KTI Nafisa Mei 2019 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • CTS
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGELOLAAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Tn.S dan Tn.T DENGAN TB PARU DI RUANG ROSELLA RSUD KARDINAH TEGAL



KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Ahli Madya Keperawatan



Diah Nafisa NIM. 34403716012



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHETAN KEMENKES SEMARANG 2019



PENGELOLAAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Tn.S dan Tn.T DENGAN TB PARU DI RUANG ROSELLA RSUD KARDINAH TEGAL



KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Ahli Madya Keperawatan



DIAH NAFISA NIM. 34403716012



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHETAN KEMENKES SEMARANG 2019



ii



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN



Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama: Diah Nafisa NIM: 34403716012 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



Tegal, 15 Mei 2019 Yang membuat Pernyataan,



Diah Nafisa



iii



LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING



Laporan Karya tulis ilmiah oleh Diah Nafisa, NIM 34402716012, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Tn.S dan Tn.T dengan TB paru di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.



Tegal, 15 Mei 2019



Pembimbing 1



Pembimbing 2



Hudinoto EY, Ns.,MM



Dwi Uswatun K. S.Kep.Ns, M.Kep NIP. 19810830 200903 2 003



Tanggal: 15 Mei 2019



Tanggal: 15 Mei 2019



iv



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Karya tulis ilmiah oleh Diah Nafisa, NIM 34403716012, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada Tn.S dan Tn.T dengan TB Paru di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Mei 2019



Dewan Penguji Suparjo, Ns, M.Kep



Ketua Penguji



(................................)



Hudinoto EY, Ns.,MM



Anggota



(................................)



Dwi Uswatun K. S.Kep.Ns, M.Kep



Anggota



(................................)



NIP. 19820420 200903 1 005



NIP. 19810830 200903 2 003



Mengetahui, Ketua Prodi Studi DIII Keperawatan Tegal



Deddy Utomo, SKM.MH 19671223 198801 1 002



v



KATA PENGANTAR Alhamdulillah,dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahn-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Tn.S dan Tn.T dengan TB Paru di ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaika rasa hormat dan terimakasih kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Ketua Jurusan Keperawatan, Perwakilan Prodi Diploma III Keperawatan Kota Tegal, Direktur RSUD Kardinah Kota Tegal, dan klien yang dengan sukarela berpartisipasi dalam asuhan keperawatan. Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk pengelolaan klien dengan masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas karena TB Paru. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk perbaikan penulisan karya tulis ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan. Tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat : 1. Bapak Marsum, BE, S.Pd.MN selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang. 2. Bapak Suharto, S.Pd.Mn selaku Ketua Jurusan Keperawatan Semarang 3. Bapak Deddy Utomo, SKM.,MH Selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Tegal Poltekes Kemenkes Semarang. 4. Bapak Hudinoto Eko Yudyarto, S.Kep,Ns,MM selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan ini. vi



5. Ibu Dwi Uswatun K. S.Kep.Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan ini. 6. Bapak Suparjo, Ns, Mkep selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan bimbingan. 7. Orang tua saya Bapak Andriyan Nugroho dan Ibu Endriyani Purwaningsih yang sudah memberikan dukungan baik materi, moril, dan spiritual serta semangat yang setiap waktu diberikan sampai sekarang ini. 8. Teman-teman satu angkatan dan satu seminat dengan saya yang telah banyak memberi semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kebaikan laporan ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat. Tegal, 15 Mei 2019



Diah Nafisa



vii



ABSTRAK PENGELOLAAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Tn.S dan Tn.T dengan TB PARU DI RUANG ROSELLA RSUD KARDINAH TEGAL Diah Nafisa❑1, Hudinoto EY❑2, Dwi Uswatun K❑2, 1) Mahasiswa Program DIII Keperawatan Tegal 2) Dosen Jurusan DIII Keperawatan Tegal Poltekkes Kemenkes Semarang Latar Belakang - Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular dan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. TB Paru sendiri disebarkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Penderita TB Paru seringnya mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Tujuan – penelitian ini untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada TB Paru. Metode – Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan pemaparan studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan yakni pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan 3x24jam yang dilakukan pada klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah tindakan nonfarmakologi dan kolaborasi seperti, memberikan posisi semifowler memberikan terapi nebulizer, melakukan fisioterapi dada, memotivasi klien untuk melakukan nafas dalam, meminta klien untuk mengeluarkan sekret dengan cara batuk efektif, memonitor ttv dan suara nafas tambahan, mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat golongan mukolitik dan brokodilator. Hasil – Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi, kerjasama klien dan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan. Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, tindakan non farmakologi dan kolaborasi.



