Konsep Diri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1.LATAR BELAKANG Kepribadian merupakan salah satu



cabang dari psikologi



yang



menguraikan struktur-struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas serta mengenai pemahaman-pemahaman tingkah laku yang menjadi ciri-ciri individual. Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien. Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan



1



keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.



1.2.TUJUAN -



Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep diri.



-



Agar mahasiswa dapat menjelaskan Definisi Konsep Diri



-



Agar mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menyebutkan komponen-komponen konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menjelaskan Proses Pembentukan Konsep Diri



-



Agar mahasiswa dapat menjelaskan Perkembangan konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menyebutkan dampak- dampak dari konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menyebutkan langkah – langkah dalam mempertahankan konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menyebutkan hambatan dalam membangun konsep diri



-



Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri klien



1.3.MANFAAT -



Mengetahui pengetian konsep keperibadian dan konsep diri praktis dalam menumbuhkan konsep diri positif bagi anak-anak.



-



Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep diri



-



Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri



-



Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan konsep diri



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1.Definisi Konsep Diri Menurut (Stuart & Sundeen 2005) Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain (Potter & Perry, 2005). Seifert dan Hoffnung dalam Desmita (2010:163) mendefinisikan “Konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri.” Atwater dalam desmita(2010:163) menyebutkan bahwa “Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan , keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.” Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian individu. Inti kepribadian berperan penting untuk menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku individu.



3



2.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Konsep diri menurut Fitts (Hendriati Agustiani, 2006: 139) dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. c. Aktualisasi diri, implementasi dan realisasi dari potensi yang sebenarnya. Menurut Coopersmith (Tim Pustaka Familia, 2010: 34-35), ada 4 faktor yang berperan dalam pembentukan konsep diri yaitu sebagai berikut. a. Faktor kemampuan. Setiap orang mempunyai potensi, oleh sebab itu seseorang harus diberikan peluang agar dapat melakukan sesuatu. b. Faktor perasaan berarti. Seseorang yang yang selalu dipupuk dengan perasaan berarti akan membentuk sikap positif pada dirinya. Sebaliknya, jika seseorang selalu mendapat perlakuan negatif dari orang lain maka akan tumbuh sikap negatif pada dirinya. c. Faktor kebajikan. Bila seseorang telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya. d. Faktor kekuatan. Pola perilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi seseorang untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan Pudjijogyanti (Yulius Beny Prawoto, 2010: 23-26) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri sebagai berikut. a. Peranan citra fisik Tanggapan mengenai keadaan fisik seseorang biasanya didasari oleh adanya keadaan fisik yang dianggap ideal oleh orang tersebut atau pandangan masyarakat umum. Seseorang akan berusaha untuk mencapai standar di mana ia dapat dikatakan mempunyai kedaaan fisik ideal agar mendapat tanggapan positif dari orang lain. Kegagalan atau keberhasilan mencapai standar keadaan fisik ideal sangat mempengaruhi pembentukan citra fisik seseorang.



4



b. Peranan jenis kelamin Peranan jenis kelamin salah satunya ditentukan oleh perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Masih banyak masyarakat yang menganggap peranan perempuan hanya sebatas urusan keluarga. Hal ini menyebabkan perempuan masih menemui kendala dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sementara di sisi lain, laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. c. Peranan perilaku orang tua Lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah lingkungan keluarga. Dengan kata lain, keluarga merupakan tempat pertama dalam pembentukan konsep diri seseorang. Salah satu hal yang terkait dengan peranan orang tua dalam pembentukan konsep diri anak adalah cara orang tua dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak. d. Peranan faktor sosial Interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu hal yang membentuk konsep diri orang tersebut. Struktur, peran, dan status sosial seseorang menjadi landasan bagi orang lain dalam memandang orang tersebut.



2.3.Komponen-komponen konsep diri Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Selfesteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (self idencity). 1. Citra tubuh (body image) Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi danpengalaman-pengalamanbaru. Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat



5



berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005). Banyak factor yang dapat mempengaruhi gambaran diri( Body Image) seperti, munculnya stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri. Stressor-stresor tersebut dapat berupa : a) Operasi Seperti : Mastektomi, Amputasi,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastic, protesa dan lain-lain. b) Kegagalan fungsi tubuh Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengakui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. c) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh Seperti



sering terjadi



pada



klien



gangguang



jiwa,



klien



mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. d) Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia.



Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon



negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. e) Umpan balik interpersonal yang negative Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.



2. Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah



laku



berdasarkan



standar



pribadi.



Standar



dapat



berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau



6



sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan normanorma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal serta membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan kesimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.



3. Harga diri (Self Esteem) Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu: dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005). Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.



7



4. Peran (Self Rool) Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.



5. Identitas Diri (self idencity) Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang



sejak



masa



kanak-kanak,



bersamaan



dengan



berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi,



8



dan keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Pada masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam keutuhan yang koheren , konsisten dan unik. Rasa identitas ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah.



2.4.Jenis-jenis konsep diri Calhoun dan Acocella (Yunita Jaclyn Isabella, 2011: 14) membedakan konsep diri menjadi 2, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Calhoun dan Acocella, apabila seseorang memiliki konsep diri positif, maka perilaku yang muncul cenderung positif. Sebaliknya, apabila seseorang menilai dirinya negatif, maka perilaku yang muncul pun cenderung negatif. Berikut penjelasan dari kedua jenis konsep diri. a. Konsep Diri Positif Calhoun dan Acocella (Yunita Jaclyn Isabella, 2011) berpendapat bahwa individu dengan konsep diri positif akan mampu merancang tujuan-tujuan hidup yang sesuai dengan realita, sehingga lebih besar kemungkinan individu untuk mencapai tujuan hidupnya. Calhoun dan Acocella juga mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif memungkinkan orang tersebut untuk dapat maju ke depan secara bebas, berani dan spontan, serta mampu menghargai orang lain.



9



Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (Jalaluddin Rakhmat, 2003: 105), ada 5 tanda orang dengan konsep diri positif. 1) Yakin dengan kemampuan dalam mengatasi masalah. 2) Merasa setara dengan orang lain. 3) Menerima pujian tanpa rasa malu. 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5) Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.



Konsep diri positif seseorang dapat dilihat dari sikap mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Melanie D. Murmanto (2007: 67) berikut ini. ”Orang yang mempunyai konsep diri yang baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, serta dapat menjadi seorang pemimpin yang handal”



Seseorang dengan konsep diri positif akan dapat menyadari dan menerima berbagai kekurangan yang dimiliki untuk kemudian melakukan perbaikan agar dirinya menjadi lebih baik. Konsep diri positif juga menjadikan seseorang selalu optimis dalam menatap dan menjalani masa depan. Hal terpenting pada seseorang dengan konsep diri positif adalah di mana seseorang tersebut memandang positif dan menghargai diri sendiri maupun orang lain. Seseorang dengan konsep diri positif mempunyai kecenderungan mendapat respon yang positif pula dari orang lain dan lingkungannya



10



b. Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella (Yunita Jaclyn Isabella, 2011: 17) membagi konsep diri negatif menjadi 2. 1) Individu memandang dirinya secara acak, tidak teratur, tidak stabil, dan tidak ada keutuhan diri. Ia tidak mengetahui siapa dirinya, kelemahannya, kelebihannya, serta apa yang dihargai dalam hidupnya. 2) Individu memandang dirinya terlalu stabil dan terlalu teratur. Dengan demikian, individu menjadi seseorang yang kaku dan tidak bisa menerima ide-ide baru yang bermanfaat baginya.



Melanie D. Murmanto (2007: 67) juga memberikan pendapatnya tentang konsep diri negatif pada seseorang sebagai berikut. ”Konsep diri seseorang yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal-hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.”



Dari penjelasan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif akan memiliki pandangan negatif tentang dirinya maupun orang lain. Hal ini tentunya



akan



mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Dirinya juga mempunyai kecenderungan mendapat respon yang negatif dari orang lain dan lingkungannya. Selain itu, individu dengan konsep diri negatif selalu pesimis dalam menatap dan menjalani masa depannya.



