16 0 1 MB
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. I DENGAN HARGA DIRI RENDAH AKIBAT DARI SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DI PSBL PHALA MARTHA SUKABUMI 2018
OLEH: M. ARI TUPATULLOH 029P.A15.054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI SUKABUMI 2018
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. I DENGAN HARGA DIRI RENDAH AKIBAT DARI SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DI PSBL PHALA MARTHA SUKABUMI 2018
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan
M. ARI TUPATULLOH 029P.A15.054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI SUKABUMI 2018
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH AKIBAT SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DI RUANG KUTILANG PSBL PHALA MARTHA SUKABUMI 2018
M.ARI TUPATULLOH 029P.A15.054
Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Konsep diri adalah gambaran konsep diri sebagai ide, perasaan dan kepercayaan untuk mengenal dan siap untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adapun tujuan penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah akibat skizofrenia hebefrenik di PSBL Phala Martha Kab. Sukabumi Tahun 2018. Metode dalam penelitian menggunakan metode diskriptif, adapun sampelnya adalah Tn. I. Dengan pendekatan studi kasus Sedangkan proses pngumpulan datanya dengan cara wawancara, observasi, dan melihat data rekam medis klien. Dari Hasil pengkajian selama tiga hari, diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. I adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah. Setelah dilakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan selama tiga hari sesuai rencana tindakan keperawatan klien mampu memahami dan dapat mengulang kembali dari apa yang telah didiskusikan Bersama, klien dapat membina hubungan saling percaya, harga diri klien meningkat, klien sudah mulai tenang, klien sudah mulai bersemangat dalam beraktivitas. Berdasarkan hasil penulisan tersebut maka penulis menyimpulkan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus agar harga diri klien terpenuhi. Kata Kunci: gangguan konsep diri: harga diri rendah Daftar Pustaka : 16`(2007-2017) Website: 4
v
ABSTRACT
THE NURSING OF NURSING IN MOTHER. I WITH DISTANCE OF LOW SELF-PRICE DUE TO HEBEFRENIC SKIZOFRENIA IN THE KUTILANG ROOMS PSBL PHALA MARTHA SUKABUMI 2018
M.ARI TUPATULLOH 029P.A15.054
Schizophrenia is a collection of clinical syndromes characterized by cognitive changes, emotions, perceptions and other aspects of behavior. Selfconcept is a self-concept picture as an idea, feeling and belief to know and be ready to connect and communicate with others, low self-esteem is a feeling of worthless, insignificant and low self-esteem due to a negative evaluation of self and self-ability. The purpose of the authors are able to provide mental nursing care with self-concept disorder: low self-esteem due to schizophrenia hebefrenik in PSBL Phala Martha Kab. Sukabumi Year 2018. Methods in research using descriptive method, as for the sample is Tn. I. With a case study approach While the process of data collection by interviewing, observation, and view the client's medical record data. From the results of a three-day review, the nursing diagnoses that appear on the Tn. I is a self-concept disorder: low self-esteem. After the management of nursing care for three days according to the plan of nursing actions the client is able to understand and can repeat from what has been discussed Together, the client can build a relationship of trust, client's self esteem increases, the client has begun to calm down, the client has started eager in the move. Based on the results of the writing, the authors conclude when providing nursing care in patients with self-concept disorder: low selfesteem needs to be approached continuously so that the client's self-esteem is met. Keywords : self concept disorder: low self esteem References: 16` (2007-2017) Website: 4
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah menggerakkan tangan Penulis, untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. I Dengan Harga Diri Rendah Akibat Dari Skizofrenia Hebefrenik Di PSBL Phala Martha Sukabumi Tahun 2018” yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Diploma III Keperawatan Poltekes YAPKESBI Sukabumi. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis memperoleh arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam– dalamnya kepada : 1.
H. Ofian Ismana, SE, MM, selaku Ketua Yayasan Poltekes Yapkesbi Sukabumi.
2.
Achmad Zainuri, S.Pd.I, MM, selaku Direktur Poltekes Yapkesbi Sukabumi sekaligus pembimbing Karya Tulis Ilmiah
3.
Davi Sundari, SKM, S.Kep, Ners, MM, selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi
4.
Amelia Agustina, S.Kep., Ners., selaku asisten pembimbing Karya Tulis Ilmiah
5.
Syarif Usman, S.Kep, Ners, MM, selaku penguji I sidang karya tulis ilmiah
6.
Resta Siahaan, AMK, selaku penguji II sidang karya tulis ilmiah
vii
7.
Kepada kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan doa serta dukungan moril dan materil.
8.
Rekan Mahasiswa Perawat yang selalu memberikan motivasi dan doa selama penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
9.
Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, pemikiran, dan sarana yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah kita, Amin. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya,
untuk itu Penulis dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dan pengembangan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi kita semua serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Sukabumi,
April 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN KTI ................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii PERNYATAAN ............................................................................................ iv ABSTRAK .................................................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5 1.4 Ruang Lingkup ....................................................................... 6 1.5 Kegunaan Penelitian............................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Skizofrenia ...................................................... 8 2.1.1 Pengertian Skizofrenia .................................................. 8 2.1.2 Tanda dan Gejala Skizofrenia ....................................... 9 2.1.3 Tipe Skizofernia............................................................ 12 2.1.4 Pengobatan .................................................................... 15 2.2 Harga Diri Rendah ................................................................. 17 2.2.1 Pengertian ..................................................................... 17 2.2.2 Proses Terjadinya Masalah ........................................... 19 2.2.3 Hubungan Skizofrenia Hebefronik dengan Harga Diri Rendah ................................................................... 20 2.2.4 Pohon Masalah.............................................................. 21
ix
2.2.5 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah ........................... 21 2.2.6 Akibat ........................................................................... 23 2.2.7 Mekanisme Koping....................................................... 23 2.2.8 Penatalaksanaan ........................................................... 24 2.2.9 Rentang Respon Konsep Diri ....................................... 26 2.3 Kerangka Teori....................................................................... 28 BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH 3.1 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................ 30 3.1.1 Pengertian Asuhan Keperawatan .................................. 30 3.1.2 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa ............................ 30 3.1.3 Pengkajian..................................................................... 31 3.1.4 Data yang perlu dikaji ................................................... 33 3.1.5 Diagnosa keperawatan .................................................. 34 3.1.6 Intervensi ...................................................................... 35 3.1.7 Tindakan Keperawatan ................................................. 41 3.1.8 Evaluasi......................................................................... 43
BAB IV
LAPORAN KASUS 1.1 Pengkajian ............................................................................. 44 1.2 Diagnosa keperawatan ...................................................... .... 54 1.3 Analisa Data ........................................................................... 54 1.4 Intervensi Keperawatan .......................................................... 56 1.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .............................. 57
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 59 5.2 Saran ...................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR BAGAN
No Bagan
Judul Bagan
Halaman
Bagan 2.1
Pohon Masalah Harga Diri Rendah .......................................... 21
Bagan 2.2
Rentang Konsep Diri ................................................................ 26
Bagan 2.3
Kerangka Teori ......................................................................... 28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Nama Lampiran
Lampiran 1
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2
Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 3
Instrumen Sebelum dan Sesudah Pengkajian
Lampiran 4
Lembar Konsul
Lampiran 5
Lembar Persembahan
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Gangguan mental juga akan berpengaruh pada kondisi kesehatan secara fisik, sosial serta ekonomi dari masyarakat tersebut, semuanya itu merupakan lingkaran yang tidak bisa dipisahkan karena saling terkait, diantara berbagai macam permasalahan gangguan jiwa (Hawari, 2010) Apabila seseorang dapat berespon positif terhadap suatu stresor maka akan tercapai sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi sejahtera baik secara emosional, psikologis, maupun perilaku sosial, mampu menyadari tentang diri dan apabila berespon negative maka akan terjadi kondisi gangguan jiwa. Gangguan jiwa berat yang sering ditemui di masyarakat adalah skizofrenia (Ibrahim,2011). Sementara hasil analisis terbaru yang dilakukan oleh World Health Organization menunjukkan terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia (World Healt Organization, 2007).
