Kolaborasi Dan Negoisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



latar Belakang Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu



masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan ciri ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Nursalam (2012), mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang membingungkan. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok.Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu konflik laten, konflik yang dirasakan (feltconflict), konflik yang tampak/sengaja dimunculkan, resolusi konflik dan konflik aftermath. Langkahlangkah menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi,dan intervensi.



1



Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam salahsatunya adalah kolaborasi dan negosiasi. Didalam kolaborasi ini digunakan sebagai salah satu penyelesaian konflik yang lebih dipilih.



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalahnya adalah



bagaimana memahami konsep tentang kolaborasi dan negosiasi yang disebabkan berbagai konflik dalam manajemen keperawatan.



1.3



Tujuan Untuk



memperoleh



gambaran



untuk



meningkatkan



pengetahuan,



keterampilan, dan pengalaman dalam manajemen keperawatan khusunya dalam memahami konsep kolaborasi dan negosiasi.



1.4



Ruang Lingkup



1.4.1



Konsep Kolaborasi 1. Definisi Kolaborasi 2. Manfaat Kolaborasi 3. Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi 4. Proses Kolaboratif



1.4.2



Konsep Negosiasi 1. Definisi Negosiasi 2. Langka-Langka Sebelum Negosiasi 3. Strategi Negosiasi 4. Kunci Sukse Dalam Melakukan Negosiasi.



2



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1



Konsep Kolaborasi



2.1.1



Definisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan



memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler & Whitney, 2000). Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992), adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan meliputi diskusi tentang diagnosa, kerja sama dalam asuhan kesehatan saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada kepercayaannya (Sumijatin, 2010). Definisi kolaborasi dapat disimpulkan sebagai hubungan kerja sama antara perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan keperawatan. 2.1.2



Manfaat Kolaborasi Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari



kolaborasi yaitu antara lain:



3



1. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien. 2. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isi. 3. Memberikan rolemodel yang baik.



2.1.3



Komponen-Komponen Sebagai Dasar Kolaborasi Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan komunikasi



yang efektif, saling menghargai, rasa pecaya, memberi dan menerima umpan balik, pengamblan keputusan, dan manajemen konflik (Blais, 2006) 1. Keterampilan komunikasi efektif Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena memfasilitasi berbagai pengertian individu (Kemenkes, 2012). Marquis (2010) mendefinisikan komunikasi adalah sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi, pada dua level verbal dan non verbal. Komunikasi efektif adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan dan informasi dengan baik, menjadi pendengar yang baik dan keterampilan menggunakan berbagai media. Thomas Leech, menyatakan bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi , yaitu : membaca, menulis, mendengar dan berbicara (Nurhasanah, 2010). 2. Saling menghargai dan rasa percaya Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan atau merasa terhormat atau berharga terhadap satu sama lain. Saling



4



menghargai maupun rasa percaya menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama, tanpa adanya saling menhargai maka kerjasama tidak akan terjadi. Yang dimaksud dengan pentingnya menghargai satu sama lain yaitu : a. Dapat mengurangi perbedaan status professional b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja c. Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi. d. Menerima kontribusi profesi lain e. Sebagai advokasi evaluasi kritis penampilan kerja diantara anggota tim. f. Mempermudah pengambilan keputusan bersama. g. Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam bekerja. 3. Memberi dan menerima umpan balik Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi dan menerima umpan balik pada saat yang tepat, relevan, dan membantu untuk satu sama lain, dank lien mereka. Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang hangat, perhatian, dan penuh penghargaan. 4. Pengambilan keputusan Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup pembagian tanggung jawab untukl hasil. Jelasnya, untuk menciptakan suatu polusi, tim tersebut harus mengikuti tiap langka proses pengambilan keputusan yang dimulai dengan definisi masalah yang jelas.



5



5. Manajemen konflik Konflik peran dapat terjadi dalam situasi apapun di tempat individu bekerjasama. Konflik peran muncul saat seseorang diharapkan melakukan peran yang bertentangan atau tidak sesuai dengan harapan.



2.1.4



Proses Kolaboratif Proses kolaborasif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter



menentukan kualitas praktif kolaborasi. ANA, 1998 dalam Siegler & Whitney (2000) menjabarkan kolaborasi



sebagai hubungan rekan yang sejati, dimana



masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan bersama. Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu : 1. Kontrol Kekuasaan Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang diawali sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat beberapa kategori antara lain : menanyakan informasi, memberikan informasi, menanyakan dan memberi pendapat, memberi pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan, memberi pendidikan, memberi dukungan/persetujuan, menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.