11



2.5.Proses Pembentukan Konsep Diri Konsep diri berkembang dalam waktu yang cukup lama, yang dimulai sejak masa kanak-kanak. Saat seorang sudah dewasa maka konsep diri cenderung telah konsisten dan tidak berubah. Terdapat beberapa factor yang cukup berpengaruh yang bila terjadi terus menerus maka akan dapat mengubah konsep diri seseorang. Baldwin dan Holmes (Calhoun dan Accocella, 1990:77) mengatakan bahwa konsep diri adalah ciptaan sosial, hasil belajar dan hubungan kita dengan oranglain. Hadipranata (Handayani, 2003: 11) menyebutkan bahwa terdapat beberapa komponen dalam proses pembentukan konsep diri, yakni physical self, personal self, family self, dan social self. a. Physical Self Merupakan bayangan kebanggan seseorang akan citra tampang tubuh maupun keseluruhan pribadinya. Hal ini merupakan gambaran pandangan individu terhadap tubuhnya dan hal-hal yang berhubungan dengan tubuhnya seperti kesehatan, penampilan, ketampanan, dan sebagainya b. Personal Self Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap jangkauan hidup dankehidupannya atau akan menjadi apa kehidupannya kelak yang merupakan aspirasi setiap individu. Hal ini menggambarkan seberapa besar penilaian individu terhadap dirinya, merasakan sebagai diri yang adekuat dan menggambarkan pilihan terhadap tubuh dan hubungan dengan orang lain disekitarnya.



c. Family self Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap citra ayah, ibu, dan sanak saudaranya. Ini menggambarkan persepsi diri individu dalam kaitannya dengan kelompok primer seperti keluarga dan teman-teman dekatnya.



12



d. Social self Merupakan bayangan seseorang terhadap citra kelompok sosialnya dimanapun orang tersebut terkait dengan komitmennya. Hal ini menggambarkan diri individu dalam kaitannya dengan interaksi sosialnya dengan orang lain. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bila konsep diri dapat saja berubah tergantung bagaimana individu tersebut bereaksi dengan lingkungan sosialnya. Bila individu berada pada situasi yang berbeda dari sebelumnya dan mendapat penilaian yang berbeda secara terus-menerus maka pandangan terhadap dirinya juga berubah. Orang-orang yang sangat berarti bagi individu seperti orang tua, saudara, suami, istri, dan sahabat-sahabat dekat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan konsepdiri seseorang. Penilaian dari significant others akan mengubah penilaian terhadp diri. Selanjutnya individu tersebut akan mulaimencari bentuk konsep diri yang dapat



diterima



oleh



lingkungannya



dan



sesuai



dengan



keinginannya, maka akhirnya terbentuklah konsepdiri yang baru.



2.6.Perkembangan konsep diri Individu tidak lahir dengan konsep diri, karena konsep diri bukan bawaan. Konsep diri terbentuk seiring dengan perkembangan individu tersebut dan karena adanya interaksi dengan orang lain di sekitarnya (Yudit, 2008: 147). Hal ini sesuai dengan pendapat Melanie D. Murmanto (2007: 68) yang mengatakan bahwa proses pembentukan konsep diri dimulai sejak usia kecil. Symonds (Hendriati Agustiani, 2006: 143) juga berpendapat bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Diri berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain. Hurlock (2010: 238-239) mengatakan hal yang sama, bahwa konsep diri berasal dari kontak anak dengan orang, cara orang memperlakukan anak tersebut, apa yang



13



dikatakan pada dan tentang anak tersebut, serta status anak dalam kelompok di mana mereka diidentifikasi. Mengenai pembentukan konsep diri, Amaryllia Puspasari (2007: 1932) menggolongkannya ke dalam 4 golongan sebagai berikut. 1. Pola Pandang Diri Subjektif (Subjective Self) Pengenalan diri yang terbentuk berasal dari bagaimana orang melihat dirinya sendiri. Hal-hal yang dipikirkan seseorang pada pola pandang diri subjektif biasanya terdiri dari gambaran-gambaran diri (self image), baik itu potongan visual maupun persepsi diri. Potongan visual ini seperti bentuk wajah dan tubuh yang dicermati ketika bercermin, sedangkan persepsi diri biasanya diperoleh dari komunikasi terhadap diri sendiri maupun pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Gambaran diri ini sifatnya sangat pribadi karena setiap pribadi itu unik dengan pengalaman yang berbeda-beda. Seseorang tentunya akan melakukan perbandingan antara dirinya dengan orang lain dalam pemahaman konsep diri. Perbandingan tersebut meliputi berbagai hal dalam penampilan fisik maupun nonfisik. Contoh dari perbandingan nonfisik adalah proses membandingkan perseptif. Perbandingan perseptif dilakukan seseorang untuk melihat karakteristik dirinya dalam mengembangkan diri,