1
2
Skizofrenia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain skizofrenia tipe tak terorganisir (disorganized type),tipe paranoid, tipe residual,tipe katatonik, dan tipe yang tak terinci (undifferentiated type) (Maramis, 2009). Seseorang yang terdiagnosa skizofrenia hebefrenik atau yang biasa disebut tak terorganisir memiliki gejala tingkah laku kacau,pembicaraan kacau,afek datar, serta adanya disorganisasi tingkah laku. Hal ini tentu saja akan menghancurkan kondisi penderita baik fisik juga psikologis (Maramis, 2009). Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2014). Kesehatan
Jiwa
adalah
suatu
kondisi
yang
memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Dalami, 2010). Harga diri rendah seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih saying, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
3
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman (Yosep,2009). Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. World Health Organization menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari satu juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Data tersebut menunjukan 11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (World Health Organization, 2007). Dari Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah penderita gangguan jiwa di Provinsi Jawa Barat tahun 2014 sebanyak 296.943 orang/jiwa dan meningkat pada tahun 2015 sebanyak 465.975 orang/jiwa. (Dinkes jabar 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2017 jumlah kasus baru menurut golongan usia yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 354 orang. Pada laki-laki yang mengalami gangguan jiwa usia 10 tahun sampai 14 tahun berjumlah 9 orang, usia 15 tahun sampai 19 tahun berjumlah 9 orang, usia 20 tahun sampai 44 tahun berjumlah 27
4
orang, usia 45 tahun sampai 54 tahun berjumlah 16 orang, usia 55 tahun sampai 59 tahun berjumlah 64 orang, usia 60 tahun sampai 69 tahun berjumlah 5 orang dan usia lebih dari 70 tahun berjumlah 4 orang. Sedangkan pada perempuan yang mengalami gangguan jiwa pada usia 10 tahun sampai 14 tahun berjumlah 9 orang, usia 15 tahun sampai 19 tahun berjumlah 4 orang, usia 20 tahun sampai 44 tahun berjumlah 25 orang, usia 45 tahun sampai 54 tahun berjumlah 12 orang, usia 55 tahun sampai 59 tahun berjumlah 3 orang, usia 60 tahun sampai 69 tahun berjumlah 142 orang dan usia > 70 tahun berjumlah 61 orang (Dinkes Kabupaten Sukabumi, 2017). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di PSBL Phala Martha tanggal 28 Maret 2018 yang mengalami gangguan jiwa terdapat 109 orang diantaranya, gangguan halusinasi pendengaran sebanyak 42 orang, resti halusinasi pendengaran 25 orang, halusinasi penglihatan sebanyak 3 orang, halusinasi pendengaran dan penglihatan sebanyak 4 orang, resiko prilaku kekerasan sebanyak 11 orang, harga diri rendah sebanyak 13 orang, isolasi social sebanyak 8 orang, deficit perawatan diri sebanyak 2 orang dan waham 1 orang. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Harga Diri Rendah di PSBL Phala Martha Cibadak Kabupaten Sukabumi Tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan Jiwa Terhadap Klien Dengan
5
Harga Diri Rendah Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di PSBL Phala Martha Kabupaten
Sukabumi
Tahun
2018”
Bagaimana
Penerapan
Asuhan
Keperawatan Jiwa Terhadap Klien Dengan Harga Diri Rendah Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di PSBL Phala Martha Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ?
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah. 1.3.2 Tujuan Khusus Setelah penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu : a.
Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah.
b.
Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai data pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah.
c.
Menentukan rencana keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah.
d.
Melakukan tindakan keperawatan pada pasiendengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah.
e.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan harga diri rendah.
6
1.4 Ruang Lingkup Peneliti ini akan melakukan pengkajian untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan jiwa. Sebanyak 109 orang yang mengalami berbagai macam gangguan jiwa. Diantaranya, gangguan halusinasi pendengaran sebanyak 42 orang, resiko tinggi halusinasi pendengaran 25 orang, halusinasi penglihatan sebanyak 3 orang, halusinasi pendengaran dan penglihatan sebanyak 4 orang, resiko prilaku kekerasan sebanyak 11 orang, harga diri rendah sebanyak 13 orang, isolasi social sebanyak 8 orang, deficit perawatan diri sebanyak 2 orang dan waham 1 orang. Penelitaian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – April 2018 yang bertempat di PSBL Phala Martha Cibadak Kabupaten Sukabumi. Metode penelitian ini menggunakan penerapan asuhan keperawatan.
1.5 Manfaat 1.5.1
Guna Teoritis 1.
Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan kualitas dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan jiwa, kususnya terhadap harga diri rendah dan dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan serta masukan sehingga dapat mengetahui lebih banyak jenis pelayanan yang ada.
7
2.
Manfaat Bagi Penulis Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan harga diri rendah.
1.5.2
Guna Praktis 1.
Manfaat Bagi Klien Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang Keperawatan Gangguan Jiwa dan masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan dating juga dapat memberikan kepuasan bagi pasien atas asuhan keperawatan yang dilakukan.
2. Bagi PSBL Phala Martha Asuhan keperawatan ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan terhadap hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan sebagai bahan acuan dalam membentukan kebijakan operasional PSBL Phala Martha sebagai langkah untuk memajukan mutu pelayanan keperawatan. 3. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan tambahan wacana dalam melaksakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keeperawatan gangguan harga diri rendah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Konsep Dasar Skizofrenia 2.1.5 Pengertian Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Gangguan mental juga akan berpengaruh pada kondisi kesehatan secara fisik, sosial serta ekonomi dari masyarakat tersebut, semuanya itu merupakan lingkaran yang tidak bisa dipisahkan karena saling terkait, diantara berbagai macam permasalahan gangguan jiwa (Hawari, 2010). Skizofernia adalah gangguan psikotok yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana sebagian pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau idak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare (perilaku aneh), Skizofernia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk kedalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.
Orang-orang
yang menderita
Skizofernia
umumnya
mengalami beberapa episode akut simtom-simtom, diantara setiap episode mereka sering mengalami simtom-simtom yang tidak terlalu
8
9
parah namun tetap sangat mengganggu keberfungsian mereka. Komorbiditas dengan penyalahgunaan zat merupakan masalah utama bagi para pasien skizofernia, terjadi sekitar 50% (Davison, 2010). Sementara hasil analisis terbaru yang dilakukan oleh World Health Organization menunjukkan terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia (World Health Organization, 2007) Skizofrenia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain skizofrenia tipe tak terorganisir (disorganized type), tipe paranoid, tipe residual, tipe katatonik, dan tipe yang tak terinci (undifferentiated type) (Maramis, 2009). Seseorang yang terdiagnosa skizofrenia hebefrenik atau yang biasa disebut tak terorganisir memiliki gejala tingkah laku kacau, pembicaraan kacau, afek datar, serta adanya disorganisasi tingkah laku. Hal ini tentu saja akan menghancurkan kondisi penderita baik fisik juga psikologis (Maramis, 2009). Skizofrenia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain skizofrenia tipe tak terorganisir (disorganized type), tipe paranoid, tipe residual, tipe katatonik dan tipe yang tidak terinci (undifferentiated type), tipe hebefrenik (Maramis, 2009). 2.1.6 Tanda dan Gejala Skizofrenia Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori (Maramis, 2009) :
10
1.
