Klp. 7 Patofisiologi, Farmakologi, Dan Terapi Diet Pada Kegawatan Psikiatrik (Keracunan Dan Overdosis) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI, DAN TERAPI DIET PADA KEDARURATAN PSIKIATRI (KERACUNAN DAN OVERDOSIS NAPZA)



DI SUSUN OLEH KELOMPOK VII:



1. GDE ARYYA ASTAWA PUTRAYANA 2. NI LUH KOMANG MEGA RATNASARI 3. IDA AYU PUTU APSARI DEWI 4. I GUSTI AYU ARI PURNAMAWATI 5. I DEWA AYU DWI APRIANI



34 35 36 37 38



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN



TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Patofisiologi, Farmakologi, dan Terapi Diet Pada Pada Kedaruratan Psikiatri (Keracunan Dan Overdosis Napza)”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.



Denpasar, 07 Juli 2020



Penulis



DAFTAR ISI COVER...............................................................................................................................i KATA PENGANTAR.......................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB PENDAHULUAN....................................................................................................4 A.



Latar Belakang.......................................................................................................4



B.



Rumusan Masalah..................................................................................................5



C.



Tujuan Penulisan....................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6 A.



Definisi Keracunan dan Overdosis Secara Umum..................................................6



B.



Definisi NAPZA.....................................................................................................6



C.



Patofisiologi Kedaruratan NAPZA.........................................................................9



D.



Jenis-Jenis Kegawatdaruratan NAPZA................................................................11



E.



Terapi Diet Untuk Kedaruratan NAPZA..............................................................15



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya. Masalah yang tak kalah peliknya ialah masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal



masyarakat



sebagai



NARKOBA



(Narkotika



dan



Bahan/



Obat



berbahanya). Masalah ini merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila



disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari keracunan dan overdosis? 2. Apa definisi NAPZA? 3. Bagaimana Patofisiologi Kedaruratan NAPZA? 4. Apa saja jenis-jenis kedaruratan NAPZA? 5. Bagaimana terapi diet untuk Kedaruratan NAPZA? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut: 1. Agar mengetahui definisi dari keracunan dan overdosis 2. Agar mengetahui definisi NAPZA 3. Agar mengetahui Patofisiologi Kedaruratan NAPZA 4. Agar mengetahui jenis-jenis kedaruratan NAPZA 5. Agar mengetahui terapi diet untuk Kedaruratan NAPZA



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Keracunan dan Overdosis Secara Umum Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon/BK). B. Definisi NAPZA Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia



akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan, apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera a. Jenis-jenis NAPZA NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu : 1. Narkotika Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin, dan lain-lain. Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi



sintesis yang dapat menyebabkan penurunan maupun



perubahan



kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999). Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah: a) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses



lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu berisiko. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka. b) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang bersifat



sintesis



penghilang



untuk



keperluan



medis



dan



penelitian



sebagai



rasa sakit/analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin,



metadon, dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan sebagainya. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut: 1. Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri. 2. Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan merasa badan lebih segar. 3. Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah perasaan serta pikiran. c) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain. 2. Psikotropika Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah: stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif



karena



merangsang syaraf



simpatis. Termasuk dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ektasy



(metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering disebut dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga perasaan dapat terganggu.



Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan benzodiazepine



merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya



daya



ingat dan kesadaran, ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama. 3. Zat Adiktif Lainnya Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Bahan- bahan



berbahaya ini



adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik



seseorang jika



disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana



dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin,



votaile, dan solvent/inhalasia.