6



2. Lingkungan Praktik Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masing-masing tetapi tugas-tugas tertentu dibina yang sama. 3. Kepentingan Bersama Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk memuaskan kepentingan sendiri) dan factor kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak lain) 4. Tujuan Bersama Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis pasien. 2.2



Konsep Negosiasi



2.2.1



Definisi Negosiasi Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,



negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya. Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu



7



atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncuk tipe kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi. Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat di negosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya. (Smeltzer, 1991 dalam Nursalam, 2012).



2.2.2



Langkah-Langkah Sebelum Negosiasi Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi



adalah sebagai berikut (Nursalam, 2015) : 1. Mengumplkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi. 2. Dimana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama.



8



3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasana. Efisiensi dan efektifitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer. 4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati. 2.2.3



Strategi Negosiasi Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam



menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan komunkiasi terbuka selama negosiasi berjalan (Smeltzer, 1991). 1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian. 2. Dengarkan dengan seksama dan perhatikan respon nonverbal yang Nampak. 3. Berfikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan. 4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda, konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan. 5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalahmasalah pribadi pada saat negosiasi. 6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi. 7. Jujur 8. Usahakan bersifat bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.



9



9. Jangan langsung menyutujui solusi yang ditawarkan tetapi berfikir dan mintalah waktu untuk menjawabnya. 10. Jika kedua kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar. 11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami 12. Bersabarlah



2.2.4



Kunci Sukses Dalam Melakukan Negosiasi Adapun kunci sukses dalam melakukan negosiasi yang dikemukakan oleh



Nursalam (2015), yaitu : 1.



Lakukan a. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang lain b. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada bukan orangnya c. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik d. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya e. Lakukan sesuatu yang sederhana atau tidak berbelit-belit f. Antisipasi penolakan g. Tahu apa yang dapat anda berikan



10



h. Tunjukkan beberapa alternatif pilihan i. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat anda j. Bersikaplah asertif dan bukan agresif k. Hati-hati, anda mempunyai suatu kepuasan untuk memutuskan l. Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat m. Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar



2.



Hindari a.



Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan



b.



Trik yang tidak baik seperti manipulasi



c.



Distorsi



d.



Tergesa-gesa dalam proses negosiasi



e.



Tidak berurutan



f.



Membuat hanya satu pilihan



g.



Memaksakan kehendak



h.



Berusaha menekankan pada satu pendapat



11



BAB 3 PENUTUP



3.1



Kesimpulan Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah



internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilainilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik interpersonal, intrapersonal, dan antar kelompok. Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan : 1) konflik laten, 2) konflik yang dirasakan ( felt conflict), 3) konflik yang tampak/sengaja dimunculkan, 4) Resolusi konflik, dan 5) Konflik aftermath. Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6 (enam) macam : 1) Kompromi atau negosiasi, 2) Kompetisi, 3) Akomodasi, 4) Smoothing, 5) Menghindar, dan kolaborasi. Kolaborasi adalah hubungan kerja sama antara perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan. Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.



12



Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu. Pengambilan keputusan sering dianggap dengan manajemen.



3.2



Saran Suatu manajemen didalamnya ada yang namanya kolaborasi dan negosiasi.



Kolaborasi penting dalam suatu manajemen untuk saling menuangkan ide satu sama lain sesame profesi. Negosiasi di dalam manajemen bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah dan sebagai strategi dalam manajemen. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar bisa menjadi acuan untuk bisa lebih baik kedepannya dalam pembuatan makalah.



13



DAFTAR PUSTAKA



Blais, K. (2006). Praktik Keperawatan Profesional : konsep dan Perspektif. Jakarta : EGC. Handoko, T. Hani. (2009). Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Marquis, B.L., dan C.J. Huston. (1998). Management Decision Making 124 Case Studies. Edisi 3. New York : Lippincott Raven. Marquis, B.L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta. Edisi 4 : ECG. Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Sumijatun. (2010). Konsep dasar menuju keperawtan professional. Jakarta : CV. Trans Info Media. Swanburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk perawat Klinis. Jakarta : EGC



14