Gejala positif Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan, hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal (Maramis, 2009). Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal berikut ini: a. Berkhayal Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita, mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula, selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi (Maramis, 2009). b. Halusinasi Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi, mereka seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada (Maramis, 2009). c. Gangguan pikiran Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi (Maramis, 2009). d. Perilaku tidak teratur Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol (Maramis, 2009).
11
2.
Gejala negative Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal, gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif (Maramis, 2009). Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain: a.
Sulit mengekspresikan emosi.
b.
Menarik diri dari lingkungan social.
c.
Kehilangan motivasi.
d.
Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari.
e.
Mengabaikan kebersihan pribadi. Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan
yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru (Maramis, 2009). 3.
Gejala kognitif Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir, tanda dan gejala yang mungkin timbul (Maramis, 2009). a.
Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti.
b.
Sulit berkonsentrasi
c.
Masalah pada memori otak Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan
menimbulkan masalah pada suasana hati, para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh
12
diri.
Gejala-gejala
dari
penyakit
ini
lambat
laun
dapat
melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari (Maramis, 2009). Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia (Maramis, 2009). a.
Menarik diri dari keluarga dan teman
b.
Penurunan kinerja di sekolah
c.
Sulit tidur
Cepat emosi (Maramis, 2009). 2.1.7 Tipe Skizofernia 1. Tipe Hebefrenik Tipe ini disebut juga dosorganized type atau kacau balau yang dimulai dengan gejala-gejala (Luana,2007) : a. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain. b. Alam perasaan c. Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan d. Waham
13
e. Halusinasi f. Perilaku anaeh, misalnya menyengir sendiri, menunjukan gerakan-gerakan aneh, berkelar, pengucapan kaliamat yang di ulang-ulang 2. Tipe Katatonik a. Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas tehadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti patung, atau diam membisu (Luana, 2007) b. Negativisme katatonik yaitu suatu penolakan yang nampak tanpa motif tehdap semua perintah atau upaya untuk menggerakan bagian tubuh dirinya. (Luana, 2007) c. Kekakuan katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakan bagian tubuh dirinya (Luana,2007) d. Kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktivitas motorik (otot alat gerak) yang nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan luar. (Luana, 2007) e. Sikap tubuh katatonik yaitu sikap (posisi tubuh) yang tidak wajar atau aneh (Luana, 2007) 3. Tipe paranoid a. Waham kjar atau waham kebsaran, misi atau utusan sebagai penyelamatan bangsa dunia atau agama, misi kenabian atau
14
mesias, atau perubahan tubuh. Waham cemburu seringkali juga ditemukanhalusinasi yang berisi kejaran kebesaran (Luana, 2007) b. Gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentukan, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat kekerasan. Seringkali ditemukan kebingungan tentang indentitas jenis kelamin dirinya atau ketakutan bahwa dirinya diduga sebagai seorang homoseksual atau merasa dirinya didekati oleh ornag-orang homoseksual. (Luana, 2007) 4. Tipe Residual Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional atau pelonggaran asosiasi pikiran (Luana, 2007) 5. Tipe Tak Tergolong Tipe ini tidak dapat dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan hanya gambaran klinisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku kacau. (Luana,2007) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa studi kasus yang
penulis
ambil
adalah
skizofrenia,
mengalami halusinasi penglihatan. (Luana,2007)
dikarenakan
klien
15
2.1.8 Pengobatan Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk (Maramis, 2009). 1. Obat Obat yang diresepkan dapat mengurangi gejala seperti berpikir yang tidak normal, halusinasi, dan delusi. Beberapa orang mendapatkan efek samping obat, termasuk tremor dan berat badan yang bertambah. Obat juga dapat mengganggu obat-obatan atau suplemen lainnya. Tetapi dalam banyak kasus, obat-obatan adalah suatu
keharusan
untuk
mengobati
skizofrenia.
Pengobatan
skizofrenia melibatkan obat-obatan dan terapi untuk mengurangi risiko episode psikotik di kemudian hari dan meningkatkan potensi penderita agar mampu hidup berbaur dengan masyarakat dengan mengendalikan gejala. Cara mengendalikan gejala adalah dengan terus menjaga agar kadar neurotransmiter otak dalam batas normal, yaitu dengan konsumsi obat antipsikotik (Maramis, 2009). 2. Konseling Konseling dapat membantu orang mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengenali dan menangani masalah perilaku dan
16
pikiran, dan meningkatkan bagaimana penderita harus berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam terapi perilaku kognitif (CBT), orang belajar untuk menguji realitas pikiran mereka dan mengelola gejala dengan lebih baik. Bentuk lain dari terapi bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri, komunikasi, dan keterampilan dalam berhubungan (Maramis, 2009). 3. Program rehabilitasi Program rehabilitasi untuk skizofrenia mengajar orang bagaimana
untuk
melakukan
hal-hal
sehari-hari,
seperti
menggunakan transportasi umum, mengelola uang, pergi toko untuk membeli bahan makanan, atau menemukan pekerjaan dan mempertahankan pekerjaan. Program ini bekerja terbaik ketika seseorang menerima pengobatan yang tepat dan juga mendapat terapi konseling (Maramis, 2009). 4. Konsistensi Orang dengan skizofrenia kadang-kadang menghentikan minum obat secara sepihak karena efek samping atau tidak memahami penyakit mereka, atau tidak menyadari bahwa mereka sedang sakit. Hal ini menimbulkan risiko akan kekambuhan gejala yang serius, yang dapat menyebabkan episode psikotik (di mana seseorang kehilangan kontak dengan realitas, tidak mampu membedakan antara realita dan non-realita). Konseling teratur dapat membantu penderita tetap konsisten ndengan pengobatan mereka
17
dan menghindari kekambuhan atau kebutuhan untuk rawat inap di rumah sakit jiwa (Maramis, 2009). 5. Electroconvulsive terapi (ECT) dan skizofrenia ECT adalah pengobatan dengan cara memberi aliran listrik eksternal ke otak penderita sehingga kekacauan neurotransmiter otak dapat di-restart lagi (Maramis, 2009). 6. Skizofrenia dan keluarga Keluarga
dan
teman-teman
dapat
membantu
dengan
memainkan peran aktif dalam perawatan pasien. Penting untuk menjadi
pengawas
minum
obat
pasien
sehingga
kadar
neurotransmiter otak dapat diatur dan tidak terjadi kekambuhan skizofrenia karena akan menurunkan kualitas hidup pasien (Maramis, 2009). 7. Pengelolaan hidup Dengan perawatan yang tepat, banyak orang dengan skizofrenia
dapat
menjalani
kehidupan
degan
memuaskan
(Maramis, 2009).
2.5 Harga Diri Rendah 2.2.10
Pengertian Harga
diri
rendah
adalah
individu
yang
cenderung
mempersepsikan lingkunganya negatif dan sangat mengancam (Yosep, 2014).