seperti



tingkat



kemampuan



komunikasi, tingkat kemampuan untuk menarik perhatian lawan jenis, maupun pemikiran lainnya yang bersifat perseptif. 2. Bentuk dan Bayangan Tubuh (Body Image) Persepsi ataupun pengalaman emosional dapat memberikan pengaruh terhadap bagaimana seseorang mengenali bentuk fisiknya. Kesadaran seseorang akan tubuhnya merupakan cara seseorang melihat tubuhnya. Pada saat bercermin, seseorang tidak hanya melihat bentuk fisik dari pantulan cermin saja, tetapi juga menghayati bentuk fisiknya. 3. Perbandingan Ideal (The Ideal Self) Salah satu proses pengenalan diri adalah dengan membandingkan diri dengan sosok ideal yang diharapkan. Proses pembentukan diri ideal



14



tersebut melalui proses pembentukan harapan diri, seperti ingin menjadi lebih cantik, menjadi lebih pandai, dan lain sebagainya. 4. Pembentukan Diri Secara Sosial (The Social Self) Proses pembentukan diri secara sosial merupakan proses di mana seseorang mencoba memahami persepsi orang lain terhadap dirinya. Penilaian kelompok terhadap seseorang akan membentuk konsep diri pada orang tersebut. Penilaian sekelompok orang inilah yang merupakan proses labelisasi terhadap karakteristik konsep diri seseorang. Adapula pendapat lain mengenai pemebentukan konsep diri dari Melanie D. Murmanto (2007: 68) yang menyebutkan bahwa masa kritis dari pembentukan konsep diri adalah saat seseorang masuk sekolah dasar. Masa kritis tersebut dikarenakan pada usia 6-7 tahun batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri (Hendriati Agustiani, 2006: 143). Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri. Dalam hal ini, Taylor, Comb, dan Snygg (Hendriati Agustiani, 2006: 143) mengatakan bahwa dengan bertambahnya usia, pandangan tentang diri menjadi lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Menguatkan pendapat ahli sebelumnya, Hurlock (2010: 238-239) memberikan penjelasan bahwa wawasan sosial sangat dipengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Seseorang yang cerdas akan lebih pandai menginterpretasikan perasaan orang lain terhadapnya berdasarkan apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain terhadapnya dibandingkan anak yang kurang cerdas. Interpretasi mereka dari perasaan orang lain menentukan apakah mereka akan mengembangkan konsep diri yang baik atau tidak. Hendriati Agustiani (2006: 143-144) mengatakan bahwa pada saat anak memasuki usia anak tengah hingga akhir, peran orang tua sebagai pihak yang berpengaruh besar pada pembentukan konsep dirinya mulai digantikan oleh teman sebaya. Anak semakin mengidentifikasikan diri dengan teman sebaya dan mengadopsi bentuk-bentuk tingkah laku dari



15



kelompok teman sebaya dan jenis kelamin yang sama. Kemudian, saat anak memasuki masa anak akhir konsep dirinya mulai stabil. Hendriati Agustiani (2006: 144) juga berpendapat bahwa konsep diri seseorang akan berubah drastis saat memasuki masa pubertas. Seseorang yang baru memasuki usia remaja mempersepsikan diri sebagai orang dewasa dalam berbagai cara. Namun, dalam hal tingkah laku, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri meskipun masih tergantung pada orang dewasa. Hal senada juga diungkapkan oleh Hurlock (2010: 238-239) bahwa konsep diri pada remaja telah kokoh bentuknya meskipun sering ditinjau kembali dengan adanya pengalaman sosial dan pribadi yang baru. Ketidakpastian masa depan dan membuat formulasi dari tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit saat masa remaja (Hendriati Agustiani, 2006: 144). Namun, dari penyelesaian masalah dan konflik pada masa remaja inilah lahir konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Kemudian, pada usia 25-30 tahun biasanya ego seseorang telah terbentuk lengkap dan konsep diri menjadi sulit berubah.