viii



ABSTRACT MANAGEMEN OF NURSING INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE IN PATIENT WITH PULMONARY TB IN ROSELLA OF RSUD KARDINAH TEGAL Diah Nafisa❑1, Hudinoto EY❑2, Dwi Uswatun K❑2, 1) Mahasiswa Program DIII Keperawatan Tegal 2) Dosen Jurusan DIII Keperawatan Tegal Poltekkes Kemenkes Semarang Background - Pulmonary tuberculosis is an infectious disease and one of the biggest causes of death in the world. Pulmonary TB itself is spread by mycobacterium tuberculosis. Patients with pulmonary TB often experience problems with ineffective airway clearance. Goal - this study can understand nursing care for clients with the problem of the ineffectiveness airway clearance in pulmonary TB. Method – this study used descriptive method with the presentation of case study approach to assessment of nursing care, enforcement of nursing diagnosis, enforcement of nursing diagnoses, planning, implementation, and evaluation of nursing. The acted of nursing 3x24 hours to clients with the problem of the ineffectiveness of airway cleaning are non-pharmacological actions and collaborations such as positioning clients to maximize ventilation, providing nebulizer therapy, conducting chest physiotherapy, motivating clients to take deep breaths, asking clients to secrete secretions by effective coughing , monitor ttv and additional breath sounds, collaborate with doctors for the administration of mucolytic drugs and brokodilators. Results - The problem of ineffectiveness in cleaning the airways is overcome, the cooperation of clients and families is very necessary for the success of nursing care. Keywords : Pulmonary Tuberculosis, Ineffective airway clearance, nonpharmacological action and collaboration.



DAFTAR ISI



ix



HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iv LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v KATA PENGANTAR............................................................................................vi ABSTRAK............................................................................................................viii DAFTAR ISI............................................................................................................x DAFTAR TABEL................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Tujuan Penulisan...........................................................................................3 C. Manfaat Penelitian........................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5 A. TB Paru.........................................................................................................5 B. Konsep Dasar Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas...............................11 C. Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas..................................14 D. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................15 1. Pengkajian...........................................................................................15 2. Diagnosis Keperawatan.......................................................................21 3. Perencanaan.........................................................................................21 4. Implementasi.......................................................................................26 5. Evaluasi...............................................................................................26 BAB III METODE.................................................................................................28 A. Rancangan Penelitian..................................................................................28 B. Subjek Penilitian.........................................................................................28 C. Tempat dan Waktu......................................................................................29 D. Definisi Operasional...................................................................................29 E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................29 G. Teknik Analisis Data...................................................................................30 x



H. Etika Penelitian............................................................................................31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................33 A. Hasil............................................................................................................33 B. Pembahasan.................................................................................................56 1.



Pengkajian...........................................................................................56



2.



Diagnosa Keperawatan........................................................................57



3.



Intervensi Keperawatan.......................................................................58



4.



Implementasi Keperawatan.................................................................59



5.



Evaluasi Keperawatan.........................................................................61



BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................63 A. Simpulan.....................................................................................................63 B. Saran............................................................................................................64 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65 LAMPIRAN...........................................................................................................67



DAFTAR GAMBAR



xi



Gambar



Halaman



2.1 Pathway Tuberkulosis .......................................................................... 10



DAFTAR TABEL Tabel



Halaman xii



3.1 Definisi Operasional.............................................................................. 28 4.1 Pengkajian Identitas Klien......................................................................33 4.2 Pengkajian Riwayat Penyakit.................................................................34 4.3 Pengkajian Pola Kesehatan.....................................................................34



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran



Halaman



xiii



1. Jadwal Kegiatan.........................................................................................68 2. Lembar Pengkajian Keperawatan ..............................................................69 3. Lembar Pengkajian Bersihan Jalan Napas ................................................79 4. SOP Batuk Efektif .....................................................................................80 5. SOP Fisioterapi Dada.................................................................................82 6. Lembar Observasi Bersihan Jalan Napas.................................................. 84 7. Lembar Penjelasan Kepada Subbjek yang Akan Diteliti...........................86 8. Lembar Persetujuan Responden ................................................................87 9. Lembar Dokumentasi ................................................................................88 10. DaftarRiwayat Hidup .............................................................................89 11. Lembar Bimbingan .................................................................................90



