Kritik Sastra Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KRITIK SASTRA INDONESIA Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Pengampu: Dra. Sehati Kaban, M.Pd



Disusun Oleh: Kelompok 3 Sa’diyah Nur Salamah



1107617160



Shafa Ramadhan



1107617167



Della Jelika Tejamulya



1107617168



Siti Nurhaliza



1107617171



Nabila Daffa Mandzilla



1107617189



Kelas F 2017



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan semua atas kontribusinya dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kritik Sastra Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Jakarta, 18 Mei 2019 Penyusun



Kelompok 3



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kritik Sastra ................................................................................ 3 B. Metode Kritik Sastra ..................................................................................... 4 C. Contoh Kritik Karya Sastra (Puisi) ................................................................ 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 14 B. Saran ............................................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang yang kurang senang mendengar kata “kritik”. Mengapa demikian? Karena kalau mendengar kata itu, asosiasi orang itu biasanya tertuju pada hal – hal yang kurang baik, cacian, makian, ejekan, dan lain-lain . Nilai kata kritik itu dianggap sangat buruk bagi mereka. Kritik itu dapat dibagi atas dua jenis diantaranya, kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan. Akan tetapi pada hakekatnya semua kritik itu adalah membangun. Pada masa dulu juga orang merasa senang bila karyanya diberi pujian atau sanjungan sekalipun karya tersebut jauh dari kata bernilai. Akan tetapi pada zaman sekarang para seniman atau pengarang justru meminta para kritikus untuk memberi penilaian atau kritik atas hasil karyanya. Karena dengan demikian dia akan mengetahui dimana letak kekurangan atau kebaikan hasil karyanya dan dapat pula dipergunakan sebagai pedoman dalam karya – karya selanjutnya. Sedangkan kritik sastra merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan sastra. Secara singkat, kritik sastra dapat didefinisikan sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis. Seorang pembaca sastra dapat membuat kritik sastra yang baik apabila dia betul-betul menaruh minat pada sastra, terlatih kepekaan citanya, dan mendalami serta menilai tinggi pengalaman manusiawinya. Yang dimaksud dengan mendalami serta menilai tinggi pengalaman manusiawi adalah menunjukan kerelaan psikologinya untuk menyelami dunia karya sastra, kemampuan untuk membeda-bedakan pengalaman secara mendasar, dan kejernihan budi untuk menentukan macam-macam nilai. Mengingat bahwa tradisi kritik sastra di Indonesia masih sangat muda lebih dari sastra Indonesia yang usianya belum mencapai satu abad, masih banyak persoalan tentang kritik sastra yang harus dipelajari dan dialami oleh



1



peneliti sastra, agar sumbangannya dapat sesuai dengan hakikat dan tujuan dari kritik sastra. Sebelum lebih jauh lagi, kali ini kita akan membahas lebih dalam lagi apa sebenarnya yang dimaksud dengan kritik sastra.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari kritik sastra? 2. Apa saja metode yang digunakan dalam kritik sastra? 3. Bagaimana contoh mengkritik karya sastra?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian kritik sastra 2. Untuk mengetahui dan memahami metode dalam kritik sastra 3. Untuk memahami bagaimana mengkritik karya sastra dengan contoh yang diberikan



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Kritik Sastra Istilah “kritik” (sastra) berasal dari Bahasa Yunani yaitu “krites” yang berarti “hakim”. “Krites” sendiri berasal dari “krinein” yang berarti “menghakimi”; “kriterion” yang berarti “dasar penghakiman” dan “kritikos” berarti “hakim kesusastraan”. Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Sastra adalah salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra. Selain menghakimi karya sastra, kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai. Seorang kritikus sastra mengurai pemikiran, pahampaham, filsafat, pandangan hidup yang terdapat dalam suatu karya sastra. Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan buktibukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya. Menurut Graham Hough (1966: 3), kritik sastra tidak hanya terbatas pada penyuntingan, penetapan teks, interpretasi, serta pertimbangan nilai. Menurutnya, kritik sastra meliputi masalah yang lebih luas tentang apakah kesusastraan itu sendiri, apa tujuannya, dan bagaimana hubungannya dengan masalah-masalah kemanusiaan yang lain. Abrams dalam “Pengkajian Sastra” (2005: 57) mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra. Dapat disimpulkan bahwa Kritik Sastra adalah analisa terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya secara objektif.



