Koloid Puding [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata atau homogen. Misalnya saja saat kita membuat susu atau membuat teh, susu atau the tersebut bercampur secara merata dengan air panas. Ada juga produk-produk yang sering kita lihat dan jumpai seperti sabun dan produk aerosol seperti udara yang berdebu, kabut, dll. Produk-produk seperti itu termasuk sistem koloid. Agar mempermudah mempelajari sistem koloid, maka pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai salah satu produk koloid yaitu Pudding atau Agar-agar.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. Mengetahui cara pembuatan pudding? 2. Pudding termasuk kedalam koloid apa? 3. Bagaimanakah pudding dapat menjadi suatu koloid? C. Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. Mengetahui jenis koloid pudding. 2. Mengetahui cara membuat pudding. 3. Mengetahui cara pudding menjadi suatu koloid. D. Manfaat Percobaan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. Dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang sistem koloid. 2. Dapat menginspirasi dalam membuat pudding yang baik dan enak.



BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Koloid Sistem koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi. Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah. B. Sistem Dispersi Sistem dispersi merupakan campuran antara zat terlarut dan pelarut. Dalam sistem dispersi, jumlah zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan zat pelarut. Zat terlarut dinamakan fase terdispersi, sementara itu, zat pelarut dinamakan medium pendispersi. Jadi, sistem dispersi adalah campuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur secara merata. Berdasarkan ukuran zat yang didispersikan, maka sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut : 1 Dispersi kasar (suspensi), bila partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran lebih besar dari 100 milimikron (100 nm). 2 Dispersi halus (koloid), bila partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran 1 sampai 100 milimikron. 3 Dispersi molekuler (larutan sejati), bila partikel-partikel zat yang terdispersi lebih kecil dari 1 nm. C. Jenis-Jenis Koloid Pada sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas. Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi sistem koloid dikelompokkan menjadi : 1. Sol. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa cairan. Contohnya: sol emas, tinta, dan cat. 2. Sol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya padatan. Contohnya: gelas berwarna, dan intan hitam. 3. Emulsi. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa pendispersinya cairan.



4.



5.



6.



7.



8.



Contohnya: susu, santan, dan minyak ikan. Emulsi padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa padatan. Contohnya: jelly, mutiara, dan keju. Aerosol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya: asap dan debu. Aerosol cair. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya: kabut, awan, dan hair spray. Buih. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa pendispersinya berupa cairan. Contohnya: buih sabun, dank rim kocok. Buih padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa pendispersinya berupa padatan. Contohnya: karet busa dan batu apung.



D. Sifat-Sifat Koloid Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Berikut penjelasan sifat-sifat koloid : 1. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Efek ini dikemukakan oleh John Tyndall, ahli fisika berkebangsaan Inggris. Partikel dalam sistem koloid dapat berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya ke segala arah. Larutan sejati/larutan tidak menunjukkan efek Tyndall, karena ukuran partikelnya terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya. Contoh terjadinya efek tyndall dalam kehidupan sehari-hari : a. Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna merah atau jingga di langit pada saat matahari terbenam di ufuk barat. b. Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok. c. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut. d. Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut. 2. Gerakan Brown Gerak Brown adalah gerak acak (zig-zag) partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak ini ditemukan oleh Robert Brown. Gerak Brown terjadi karena adanya tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu semakin cepat gerak Brown berlangsung karena energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih



kuat.Gerak Brown dalam sistem koloid menyebabkan partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun didiamkan (stabil). 3. Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik. Partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan koloid. Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid, selain karena adanya gerak Brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid. Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan dua batang elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). 4. Adsorpsi Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen. Peristiwa adsorpsi disebabkan gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen. Contoh pemanfaatan adsorpsi : a. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri patogen dengan serbuk karbon atau norit. Di dalam usus, norit akan menjadi koloid yang dapat mengadsorpsi zat racun(bakteri patogen) b. Penjernihan air keruh dengan tawas Al2(SO4)3. Dalam air tawas terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berbentuk koloid dan mampu mengadsorpsi kotoran dalam air khususnya zat warna. c. Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan tanah diatome dan arang tulang (pemutihan gula).Zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih. 5. Koagulasi atau penggumpalan Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan partikelpartikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap tersebar didalam medium pendispersinya. Koagulasi dapat dilakukan secara mekanis, fisis, kimia : 1. Mekanik, menggumpalkan koloid dengan pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Proses ini akan mengurangi air atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap.Contohnya pada protein, agar-agar dalam air akan menggumpal bila didinginka.