C. Patofisiologi Kedaruratan NAPZA Jenis napza yang dihirup seperti tembakau, heroin, ganja dan kokain setelah dihirup akan masuk ke saluran pernapasan seperti tenggorokkan lalu masuk ke bronkus – bronkiolus - paru-paru dan alveolus lalu diserap di pembuluh darah kapiler masuk ke jantung serta mengalir ke seluruh tubuh termasuk mengalir ke otak. Jenis napza seperti alkohol, amfetamin, magic mushroom, pil ekstasi setelah diminum ataupun dimakan akan masuk ke saluran pencernaan seperti mulut – tenggerokkan – lambung – usus halus lalu diabsorbsi di usus halus dan masuk ke pembuluh darah. Dari pembuluh darah akan masuk ke hati – jantung dan mengalir ke seluruh tubuh dan mengalir ke aliran darah otak hal tersebut akan mengganggu transmisi neurotransmitter. Jika seseorang mengalami keracunan pada saat menggunakan napza tubuh yang keracunan tersebut akan memberikan pengaruh yaitu pada jantung dapat menyebabkan shock dan gangguan irama jantung, pada saraf terdapat rasa sakit, rangsangan saraf sentral yang berlebihan, timbulnya kejang-kejang, depresi terhadap saraf pusat seperti kelumpuhan reflek umum, terhentinya alat pernapasan, dan gangguan metabolism dalam sel-sel otak, gangguan atau kelainan psikis (kejiwaan). Pada pencernaan dapat menimbulkan mual, nyeri perut, diare, kerusakan hati, pada saluran kemih dapat menjadi retensi urine atau kerusakan ginjal akut, serta dapat menimbulkan luka bakar pada kulit, selaput lendir pada mulut, tenggorokan dan selaput lendir mata. Pada saat individu menggunakan napza dengan jumlah yang cukup banyak atau melebihi dosis yang diberikan maka organ tubuh yang paling dipengaruhi atau terkena dampakanya adalah sistem syaraf pusat (SSP) yaitu otak dan sumsum tulang belakang, organ otonom (jantung, paru, hati, dan ginjal), dan pancaindera



(karena panca indera juga dibawah pengaruh susunan syaraf pusat). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku psikotik, kejang-kejang, dan bahkan kematian akibat overdosis.



D. Jenis-Jenis Kegawatdaruratan NAPZA Berikut ini adalah jenis-jenis kegawatdaruratan NAPZA : Yang dimaksud dengan intoksikasi (Over Dosis) adalah kondisi fisik dan prilaku abnormal akibat penggunaan zat yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh. 1. Intoksikasi/Over Dosis a. Intoksokasi Opioida Intoksikasi opioida ditunjukkan dengan adanya tanda dan gejala penurunan kesadaran, (stupor sampai koma), pupil pinpoint (dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis), pernapasan kurang dari 12x/menit sampai henti napas, ada riwayat pemakaian opioida (needle track sign), bicara cadel, dan gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku mal adaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya euforia awal yang diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor atau gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan selama atau segera setelah pemakaian opioid. Penatalaksanaan kegawatdaruratan intoksikasi opioida adalah: a. Bebaskan jalan napas b. Berikan oksigen 100% atau sesuai kebutuhan



c.



Pasang infuse Dextrose 5% atau NaCL 0,9% dan cairan koloid jika diperlukan



d. Pemberian antidotum Nalokson  Tanpa hipoventilasi berikan Narcan 0,4 mg IV  Dengan hipoventilasi berikan Nalokson (Narcan) 1 - 2 mg IV  Jika dalam 5 menit tidak ada respon maka berikan 1 – 2 mg Narcan hingga ada respon berupa peningkatan kesadaran, dan fungsi pernapasan membaik  Rujuk ke ICU jika dosis Narcan telah mencapai 10 mg dan belum menunjukkan adanya perbaikan kesadaran  Berikan 1 ampul Narcan/500 cc dalam waktu 4-6 jam mencegah terjadinya penurunan kesadaran kembali  Observasi secara invensif tanda-tanda vital,pernapasan, dan besarnya ukuran pupil klien dalam 24 jam  Pasang intubasi, kateterisasi, sonde lambung serta EKG  Puasakan klien untuk menghindari aspirasi  Lakukan pemeriksaan rnntgen thoraks serta laboraturium, yaitu darah lengkap, urin lengkap dan urinalisis b. Intoksikasi Sedatif Hipnotik (Benzodiazepin) Intoksikasi sedatif hipnotik jarang memerlukan pertolongan gawat darurat atau intervensi farmakologi.Intoksikasi benzodiazepin yang fatal sering terjadi pada anak-anak atau individu dengan gangguan pernapasan atau bersama obat depresi susunan syaraf pusat lainnya seperti opioida.Gejala intoksikasi benzodiazepin yang progresif adalah hiporefleksia, nistagmus dan



