny. D. Adapun strategi koping yang digunakan yaitu kalau ada masa;ah keluarga atau sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keluarga, Tn.S selalu memecahkan masalah dengan strategi koping yang benar. C. Proses keperawatan 1. Penegakan diagnose keperawatan Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlansung actual maupun potensial. Diagnose keperaatan bertujuan untuk mengidentifikasi respo klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI,2016).



49



Berdasarkan pengkajian langkah pertama yanmg dilakukan, maka di dapatkan data subjektif yaitu Ny. D mengatakan merasa nyeri pada kepala dan pusing , Ny.D juga mengatakan sering mengalami kelelahan serta merasa jantung berdebar-debar. Masalah kesehatan anggota keluarga Tn. S tidak mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya



bila



tidak



diobati/dirawat,



keluarga



belum



mampu



memahami tentang pengobtan masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarganya dan keluarga Tn. S belum mampu melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota kleuarganya . sedangkan data objektif yang di dapatkan pada saat pengkajian yaitu Ny.D Nampak meringis, KU lemah, tekanan darah 160/100 mmHg. Masalah kesehatan yang ditemukan adalah nyeri kronis. 2. Rencana asuhan keperawatan keluarga Perencanaan



keperawatan



disusun



berdasarkan



diagnosis



keperawatan yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari perencanaan tindakan keperawatan pada kasus disusun berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yaitu dengan pemberian terapi nonfarmakologis yang tujuannya setelah mendapatkan tindakan keperawatan terapi nonfarmakologis dengan pemberian jus mentimun selama 5 hari setiap 2 kali sehari yaitu pagi dan sore sebanyak 250 ml tujuannya untuk penurunan tekanan darah dan mengatasi nyeri.



50



1. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan pertama yang dilakukan pada hari senin tanggal 9 Mei 2022 dengan diagnosa prioritas yaitu : Nyeri Kronis berhubungan



dengan



peningkatan



tekanan



darah



tindakan



keperawatannya yaitu hari pertama mengidentifikas (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri), mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi kepada klien keluarga klien tentang tindakan nonfarmakologis



pemberian jus mentimun dengan pendekatan



komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. Implementasi keperawatan kedua yang dilakukan pada hari selasa tanggal 19 Mei 2022 dengan diagnosa prioritas yaitu Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperawatan lanjutannya



yaitu



mengidentifikasi



melanjutkan lokasi



nyeri,



implementasi mengidentifikasi



kemarin



yaitu



skala



nyeri,



mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi kepada klien keluarga klien tentang tindakan nonfarmakologis



pemberian jus mentimun dengan pendekatan



komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk



51



mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan lanjutannya



yaitu



melanjutkan



impelemtasi



kemarin



yaitu



mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi kepada



klien



keluarga



klien



tentang



tindakan



nonfarmakologis



pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 12 mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan lanjutannya



yaitu



melanjutkan



impelemtasi



kemarin



yaitu



mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi kepada



klien



keluarga



klien



tentang



tindakan



nonfarmakologis



52



pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan lanjutannya



yaitu



melanjutkan



impelemtasi



kemarin



yaitu



mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi kepada



klien



keluarga



klien



tentang



tindakan



nonfarmakologis



pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. 2. Evaluasi Pada hari senin tanggal 9 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan keperawatan



pada



diagnosa



nyeri



kronik



berhubungan



dengan



peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada bagian kepala, skala nyeri 5, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas, tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk



53



diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang, tekanan darah 160/100. Pada hari selasa tanggal 10 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan keperawatan



pada



diagnosa



Nyeri



kronis



berhubungan



dengan



peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada bagian kepala, skala nyeri 4, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas, tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang, tekanan darah 160/100. Pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan keperawatan



pada



diagnosa



peningkatan tekanan darah



Nyeri



kronis



berhubungan



dengan



didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada



bagian kepala, skala nyeri 3, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas, tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang, tekanan darah 150/90 Pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan keperawatan



pada



diagnosa



Nyeri



kronis



berhubungan



dengan



peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada bagian kepala, skala nyeri 2, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas, tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang, tekanan darah 140/90.



54



Pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan keperawatan



pada



diagnosa



Nyeri



kronis



berhubungan



dengan



peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada bagian kepala, skala nyeri 1, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas, tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang, tekanan darah 130/90.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Analisis



keperawatan



yang



diawali



dengan



melakukan



konsep



keperawatan dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh meliputi biopsiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan fisik, dan riwayat kesehatan. Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan mengenai pelaksanaan pemberian terapi jus mentimun pada



Ny. D di



Lingkungan Gusunge dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul pada Ny.D yaitu Hipertensi. Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu Nyeri akut b/d peningkatan tekanan darah. 2. Dari hasil intervensi yang dilakukan pada Ny.D adalah penurunan tekanan darah dan rasa nyeri dengan terapi jus mentimun yang diberikan selama 5 hari setiap 2 kali sehari pagi dan sore sebanyak 250 ml dengan hasil terdapat penurunan tekanan darah pada Ny.D 3. Sesuai dengan hasil yang didapat pada pasien Ny.D terapi pemberian jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi hal ini sama dengan jurnal-jurnal terkait. B. Saran 1. Bagi institusi pendidikan Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu kesehatan keperawatan keluarga khusunya pada penderita Hipertensi yaitu dengan terapi pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan



55



56



darah, sehingga pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan menjadi bahan ajar di kampus pada keperawatan keluarga 2. Bagi perawat Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi perawat dalam pemberian terapi nonfarmakologis berupa terapipemberian jus mentimun pada penderita Hipertensi.



57



DAFTAR PUSTAKA Agung Prakoso, (2019). Pengaruh Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Aspiani, R. Y. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Brunner & Suddarth, (2014). Keperaatan Medikal Bedah. Edisi 12, Jakarta: Penerbit Buku Dian Luluh, (2021). Terapi Komplementer Untuk Menurunkan Tekanan Darah (Evidence Based Practice). Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Jurnal Kedokteran, 5(2), 91– 96.



Friedman. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Gosyen Publishing Fajri, Y. S. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia Tahap Awal Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Hamid, Sakti, (2020). 7 Buah-Buahan Istimea Dalam Al-Quran Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Illis Mahbubah, (2020). Infodatin Hipertensi, (2014) Kayce Bell, P. D. C. 2015, June Twiggs, P. D. C. 2015, & Bernie R. Olin, P. D. (2015). Hypertension : The Silent Killer : Updated JNC-8 Guideline. Albama Pharmacy Association, 1–8.



Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Laporan Riskesdas Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas.Pusat.(1st ed.). Lovindy, (2019). Pengaruh Pembeerian Jus Mentimun (Cucumis Sativus L) Terhadap Peniurunan Tekana Darah Sistolik Dan Dianstolik Pada Penderita Hipertensi



Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi Mardiati Barus, dkk. (2019). Terapi Jus Mentimun Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Vol. 2 No. 2 Juli 2019.



58



Merlina, dkk. (2020). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi di PSTW Sinta Rangkang Tahun 2020. P-2527-579. e-ISSN: 2580-7633. Vol. 6, No. 1, Juni 2021. PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik. Yogyakarta : Graha ilmu Siti, N. (2020). Ensiklopedi Mentimun: Deskripsi, Filosofi, Manfaat, Budidaya, dan Peluang Triyanto, E. (2019) Pelayanan Keperaatan Bagi Penderita Hipertensi. Graha Ilmu: Yogyakarta WHO, (2015) Hari Hipertensi Sedunia. Wulandari, A, (2019) Cara JItu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Kedokteran EGC.