xiv



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis juga termasuk dalam penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Angka kejadian TB Paru di dunia saat ini diperkirakan masih menyerang 9,6 juta dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (Mahmudah, Cahyati & Wahyuningsih, 2013). Berdasarkan Global Tuberkulosis (2011) angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289/100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insiden kasus baru TBC dengan BTA positif sebesar 189/100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27/100.000 penduduk atau 182 orang per hari (WHO, 2015). Tiga Negara dinyatakan sebagai Negara dengan disease burden tertinggi didunia yaitu India dengan 1.762.000, China dengan 1.459.000 dan Indonesia dengan 528.000 (Majampoh, Rondonuwu & Onibala, 2013). Kasus TB paru di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 118/100.000 penduduk, hal ini menunjukan bahwa penemuan kasus TB di Jawa Tengah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yaitu 117/100.000 penduduk. Kota Tegal merupakan salah satu kabupaten/kota dengan menyumbang angka kejadian TB paru yang cukup tinggi. Jumlah kasus TB paru di Kota Tegal pada tahun 2015 yaitu sebanyak 478,7 /100.000 penduduk, dan di tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 505,6/100.000 penduduk (Dinkes Provinsi Jateng, 2016). Masalah yang muncul pada penderita TB Paru seperti demam, malaise, penurunan berat badan, batuk, bunyi napas, dan ada suara ronkhi.Adapun batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian timbul peradangan dan menghasilkan sekret. Terkadang tidak mudah mengeluarkan sputum maka menyebabkan



1



2



bersihan jalan napas tidak efektif (Yulianti,2013). Bersihan jalan nafas sendiri merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental dan batuk yang tidak efektif. Bersihan jalan nafas (Obstruksi jalan nafas) mempunyai tanda-tanda seperti: batuk tidak efektif, tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan nafas, suara nafas menunjukkan adanya sumbatan, irama dan kedalaman pernafasan tidak normal (Hidayat. A, 2009). Jika masalah ketidakefektifan jalan napas tidak ditangani maka klien akan batuk terus menerus sehingga penyakitnya akan bertambah parah dan mengakibatkan sarang penyakitnya pecah dan keluar darah/batuk darah (Kristiani, 2016). Masalah lainnya seperti saturasi oksigem plasma (PO2 kurang dari normal untuk usia) akibat hipoventilasi alveolar, pintas pulmonal, atau perbedaan ventilasi perfusi (Carpenito, 2014). Penderita TB Paru hampir kebanyakan mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, berdasarkan data di RSUD Ratu Zalecha Martapura di Ruang Al-Hakim didapatkan 14 klien mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif dari 15 klien atau sekitar 93,34% sedangkan 6,7% tidak mengalami masalah tersebut (Asni, 2018). Intervensi yang bisa diberikan pada penderita TB Paru dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu penulis lebih menekankan kepada pemberian fisioterapi dada dan batuk efektif. Hal tersebut sesuai dengan teori Maidartati (2014) yang menjelaskan bahwa pemberian fisioterapi dada dapat membantu membersihkan dan mengeluarkan secret serta melonggarkan jalan napas. Sedangkan dalam teori yang dikemukakan oleh (Apriyadi, 2013) batuk efektif dalam kalangan medis adalah sebagai terapi untuk menghilangkan lendir atau secret yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit. Hasil penelitian di RSUD Ratu Zalecha Martapura untuk dilakukannya tindakan keperawatan batuk efektif menunjukkan dari 15 klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas11 diantaranya sudah tertangani masalah bersihan jalan nafasnya atau sekitar 73,34%, dan sisanya 4 klien (26,7%) masih didapatkan ketidakefektifan



3



bersihan jalan napas belum efektif ditangani dengan batuk efektif dikarenakan faktor usia dimana akan terjadi penurunan fisik yang menyebabkan fungsi paru menurun sehingga saat melakukan batuk efektif sputum tidak bisa keluar dengan maksimal (Asni, 2018). Tindakan keperawatan fisioterapi dada pada klien di RSUD Koja Jakarta Utara dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan 2 pastisipan didapatkan hasil 100% masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas tertangani pada hari ke 3 (Egeria,Rosita,Eni, 2018) Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk menelaah dan membahas lebih lanjut tentang “Pengelolaan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Klien TB Paru di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal”. B.



Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien TB Paru di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.



2.



Tujuan Khusus a.



Menggambarkan pengkajian pada klien dengan TB Paru



b.



Menggambarkan



diagnosis



keperawatan



(Ketidakefektifan



bersihan jalan napas) pada klien dengan TB Paru c.



Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan TB Paru



d.



Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien TB Paru



e.



Menggambarkan evaluasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan TB paru



f.



