KMB Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Pencernaan Dan Metabolisme Endokrinn [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGIS PENCERNAAN dan METABOLISME ENDOKRIN)



Oleh Kelompok 6 Tingkat 2.1 Ni Putu Ari Indriyani



P07120018003



Kadek Ratna Sukma Dewi



P07120018008



Ni Putu Dian Paramita



P07120018010



Kadek Diah Pramesti



P07120018013



Komang Intan Dewanggayastuti



P07120018033



Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Denpasar D III Jurusan Keperawatan Tahun Ajaran 2019/2020



I



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya lah kami dapat menyelesaikan paper dengan judul “Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Pencernaan dan Metabolie Endoerine” tepat sesuai pada waktunya. Paper ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah



I. Dalam penyusunan paper ini, kami



mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya : 1. Ns I G A Ari Rasdini., S.Pd., S.Kep., M.Pd 2. Teman-teman kelompok, 3. Teman-teman kelas 2.1 D3 Keperawatan. Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini masih belum sempurna, maka kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan paper ini selanjutnya. Akhirnya kami berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Denpasar, 15 Oktober 2019



Tim Penulis



I



DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang .............................................................................................1 1.2Rumusan Masalah ........................................................................................2 1.3Tujuan ..........................................................................................................2 1.4Manfaat.........................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi.........................................................4 2.2 Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine..............................4 2.3Masalah



Perawatan



Pada



Ulkus



Peptikum,



Gastroenteritis,



Thypus



Abdominalis, Colitis, Haemorroid, Hepatitis, Obstruksi Intestinal, DM..........11 2.4 Anamnesa Pada Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine 22 2.5 Persiapan Klien Pada Pemeriksaan Barium Enema, USG Abdomen Dan Endoskopi......................................................................................................... 30 2.6 Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen, Kesulitan Mengunyah dan Menelan, Bising Usus............................................................ 34 2.7 Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Nutrisi................................................52 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan..................................................................................................53 3.2 Saran ..........................................................................................................53 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari segi kegunannya, nutrisi merupakan sumber energy untuk segala aktivitas dalam system tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari hari dimakan oleh manusia. Adapun jenis-jenis nutrisi yang diperlukan tubuh antara lain: a. Karbohidrat, merupakan sumber energy utama dan sumber erat pangan. b. Protein, merupakan konstituen penting pada semua sel, terdiri dari asam asam amino. c. Lemak, merupakan sumber energy yang dipadatkan. d. Air, merupakan komponen terbesar penyusun tubuh manusia. Pemenuhan kebutuhan air dapat berasal dari minuman, makanan dan sayuran. e. Vitamin, merupakan bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolism tubuh. f. Mineral, merupakan bahan anorganik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.



I



Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi. Begitu pentingnya nutrisi bagi tubuh sehingga setiap manusia tidak boleh kekurangan nutrisi. Namun, pada kenyataannya masih banyak yang kekurangan nutrisi sehingga berdampak pada organ-organ didalam tubuh. Maka dari itu penulis akan menjelaskan beberapa gangguan karena kurangnya nutrisi serta bagaimana perawatannya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Apa Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi?



1.2.2



Bagaimana patologis system pencernaan dan metabolic endocrine?



1.2.3 Apa saja masalah perawatan pada ulkus peptikum, gastroenteritis, thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis, obstruksi intestinal dan DM? 1.2.4 Bagaimana anamnesa pada gangguan system pencernaan dan metabolic endocrine? 1.2.5 Bagaimana persiapan klien pada pemeriksaan barium enema, USG abdomen dan endoskopi? 1.2.6 Bagaimana pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran pencernaan, bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan, bising usus? 1.2.7



Apa saja evaluasi dalam kebutuhan nutrisi?



1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1



Untuk mengetahui Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi



1.3.2



Untuk mengetahui patologis system pencernaan dan metabolic



endocrine 1.3.3



Untuk mengetahui masalah perawatan pada ulkus peptikum,



gastroenteritis, thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis, obstruksi intestinal dan DM 1.3.4



Untuk mengetahui cara anamnesa pada gangguan system



pencernaan dan metabolic endocrine



5



1.3.5



Untuk mengetahui persiapan klien pada pemeriksaan barium



enema, USG abdomen dan endoskopi 1.3.6



Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran



pencernaan, bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan, bising usus 1.3.7



Untuk mengetahui evaluasikebutuhan nutrisi



1.4 Manfaat Penulisan Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, yakni sebagai berikut. 1. Manfaat Praktis Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan dorongan atau masukan bagi seluruh mahasiswa keperawatan untuk mempelajari dan mendalami materi tentang Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Pencernaan dan Metabolie Endoerine. 2. Manfaat Teorietis Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai materi tentang Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Pencernaan dan Metabolie Endoerine



6



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.  Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang



kelangsungan



proses tumbuh kembang. Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhkan oleh tubuh. (LyndaJuall,Carpenito,2006). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang mengalami



kekurangan asupan



nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic. (Wilkinso Judith M. 2007) 2.2 Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine 2.1.1 Patologis Sistem Pencernaan 1. Mulut 



Ulkus Aftosa Ulkus aftosa (chanker sore, sariawan) adalah kawah-kawah berukuran kecil dan dangkal, terasa nyeri dan mengalami dasar luka yang mengalami peradangan. Pada umumnya ulkus aftosa terjadi di sepanjang lidah. Mereka dapat berjumlah banyak dan melibatkan pula mukosa pipi, palatum, atau dasar mulut. Sariawan yang berukuran kecil (diameter kuran dari 1 cm) sering muncul dalam satu kelompok yang terdiri dari 2-3 luka terbuka, biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam 10 hari. Sariawan yang lebih besar jarang terjadi bentuknya tidak teratur



memerlukan



waktu



beberapa



minggu



untuk



penyembuhan. Penyebab pasti terjadinya ulkus aftosa (chanker sore, sariawan) masih belum jelas. Kombinasi berbagai faktor dapat berkontribusi menjsdi penyebab terjadinya ulkus aftosa. Faktor-faktor pemicu untuk terjadinya ulkus aftosa, antara lain :



7



a) Trauma pada mulut, seperti menyikat gigi yang terlalu keras, pipi atau bibir yang tergigit, makanan pedas atau asam. b) Pasta gigi dan obat kumur yang mengandung larutan sodium lauryl sulfate. c)  Sensitivitas pada makanan tertentu, misalnya coklat, kopi, telur, kacang, keju, makanan asam seperti nanas. d)  Kekurangan vitamin B-12, zink, asam folat, dan zat besi. e)  Adanya reaksi alergi akibat bakteri tertentu di dalam mulut. f)  Perubahan hormonal saat menstruasi. g) Stress psikis. 