kurang siap siaga, ataksia, berdiri tidak stabil. Selanjutnya gejala berlanjut dengan pemburukan ataksia, letih, lemah, konfusi, somnolent, koma, pupilmiosis, hip[otermi, depresi sampai dengan henti pernapasan.bila diketahui segera dan mendapat terapi kardiorespirasi maka dampak intoksikasi jarang bersifat fatal. Namun pada perawatan yang tidak memadai maka fungsi respirasi dapat memburuk karena asapirasi isi lambung yang merupakan faktor resiko yang sangat serius. Penatalaksanaan adalah dengan memberikan tindakan kolaboratif berupa pemberian terapi kombinasi yang ditujukan untuk : 1) Mengurangi efek obat didalam tubuh Untuk mengurangi efek sedatif hipnotik dengan memberikan Flumazenil 0,2 mg secara IV, kemudian setelah 30 detik diikuti dengan 0,3 mg dosis tunggal. Obat tersebut lalu dapat diberikan lagi sebanyak 0,5 mg setelah 60 detik sampai total kumulatif 3 mg. Tindakan suppurtive adalah dengan mempertahankan jalan napas, dan memperbaiki gangguan asam basa. 2) Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut Mengurangi absorbsi merangsang muntah jika baru terjadi pemakaian. Jika pemakaian sudah lebih dari 6 jam maka berikan antidot berupa karbon aktif yang berfungsi untuk menetralkan efek obat. 3) Mencegah komplikasi jangka panjang Observasi tanda-tanda vital dan depresi pernapasan, aspirasi dan edema paru.Bila sudah terjadi aspirasi maka dapat diberikan antibiotik.Bila klien ada usaha untuk bunuh diri maka klien tersebut harus ditempatkan ditempat khusus dengan pengawasan ketat setelah keadaan darurat diatasi.



c. Intoksikasi Anfetamin Tanda dan gejala intoksikasi anfetamin biasanya ditunjukkan dengan adanya dua atau lebih gejala-gejala seperti takikardi atau bradikardi, dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan tekanan darah, banyak keringat atau kedinginan, mual atau muntah, penurunan berat badan, agitasi atau retardasi psikomotot, kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada atau aritmiajantung, kebingungan, kejang-kejang, diskinesia, distonia atau koma. Penatalaksanaan adalah dengan memberikannya terapi symtomatik dan pemberian terapi suportife lain, misal: anti psikotik, anti hipertensi, dll. d. Intoksikasi alkohol Intoksikasi alkohol biasanya ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala (satu atau lebih) bicara cadel, inkoordinasi, jalan sempoyongan nistagmus, tidak dapat memusatkan perhatian, daya ingat menurun dan stupor atau koma. Penatalaksanaan untuk klien yang mengalami koma adalah dengan menidurkan klien terlentang dan posisi ”face down” untuk mencegah aspirasi, melakukan observasi tanda vital dengan ketat tiap 15 menit,memberikan tindakan kolaboratif dengan pemberian Thiamine 100 mg secara IV untuk profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopaty kemudian memberikan 50 ml Dextrose 5% secara IV serta dengan memberikan 0,4 – 2 mg Naloksone bila klien memiliki riwayat atau kemungkinan pemakaian opioida. Dalam penatalaksanaan intoksikasi alkohol , perawat harus selalu waspada atas perilaku klien, diantaranya adalah antipasi jika klien agresif,. Untuk itu diperlukan sikap toleran dari perawat sehingga tidak membuat klien merasa ketakutan dan terancam.Untuk itu harus diciptakan suasana yang tenang