Membahas



hasil



pengkajian,



masalah



keperawatan,



perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur-prosedur



4



keperawatan, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien dengan TB Paru. C.



Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis KTI



ini



diharapkan



memberikan



sumbangan



untuk



meningkatkan pengetahuan terutama dalam pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan klien TB Paru 2. Manfaat Praktis a.



Peningkatan Pelayanan Kesehatan KTI ini diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada TB Paru



b.



Peningkatan Kesehatan Masyarakat KTI ini diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi klien TB Paru dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. TB Paru 1. Definisi Tuberkulosis atau TB Paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB Paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh,



termasuk



meningen,



ginjal,



tulang



dan



nodus



limfe



(Smeltzer&Bare, 2015). TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab Tabrani, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) Tuberkulosis Primer: Jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) Tuberkulosis Sekunder: Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2012). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobaterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua organ bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%) (Wahid&Suprapto, 2013). 2. Etiologi TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria ditransmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.



Reaksi



inflamasi



menghasilkan



eksudat



di



alveoli



dan



bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,



5



6



maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Menurut Smeltzer&Bare (2015), individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus tuberkulosis adalah: a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif. b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, klien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikostiroid, atau mereka terinfeksi dengan HIV). c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dengan usia dibawah 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun). e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, dan penyimpangan gizi). f. Individu yang tinggal di daerah perumahan sub standar kumuh. g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas beresiko tinggi). 3. ManifestasiKlinis Menurut (Bararah&Jauhar, 2018) tanda dan gejala Tuberculosis secara objektif: a. Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya b. Malaise c. Penurunan Berat Badan d. Batuk lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis e. Batuk yang kadang disertai hemaptoe f. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40-41˚C g. Nyeri dada h. Sesak napas i. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan.



7



4. Patofisiologi Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikobacterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya dinamakan tuberkulosis primer. TB paru primer merupakan peradangan yang terjadi sebelum tubuh



mempunyai



kekebalan



spesifik



terhadap



mikobakterium.



Sedangkan yang disebut post-primer (reinfection) merupakan peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang dimana didalam tubuh telah terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Wahid&Suprapto, 2013). Pada penderita TB paru dalam hal ini yang menjadi gejala dini dan sering dikeluhkan adalah batuk yang terus menerut serta disertai penumpukan sekret disaluran pernapasan bawah. Batuk yang dilakukan pada penderita TB merupakan batuk yang inefisien dan membahayakan. Penderita TB melakukan batuk tersebut karena menganggap dengan batuk dapat mengeluarkan sekret yang menggangu jalan napasnya. Akibat yang ditimbulkan dari batuk yang inefisien ialah adanya cedera pada struktur paru-paru yang halus dan batukpun akan semakin parah. Walau semua itu untuk mengeluarkan sekret, hasil pengeluaran sekret tidak berarti (Kristiani, 2016). Gejala batuk pada klien TB dapat menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernapasan, tertimbunnya sekret ini dapat menambah batuk semakin keras karena sekret menyumbat saluran jalan napas, sehingga apabila hal tersebut dilakukan terus menerus maka penyakitnya akan semakin parah dan mengakibatkan sarang penyakitnya pecah dan keluar darah (Kristiani, 2016). Tertimbunya sekret tersebut dapat menegakkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret (Mardiono, 2013).



8



5. PemeriksaanPenunjang Menurut (Bararah&Jauhar, 2018), pemeriksaan penunjang pada klien Tuberkulosis adalah: a. Sputum Culture b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA c. Skin Test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch) d. Chest X-ray e. Histologi



atau



kultur



jaringan:



Positif



untuk



Mycobacterium



tuberculosis f. Needle biopsi of long tissue: Positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel yang mengindikasi nekrosis g. Elektrosit h. Elisa/Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah 6. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk menyembuhkan atau mengobati penderita juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan rantai penularan. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu: a. Jangka Pendek Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan. Sterptomisin inj 750mg, Pas 10mg, Ethambutol 1000mg, Isoniazid 400mg. Kemudia dilanjutkan dengan jangka panjang, tata vara pengobatanya adalah setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis: INH, Rifampisin, Ethambutol. Dengan fase selama 2x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan. b. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksaan sputum BTA (+) dengan kombinasi



9



obat: Rifampicin, Isoniazid (INH), Ethambutol, Pyridoxin (B6) (Bararah&Jauhar, 2018). 7. Komplikasi Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut, yaitu: a. Hemomtisis Berat (Pendarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. b. Kolaps dari lobus akibat dari retraksi bronchial. c. Bronkiektasis



(Peleburan



bronkus



setempat)



dan



fibrosis



(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. d. Pneumothoraks (Adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: Kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya. f. Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang intensif (Wahid&Suprapto, 2013).