Pleomorphic adenoma Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan sekitarnya. Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal.



2. Esofagus 



Hiatus Hernia Esofagus Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara intermiten (sementara) atau secara permanen bagian lambung, disertai perpindahan bagian esofagus dari intra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks) di atas



8



diagfragma melalui hiatus esofagus yang normal. Dikenal dengan 3 bentuk, yaitu : a. Esofagus terlalu pendek, sehingga sebagian lambung (kardia) tertarik ke atas diafragma, tetapi hiatus diafragma tidak melebar, sehingga bagian yang melebar diatas diafragma setinggi diafragma menyempit lagi. Jadi bagaian atas lambung tertarik ke dalam rongga dada. b. Panjang esofagus normal, besarnya liang diafragma juga normal, tetapi di samping liang ini terdapat satu liang lagi atau terjadi robekan, sehingga kardia masuk melalu liang ini ke dalam rongga dada, biasanya kecil disebut sebagai para esophagial hiatal  hernia, kejadian ini kurang dari 10%. c. Esofagus panjangnya normal atau pendek akibat fibrosis karena radang, tetapi liang diafragma melebar, sehingga sebagian besar lambung masuk ke dalam rongga dada, jarang



terjadi.



Disebut



pula true



hiatal atau sliding



hernia. 3.  Lambung 



Karsinoma Lambung Biasanya terjadi pada usia lanjut. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah leiomokarsinoma (kanker otot polos) dan limfoma. 







Ulkus Peptikum Ulkus Peptikum adalah suatu kondisi medis yang ditandai



dengan luka yang terasa nyeri atau ulkus pada lapisan lambung yang berada di duodenum pertama (bagian teratas dari usus). Suatu ulkus terjadi ketika lapisan dari organ-organ ini terkorosi oleh asam lambung yang disekresikan oleh sel-sel lambung. Penyebab penyakit ulkus yang paling umum adalah bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini menyebabkan peradangan kronis lapisan lambung bagian dalam pada tubuh manusia. Infeksi H. pylori seringkali didapat ketika 9



menelan makanan dan air yang terkontaminasi dan melalui kontak dengan manusia. Hal ini lebih sering terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Apabila kondisinya berat, hal ini dapat menyebabkan perdarahan ulkus, perforasi ulkus, dan penyumbatan lambung. 4. Usus Halus 



Ileus Obstruksi Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe



obstruksi



yaitu



mekanis



(Ileus



Obstruktif) dan



neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik). 5. Usus Besar 



Penyakit Crohn Penyakit



Crohn



merupakan



penyakit



peradangan



granulomatosa kronik yang etiologinya tidak diketahui dan mengenai saluran pencernaan, mulai dari esophagus sampai anus, namun lebih sering mengenai ileum terminalis dengan pembentukan jaringan gigi paru perut dan penebalan dinding usus; sering kali menyebabkan obstruksi usus dan fistula pembentukan abses serta sering kambuh setelah diberikan pengobatan. Penyakit ini juga mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena.



10







Diare Ini termasuk gangguan pada saluran pencernaan yang paling sering ditemui, khususnya pada anak-anak. Penyebab diare bisa bermacam macam, mulai dari kurangnya kebersihan makanan, salah makan, infeksi, cacingan dan lain-lain. Bakteri yang masuk ke dalam sistim pencernaan mengakibatkan terjadinya rangsangan yang kuat pada mukosa usus yang menyebabkan peningkatan gerakan otot usus, akibatnya makanan tidak dapat terserap secara sempurna. Diare dapat dikatakan akut jika mencret lebih dari 4 kali sehari dengan konsentrasi tinja yang semakin lama semakin cair. Diare tidak menyebabkan kematian, namun dehidrasi yang menyertainya dapat membuat penderita kehilangan cairan tubuh secara drastis yang jika tidak ditangani dapat membuat penderita meninggal. Jadi, yang perlu sangat diwaspadai bukan lah diarenya, melainkan dehidrasinya. Pastikan penderita mendapatkan cukup minum agar cairan tubuhnya terjaga. Salah satu indikator apakah penderita diare mengalami dehidrasi atau tidak, cermati kuantitas air seninya. Selama kuantitasnya cukup, berarti penderita tidak mengalami dehidrasi. Pengobatan awal untuk diare yaitu dengan memberikan oralit.







Sembelit (Konstipasi) Berbanding terbalik dengan diare, dimana feses yang keluar berbentuk cair dengan frekuensi yang tinggi. Sembelit atau konstipasi merupakan gangguan pada sistem pencernaan dimana penderitanya mengalami pengerasan feses sehingga sulit untuk dikeluarkan, bahkan sampai menyebabkan rasa sakit yang amat sangat bagi penderitanya. Penyebab konstipasi bermacammacam, mulai dari pola makan yang buruk, stres, gangguan hormon, efek samping obat-obatan tertentu, dan bisa juga karena kelainan anatomis. Pencegahan konstipasi dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan dan memperbanyak asupan 11



serat, sedangkan untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat pencahar (laksatif) sesuai dosis yang disarankan. Namun bila konstipasi begitu serius (obstipasi), tindakan pembedahan mau tak mau menjadi pilihan, meski kasus seperti ini jarang terjadi. 



Wasir (Hemoroid) Ini merupakan gangguan pencernaan berupa pelebaran



pembuluh darah balik di dalam jaringan pembuluh darah di bagian anus akibat tekanan yang berlebihan. Keluhan awal biasanya adalah keluarnya tetesan darah setelah BAB. Pencegahan wasir bisa dilakukan dengan menerapkan diet kaya serat, yaitu dengan mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan agar volume tinja besar namun tetap lembek, sehingga proses BAB menjadi mudah dan lancar karena tidak perlu mengejan, dimana hal tersebut dapat merangsang timbulnya wasir. 2.2.2 Patologis Metabolic Endocrine Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon-hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting, terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan organ. Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung berdetak, bagaimana tulang dan jaringan tumbuh, bahkan kemampuan untuk membuat bayi. Hal ini memainkan peran penting dalam kemungkinan seseorang dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual, dan sejumlah lainnya yang berhubungan dengan hormon gangguan. Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke aliran darah tubuh Anda. Hormon-hormon ini berjalan melalui darah ke sel lain dan membantu mengontrol atau mengkoordinasikan proses dalam tubuh. Gangguan kelenjar endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari malnutrisi, gondok, diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga tumor ganas pada sistem pencernaan. Gangguan kelenjar



12



endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup sehat. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang akan ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan pada kelenjar endokrin



bisa



menyebabkan



penyakit



yang



berbeda-beda.



Ada delapan kelenjar endokrin, yaitu : 1.