18
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep,2016). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri sesesorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaftasi secara efektif untuk berubang serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman (Yosep,2014). Kesimpulan dari kedua pengertian diatas, harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri atau perasaan tidak yakin atas kemampuan diri sendiri karena kegagalan mencapai sebuah tujuan yang di inginkan. Masalah tersebut sangat mengancam apabila manajemen koping individu tidak efektif dan akan bertambah lagi apabila lingkungan terdekat dalam hal ini keluarga tidak bisa memotivasi individu untuk melupakan masalah tersebut (Yosep, 2014).
19
2.2.11
Proses Terjadinya Masalah Penyebab harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilanya. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya (Yosep,2014). Pendapat lain tentang penyebab masalah harga diri rendah juga dikemukakan oleh beberapa ahli disebutkan faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Seperti dibawah ini : 1.
Faktor Predisposisi a.
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang
mempunyai
tanggung
jawab
personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009). b.
faktor predisposisi harga diri rendah adalah : 1) Penolakan 2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut 3) Persaingan antar saudara 4) Kesalahan dan kegagalan berulang 5) Tidak mampu mencapai standar (Prabowo, 2014).
20
2.
Faktor Presipitasi Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun (Yosep, 2014). Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh,
mengalami
kegagalan,
serta
menurunnya
produktivitas (Fitria, 2009). 2.2.12
Hubungan Skizofrenia Hebefronik dengan Harga Diri Rendah Keadaan kronis skizofrenia Hebefronik dengan riwayat sedikitnya
1 episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negative yang lebih menonjol. Gejala negative terdiri dari kelambatan, psikomotor, gangguan aktivitas serta buruknya perawatan diri. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan data subjektif dan data objektif. Diantarnya: 1. Data Subjektif, mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu mengungkapkan dirinya
tidak
semangat
untuk
beraktivitas
atau
bekerja,
mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting). 2. Data Objektif, mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup
yang pesimistis, tidak menerima pujian,
21
penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah (Fitria, 2009). 2.2.13
Pohon Masalah Pohon masalah pada pasien dengan harga diri rendah kronik
menurut (Yosep, 2014) adalah sebagai berikut: Bagan 2.1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah
Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak efektif
2.2.14
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
yaitu faktor lingkugan sekitar dan perilaku seseorang dalam
22
menghadapi masalah juga bermacam-macam. Berikut adalah tanda dan gejala menunjukan seseorang memiliki harga diri rendah yang dikemukakan oleh (Fitria, 2009) perilaku-perilaku seperti dibawah ini diantaranya : 1. Mengkritik diri sendiri 2. Perasaan tidakmampu 3. Pandangan hidup yang pesimistis 4. Tidak menerima pujian 5. Penurunan produktifitas 6. Penolakan terhadap kemampuan diri 7. Kurang memperhatikan perawatan diri 8. Berpakaian tidak rapi 9. Selera makan berkurang 10. Tidak berani menatap lawan bicara 11. Lebih banyak menunduk 12. Bicara lambat dengan nada suara lemah 13. Merusak/melukai orang lain 14. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup 15. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi 16. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas 17. Sulit bergaul 18. Menunda keputusan
23
19. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat 2.2.15
Akibat Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri (Eko P, 2014). Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (DEPKES, 2013). 2.2.16
Mekanisme Koping Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini (Stuart, 2008).
24
Jangka pendek : 1. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif) 2. Aktivitas
yang
memberikan
identitas
pengganti
semestara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng) 3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini : 1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu 2. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk). (Stuart, 2008). 2.2.17
Penatalaksanaan Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
25
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi : 1.
Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari, 2010).
2.
Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis, 2010).
3.
Terapi Modalitas Terapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia
kekurangan pasien.
yang ditunjukan pada kemampuan dan
26
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata (Eko P, 2014). 4.
Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2010).
2.2.18
Rentang Respon Konsep Diri Bagan 2.2 Rentang Konsep Diri
Respon adaptif Aktualisasi Diri
Respon maladaptif Konsep diripositif
Harga diri rendah
Kerancuan identitas
Depersonalisasi
Menjelaskan rentang respon adaptif dan maladaptif klien dengan Harga Diri Rendah (Prabowo, 2014). 1.
ResponAdaptif Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
27
a.
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b.
Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang
positifdalam
beraktualisasi
diri
dan
menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. 2.
Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. a.
Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
b.
Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
c.
Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina
hubungan baik dengan orang lain.
28
2.6 Kerangka Teori Bagan 2.3 Kerangka Teori
Skizofrenia Hebefrenik
-
Harga Diri Rendah
SP 1
-
Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (buat daftar kegiatan) Bantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih saat ini sesuai dengan kemampuan Latih sesuai dengan kemampuan yang klien pilih (alat dan cara melakukannya) Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilannya Anjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian
Asuhan Keperawatan SP 2
-
Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan beri pujian Latih kemampuan kedua Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Peneliti lain: 1. Aris N. Ramdhani, dkk, 2017, Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan : Standar Pelaksanaan 1, 2 dengan gangguan Harga Diri rendah, Standar Pelaksanaan 1,2,3,4 dengan gangguan Isolasi Sosial, Standar Pelaksanaan 1,2,3,4 dengan gangguan Halusinasi, standar Keperawatan 1,2,3,4 dengan gangguan Resiko Perilaku Kekerasan, Standar Pelaksanaan 1,2,3,4 dengan gangguan Defisit Perawatan Diri, Standar Pelaksanaan 1,2,3 dengan gangguan Waham, Standar Pelaksanaan 1,2,3,4 dengan Gangguan Resiko Bunuh Diri.
29
2. H. Iyus Yosep dan Titin Sutini, 2016, Buku Ajaran Keperawatan Jiwa : Konsep Dasar Waham, Konsep Dasar Halusinasi, Konsep Dasar Isolasi Sosial, Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri, Konsep Dasar Harga Diri Rendah, Konsep Dasar Resiko Perilaku Keerasan, Konsep Dasar Resiko Bunuh Diri. 3. Afif fakhrurrozi, 2016, Asuhan keperaawatan pada Tn. I dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah di Wisma Punta Dewa RSJ Prof.Dr. Soerodjo Magelang. Pada kasus asuhan keperawatan ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah, meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan,
implementasi
keperawatan
dan
keperawatan pada klien tn.i dengan konsep diri harga diri rendah.
evaluasi
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengertian Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan layanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Kusnanto, 2008). 2.3.2 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) (Carpenito, 2009). Pemberi asuhan keperawatan adalah tugas perawat pelaksana (Hidayat, 2011). Perawat pelaksana bertugas memberikan asuhan keperawatan, membantupenyembuhan, membantu memecahkan masalah pasien dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang (Pratiwi&Utami, 2010).
30
31
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbarui jika keadaan klien beruabah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada (Carpenito, 2009). Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masalalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakanhal yang berbeda dan kontraindiksi.
Kemampuan
mereka
untuk
berperan
dalam
menyelesaikan masalah juga bervariasi Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Carpenito, 2009). 2.3.3 Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan (Direja, 2011).
32
Data-data tersebut dikelompokan menjadi factor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Data-data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui proses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat (Keliat, Panjaitan & Helena, 2006). Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah: 1. Keluhan utama atau alasan masuk Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini (Fitria, 2009). 2. Faktor presdiposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009). 3. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
33
bentuk
tubuh,
mengalami
kegagalan,
serta
menurunnya
produktivitas (Fitria, 2009). 4. Konsep diri a.
Gambaran diri :Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai (Fitria, 2009).
b.
Ideal diri :Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Fitria, 2009).
c.
Harga diri :Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganilisis sebagai seberapa prilaku dirinya dengan ideal diri (Fitria, 2009).
d.
