Kolik Abdomen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS KOLIK ABDOMEN DI RUANG CEMPAKA RSUD BANYUMAS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



ALIYATUL AENI I4B018040 KELOMPOK 2



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PURWOKERTO 2018



A. Latar Belakang Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi di dalam organ perut . Faktor penyebab kolik abdomen adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik abdomen adalah kram pada abdomen, distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada abdomen. Akhir- akhir ini, peningkatan kolik abdomen meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak pada kesehatan tubuh (Bare, 2011). Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012 ±7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan penderita kolik abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk, Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri viseral dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatik). Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain (Barbara, 2011). Penatalaksanaan kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologi yang di dalamnya terdapat aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. Pada akhirnya, penanganan pasien kolik abdomen secara umum adalah dengan menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau tidak (Crown, 2011). B. Definisi Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tibatiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Suyono, 2001). Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila infeksi dari kandung kemih atau kandung empedu maka



pemberian antibiotik, bila ada batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu (Brunner & Suddarth, 2002). C. Etiologi Etiologi kolik abdomen yaitu (Brunner & Suddarth, 2002): 1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, apendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. 2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kolitis 3. 4. 5. 6. 7.



infeksi, esofagitis. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. Regangan kopsula organ : hepatitis, kista ovarium, pielonefritis. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. Ekstra abdominal :trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya.



Adapun etiologi yang lainnya tebagi atas dua (Suyono, 2001) yaitu: 1. Mekanis: Adhesi/ perlengketan pasca bedah (90% dari obstruksi mekanik), karsinoma, volvulus, intususepsi, polip, striktur, obstipasi 2. Fungsional (non mekanik): Ileus paralitik, lesi medula spinalis, enteritis regional, ketidakseimbangan elektrolit, uremia D. Patofisiologi Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.



Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang (Price, & Wilson, 2006). E. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis berupa nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, mual dan muntah, bisa juga kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang sesuai penyakitnya, perut kembung, sakit di daerah abdomen bagian bawah, dan terasa sakit sampai ke bagian belakang (anus), karena melakukan aktivitas berat (Smeltzer, Suzanne C. 2001). 1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi "hush" meningkat, nyeri tekan difus minimal.



3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Obstruksi mekanik parsial Hal ini dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. F.



Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya (Price & Wilson, 2006). 1. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus 2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. 3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus. 4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik 5. USG, untuk mengetahui adanya batu. G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : 1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. 2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis. 3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi 4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung. 5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko. 6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : 1. 2. 3. 4.



Terapi Na + K + komponen darah. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien



berbaring miring ke kanan. 5. Antasid ( obat yang melawan keasaman ). 6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves, 2011). H. Pathway Kolik Abdomen Lampiran 1.



I.



Rencana Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Umum Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis. 2. Khusus a. Usus halus. - Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi. - Distensi ringan. - Mual. - Muntah: pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal. - Dehidrasi. b. Usus besar. - Ketidaknyamana abdominal ringan. - Distensi berat. - Muntah fekal laten. - Dehidrasi laten : asidosis jarang.



B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan 3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kekurangan volume cairan C. Nursing Care Plan Diagnosa



NOC



NIC



Keperawatan Nyeri berhubungan NOC: Kontrol nyeri NOC: Manajemen Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian secara dengan agen selama 3x 24 jam komprehensif yang meliputi cedera biologis diharapkan pasien dapat lokasi, karakteristik, durasi, mengontrol



nyerinya



dengan indikator sebagai berikut:



frekuensi, dan kualitas nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan nonverbal 3. Gunakan teknik komunikasi



Indikator



Tujuan



terapetik untuk mengetahui pengalaman



Mengenali



nyeri



yang



dialami pasien sebelumnya 4. Kontrol faktor lingkungan



penyebab factor munculnya nyeri Melaporkan



yang dapat mempengaruhi



gejala-gejala



ketidaknyamanan



nyeri



pasien (Misal suhu ruangan,



kepada



kebisingan dll) 5. Kurangi atau eliminasi faktor



petugas kesehatan Melaporkan nyeri



presipitasi munculnya nyeri 6. Ajarkan pasien terapi



yang



nonfarmakologis ( relaksasi



terkontrol Penggunaan obat analgesik



pada



nafas dalam) 7. Tindakan kolaboratif: berikan



yang



obat analgesk yang sesuai.



di rekomendasikan Keterangan: 1. Tidak



pernah



mempraktikan 2. Jarang mempraktikan 3. Kadang-kadang mempraktikan 4. Sering mempraktikan 5. Konsisten mempraktikan NOC: Level Nyeri Indikator Melaporkan nyeri Panjang episode nyeri Mengespresika n nyeri (Wajah)



Akhir



Gelisah Merintih Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.



Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada



DAFTAR PUSTAKA Barbara, K . (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume I. Jakarta: EGC. Bare, B. G., Smeltzer, S. C. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC Bulechek, M.G., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia. Crown. (2011). Manajemen Strategi – Konsep, Kasus dan Implementasi. Jakarta: Grasindo. Moorhead, Sue., dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia. NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 20152017 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC. Nettina, S. M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC. Reeves, Charlene J. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.



Lampiran 1. Pathway Kolik Abdomen