Kelenjar hipotalamus di otak Menceritakan kelenjar pituitari saat untuk melepaskan hormon.



2.   Kelenjar hipofisis di dasar otak di belakang sinus. Hal ini sering disebut “master gland” karena mempengaruhi kelenjar lain, terutama tiroid. Masalah dengan kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang, siklus menstruasi wanita, dan pelepasan ASI. 3.   Kelenjar tiroid (gondok) berbentuk kupu-kupu di bagian depan leher mengendalikan metabolisme. 4.    Kelenjar paratiroid di dekat kelenjar tiroid memainkan peran dalam perkembangan tulang. 5.    Kelenjar adrenal (suprarenalis) di kutub atas ginjal kiri-kanan, melepaskan hormon kortisol 6.Kelenjar gonad (kelamin) pada testis dan indung telur, melepaskan



telur



dan



menghasilkan



hormon



seks.



Menghasilkan sperma dan hormon seks. 7.    Kelenjar pancreas mengontrol pelepasan hormon insulin dan glukagon. 8.



Kelenjar



timus



mengembangkan



di



bawah



sistem



kehidupan.



13



tulang



kekebalan



dada, tubuh



membantu sejak



awal



2.3 Masalah Perawatan Pada Ulkus Peptikum, Gastroenteritis, Thypus Abdominalis, Colitis, Haemorroid, Hepatitis, Obstruksi Intestinal, DM 2.3.1 Ulkus Peptikum A. Definisi Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam dinding mukosa lambung, pyloris,duodenum, atau esophagus. (Brunner dan Suddarth,2000). Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai kebawah epitel (Price, Sylvia Anderson,1995) B. Etiologi Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001). Faktor lain yang menyebabkan Ulkus peptikum: Genetik, merokok, Alkohol, kafein,obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter pylori. C. Tanda dan Gejala 1. Nyeri Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung. Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong dan alkali menghilang nyeri kembali timbul. Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh. 2. Pirosis (nyeri ulu hati) Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya asam. 3. Muntah Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi. Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung. 4. Konstipasi dan perdarahan Sebagai akibat diet dan obat. Beberapa pasien yang mengalami perdarahan akibat ulkus akut tidak mempunyai keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala.



14



D. Masalah Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot. 2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang. 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan nyeri yang berkaitan dengan makan. 4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi yang pernah didapat. 2.3.2



Gastroenteritis



A. Pengertian Gastroenteritis Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (Manjoer Arief dkk, 1999). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daaerah lambung dan intestinal yang



disebabkan oleh bakteri yang



bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley dan Wang’s 1995). B. Etiologi Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu : 



Faktor Infeksi Infeksi Internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare meliputi : 1. Infeksi Bakteri : Vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas 2. Infeksi Virus



: Enteriviru (virus echo, coxsacle, poliomyelitis ),



Adenovirus, Astrovirus, dll 3. Infeksi Parasit : cacing ( ascaris, trichuris, oxyguris), Protozoa (entamoeba,histoticia, trimonas hominis), jamur (candida albacus) Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), Bronco Pneumonia, dan sebagainnya.



15







Faktor Malabsorbsi 1. Malabsorbsi karbohidrat 2. Malabsorbsi Lemak







Faktor Makanan Makanan yang tidak bersih , basi, beracum, dan alergi terhadap makanan. C. Tanda dan Gejala 1. Diare Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009). Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit. 2. Mual dan Muntah Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung



melalui



mulut.



Pusat



muntah



mengontrol



dan



mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan langsung ke pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone (chow et al., 2010). 3. Nyeri Perut Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang dialami ada hubungannya dengan makanan, apakah timbulnya terus-menerus, adakah penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat 16



pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri di sekitar umbilicus yang mungkin akan menjalar ke punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rectum biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sacral (Sujono hadi, 2002). 4. Demam Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012). D.



Masalah Keperawatan



1. Diare berhubungan dengan proses infeksi 2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan 4. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat 2.3.3 A.



Thypus Abdominalis Definisi Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis



merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thyphii, ditandai gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dan tanpa gangguan kesadaran ( T.H. rampengan dan L.R Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makan dan minuman yang terkontaminasi. B.



Etiologi Penyakit



ini



disebabkan



oleh



infeksi



kuman



Salmonella



Thyphiia/Eberthela Thpii yang merupakan kuman negatif , motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu 70ºC dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu 1. Antigen O (Ohne Hauvh) merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman.



17



2. Antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil, 3. Antigen VI (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut Aglutinin. C.



Tanda dan Gejala



1. Demam Demam biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Suhu tubuh meningkat dan dapat terjadi serangan kejang. 2. Gangguan Sistem Pencernaan Mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue). Ujung dan tepinya kemerahan jarang disertai tremor. Pemeriksaan abdomen di temukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar di sertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi,kadang diare atau BAB tanpa kelainan. Pasien juga akan mengalami mual, muntah, dan distensi abdomen, selain itu biasanya juga dijumpai ikterik. 3. Gejala lain Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintikbitik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar. D.



Masalah Keperawatan



1. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.



18



2.3.4 Colitis A.



Definisi Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus kronis dan hanya mengenai



mukosa dan submokosa kolon. Kolitis Ulseratif adalah penyakit peradangan yang ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang dikenal seperti Shigella. Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. ( Bruner & Suddarth, 202, hal 1106). Jadi, Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan submukosa kolon, ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi yang masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti dan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. B.



Etiologi Etiologi kolitis ulseratifa belum diketahui, namun terdapat faktor



prediposisi yang berkaitan sebagai penyebab penyakit kolitis adalah keturunan, imunologi, infeksi virus atau bakteri ( masih spekulatif ), kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh distres emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu timbulnya gejala pada beberapa orang. C. Tanda dan Gejala 1. Sakit perut dan diar 2. Feses yang keluar berlendir dan berdarah 3. Kelelahan 4. Turunnya berat badan 5. Anoreksia 6. Demam D. Masalah Keperawatan 1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan. 3. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat



19



2.3.5 Haemorroid A. Definisi Kondisi patologis membengkak atau meradangnya Hemorrhoid, struktur vaskular dalam saluran anus yang membantu kontrol buang air besar. Dalam kondisi fisiologisnya, bagian ini bertindak sebagai bantalan yang tersusun atas saluran arterio-vena dan jaringan ikat. B. Etiologi Yang menjadi faktor predispososo adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan sanitasi. Sedangkan sebagai faktor presipitas faktor mkanis, fisiologis, dan radang. Pada umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Faktor penyebab haemorroid : 1. Mengejan waktu defakasi 2. Konstipasi menahun 3. Herediter 4. Konstipasi 5. Kehamilan 6. Usia lanjut 7. Obesitas C. Tanda dan Gejala 1. Peradangan anus 2. Anemia disertai perdarahan kronis 3. Nyeri 4. Iritasi karena anus selalu basah D. Masalah Keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis. 2.Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus. 3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis.