2. Fisis, Contohnya pada penggunakan alat cottrel. Alat Cottrel biasanya dipakai pada cerobong asap di industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya. Caranya dengan melewatkan asap atau debu pada Cottrel sebelum keluar dari cerobong pabrik. Alat ini terdiri dari dua pelat elektrode listrik bertegangan tinggi. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan. 3. Kimia, Cara ini dilakukan dengan penambahan zat elektrolit ke dalam koloid. Contohnya Proses pengolahan karet dari bahan mentah (lateks) dengan menambahkan asam formiat atau cuka, Pembentukan delta di muara sungai, Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas. Tawas digunakan untuk menggumpalkan partikel koloid dalam air. 6. Dialysis Dialysis merupakan suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan ada perbedaan ukuran partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari membran semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen. Selanjutnya kantong tersebut direndam dalam air yang mengalir.. Sehingga ion atau molekul ukuran lebih kecil dari partikel koloid tersebut dapat berpindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. 7. Koloid pelindung Koloid pelindung adalah koloid yang mampu melindungi koloid lain agar tidak mengalami koagulasi. Dan membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tak menggelompok. Contoh koloid pelindung sebagai berikut : a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal besar atau gula b. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. E. Pembuatan Koloid 1. Cara Kondensasi Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel yang lebih besar (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui: a. Reaksi Redoks Contoh: pembuatan sol belerang 2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(koloid) + 2H2O(l) b. Hidrolisis



Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambah larutan FeCl3 ke dalam air mendidih FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq) c. Dekomposisi rangkap Contoh: pembuatan sol AgCl, AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq) d. Penggantian pelarut Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel 2. Cara Dispersi Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui: a. Cara busur Bredig Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam  yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium pendispersi lalu kedua ujung elektroda diberi loncatan listrik. b. Cara peptisasi Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah). Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh air. c. Cara mekanik Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling koloid hingga tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air. F. Peran Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Koloid biasa digunakan dalam industri kosmetik untuk membuat foundation, sampo, pembersih wajah, deodoran, dan pelembab badan. 2. Dalam industri tekstil, koloid biasa dimanfaatkan dalam bentuk sol untuk membuat warna pakaian. 3. Dalam industri farmasi, koloid digunakan dalam bentuk sol untuk membuat obat-obatan. 4. Dalam industri sabun, koloid dihasilkan dalam bentuk emulsi, contohnya sabun dan detergen. 5. Dalam industri makanan, koloid bisa ditemukan dalam kecap, saus, susu, mayones, dan mentega. 6. Elektroforesis bisa digunakan untuk mengidentifikasi DNA.



BAB III PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2020 dirumah penulis, B. Alat dan Bahan 1. Alat yang dibutuhkan : a. Panci. b. Sendok sayur. c. Cetakan. 2. Bahan yang dibutuhkan : a. 900 ml Air. b. 120 gram Gula. c. 50 gram Coklat Bubuk. d. 1 sachet Agar-Agar. C. Cara Kerja 1. Pertama-tama siapkan alat dan bahan. 2. Kedua masukkan 900ml air kedalam panci. 3. Masukkan 120 gram gula dan 50 gram coklat bubuk kedalam panci, lalu aduk-aduk agar tidak menggumpal. 4. Selanjutnya masukkan 1 sachet agar-agar kedalam panci, kemudian aduk kembali hingga tercampur rata. 5. Panaskan adonan agar-agar hingga mendidih dengan api sedang. 6. Setelah mendidih angkat dan tuangkan adonan kedalam cetakkan. 7. Tunggu hingga dingin, lalu adonan bisa dimasukkan kedalam kulkas. 8. Pudding coklat siap disajikan.



BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN



Pudding merupakan salah satu contoh koloid. Pudding merupakan emulsi padat pada koloid, yang dimana fase terdispersinya adalah cair (air) dan fase pendispersinya adalah padat (bubuk agar-agar). Gelatin yang terkandung dalam pudding merupakan emulgator yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pengikat air. Selain itu pudding bersifat sol liofil. Sol liofil merupakan sol dengan fase terdipersinya senang akan medium pendispersinya atau dikatakan afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat. Pudding dibuat dengan cara kondensasi, Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel yang lebih besar (partikel koloid). Sifat koloid yang digunakan pada pembuatan pudding yaitu menggunakan sifat koagulasi atau penggumpalan, yang dimana merupakan sebuah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap tersebar didalam medium pendispersinya. penggumpalan koloid dengan pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Proses ini akan mengurangi air atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap. Puding instan menebal oleh pati, yang merupakan molekul rantai panjang yang terdiri dari molekul glukosa. Sifat penebalan pati harus dilakukan dengan cara molekul pati terurai dalam cairan dasar, umumnya berbasis air. Mereka menggabungkan molekul air ke dalam struktur intrinsik mereka, menjebak mereka, dan menahan mereka dalam suspensi (Suspensi merupakan suatu campuran dimana paling sedikit satu komponen yang secara relatif mempunyai partikel besar yang akan saling tersebar dengan komponen lainnya) (Ini bukanlah proses yang sama seperti emulsifikasi[Emulsifikasi adalah campuran dua cairan yang semula tidak campur, dengan membiarkan salah satunya mendispersi ke dalam cairan lain sebagai partikel kecil]).



BAB V KESIMPULAN Pudding merupakan koloid jenis emulsi padat. fase terdispersinya adalah cair(air), sedangkan fase pendispersinya adalah padat(bubuk agar-agar). Selain itu pudding bersifat sol liofil. Pada peroses pembuatanya dilakukan dengan cara kondesasi. Dan sifat koloid pada pudding yaitu koagulasi atau penggumpalan secara mekanik, agar-agar dalam air akan menggumpal bila didinginkan.