Identitas
:Prinsip
bertanggung
jawab
pengorganisasian terhadap
kepribadian
kesatuan,
yang
kesinambungan,
konsentrasi, dan keunikan individu (Fitria, 2009). e.
Peran
:Serangkaian pola prilaku
yang diharapka
oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok social (Fitria, 2009). 2.3.4 Data yang perlu dikaji Data yang perlu dikaji untuk membuktikan bahwa seseorang mengalami gangguan konsep diri, harga diri rendah adalah: 1.
Data subyektif a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
34
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja. d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting). 2.
Data obyektif a.
Mengkritik diri sendiri
b.
Perasaan tidak mampu
c.
Pandangan hidup yang pesimistis
d.
Tidak menerima pujian
e.
Penurunan produktivitas
f.
Penolakan terhadap kemampuan diri
g.
Kurang memperhatikan perawatan diri
h.
Berpakaian tidak rapi
i.
Berkurang selera makan
j.
Tidak berani menatap lawan bicara
k.
Lebih banyak menunduk
l.
Bicara lambat dengan nada suara lemah (Fitria, 2009).
2.3.5 Diagnosa keperawatan Terdapat beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah : 1. Harga diri rendah 2. Koping individu tidak efektif
35
3. Isolasi sosial 4. Gangguan sensori persepsi: halusinasi 5. Risiko tinggi perilaku kekerasan (Yosep, 2014). 2.3.6 Intervensi Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosis tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien (Direja, 2011). 1.
Harga diri rendah. a.
Tum :Klien dapat meningkatkan harga dirinya.
b.
Tuk : 1) Klien mampu membina hubungan saling percaya. 2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. 3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 4) Klien
dapat
merancang
kegiatan
kemampuan yang dimiliki. 5) Klien dapat melakukan kegiatan. c.
Intervensi 1) Bina hubungan terapeutik.
sesuai
dengan
36
2) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. 3) Beri kesempatan klien untuk mencoba. 4) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif. 5) Utamakan memberikan pujian realistic. 6) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan. 7) Rencanakan Bersama. 8) Beri reinforcement positif atas usaha klien (Yosep, 2014). 2.
Koping individu tidak efektif a. Tum :Klien dapat meningkatkan koping individu tidak efektif b. Tuk : 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. 2) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya. 3) Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negative. 4) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping. 5) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas yang terjadwal. c. Intervensi 1) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati.
37
2) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya :rasa marah, frustasi, simpati) 3) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif 4) Beri waktu klien untuk berespon pujian 5) Tunjukan respon emosional dan menerima klien apa adanya. 6) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik 7) Bantu klien mengekspresikan perasaannya 8) Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol 9) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari (Yosep, 2014). 3.
Isolasi social a. Tum :klien dapat berinteraksi dengan orang lain. b. Tuk : 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya 2) Klien
dapat
mengetahui
keuntungan
dan
kerugian
berhubungan dengan orang lain. 3) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi social. 4) Klien dapat berkenalan. 5) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
38
6) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan orang lain (perawat). 7) Klien dapat berinteraksi dengan orang kedua (klien lain) secara bertahap. c. Intervensi 1) Beri salam dan panggil nama klien. 2) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan. 3) Jelaskan tujuan interaksi. 4) Jelaskan kontrak yang akan dibuat. 5) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati. 6) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya. 7) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa kerumah sakit. 8) Beri
kesempatan
klien
mengatakan
keuntungan
berhubungan atau berinteraksi. 9) Beri
kesempatan
klien
untuk
mengatakan
kerugian
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. 10) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan. 11) Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan (Yosep, 2014) 4.
Halusinasi a. Tum :Klien dapat mengontrol halusinasi b. Tuk :
39
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2) Klien dapat mengenal halusinasi. 3) Klien dapat mengontrol halusinasi. 4) Klien
memilih
cara
mengatasi
seperti
yang telah
didiskusikan. 5) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi. 6) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. c. Intervensi 1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. 2) Sapa klien dengan ramah. 3) Perkenalkan diri dengan sopan. 4) Tanya nama lengkap klien. 5) Jelaskan tujuan pertemuan. 6) Jujur dan tepati janji. 7) Tunjukan sikap empati. 8) Beri perhatian kepada klien. 9) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi. 10) Bantu klien mengenal halusinasi. 11) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi.
40
12) Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien. 13) Bantu klien melatih cara memutus halusinasi. 14) Bantu klien minum obat (Yosep, 2014) 5.
Resiko perilaku kekerasan a. Tum :klien dapat mengontrol atau mencegah prilaku kekerasan baik secara fisik, social, verbal, dan spiritual. b. Tuk : 1) Bina hubungan saling percaya. 2) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan. 3) Klien
dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
prilaku
kekerasan. 4) Klien dapat mengontrol prilaku kekerasan. c. Intervensi 1) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi terapeutik. 2) Bantu klien mengungkapkan prasaan. 3) Bantu
klien
untuk
mengungkapkan
tanda
prilaku
kekerasan. 4) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian prilaku kekerasan. 5) Diskusikan bersama klien cara mengontrol prilaku kekerasan.
41
6) Anjurkan klien mempraktikan latihan (Yosep, 2014) 2.3.7 Tindakan Keperawatan 1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien (Ramdani Aris N, 2017): a. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 klien : 1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (buat daftar kegiatan) 2) Bantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan 3) Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih saat ini sesuai dengan kemampuan d. Latih sesuai dengan kemampuan yang klien pilih (alat dan cara melakukannya) e. Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilannya f. Anjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian b. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 klien: 1) Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan beri pujian 2) Latih kemampuan kedua 3) Latih kegiatan kedua (alat dan cara) 4) Anjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
42
2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga klien (Ramdani Aris, 2017) : a. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 keluarga: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien 2) Jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami oleh klien beserta proses terjadinya harga diri rendah 3) Jelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah terutama memberikan pujian semua hal positif pada klien 4) Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih klien: bimbing dan beri pujian 5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian b. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 keluarga: 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien. Beri pujian 2) Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih 3) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
43
c. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 keluarga: 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien. Beri pujian 2) Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih 3) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian 2.3.8 Evaluasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis, perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat (Direja, 2011)
BAB IV LAPORAN KASUS
4.1 Pengkajian 4.1.1 Identitas Klien Nama
: Tn. I
Umur
: 39 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Belum bekerja
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Sunda/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Status menikah
: Belum menikah
No CM
: 3177
Ruang rawat
: Kutilang
Tanggal masuk
: 21 November 2016
Tanggal pengkajian
: 11 April 2018
Alamat
: Jalan
Suplier
Rancaekek,
3
Kecamatan
Kabupaten Bandung 4.1.2 Identitas Penanggung jawab Nama
: H. Lili Suryadi
Umur
: 65 Tahun
44
No 21.
Kelurahan Rancaekek
45
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMP
Hubungan dengan klien
: Ayah kandung
Alamat
: Jalan
Suplier
Rancaekek,
3
No 21.