20



2.3.6 Hepatitis A. Definisi Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu. B. Etiologi Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebb virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncuk tersering adalah oleh virus. C. Jenis-Jenis Hepatitis 1. Hepatitis A Disebabkan oleh virus RNA dari gen entero virus. Bentuk hepatitis ini ditularkan terutama melalui rute fekal-oral, melalui konsumsi makanan atau minuman yang terinfeksi virus. Hati dan limfa pasien kerap sedikit membesar selama beberapa hari setelah awitan. Ketika gejala muncul, sifatnya ringan, seperti flu, infeksi pernafasan atas, disertai demam ringan. 2. Hepatitis B Virus hepatitis B adalah virus DNA yang ditularkan terutama melalui darah. Virus ditemukan di saliva, semen, dan sekresi vagina serta dapat ditularkan melalui membrane mukosa dan luka pada kulit. Virus hepatitis B memperbanyak diri di dalam hati dan tetap berada didalam serum dalam periode waktu yang lama sehingga memungkinkan penyebaran virus. Gejala mungkin bersifat tersembunyi dan beragam, beberapa pasien mengalami arteralgia dan ruam, kehilangan nafsu makan, dyspepsia, nyeri abdomen, sakit diseluruh tubuh, malaise, dan kelemahan dapat terjadi. 3. Hepatitis C Hepatitis C adalah bentuk primer hepatitis yang ditularkan melalui cara parenteral (penggunaan Bersama jarum yang terkontaminasi, tertusuk jarum atau cidera pada petugas kesehatan, transfuse darah) atau hubungan seksual. Perjalanan klinis hepatitis C serupa dengan hepatitis B ; gejala



21



biasannya ringan. Terdapat peningkatan resiko sirosis dan kanker hati setelah hepatitis C. 4. Hepatitis D Hepatitis D sering terjadi kepada pengguna obat IV, pasien hemodialisis, dan penerima tranfusi darah multiple. Kontak seksual adalah metode penularan hepatitis B dan D yang penting. Gejala serupa dengan hepatitis B ; bedanya, pasien lebih cenderung menderita hepatitis fulminan dan berkembang menjadi hepatitis aktif kronis dan sirosis. 5. Hepatitis E Virus hepatitis E ditularkan melalui rute fekal-oral, terutama melalui air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk. Secara umum, hepatitis E menyerupai hepatitis A. hepatitis E dapat sembuh dengan sendirinya. Metode pencegahan utamnya adalah menghindari kontak dengan virus melalui hygiene (mencuci tangan). 6. Hepatitis G Hepatitis G (bentuk terbaru) adalah hepatitis pasca tranfusi dengan periode inkubasi berkisar dari 14-145 hari. Tidak terdapat autoantibody. Factor resiko ini serupa dengan factor resiko untuk hepatitis C. C. Masalah Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah 3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer 2.3.7 Obstruksi Intestinal A. Definisi Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus pada traktus intestinal. Obstruksi usus adalah suatu penyumbatan mekanisme pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menggangu jalannya isi usus. Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi paristaltiknya normal



22



B. Etiologi Etiologi dari obstruksi usus atau illeus yaitu: 1.Perlengketan 2.Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya. 3.Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus tersumbat. 4.Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus. 5.Tumor C. Tanda dan Gejala 1. Kram perut yang hilang timbul 2. Perut kembung 3. Sembelit atau diare 4. Perut bengkak 5. Mual dan muntah 6. Hilang nafsu makan 7. Sulit buang angin D. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan. 2. Hipovolemia berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis. 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien 2.3.8 DM (Diabetes Militus) A. Definisi Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk, 1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Melitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.



23



B. Etiologi Diabetes Melitus tergantung insulin (DM Tipe 1) •Faktor genetic 



Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi



mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. •Faktor imunologi 



Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.



Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. •Faktor lingkungan 



Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,



sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pancreas. C.



Gejala Klinis Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita



Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu: 1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan. 2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl 3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.



24



D.Diagnosa Keperawatan 1.



Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis.



2.



Hipovolemia



berhubungan



dengan



kegagalan



mekanisme



pengaturan. 3.



Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder atau karena penyakit kronik



4.



Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber informasi.



5. 2.4



Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.



Anamnesa



Pada Gangguan



Sistem Pencernaan dan Metabolic



Endocrine 2.4.1



Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan A. Keluhan Utama Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan



terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: 1.Nyeri Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesor. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PGRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebar nyeri. 2.Mual muntah Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian mana saja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Muntah merupkan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.



25



3.Kembung dan sendawa (Flatulens). Akumulasi



gas



di



dalam



saluran



gastrointestinal



dapat



mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum. Sendawa terjadi jika menelan



udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung.



Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. 4. Ketidaknyamaan Abdomen Ketidaknyamaan pada abdomen secara lazim berhubungan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamaan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamaan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan paristaltic lambung pasien sendiri. 5.Diare Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab terserang iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengarui lapisan mukosa usus sehinga terjadi peningkatan



produk-produk



sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi penigkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami akibat syok hipovolemikdan kelainan elektroli. 6.Konstipasi Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penenurunan relative jumlah buang air



26



besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila idividu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usur besar. Diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merasang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makanan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olahraga mendorong efekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak beresiko tinggi mengalami konstipasi. B.



Riwayat kesehatan Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau



wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal: 1.



Pengkajian rongga mulut



2.



Pengkajian esofagus



3.



Pengkajian lambung



4.



Pengkajian intestinal



5.



Pengkajian anus dan feses



6.



Pengkajian organ aksesori



a). Riwayat kesehatan sekarang Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien sedetaildetailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terhadap perubahan berat badan. Pengkajian inin akan memberikan kemudahan



27



pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya. b). Riwayat kesehatan dahulu Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah di derita, penggunaan obat-obat dan adanya alergi c). Riwayat penyakit dan riwayat MRS Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya. Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama di rawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah di rawat dengan ulkus peptikum, jaundice, penyakit kandungan empedu, kolitis, kanker gastrointestinal,



pada



pasca



pembedahan



pada



saluran



intestinal



mempunyai predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masa lalu seperti status rekam medis saat di rawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan. d). Riwayat penggunaan obat-obatan Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti imflamasi non-steroid (NSAIDs), asam selisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan prepat besi atau ferum karna obat ini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia/laksatik



28



pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologi kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peradangan atau keganasan pada hati. e). Riwayat alergi Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagaimana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi. C.



Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei



umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus. 1.