3



2. Metode Kritik Sastra Kata metode berasal dari bahasa Latin methodos, dari kata meta dan hodos. Kata meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, dan kata hodos berarti jalan, cara, arah. Secara luasnya kata metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau strategi untuk memahami realitas, dan langkahlangkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Sebagai alat, metode disamakan dengan teori, yaitu berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga memudahkan untuk memecahkan masalah itu. Jadi, metode kritik sastra adalah cara-cara sistematis untuk memahami makna karya sastra. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 20-24) ada empat empat metode kritik sastra yang secara umum digunakan oleh kritikus sastra, yaitu: (1) metode struktural, (2) metode perbandingan, (3) metode sosiologi sastra, dan (4) metode estetika resepsi. Agar lebih jelasnya, keempat metode kritik sastra tersebut dijabarkan sebagai berikut :



1) Metode Struktural Metode struktural berdasarkan teori bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri atas bermacam-macam unsur pembentuknya itu terdapat jalinan yang erat (koherensi). Makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar empat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Oleh karena itu, metode struktural merupakan metode kritik objektif yang mendasarkan pada jalinan (koherensi) dengan unsur-unsur lain dalam struktur tersebut. Pelopor strukturalisme, Claude Levi-Strauss, strukturalismenya bersifat umum karena mencakup semua gagasan struktur. Menurut Levi-Strauss “Strukturalisme adalah suatu cara mencari realitas dalam hal-hal (bendabenda) yang saling berjalinan antara sesamanya, bukan dalam hal-hal yang bersifat individu”. Formulasi yang demikian itu menjadi terlalu luas cakupannya sehingga terasa tidak begitu mudah untuk diterapkan dalam kajian ilmu diluar antropologi. Berdasarkan kenyataan seperti itu para pakar ilmu bahasa beralih perhatian kepada Ferdinand de Saussure, seorang pakar linguistik dari Swiss. Meskipun de Saussure tidak berbicara tentang struktur, ia 4



berbicara tentang sistem dalam analisis bahasa. Teori yang dikemukakan de Saussure itu begitu cemerlang yang meliputi (1) penampangan diakronis dan sinkronis, (2) language (bahasa) dan parole (tuturan), (3) penanda (bentuk) dan petanda (gagasan), dan (4) sintakmatik dan asosiatif.



2) Metode Perbandingan Metode perbandingan diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan hasil pemahaman makna karya sastra dengan jalan membandingkan dua karya sastra atau lebih yang menunjukkan adanya persamaan atau perbedaan tema, struktur, atau pun gaya. Dalam metode perbandingan ini dapat pula dikaitkan dengan teori intertekstual yang berprinsip terdapatnya persamaan atau pun perbedaan dalam satu genre sastra dari yang lama ke yang baru atau dari karya sastra yang terdahulu dan karya sastra yang kemudian, baik strukturnya, unsur-unsur pembentuk struktur, maupun gaya yang digunakannya. Perbandingan dapat dilihat dari jalur kesejajaran teks, tematiks teks, genre teks, dan genetik teks. 3) Metode Sosiologi Sastra Metode sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi/cerminan masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial budaya, politik, keamanan, ekonomi, dan alam yang melingkupinya. Selain merupakan suatu eksperimen moral yang dituangkan oleh pengarang melalui bahasa, sastra dalam kenyataannya menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan sosial (Damono, 1978:1). Seperti halnya karya seni yang lainnya, karya sastra adalah refleksi transformasi pengalaman hidup dan kehidupan manusia, baik secara nyata ada maupun hanya rekaansemata, yang dipenggal-penggal dan kemudian dirangkai kembali dengan imajinasi, persepsi, dan keahlian pengarang serta disajikan melalui sebuah