Kecamatan
Kelurahan Rancaekek
Kabupaten Bandung 4.1.3 Alasan Masuk Klien masuk ke PSBL Phala Martha diantar oleh orang tuanya dengan gejala sering marah2 tanpa sebab di klinik Kesehatan Jiwa NUR ILAHI. Pada saat dikaji klien mengatakan Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu dan merasa seperti anak kecil. 4.1.4 Faktor Predisposisi a. Riwayat gangguan jiwa Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan di rawat di Klinik Kesehatan Jiwa Nur Ilahi b. Riwayat pengobatan Sebelum dibawa ke PSBL Phala Martha klien pernah berobat dan dirawat di Klinik Kesehatan Jiwa Nur Ilahi, hasilnya kurang berhasil dikarenakan pengobatan kurang teratur. Masalah keperawatan : regioment terapeutik in efektif
46
c. Riwayat aniyaya Klien belum pernah mengalami, melakukan, atau menyaksikan aniaya fisik ataupun aniaya seksual Masalah keperawatan : tidak ada masalah d. Riwayat gangguan jiwa pada keluarga Klien
mengatakan
tidak
ada
anggota
keluarganya
yang
mengalami penyakit gangguan jiwa seperti klien. e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan bahwa pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien yaitu ketika klien ditinggalkan oleh pacarnya, setelah ditinggalkan
pacarnya
klien
mengalami
menyendiri, dan mengurung diri dikamar. Masalah keperawatan : Isolasi sosial 4.1.5 Faktor Predispitasi Kehilangan orang yang di sayang yaitu pacarnya 4.1.6 Pemeriksaa Fisik Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan : a. Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Respirasi
: 22x/menit
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,5oC
depresi,
sering
47
b. Ukuran badan Berat badan
: 45 kg
Tinggi badan
: 165 cm
c. Keluhan fisik Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan. Masalah keperawatan : tidak ada masalah 4.1.7 Pola asuh a. Pola asuh : klien dibesarkan kedua orangtuanya dan dibesarkan dalam lingkungannya b. Pola komunikasi : tidak berbelit-belit, pembicaraan langsung pada tujuan c. Pola pengambilan keputusan : yang mengambil keputusan pada saat ada masalah adalah ayahnya 4.1.8 Konsep Diri a. Gambaran diri Klien mengatakan klien menerima tubuhnya, dan yang paling disukai adalah bentuk pinggangnya yang langsing, dan yang tidak disukai bagian tubuh adalah giginya karena berwarna hitam dan tidak rapih. b. Identitas diri Klien mengatakan adalah seorang laki-laki, klien mengatakan berpenampilan sesuai dengan apa yang laki-laki pakai dan puas dengan penampilannya.
48
c. Peran Klien mengatakan berperan sebagai anak sekaligus menjadi kakak bagi adik-adiknya. Kemudian selama di PSBL Phala Martha klien berperan sebagai pasien dengan mengikuti program pengobatan dan program keperawatan d. Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang bertemu dengan kedua orang tuanya. e. Harga diri Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari klien merasa tidak mampu melakukan apapun, klien juga merasa tidak dihargai oleh orang lain, klien juga beranggapan merasa selalu seperti anak kecil. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah 4.1.9 Hubungan Sosial a. Orang terdekat Klien mengatakan tidak punya orang terdekat. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat, karena klien merasa tidak mampu berbuat apa-apa, klien merasa tidak berharga dan klien merasa dijauhi orang sekitarnya tetapi klien mengatakan sejak di PSBL Phala Martha sering mengikuti kegiatan olahraga volly.
49
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah 4.1.10 Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien beragama islam b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sewaktu dirumah klien jarang melakukan shalat 5 waktu dan selama di PSBL Phala Martha klien mengaku tidak pernah melaksanakan shalat 5 waktu. Masalah keperawatan : kerusakan aktivitas ibadah 4.1.11 Status Mental a. Penampilan Penampilan klien rapih rambut klien tidak acak-acakan dan pendek. Pengguna pakaian sesuai, baju tidak terbalik, kuku pendek, klien mengatakan ketika mandi selalu mandiri. Masalah keperawatan : tidak ada masalah b. Pembicaraan Cara berbicara klien cukup sopan, dan saat bicara suara klien terdengar pelan frekuensi lambat, klien diajak bicara tampak kooperatif. Masalah keperawatan : tidak ada masalah c. Aktivitas motorik Pada saat dilakukan pengkajian terhadap klien tampak gelisah, tampak lesu seperti kebingungan ketika dilakukan pengkajian.
50
Masalah keperawatan : tidak ada masalah d. Alam perasaan Pada saat pengkajian klien mengatakan merasa tidak berharga. Masalah keperawatan : harga diri rendah e. Afek Afek klien tumpul, hal ini dibuktikan saat klien diberikan stimulus klien hanya berinteraksi apabila ada stimulus yang kuat. Masalah keperawatan : tidak ada masalah f. Interaksi selama wawancara Klien menerima kehadiran perawat dan klien bisa bersahabat dengan perawat, kontak mata klien kurang, klien kooperatif dengan perawat saat berinteraksi, klien menceritakan masalahnya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah g. Isi pikir Pada saat dikaji klien tidak mengalami gangguan isi pikir seperti obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, dan ide yang terkait pikiran logis atau waham. Masalah keperawatan : tidak ada masalah h. Proses pikir Klien pada saat ditanya, menjawab dengan langsung tidak berbelit-belit. Masalah keperawatan : tidak ada masalah
51
i. Tingkat kesadaran Klien masih mengetahui nama-nama hari dalam seminggu dan dapat berbicara dengan perawat serta klien masih mengetahui tempat tinggalnya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah j. Memori 1) Jangka panjang : klien mampu mengingat kejadian yang lalu pada saat dibawa ke rumah sakit dengan keluarganya. 2) Jangka pendek : klien masih dapat mengingat kegiatan apa saja yang telah dilakukan dari sejak bangun tidur sampai ketemu perawat. 3) Gangguan daya ingat saat ini : klien mampu menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu 4) Kompabulasi : klien bercerita sesuai dengan kondisi dan keadaan saat ini. Masalah keperawatan : tidak ada masalah k. Tingkat konsentrasi dan berhitung Perhatian klien baik pada saat berinteraksi dengan perawat dan klien masih bisa menghitung jumlah anggota keluarganya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah
52
l. Kemampuan penilaian Saat dikaji klien diberi pertanyaan untuk memilih tempat berbincang-bincang di dalam atau di luar kamar dan klien memutuskan di luar kamar. Masalah keperawatan : tidak ada masalah m. Daya tilik diri Klien mengatakan bahwa dirinya saat ini mengalami sakit gangguan jiwa. Masalah keperawatan : tidak ada masalah 4.1.12 Kebutuhan Persiapan Pulang a. Makan Klien makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan malam kemudina isi makanannya yaitu nasi, sayur, tempe dan kadang daging,
untuk
cuci
mulut
makan
buah-buahan,
klien
menghabiskan porsi makan yang diberikan. Masalah keperawatan : tidak ada masalah b. Pola eliminasi Klien BAB dan BAK di WC setelah itu dibersihkan sendiri, klien tidak ada keluhan saat BAB dan BAK. Masalah keperawatan : tidak ada masalah c. Berpakaian Klien berpakaian oleh dirinya sendiri dan memakai seragam yang disediakan ruangan.