Bibir



Bibir dikaji terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi,kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus.. Bibir yang pucat dapat disebabkan karena anemia, sedangkan sianosis disebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskuler lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit. 2.



Rongga mulut Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan



atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi igesti dan digesti. Pengkajian rongga mulut di lakukan perawat dengan mengingat kembali struktur rongga mulut. Untuk melihat mukosa bukal, pasien meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut mengunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.



29



Senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda, lunak, basah, dan halus. Dengan pasien pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat. 3.



Lidah dan dasar mulut Dengan



mengunakan



senter



untuk



pencahayaan,



perawat



memeriksa warna, ukuran posisi, tektur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat menginspeksi areaarea yang umumnya terkena lesi kanker oral 4.



Pemeriksaan fisik Abdomen Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,



auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen. Bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu, maka dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus. a.



Tepografi Anatomi Abdomen Ada dua macam cara pembagian tepografi abdomen yang umum



digunakan untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu: •



Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan



horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah. •



Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis



horizontal dan dua garis vertikal. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri. Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid



30



teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik. 2.4.2



Anamnese Metabolic Endokrin



1.



Data demografi







Usia untuk menentukan berat badan ideal







Jenis kelamin



2.



Riwayat keluarga Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami



ganguan seperti yang di alami Klien atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal: •



Obesitas: dicurigai karena hipotiroid







Gangguan tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid,



dan kelenjar gonad. •



Kelainan pada tiroid







Infertilitas



3.



Riwayat kesehatan klien Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang



dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti: •



Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang: amenore, bulu



rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang. •



BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun



banyak makan. •



Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul



dan tidak mudah berkonsentrasi. •



Hospitalisasi: kaji alasan, kapan kejadiannya, sudah dirawat berapa



lama.



31







Informasi penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang



aktivitas hormona: hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertens. 4.



Riwayat Diet Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan



dapat mencerminkan gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji: •



Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.







Penurunan atau penambahan BB yang drastis.







Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.







Pola makan dan minum sehari-hari.







Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menggangu fungsi



endokrinseperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap tiroid. 5.



Masalah kesehatan sekarang Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang



menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan, seperti: •



Apa yang dirasakan klien saat ini.







Apakah masalah atau gejala yang dirasakanterjadi secara tiba-tiba



atau perlahan-lahandan sejak kapan dirasakan •



Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-



hari. •



Bagaiamana pola eliminasi: urine.







Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.







Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu



klien. 6.



Tingkat energi Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan



hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrena. Kaji kemampuan Klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 7.



Pola eliminasi dan keseimbangan cairan



32



Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol. 8.



Pertumbuhan dan perkembangan Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya:



Tingkat intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dampaknya terhadap kejiwaan, seks dan reproduksi. 9.



Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi



dan perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji: a.



Apakah pernah hamil



b.



Abortus



c.



Melahirkan



10.



Pada pria kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme. Dan kaji



juga apakah terjadi perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.



2.5 Persiapan Klien Pada Pemeriksaan Barium Enema, USG Abdomen Dan Endoskopi 2.5.1



Barium Enema Enema barium adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar.



Barium sulfat (zat kontrak tunggal) atau barium sulfat dan udara (kontras ganda atau kontra udara) diberikan secara perlahan melalui selang rectal. Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi dan kemudian di lakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai gangguan. Kontras ganda (barium dan udara) sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi polip. Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadan polip, tumor atau lesi lain dari usus besar dan menunjukan adanya kelaianan anatomi atau gangguan fungsi usus.



33



Persiapan pemeriksaan enema barium: 1). Pra-persiapan •



Informed consent, serta beri penjelasan tentang prosedur tindakan,



edukasi, dan kemungkinan yang terjadi agar menghilangkan rasa cemas. •



Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.







Anjurkan



klien



untuk



diet



cair



bening



malam



sebelum



pemeriksaan. •



Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat) yang



sebaiknya di lakukan sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari atau menjelang malam (16.00 sampai 18.00) •



Enema atau laksatif supositorial mis. Bisakodil (dulcolax) dapat



diberikan pada malam sebelum pemeriksaan. 2). Pasca-pemeriksaan •



Pemeriksaan menginformasikan tentang meningkatkan asupan



fluid. •



Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium.







Mencatat peningkatan buang air besar karena barium, osmolaritas



tinggi, dapat menarik cairan ke dalam usus sehingga meningkatkan isi intramulinal dan menghasilkan outpus yang lebih besar. 2.5.2



USG Abdomen



Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana gelombang suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gemaultrasonik dicatat pada ossiloskop karena mereka meyerang jaringan kepadatan yang berbeda. USG Abdomen bertujuan untuk mendeteksi kelainan empedu, kandung kemih dan pankreas yang kemungkinan adanya pembesaran ovarium kehamilan atau usus buntu. Persiapan dan Pelaksanaan: a)



Lakukan informed consent



b)



Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum



pemeriksaan USG Aorta Abdomen, kandung empedu hepar, limpa, pankreas.



34



c)



Oleskan jelly koduptif pada permukaan kulit yang akan dilakukan



USG. d)



Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan kedepan dan



kebelakang diatas permukaan kulit. e)



Lakukan antara 10-30 menit.



f)



Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan



gelisah. g)



Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah



masuknya udara. h)



Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), velvis



dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih. i)



Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua perhiasan



dari leher dan jepit rambut dari kepala. j)



Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk bernafas



secara perlahan- lahan dan menahannya setelah inspirasi dalam. 2.5.3



Endoskopi Endoskopi yang di gunakan dalam penilaian saluran pencernaan



termasuk EGD,Enteroscopi, usus kecil, kolonoskopi, signoidoskopi, proctoskopi, anoskopi, dan endoskopi melalui ostomy. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi esophageal dan mobilitas lambung dan mengumpulkan skresi dan spesimen jaringan untuk analisa lebih lanjut. Tujuan pemeriksaan endoskopi: 1.



Diagnostik







Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada



pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau kurang jelas. •



Untuk menentukan diagnosa pada klien yang sering mengeluh



nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan. Sedangkan radiologi menunjukkan hasil yang normal



35







Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran



pencernaan yang diduga keganasan •



Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat







Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien residif



pada keganasan maupun menilai klien pasca-bedah. •



Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.



Pesiapan dan klien dengan endoskopi : •



Pra endoskopi:



Klien yang akan dilakukan pemeriksaan endoskopi perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan yang harus dilakukan adalah: 1.



Persiapan umum



a.



Psikologis Memberikan



keperawatan



penyuluhan



atau



klien



mengenai



kepada



bimbingan tujuan,



dan



kinseling



prosedur,



dan



kemungkinanyang dapat terjadi agar klien dapat membatu kelancaran pemeriksaan edoskopi antara lain dengan mengurangi atau menghilangkan rasa cemas dan akut. b.