media (bahasa). Sebagai lembaga



sosial,



kesusastraan menampung berbagai aspirasi masyarakat yang disuarakan 5



oleh pengarang melalui karya sastra yang dihasilkannya. Masalah kekuasaan tak luput menjadi perhatian para sastrawan sejak zaman dahulu sampai sekarang. Metode sosiologi memandang karya sastra sebagai produk budaya yang sangat diperlukan masyarakat. Sastra merupakam media komunikasi antara masyarakat. Kelemahan pendekatan ini antara lain : (1) Munculnya konsep sastra untuk masyarakat dan masyarakat untuk sastra. (2) Sering dijadikan sebagai alat untuk melakukan proters sosial (3) Metode ini sukar dipahami apabila tidak didukung oleh ilmu sosiologi dan jiwa sosial. 4) Metode Estetika Resepsi Metode estetika resepsi mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan para pembacanya. Sebab karya sastra merupakan struktur estetik yang terdiri atas tanda-tanda estetik yang dipancarkan kepada pembacanya. Di dalam metode estetika resepsi yang perlu diperhatikan bukan hanya eksistensi sebuah karya sastra, melainkan juga resepsi pembacanya. Sementara itu resepsi ditentukan oleh penerimaan estetik, interpretasi, dan evaluasi pembacanya (Vodicka, 1964: 71). Estetika resepsi adalah sebuah metode kritik sastra yang menitik beratkan pada peranan pembaca yang memperhatikan karya sastra sebagai sebuah struktur. Di satu pihak pembaca memiliki nilai-nilai yang berubah. Sementara itu, di lain pihak karya sastra sebagai sebuah struktur menentang struktur karya sebelumnya. Estetika resepsi melihat nilai sastra sebagai sebuah konsep dari perubahan yang tetap, bergantung pada sistem norma pembacanya. Metode estetika resepsi merupakan sebuah kejutan untuk evaluasi kesusastraan guna melengkapi perbedaan pandangan dari konsep “nilai kesusastraan”. Hal tersebut disebabkan selama ini struktural menganggap bahwa nilai sastra terlepas dari pembacanya (Segers, 1978: 49).



6



3. Contoh Kritik Karya Sastra Indonesia (Puisi) 



Contoh puisi hasil karya sastra Indonesia



“Surat Kepada Bunda Tentang Calon Menantunya” Karya W.S. Rendra Mama yang tersayang Akhirnya kutemukan juga jodohku Seseorang yang bagai kau Sederhana dalam tingkah laku dan bicara Serta sangat menyayangiku Terpupuslah sudah masa-masa sepiku Hendaknya berhenti gemetar rusuh Hatimu yang baik itu Yang selalu mencintaiku Karena kapal yang berlayar Telah berlabuh dan ditambatkan Dan sepatu yang berat serta nakal Yang dulu biasa menempuh Jalan-jalan yang mengkhawatirkan Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara Kini telah lepaskan Dan berganti dengan sandal rumah Yang tenteram, jinak, sederhana Mama 7



Burung dara yang nakal Yang sejak dulu kau piara Kini terbang dan telah menemui jodohnya Ia telah meninggalkan sarang yang kau buatkan Dan tiada akan pulang Buat selama-lamanya Ibuku, Aku telah menemukan jodohku Janganlah kau cemburu Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi Begitu kata alam, begitu kau mengerti Bagai dulu bundamu melepas kau Kawin dengan ayahku. Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya Untuk mengawinimu Tentu sangatlah berat Tapi itu harus, mama! Dan akhirnya tak kan begitu berat Apabila telah dimengerti Apabila telah disadari Hari sabtu yang akan datang Aku akan membawanya kepadamu 8



Ciumlah kedua pipinya Dan panggillah ia dengan kata ‘anakku!’ Bila malam telah datang Kisahkan padanya Riwayat para leluhur kita Yang ternama dan perkasa Dan biarkan ia nanti Tidur di sampingmu Ia pun anakmu Sekali waktu nanti Ia akan melahirkan cucu-cucumu Mereka sehat-sehat dan lucu-lucu Dan kepada mereka Ibunya akan bercerita Riwayat yang baik tentang nenek mereka Bunda bapak mereka Ciuman abadi Dari anak lelakimu yang jauh







Analisis Kritik Karya Sastra Puisi



a. Tipografi (penyusunan baris dan bait dalam puisi) Berdasarkan jenis tipografinya, puisi diatas termasuk jenis puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris dan bait yang tidak sama.



Alasannya,



pada



puisi



tersebut



pengarang



masih 9



menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan penyusunan kata, meskipun baris dan baitnya tidak sama.



b. Diksi (pilihan kata) Dalam puisi tersebut, pengarang lebih banyak menggunakan kata –kata yang sudah familiar dan mudah dipahami oleh pembaca meskipun ada juga beberapa kata yang masih terdengar asing. Sementara itu, diksi yang digunakan pengarang kebanyakan bermakna konotatif. Misalnya, ia melukiskan kehidupannya dahulu dan berubah saat ia telah menemukan jodohnya dengan “kapal yang berlayar yang telah berlabuh dan ditambatkan”. Ia juga melukiskan dirinya sewaktu belum menemukan jodohnya dengan istilah “burung dara yang nakal”.