53
Masalah keperawatan : tidak ada masalah d. Mandi Klien ketika mandi sendiri dan klien mandi di WC memakai sabun. Masalah keperawatan : tidak ada masalah e. Istirahat dan tidur Klien mengatakan tidurnya nyenyak hal ini terbukti saat ketemu di pagi hari klien terlihat segar dan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi. Masalah keperawatan : tidak ada masalah Masalah keperawatan : tidak ada masalah f. Kegiatan didalam rumah Klien mengatakan sebelum masuk ke PSBL Phala Martha klien tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Masalah keperawatan : tidak ada masalah g. Kegiatan diluar rumah Klien mengatakan selama sebelum masuk PSBL Phala Martha dirumah klien selalu pergi sekolah. Masalah keperawatan : tidak ada masalah h. Mekanisme koping Klien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif
54
i. Pengetahuan Klien mengetahui tentang penyakit yang sedang dideritanya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah j. Aspek medis Diagnosa medis
: Skizofrenia
Terapis obat
: 1) Resperidon
2 x 3 mg
2) Excimer
2 x 2 mg
3) Chlorpromazin
1 x 100 mg
4) Depakote
1 x 500 mg
4.2 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Isolasi sosial 3. Kerusakan aktivitas ibadah 4. Regiment terapeutik in afektif
4.3 Analisa Data No 1.
Analisa Data Ds :
Masalah
Gangguan Konsep Diri : a. Klien mengatakan malu dengan Harga Diri Rendah keadaannya, merasa tidak mampu, merasa tidak dihargai orang lain, dan merasa seperti anak kecil Do: a. Klien tampak gelisah b. Bicara klien lemah dan pelan, dan kontak mata kurang
55
2.
Ds :
Isolasi Sosial a. Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain Do : a. Klien lebih banyak menyendiri b. Klien tampak sering melamun
3.
Ds : a.
a.
4.
Ds : a.
a.
Kurangnya Aktivitas Klien mengatakan selama di PSBL Ibadah Phala Martha tidak pernah melakukan sholat 5 waktu Do : Klien tidak terlihat di mesjid ketika klien yang lain pergi untuk sholat berjamah di masjid Regiment Terapeutik in Klien mengatakan pernah berobat di Efektif Klinik Kesehatan Jiwa Nur Ilahi, namun hasilnya kurang berhasil dikarenakan pengobatan kurang teratur Do : Berdasarkan data yang perawat dapat dari buku rekam medik klien pernah berobat di klinik kesehatan jiwa Nur Ilahi tahun 2015, namun hasilnya kurang berhasil dikarenakan pengobatan kurang teratur
56
4.4 Intervensi Keperawatan
N o
1 .
D i a Tujuan dan g kriterian n hasil o s a G Klien a mampu : n secara g optimal gSetelah 2x pertemuan u klien mampu a a. Membina hubngan n saling percaya antara klien dengan K perawat o b. Mengidentifikasi n kemampuan aspek s positif yang dimiliki e c. Memilih kegiatan p yang sesuai kemampuan D i r i H a r g a D i r
Interv ensi
SP 1 a. Bina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat b. Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki (bermain volley ball, dan bermain gitar) c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih saat ini sesuai dengan kemampuan d. Latih sesuai dengan kemampuan yang klien pilih (cara bermain volly).
Rasional
a. Memberikan rasa kepercayaan dari klien terhadap perawat
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk menilai kemampuan positif yang dimiliki c. Memotivasi klien agar dapat meneruskan kegiatan yang telah dilakukan
d. Untuk memandirikan klien secara bertahap juga memberikan contoh pada klien tentang pelaksanaan yang
57
i
akan klien.
dilakukan
R e n d a h e. Beri pujian e. Memotivassi yang wajar klien agar dapat terhadap meneruskan keberhasilann kegiatan yang ya. telah dilakukan f. Anjurkan f. Agar klien dapat klien menentukan memasukkan kegiatan yang kegiatan ke telah mampu dalam jadwal klien lakukan. kegiatan harian. SP 2 a. Agar klien dapat a. Evaluasi mengingat terus kegiatan kegiatan yang pertama yang telah dilakukan telah dilatih dan dapat melaksanakan. b. Latih b. Untuk kemampuan mengembangkan kedua. kemampuan klien. c. Latih kegiatan c. Agar klien dapat kedua (cara mempraktekkan bermain gitar) dengan baik. d. Anjurkan d. Agar klien dapat klien menentukan memasukkan kegiatan yang ke dalam telah mampu jadwal klien lakukan. kegiatan harian.
58
4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Diagnosa Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
Implementasi Tanggal 12 April 2018 Pukul 11:00 WIB SP 1 : a. Membina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat b. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki (bermain volley ball, dan bermain gitar) c. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih saat ini sesuai dengan kemampuan. d. Melatih sesuai dengan kemampuan yang klien pilih (cara bermain volly). e. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilannya. f. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian
Tanggal 13 April 2018 Pukul 11:00 WIB SP 2: a. Mengevaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih. b. Melatih kemampuan kedua c. Melatih kegiatan kedua (cara bermain gitar).
Evaluasi Tanggal 12 April 2018 Pukul 13:00 WIB S: a. Saya merasa malu dengan keadaan saya b. Saya merasa tidak dihargai orang lain c. Sekarang saya akan melatih kemampuan yang saya miliki yaitu dengan bermain volley dengan teman-teman O: a. Klien tampak gelisah b. Bicara klien lemah dan pelan A: a. Klien mengenal harga dirinya b. Klien mampu cara melatih kemampuannya P: Perawat : a. evaluasi SP 1 dan di lanjutkan SP 2 b. latih kegiatan kedua dengan bermain gitar klien : a. latih cara bermain gitar b. masukan jadwal kegiatan harian Tanggal 13 April 2018 Pukul 13:30 WIB S : klien mengatakan bias bermain bermain gitar O: a. Klien mampu bermain gitar dengan baik b. Klien bermain gitar dan bernyanyi
59
d. Menganjurkan klien bersama teman-temannya memasukkan ke dalam A : klien mampu melakukan potensinya dengan kegiatan kedua bermain gitar jadwal kegiatan harian. P: Perawat : a. Jelaskan kembali tentang pentingnya melakukan potensi yang dimiliki klien b. Latih klien melakukan kegiatan bermain gitar dan memasukkan ke dalam jadwal harian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Uraian diatas menjelaskan diagnosa keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah. Setelah dilakukan pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Tn.I di PSBL Phala Martha, maka dari itu dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian pada Tn.I didapatkan data subyektif : Klien mengatakan malu dengan keadaannya, klien juga mengatakan tidak mempunyai orang terdekat, klien juga mengatakan setiap kali mau berhubungan dengan orang lain klien merasa minder tidak percaya diri. Klien mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna bagi diri sendiri dan orang lain, mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu, mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja, dan merasa seperti anak kecil. Data Obyektif: Klien tampak gelisah, bicara klien lemah dan pelan, dan kontak mata kurang. 2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn I adalah, gangguan konsep diri: harga diri rendah. 3. Penulis memfokuskan Intervensi pada masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah bertujuan agar Tn.I memiliki konsep diri yang positif dan dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
60
61
4. Implementasi yang telah penulis lakukan pada Tn.I untuk diagnosa gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah memvalidasi perasaan, memvalidasi masalah, membina hubungan saling percaya dengan memberikan perhatian kecil, melatih kegiatan bermain volly dan melatih ckegiatan bermain gitar. Membimbing dan memasukan dalam jadwal kegiatan harian untuk lebih disiplin. 5. Evaluasi penulis yang dilakukan selama dua hari melakukan tindakan keperawatan sudah sesuai dengan kriteria evaluasi yang dicapai yaitu : klien dapat menyebutkan kegiatan positif yang dimiliki : melatih kegiatan bermain volly dan melatih ckegiatan bermain gitar, memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai kemampuan, melakukan kegiatan yang dipilih dan klien mampu menyusun jadwal kegiatan yang akan dilakukan seharihari. Evaluasi yang telah dilakukan untuk Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah teratasi sesuai dengan harapan dan kriteria evaluasi, Klien mengatakan tidak ada masalah, mengatakan sudah memasukkan kedalam jadwal kegiatan, tampak senang, namun masih malu-malu, dan gelisah Konsentrasi bagus, fokus dengan apa yang dilatih.