Administrasi  Mengisi surat pernyataan persetujuan tindakan (infomed consent) di tanda tangani oleh klien atau keluarga.  Menjelaskan prihal pelaksanaan administrasi. Hal ini disesuaikan dengan peraturan masing-masing rumah sakit.



2.



Persiapan khusus



a.



Endoskopi atas atau saluran cerna bagian atas (SCBA) atau



esofago gastro duodenoskopi (EGD):  Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam sebelum pemeriksaan atau tindakan edoskopi.  Gigi palsu dan kacamata harus di lepas selama pemeriksaan/ tindakan endoskopi  Sebelum



pemeriksaan



atau



tindakan



endoskopi,



disemprot dengan xylocain spray 10% secukupnya



36



orofaring



b.



Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian bawah (SCBB) atau



kolonoskopi:  Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diet rendah serat (bubur kecap atau bubur maezena).  Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium bifosfat, sodium klorida, potasium klorida, sodium bikarbonat) misalnya fleet dan niflec. c.



Post Endoskopi  Puasa satu jam setelah tindakan  Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan edoskopi membuat pasien merasa mengantuk untuk itu pasien berada di kamar pasien sampai efek obat-obatan menghilang.  Hasil pemeriksaan endoskopi akan dijelaskan oleh dokter  Pasien baru di perbolehkan makan atau minum satu jam setelah tindakan endoskopi  Pasien tidak diijinkan mengemudi atau mengoperasikan mesin 12 jam pasca tindakan.



2.6 Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk



Abdomen,



Kesulitan Mengunyah dan Menelan, Bising Usus •



Inspeksi Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,



peninjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites •



Auskultasi Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan



paristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada paristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami diare.



37







Perkusi Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdome. Jika perkusi



terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat. •



Palpasi Palpasi ringan: untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri



tekan letakan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: untuk mengetahui posisi organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual ½ tangan a.



Cara kerja palpasi pada HEPAR Letakan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada



bagian hipokondria kanan, kira-kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali. b.



Cara kerja palpasi pada LIMPA Metode yang digunakan seperti pada pemeriksaan hepar. Anjurkan



pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudia tekan saat inhalasi tentukkan adanya limpa. Metode yang digunakan seperti pada pemeriksaan hepar. Anjurkan pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tentukan adanya limpa pada organ dewasa normal tidak teraba. c.



Cara kerja palpasi pada RENALIS Untuk palpasi ginjal kanan letakan tangan pada atas dan bawah



perut setinggi lumbal 3-4 di bawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakan tangan setinggi 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran dan respon nyeri.



38



2.7 Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Nutrisi 2.7.1 Memasang NGT Pengertian Tujuan



MELAKUKAN PEMASANGAN NGT Memasukan selang NGT melalui hidung ke dalam lambung 1. Memasukkan nutrisi (makanan cair) atau obat-obatan ke dalam lambung pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan 2. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk mencegah distensi lambung, mual dan muntah 3. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk pemeriksaan laboratorium (analisis) 4. Membersihkan/kumbah lambung pada kasus keracunan atau overdosis obat-obatan 5. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar. 6. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami



Indikasi



muntah darah atau pendarahan pada lambung. 1. Pasien tidak sadar 2. Pasien karena kesulitan menelan 3. Pasien yang keracunan 4. Pasien yang muntah darah



Kontraindikasi



5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut 1. Trauma wajah/midface yang berat (adanya gangguan pada cribiform plate) 2. Adanya



resiko



intrakranial



pada



memasukkan pasien



nasogastric



yang



tube



mengalami



ke



cidera



serebrospinal. 3. Riwayat baru dilakukan operasi dan tumor pada daerah hidung/esofagus Prosedur : Persiapan alat



4. Sedang mengonsumsi obat antikoagulan 1. Selang NGT.(No.14-18 Fr untuk dewasa dan no. 6-10 Fr untuk anak) 2. Pelumas larut dalam air/jelly



39



3. Sarung tangan sekali pakai 4. Baskom berisi air 5. Spuit 10cc/20cc 6. pH strip (jika ada) 7. Plester dan gunting 8. Stetoskop 9. Tisu wajah 10. Spatel lidah 11. Penlight 12. Handuk/perlak dan pengalasnya 13. Klem Preinteraksi



14. Bengkok 1. Identifikasi kebutuhan pemasangan NGT pada pasien 2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi



Tahap Orientasi



3. Siapkan alat dan bahan 1. Beri salam dan tanyakan identitas pasien 2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada



Tahap kerja



pasien/keluarga 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan 2. Menanyakan keluhan utama pasien 3. Jaga privasi pasien 4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan 5. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas/handuk didaerah dada 6. Letakkan bengkok di dekat pasien 7. Tentukan letak pipa NGT dengan mengukur panjang pipa dari hidung ke telinga kemudian ke proc. Xyphoideus dan beri tanda batasnya dengan plester 8. Berikan gel atau pelicin pada ujung pipa NGT 9. Anjurkan pasien untuk menengadahkan kepala 10. Dengan lembut masukkan pipa melalui lubang hidung 40



dan anjurkan untuk menelannya 11. Anjurkan pasien untuk mengembalikan kepala ada posisi semula jika pipa sudah sampai di nasopharing. Jika pasien muntah/tidak nyaman hentikan tindakan dan lanjutkan jika pasien sudah siap 12. Masukkan pipa sampai pada tanda yang telah dibuat. Perhatikan jika terjadi distress pernapasan tarik kembali pipa, lanjutkan bila pasien sudah siap 13. Tentukan apakah pipa NGT benar-benar sudah masuk ke lambung, dengan cara : a. Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam baskom yang berisi air (klem dibuka) dan pehatikan bila ada gelembung, pipa masuk ke paru-paru dan jika tidak ada gelembung pipa tersebut masuk ke lambung



setelah itu pipa



diklem atau dilipat kembali b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Apabila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk. Setelah itu keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak jumlah yang dimasukkan c. Aspirasi cairan di dalam pipa meggunakan spuit kemudian cek dengan pH strip (kertas lakmus), jika kertas berwarna merah / merah muda berarti pipa masuk ke lambung 14. Fiksasi pipa NGT menggunakan plester 15. NGT sudah terpasang siap untuk dipergunakan 16. Rapikan pasien dan alat Terminasi



17. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien) 2. Berikan umpan balik positif 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 41



4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



Dokumentasi 2.7.2 Memberi Makan Per NGT Pengertian Tujuan



MELAKUKAN PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT Memberikan makanan konsistensi cair melalui NGT Untuk memperbaiki atau mempertahankan status nutrisi