2.7.Dampak- dampak dari konsep diri Konsep diri merupakan semua yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu, tentang kepercayaan dan sikap yang individu pegang tentang diri mereka sendiri. Konsep diri secara umum memberikan gambaran tentang siapa individu dan dianggap sebagai petunjuk pokok keunikan individu dalam perilaku. Setiap individu akan cenderung mengembangkan konsep diri sesuai dengan bagaimana ia melihat dirinya dan harapan ideal tentang bagaimana dirinya, dengan hal lain maka yang akan termanifestasi dalam perilakunya adalah bagiamana ia mampu untuk berperilaku sebagaimana persepsi yang diterimanya baik itu dari diri sendiri, orang lain, maupun diri ideal yang diharapkannya. Individu dengan gambaran diri positif akan cenderung mengembangkan perilaku yang positif (penuh percaya diri, mempunyai kemampuan problem solving dan lain-lain), sedangkan individu yang



16



mempunyai kosep diri negatif akan cenderung memiliki sikap dan perilaku yang mengarah pada hal yang negatif (merasa inferior, pesimis dan lainlain). Konsep diri sebagai suatu sikap pandang terhadap diri sendiri merupakan dasar bagi tingkah laku individu. Bagaimana individu menerapkan perilakunya tergantung bagaimana ia memandang dirinya sendiri baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.



2.8.Langkah – langkah dalam mempertahankan konsep diri Adapun langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri yaitu, 1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. 2. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita sendiri, jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memangdang hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa kita menhargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara posotif. 3. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.



17



4. Berpikir positif dan rasional Semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu,baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah: a. Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri b. Kembangkan pikiran positive thinking c. Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik d. Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive e. Menjaga keseimbangan hidup



2.9.Hambatan dalam membangun konsep diri Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut: Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah,



18



kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.



2.10. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka : 1. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit 2. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres 3. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut ditunjukkan. 4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien 5. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.



19



Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah : 1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. 2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. 3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Menurut Carl Rogers prinsip-prinsip komunikasi terapeutik diantaranya adalah : 1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri berarti menghayati, memahami dirinya sendiri, serta nilai yang dapat dianut. 2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap yang saling menerima, saling percaya, dan saling menghargai. 3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh pasien. 4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. 5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa kuat. 6. Perawat harus dapat menciptakan suasa yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya sendiri baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. 7. Mampu



menentukan



batas



waktu



yang



sesuai



dan



dapat



mempertahankan konsistensinya. 8. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubunga terapeutik.



20



9. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, spiritual dan gaya hidup. 10. Bertanggung jawab dalam dua hal, yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap oran



21



BAB III PENUTUP



3.1.KESIMPULAN Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral. Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian individu. Inti kepribadian berperan penting untuk menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah peranan faktor sosial, perilaku orang tua, peranan jenis kelamin, peranan citra fisik. Komponen-komponen dari konsep diri adalah citra tubuh, ideal diri, dan harga diri. Arti konsep diri sangat penting untuk dipahami bagi seorang perawat agar dapat memberi pelayanan yang terbaik untuk kliennya.



3.2.SARAN Untuk membangun konsep kepribadian dan konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif dan menjaga keseimbangan hidup. Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep



22



diri, kita menjadi bangga terhadap diri sendiri, percaya diri penuh dan dapat



berdaptasi



dengan



lingkungan



dan



mencapai



sebuah



kebahagiaan dalam hidup. Semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.



23



DAFTAR PUSTAKA



Herri Zan Pieter, S. &. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kharisma Putra Utama Prasetyo, Herry. 2007. Pribadi Yang Menyenangkan. Jakarta: PT Bhuana Ilmju Populer; klp Gramedia. Elizabeth wagele dan Renee Baron. 2005.Eneagram. jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC



24