c. Majas Majas adalah gaya bahasa yang merupakan perumpamaan untuk menguatkan kesan dalam kalimat yang bernuansa imajinatif. Majas yang terdapat dalam puisi tersebut antara lain :



-



Perbandingan Contoh : Seseorang yang bagai kau Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya Untuk mengawinimu Bagai dulu bundamu melepas kau



-



Metafora Contoh : Dan berganti dengan sandal rumah Yang tenteram, jinak, sederhana Burung dara yang nakal



-



Personifikasi Contoh : 10



Terpupuslah sudah masa-masa sepiku Hendaknya berhenti gemetar rusuh Dan sepatu yang berat serta nakal



-



Hiperbola Contoh : Jalan-jalan yang mengkhawatirkan Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara Kini terbang dan telah menemui jodohnya



-



Repetisi Contoh : Begitu kata alam, begitu kau mengerti Apabila telah dimengerti Apabila Telah Disadari



d. Rima, Aliterasi, Asonansi -



Rima (persamaan bunyi akhir kata yang terdapat antar baris dalam satu bait, terdiri dari rima awal, tengah, akhir). Rima dalam puisi diatas kebanyakan berupa rima akhir. Contohnya pada bait pertama : Mama yang tersayang Akhirnya kutemukan juga jodohku Seseorang yang bagai kau Sederhana dalam tingkah laku dan bicara Serta sangat menyayangiku Bait tersebut rimanya abbab. Selanjutnya pada bait-bait berikutnya dan seterusnya juga mempunyai rima akhir.



-



Aliterasi (persamaan bunyi konsonan pada satu baris puisi) Contoh: Terpupuslah sudah masa-masa sepiku Telah berlabuh dan ditambatkan



11



-



Asonansi (persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi) Contoh: Mama yang tersayang Sederhana dalam tingkah laku dan bicara Dan tiada akan pulang Buat selama-lamanya Yang ternama dan perkasa



e. Imaji Imaji merupakan citra atau bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi. Contoh: a) Imaji penglihatan : Karena kapal yang berlayar Telah berlabuh dan ditambatkan Jalan-jalan yang mengkhawatirkan Kini terbang menemui jodohnya Bila malam telah datang



b) Imaji pendengaran : Dan panggillah ia dengan kata ; ’anakku!’ Kisahkan padanya Riwayat para leluhur kita Puisi di atas “Surat Kepada Bunda Tentang Calon Menantunya” adalah sebuah rangkaian kata dari Rendra W.S sebagai seorang anak yang telah menemukan pujaan hatinya dan berusaha mengungkapkan niat tulus kepada sang bunda agar bersedia tuk merestui dan menerima sang calon istri yang diidam-idamkan sejak lama. Realitas sosial yang diungkapkan sangat lugas dan memberikan pengajaran kepada pembacanya tentang bakti seorang anak pada ibunya. Sebagai bentuk respon positif atas peristiwa banyaknya anak yang kehilangan nilai hormat pada ibunya.



12



Kritik sastra sangat diperlukan oleh sebagian orang, dengan adanya kritik sastra maka karya sastra para pengarang akan diketahui baik buruk kualitasnya. Terlebih masyarakat yang mencintai karya sastra. Karya sastra diatas merupakan ungkapan pengarang terhadap keadaan di sekitarnya yang selalu berhubungan dengan anak, ibu dan calon menantu yang



sangat



berperan



penting



dalam



kehidupan



masyarakat.



Diharapakan, muncul lah kritikus sastra yang handal dan selalu mengawal karya sastra di bumi nusantara.



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kritik Sastra adalah analisa terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya secara objektif. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 20-24) ada empat empat metode kritik sastra yang secara umum digunakan oleh kritikus sastra, yaitu: (1) metode struktural, (2) metode perbandingan, (3) metode sosiologi sastra, dan (4) metode estetika resepsi. Kritik sastra sangat diperlukan oleh sebagian orang, dengan adanya kritik sastra maka karya sastra para pengarang akan diketahui baik buruk kualitasnya. Terlebih masyarakat yang mencintai karya sastra.



B. Saran Untuk mengkritik hasil karya sastra sebaiknya kritikus betulbetul menaruh minat pada sastra, terlatih kepekaan citanya, dan mendalami karya sastra tersebut.



14



DAFTAR PUSTAKA



Hardiyana, Andre. 2004. Kritk Sastra; Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Purtaka Utama. K.S, Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Suroso , dkk. 2008. Kritik Sastra .Yogyakarta: Elmatera Publishing.



15