Prosedur :



pasien 1. Sarung tangan



Persiapan alat



2. Spuit 20-50 cc 3. Handuk/ perlak dan pengalasnya 4. Bengkok 5. Makanan berbentuk cair



Preinteraksi



6. Air mineral 1. Identifikasi kebutuhan pemberian makanan 2. Siapkan alat dan bahan



Tahap Orientasi



1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya 2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada



Tahap kerja



pasien/ keluarga 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan 2. Menanyakan keluhan utama pasien 3. Bantu pasien untuk posisi fowler 4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan 5. Pasangkan pengalas/handuk di daerah dada 6. Letakkan bengkok di dekat pasien 7. Periksa residu lambung , bila >100 cc tunda pemberian makan 8. Klem selang NGT selama pengisian makanan cair ke dalam spuit. 9. Buka klem, alirkan makanan cair secara perlahan 10. Tinggikan spuit 45 cm diatas kepala pasien 11. Biarkan spuit kosong secara bertahap, isi ulang sesuai jumlah yang di sarankan



42



12. Bilas dengan air mineral sampai selang bersih, lalu di klem kembali 13. Rapikan pasien dan alat Terminasi



14. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien ) 2. Berikan umpan balik positif 3. Kontrak pertemuan selanjutnya



Dokumentasi



4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



43



2.7.3 Merawat Kolostomi Pengertian Tujuan



MELAKUKAN PERAWATAN KOLOSTOMI Melakukan perawatan pada luka post operasi kolostomi dan mengganti kolostomi bag 1. Mencegah luka dari kontaminasi 2. Mencegah terjadinya infeksi 3. Memperhatikan integritas kulit sekitar stoma intake



Indikasi



4. Membantu penyembuhan kulit sekitar stoma yang iritasi 1. Trauma kolon dan sigmoid 2. Diversi pada anus malformas 3. Diversi pada penyakit hirschsprung



Kontraindikasi



4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan



Prosedur :



tindakan operasi 1. Alat- alat steril



Persiapan alat



a. Pinset anatomis 1 buah b. Kasa kering dalam kom tertutup secukupnya c. Kasa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai d. Korentang e. Kolostomi bag dan wafer 2. Alat-alat tidak steril a. Gunting verban 1 buah b. Perlak dan pengalas c. Kom kecil 1 buah berisi air hangat d. Nierbeken 2 buah e. Nacl 0.9% f. Sarung tangan bersih 2 pasang g. Masker



Preinteraksi



h. Kantong plastik atau baskom untuk tempat sampah 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang dipelukan ) 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat yang diperlukan dan persiapkan 44



Tahap Orientasi



kolostomi bag 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama ) 2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien 3. Jelaskan tujuan tindakan 4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh pasien selama pengukuran 5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga



Tahap kerja



bertanya sebelum kegiatan dilakukan 1. Jaga privasi pasien 2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan mudah dijangkau 3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan segera dilakukan 4. Cuci tangan 5. Gunakan sarung tangan dan masker 6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan 7. Letakan perlak dan pengalas di bawah area stoma 8. Letakan nierbeken didekat pasien 9. Buka kolostomi bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma ) dengan menggunakan pinset anatomi kaji



jumlah, warna, konsintensi produk



stoma. Buang kolostomi bag bekas ke dalam nierbeken 10. Kaji kondisi, lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma 11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 12. Gunakan sarung tangan 13. Bersihkan stoma dan kulit di sekitarnya dengan air hangat secara perlahan 14. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin 15. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa steril 16. Ukur diameter stoma 17. Tempatkan 45



kassa



di



atas



stoma



selama



mempersiapkanwafe dan kolostomi bag 18. Buat pola kertas belakang wafer 19. Potong wafer sesuai. Pertahankan kertas pada wafer yang tidak terpotong tetap tertutup 20. Pindahkan kassa di atas stoma 21. Pasang wafer pada kulit dengan stoma sebagai pusatnya 22. Pasang kolostomi bag atas wafer melalui lubang kantong kolostomi dan rekatkan tanpa ada udara di dalamnya 23. Plaster pinggir kolostomi bag jika diperlukan 24. Rapikan klien dan atur posisi pasien 25. Rapikan alat Terminasi



26. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai 2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik



Dokumentasi



3. Kontak pertemuan selanjutnya 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



46



2.7.4 Bilas Lambung Pengertian



MELAKUKAN BILAS/KUMBAH LAMBUNG Membersihkan lambung dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali



Tujuan



dengan menggunakan selang NGT Membersihkan dan mengeluarkan racun atau darah dari dalam



Indikasi



lambung 1. Keracunan obat 2. Keracunan zat kimia 3. Keracunan makanan



Kontraindikasi



4. Hematemesis 1. Pasien yang mengalami cidera kepala 2. Pasien dengan keracunan benda/zat korosif asam atau



Prosedur : Persiapan alat



basa 1. Selang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan dan corongnya 2. Bengkok besar 3. Perlak dan alasnya 4. Ember penampung 5. Air hangat-dingin 1-2 liter/ NaCL 0,9% sesuai kebutuhan 6. Gelas ukur 7. Celemek dari karet 8. Gelas berisi air matang 9. Pelicin atau jelly 10. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai 11. Pinset anatomi 12. Obat-obatan (sulfas antropine, norit/susu yang diperlukan



Preinteraksi



dalam tempatnya) 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang dipelukan ) 2. Cuci tangan



Tahap Orientasi



3. Siapkan alat-alat yang diperlukan 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan



47



memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama ) 2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien 3. Jelaskan tujuan tindakan 4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh pasien selama pengukuran 5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga Tahap kerja



bertanya sebelum kegiatan dilakukan 1. Jaga privasi pasien 2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan mudah dijangkau 3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan segera dilakukan 4. Cuci tangan 5. Gunakan sarung tangan dan masker 6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan 7. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien 8. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien 9. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien 10. Menentukan panjang selang penduga yang masuk kedalam lambung 11. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung 12. Menutup pangkal selang penduga lambung dengan cara menekuk atau diklem 13. Memasukkan selang penduga pelan-pelan kedalam lambung melalui hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan menelan



selang



penduga



perlahan-lahan



sambil



menarik nafas dalam 14. Meyakinkan selang penduga masuk kedalam lambung dengan cara memasukkan ujung selang penduga sampai terendam dalam mangkok berisi air dan tidak tampak gelembung udara dan air 15. Setelah ujung selang penduga masuk ke lambung 48



pasien, posisi diatur miring tanpa bantal dan letak kepala lebih rendah 16. Memasang corong pada pangkal selang, kemudian masukkan air atau cairan. Selanjutnya ditunggu sampai air atau cairan tersebut keluar dari lambung dan ditampung dalam ember 17. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air atau cairan yang keluar dari lambung berwarna jernih atau tidak berbau racun 18. Rapikan pasien dan alat-alat Terminasi



19. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai 2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik



Dokumentasi



3. Kontak pertemuan selanjutnya 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



49



2.7.5 Memberikan Obat Sesuai Program Terapi Pengertian Tujuan Prosedur :



PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL Pemberian obat melalui mulut Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat



Persiapan alat



2. Obat dan tempatnya



Preinteraksi



3. Air minum dalam tempatnya 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang dipelukan ) 2. Cuci tangan



Tahap Orientasi



3. Siapkan alat-alat yang diperlukan 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama ) 2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien 3. Jelaskan tujuan tindakan 4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh pasien selama pengukuran 5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya



Tahap kerja



sebelum kegiatan dilakukan 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar 2. Bantu pasien untuk minum obat: a. Apabila memberikan obat bentuk tablet/kaplet dari



botol,



maka



tuangkan



jumlah



yang



dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.



Untuk



obat



berupa



kapsul



jangan



dilepaskan pembungkusnya b. Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan obat dalam bentuk bubuk dan campur dengan air mineral c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian 50



Terminasi



3. Cuci tangan 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai 2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik



Dokumentasi



Pengertian



3. Kontrak pertemuan selanjutnya Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan PEMBERIAN OBAT MELALUI SUBLINGUAL Pemberian obat yang absorbsinya baik melalui jaringan



Tujuan



kapiler dibawah lidah Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai



Prosedur :



dengan efek terapi dari jenis obat 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat



Persiapan alat Preinteraksi



2. Obat dalam tempatnya 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang dipelukan ) 2. Cuci tangan



Tahap Orientasi



3. Siapkan alat-alat yang diperlukan 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama ) 2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien 3. Jelaskan tujuan tindakan 4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh pasien selama pengukuran 5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya



Tahap kerja



sebelum kegiatan dilakukan 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar 2. Berikan obat kepada pasien 3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya 4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya



Terminasi



5. Cuci tangan 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai



51



2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik Dokumentasi



Pengertian Tujuan



3. Kontrak pertemuan selanjutnya Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan PEMBERIAN OBAT MELALUI BUKAL Pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi 1. Mencegah efek local dan sistemik 2. Memperoleh



aksi



kerja



obat



yang



lebih



cepat



dibandingkan secara oral Prosedur :



3. Menghindari kerusakan obat oleh hepar 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat



Persiapan alat Preinteraksi



2. Obat dalam tempatnya 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang dipelukan ) 2. Cuci tangan



Tahap Orientasi



3. Siapkan alat-alat yang diperlukan 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama ) 2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien 3. Jelaskan tujuan tindakan 4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh pasien selama pengukuran 5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya



Tahap kerja



sebelum kegiatan dilakukan 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar 2. Berikan obat kepada pasien 3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis terlarut 4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya



Terminasi



5. Cuci tangan 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai 52



2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik Dokumentasi



3. Kontrak pertemuan selanjutnya Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



2.7.6 Memberikan Pendidikan Kesehatan PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN Pengertian



Pemberian informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar masyarakat menjadi lebih tahu dan



Tujuan



lebih sehat 1. Tercapainya peubahan perilaku individu, keluarga, masyarakat menuju lebih sehat 2. Terbentuknya perilaku sehat 3. Meningkatkan



kemampuan



masyarakat



menolong/mengatasi dirinya sendiri dalam hal kesehatan 4. Meningkatkan perilaku perorangan dalam kesehatan Prosedur : Persiapan alat



1. Media pendidikan kesehatan (poster, leflet, lembar balik dll) 2. Proyektor 3. Laptop 4. Peralatan lain (jika demonstrasi)



Preinteraksi



1. Verifikasi data 2. Mempersiapkan alat bahan dan media



Tahap Orientasi



1. Beri salam dan memperkenalkan diri 2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan 3. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah pendidikan kesehatan



Tahap kerja



4. Berikan kesempatan audience bertanya 1. Mengatur posisi yang nyaman bagi audience 2. Menjelaskan



pengertian,



penyebab,



tanda



gejala,



pencegahan, penatalaksanaan sesuai topik pendidikan kesehatan 53



Terminasi



3. Melakukan demonstrasi (jika perlu) 1. Evaluasi dengan memberi pertanyaan penyampaian pendidikan kesehatan 2. Menyampaikan rencana tindak lanjut



Dokumentasi



3. Mengakhiri pembicaraan dengan cara yang baik Catat hasil kegiatan



54



terkait



2.7.7 Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Nutrisi Evaluasi terhadap maslaah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: 1.Meningkatnya nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan. 2.Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan. 3.Mempertahankan nutrisi melalui oral/parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makan yang adekuat.



55



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan



dan



metabolisme



tubuh



serta



faktor-faktor



yang



mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan pemeliharaan kesehatan nutrisi



didapatkan



dari



makanan



dan



cairan



yang



selanjutnya



diasimilasikan tubuh. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari. Sehingga bisa menyebabkan penyakit dan terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi. 3.2 Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu perlunya mempelajari secara mendalam tentang materi gangguan dalam kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi akibat patologis pencernaan dan metabolisme endokrin. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta agar pembaca berkenan member kritik dan saran demi kesempurnaan pembuatan makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang



56



DAFTAR PUSTAKA Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Brunner dan Suddarth, 2014., Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. (2019). Buku Pedoman Keterapilan Klinis Pemasangan Nasogastric Tube (NGT). Retrieved from https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4MANUAL-PEMASANGAN-NGT-2019.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Ulkus_peptikum. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019. Kupdf.net.file:///C:/Users/user/Downloads/kupdf.net_anamnesa-gangguan-sistempencernaan-dan-metabolic-endokrin.pdf diakses pada 8 Oktober 2019 https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 https://www.academia.edu/35123602/KEBUTUHAN_DASAR_MANUSIA_NUT RISI. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 https://www.scribd.com/document/269306609/SOP-pemasangan-NGTdocx.Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019 https://www.alomedika.com/bising-usus-untuk-deteksi-obstruksi-usus.



Diakses



pada tanggal 12 Oktober 2019 https://www.academia.edu/36175688/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_SISTEM_G ASTROINTESTINAL_PADA_LANSIA.docx Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 https://www.scribd.com/document/349214018/Anamnesa-Gangguan-SistemPencernaan-dan-Metabolic-Endokrin Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 https://www.academia.edu/6040535/Rute_Pemberian_Obat Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019 https://www.academia.edu/17325320/MODUL_PRKATIKUM_KUMBAH_ LAMBUNG. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019



57