dan bila perlu tawarkan klien untuk makan.Untuk mengatasi klien yang agresif, dapat diberikan sedatif dengan dosis rendah dan jika perlu dapat diberikan Halloperidol injeksi secara IM. e. Intoksikasi Kokain Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan psikologis misalnya euforia atau efek mendatar, perubahan dalam stabilitas, hypervigilance / kewaspadaan yang meningkat, interpersonal sensitivity, ansietas, kemarahan, tingkah laku yang stereotip, menurunnya fungsi sosial dan fungsi pekerjaan yang berkembang selama atau setelah penggunaan kokain. Tanda dan gejala (dua atau lebih) yang muncul diantaranya adalah takikardia atau bradikardia, dilatasi pupi, peningkatan atau penurunan tekanan darah, berkeringat atau rasa dingin, mual atau muntah, penurunan berat badan, agitasi atau retardasi psikomotor, kelemahan otot, depresi, nyeri dada atau arimia jantung, bingung (confusion), kejangdyskinesia, dystonia, hingga dapat menimbulkan koma. Penatalaksanaan setelah pemberian bantuan hidup dasar adalah dengan melakukan tindakan kolaboratis berupa pemberian terapi-terapi simtomatik, misalnya pemberian Benzodiazepin bila timbul gejala agitasi, pemberian obatobat anti psikotik jika timbul gejala psikotik , dan pemberian terapi-terapi lainnya sesuai dengan gejala yang ditemukan. E. Terapi Diet Untuk Kedaruratan NAPZA Terapi diet pada kedaruratan NAPZA biasanya dilakukan setelah masa pemulihan. Perawat akan melakukan kolaborasi untuk merencanakan diet pada pasien selama proses pemulihan di rawat inap. Pada tahap pemulihan ini pasien



akan diberikan diet TKTP untuk memenuhi kebutuhan kalori Dan protein pada pasien tersebut. a. Pengertian Diet TKTP Diet TKTP adalah pengaturan jumlah protein dan kalori serta jenis zat makanan yang dimakan disetiap hari agar tubuh tetap sehat. b. Tujuan diet TKTP 1. Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori. Maksudnya, jumlah makanan khusus kebutuhan protein dan kalori dibutuhkan dalam jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa. 2. Menambah berat badan hingga mencapai normal. Penambahan berat badan hingga mencapai normal menunjukkan kecukupan energi. Untuk mengetahui berat badan yang normal, seseorag dapat menggunakan kartu menuju sehat (KMS), untuk anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan Indek MasaTtubuh (IMT). 3. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan. Artinya, dengan terpenuhinya kebutuhan energi / kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga menjamin terbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh. c. Syarat Diet TKTP 1. Tinggi Energi 2. Tinggi Protein 3. Cukup mineral dan Vitamin



4. Mudah dicerna 5. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat 6. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari. d. Indikasi Pemberian diet TKTP 1. Malnutrisi, defisiensi kalori, protein, anemia, kwashiorkor. 2. Sebelum dan sesudah operasi. 3. Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit berlangsung lama. 4.



Waktu Pagi



TKTP I 1 gelas susu



TKTP II 1 gelas susu



Siang



1 butir telur



1 butir telur 1 potong daging 1 gelas susu



Sore Malam Jenis Susu Telur Daging



1 potong daging TKTP I Berat Urt 200 g 1 gls 50 g 1 btr 50 g 1 ptg sdg



1 butir telur



TKTP II Berat Urt 400 g 2 gls 100 g 2 btr 100 g 2 ptg sdg



Overdosis dan keracunan 5. Trauma perdarahan. 6. Infeksi saluran pernafasan e. Daftar Menu Diet TKTP 1. Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa sehari. 2. Pembagian makanan sehari (sebagai tambahan makanan biasa)



DAFTAR PUSTAKA Anonimity. Askep Kegawatdaruratan NAPZA. http://www.scribd.com/doc/32523282/Askep-Kegawatdaruratan-Napza. diakses tanggal 07 Juli 2020 Anonimity.Keracunan karbonmonoksida. http://www.scribd.com/doc/44387749/70-KERACUNANKARBONMONOKSIDA.diakses tanggal 07 Juli 2020 Anonimity. Pencegahan Keracunan Secara Umum. www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/CegahRacunUmum.pdf diakses tanggal 07 Juli 2020 Dwi S, Bardiana. 2011. Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA. http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/gejala-klinis-penyalahgunaannapza.html Hadiyani, Murti.www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf. diakses tanggal 07 Juli 2020 Hawari, Dadang.2003. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA FKUI. Jakarta: Gaya Baru



Subhan. 2002. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI Lt.II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. www.scribd.com/doc/59185223/LPintoksikasi-IFO. diakses tanggal 07 Juli 2020 Sudoyo dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.5. Jakarta : Internet Publishing