5.2 Saran Tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose gangguan konsep diri: harga diri rendah telah dilakukan maka ada beberapa saran yang diharapkan berguna dan dapat dijadikan masukan kearah yang lebih baik.
62
5.2.1
Bagi Institusi Pendidikan Karya tulis ini hendaknya dapat dijadikan acuan untuk memudahkan dan pengembangan dalam asuhan keperawatan jiwa.
5.2.2
Bagi Penulis Lebih banyak mempelajari buku-buku dan jurnal tentang gangguan konsep diri: harga diri rendah.
5.2.3
Bagi Keluarga Anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan
kejiwaan
khususnya harga diri rendah disarankan untuk selalu memberikan pengawasan dan kontrol secara rutin dan membantu untuk penyembuhan. 5.2.4
Bagi PSBL Phala Martha Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan khusus pada klien dengan gangguan harga diri rendah: harga diri rendah.
5.2.5
Bagi Profesi Proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan sehingga pada saat menerapkan tindakan keperawatan secara profesional dan meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta. 2009 Dalami, Ermawati. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Cv. Trans Info Media. 2010 Davidson, G.C. Neale, J.M. dan Kring, A.M. Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010 Dinkes jabar. Profil Kesehatan Jawa Barat. 2015 Eko P. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2014 Fitria, N. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP. Jakarta Salemba Medika. 2009 Hawari, D. ( Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta FKUI. 2010 Hidayat. Pengantar Dokumentasi Proses. Keperawatan. Cetakan 3. Jakarta : EGC. 2011 Keliat, C. (. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta EGC. 2011 Luana, NA,. Skizofrenia Gangguan Psikotik lainnya. 2007 Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.: Surabaya. 2009. Prabowo, Eko. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta Nuha Medika 2014. Stuart, Gail W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. alih bahasa Ramonah P Kapoh dan Egi Komara Yudha. Edisi 5. Jakarta EGC 2013 Townsend. (. Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. jakarta EG 2008 World Healt Organization. http://who.org 2007 Yosep, Iyus dan Titin Sutini. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung PT Refika Aditama 2014
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: …………………………………..
Umur
: …………………………………..
Alamat
: …………………………………..
Menyatakan bersedia menjadi responden untuk penelitian mahasiswi : Nama
: M. ARI TUFATULLOH
NIM
: 029P.A15.054
Dalam kegiatan Penelitian “Asuhan Keperawatan Jiwa Terhadap Klien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Akibat Skizofrenia Hebefrenik Di PSBL Phala Martha Cibadak Tahun 2018” Mahasiswi Program Studi DIII Keperawatan Poltekes YAPKESBI Sukabumi, Tanpa ada paksaan dan secara sukarela. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Sukabumi,
April 2018
Responden
( .............................................. )
INSTRUMEN PENGKAJIAN
Ada 4 item data subjektif dan 12 item data objektif dari hasil observasi klien sebelum dilakukan Askep di PSBL Phala Martha Tanda dan gejala klien gangguan konsep diri: Harga diri rendah
No
Data Subjektif
Ya
1
Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
√
2
Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
√
3
Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas
√
Tidak
atau bekerja 4
√
Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting).
No
Data Objektif
Ya
Tidak
1
Mengkritik diri sendiri
√
2
Perasaan tidak mampu
√
3
Pandangan hidup yang pesimistis
√
4
Tidak menerima pujian
√
5
Penurunan produktivitas
√
6
Penolakan terhadap kemampuan diri
√
7
Kurang memperhatikan perawatan diri
√
8
Berpakaian tidak rapi
√
9
Berkurang selera makan
√
10
Tidak berani menatap lawan bicara
√
11
Lebih banyak menunduk
√
12
Bicara lambat dengan nada suara lemah
√
Keterangan: Berikan tanda ceklis (√ ) pada jawaban Ya jika melakukan, dan berikan tanda ceklis (√ ) pada jawaban Tidak jika tidak melakukan
INSTRUMEN PENGKAJIAN
Ada 4 item data subjektif dan 12 item data objektif dari hasil observasi klien sesudah dilakukan Askep di PSBL Phala Martha Tanda dan gejala klien gangguan konsep diri: Harga diri rendah
No
Data Subjektif
Ya
Tidak
1
Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
√
2
Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
√
3
Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas
√
atau bekerja 4
√
Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting).
No
Data Objektif
Ya
Tidak
1
Mengkritik diri sendiri
√
2
Perasaan tidak mampu
√
3
Pandangan hidup yang pesimistis
√
4
Tidak menerima pujian
√
5
Penurunan produktivitas
√
6
Penolakan terhadap kemampuan diri
√
7
Kurang memperhatikan perawatan diri
√
8
Berpakaian tidak rapi
√
9
Berkurang selera makan
√
10
Tidak berani menatap lawan bicara
√
11
Lebih banyak menunduk
√
12
Bicara lambat dengan nada suara lemah
√
Keterangan: Berikan tanda ceklis (√ ) pada jawaban Ya jika melakukan, dan berikan tanda ceklis (√ ) pada jawaban Tidak jika tidak melakukan
Lembar Persembahan Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang utama dari segalanya … Sembah sujud serta syukur pada Allah SWT… taburan cinta kasih sayangMu memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku arti sabar. Atas karunia serta kemudahan yang kau berikan, akhirnya KTI sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW. Ayahanda dan Ibunda Tercinta Ibunda Ratnawati dan Ayahanda Ahmad Purba tercinta Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang aku kasihi dan aku sayangi. Sebagai tanda bakti, hormat, dan terimakasih tiada terhingga kepada ayah dan ibu yang memberikan kasih sayang, dukungan yang tidak mungkin bisa kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia, karena ku sadar selama ini belum bisa berbuat lebih, ibu dan ayah yang selalu membuatku memotivasi, dan selalu menyiramiku dengan kasih saying dan selalu mendo’akanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terimakasih Ibu terimakasih ayah. Kakakku yang Tersayang Terimakasih untuk kakakku Neneng untuk do’a yang selalu teteh panjatkan untukku, terimakasih telah memberikan semangat dan dukungan hingga saat ini. Terima Kasih banyak My Best Friend’s Kepada sahabatku Naufal dan Gunawan terimakasih selama kuliah kalian tidak pernah berhenti memberikannku nasehat untuk kebaikan agamaku, dan mengarahkanku ke jalan yang Allah ridhoi. Untuk teman seperjuangan “KTI JIWA” Tuti, Ismi, Nadya dan Herlin, terimakasih telah menjadikanku lebih mandiri dan lebih kuat dari sebelumnya. Memang kalian perempuan hebat yang tak pernah berhenti memberiku motivasi disetiap waktunya. Dosen Pembimbing Kepada dosen pembimbing Bu Amel, terimakasih selama proses penyusunan KTI ini ibu memberiku support terbaik kepada kami, dan selalu mengingatkan pada hal-hal yang baik. Seluruh Dosen Pengajar di Poltekes Yapkesbi Sukabumi Terimakasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS Nama
: M ARI TUPATULLOH
Tempat/Tgl Lahir
: Sukabumi, 31 Maret 1996
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Cijambe RT. 03 RW. 05 Desa Cireunghas Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi
II. RIWAYAT PENDIDIKAN SDN Cilangla
: Tahun 2009
SMPN 1 Cireunghas
: Tahun 2012
SMAN 1 Sukaraja
: Tahun 2015
D III Keperawatan Poltekes Yapkesbi
: Tahun 2018