10



8. Pathway TB Paru Pathway dengan masalah keperawatan Ketidakefktifan bersihan jalan nafas pada TB Paru adalah :



Mycobacterium tuberculosa



Dihirup Indvidu



Hipertermi



Masuk lewat jalan nafas



Menempel di paru ( Alveoli) Menetap dilapang paru



Tuberkel



Mengalami secret yang sulit dikeluarkan Meluas



Penyebaran hematogen limfogen



Terjadi proses peradangan Penumpukkan eksudat dalam alveoli



Produksi secret berlebih



Menganggu perfusi dan difusi O2



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas



Asam lambung naik Gangguan Pertukaran gas Mual,muntah, aneroksia



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan



Dibatukkan/ bersin



Resiko Infeksi



Gambar 2.1 Sumber : Nurarif, 2015



11



B. Konsep Dasar Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 1. Definisi: Bersihan jalan tidak efektif adalah suatu kondisi ketika individu mengalami ancaman pada status pernafasanya sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito,2014). Beberapa mekanisme termasuk kerja silia dan refleks batuk guna mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan bersih. Namun, dalam beberapa kasus, mekanisme pertahanan ini dapat berlebihan. Seperti kelebihan mukosa yang dapat menghambat jalan napas yang sempit, sehingga mengganggu ventilasi di dalam alveolus distal (Kozier, 2012). 2. Etiologi Lingkungan : Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif Obstruksi jalan napas: spasme jalan napas, retensi sekret, mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing di jalan napas. Fisiologis :Disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkhial, PPOK, infeksi, asma, jalan napas alergik (trauma) (Wilkinson&Ahern, 2013). 3. Batasan Karakteristik a. Adanya Batuk b. Suara napas tambahan c. Perubahan frekuensi napas d. Perubahan irama napas e. Sputum dalam jumlah yang berlebih f. Batuk yang tidak efektif g. Sesak napas , (Nanda Nic Noc, 2018). 4. Tanda Gejala Subjektif : Dispnea Objektif : Suara napas tambahan, Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, Batuk tidak ada atau tidak efektif, Sianosis, Kesulitan untuk bicara, Penurunan suara napas, Ortopnea, Gelisah, Sputum berlebihan, Mata terbelalak (Wilkinson&Ahern, 2013).



12



5. Kondisi Terkait Kondisi yang terkait pada ketidakefektifan bersihan jalan nafas menurut Herdman & Kamitsuru (2018) adalah: a.



Spasme jalan napas



b.



Jalan napas alergik



c.



Asma



d.



Penyakit paru obstruksi kronis



e.



Eksudat dalam alveoli



f.



Hiperplasia pada donding bronkus



g.



Infeksi



h.



Disfungsi neuromuscular



i.



Adanya jalan napas buatan



6. Pengkajian Penilaian Bersihan jalan napas menggunakan Wilcoxon Renk-Test: a. Frekuensi napas (per menit) Severe deviation from normal range Substantial deviation from normal range Moderate deviation from normal range Mild deviation from normal range No deviation from normal range b. Irama napas Severe deviation from normal range Substantial deviation from normal range Moderate deviation from normal range Mild deviation from normal range No deviation from normal range c. Kedalaman Inspirasi Severe deviation from normal range Substantial deviation from normal range Moderate deviation from normal range Mild deviation from normal range



13



No deviation from normal range d. Kemampuan mengeluarkan sekret Severe deviation from normal range Substantial deviation from normal range Moderate deviation from normal range Mild deviation from normal range No deviation from normal range e. Suara napas tambahan: ronchi Severe Substantial Moderate Mild None f. Gasping Severe Substantial Moderate Mild None g. Penggunaan otot bantu tertentu Severe Substantial Moderate Mild None h. Kemampuan batuk Severe Substantial Moderate Mild None



14



C. Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pengelolaan pada ketidakefektifan bersihan jalan napas terdiri dari farmakologi dan non farmakologi yaitu: Farmakologi: 1.



Mukolitik



(golongan



obat



untuk



menurunkan



kekentalan



atau



perlengketan sputum) adapun obat yang termasuk golongan mukolitik seperti



Ambroxol



HCL



(hidroklorida)



yang



fungsinya



untuk



mengencerkan dahak yang kental. Acetylcysteine termasuk obat golongan mukolitik. 2.



Bronchodilator (untuk menaikan ukuran percabangan trachea bronchist). Bronkodilator bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan sehingga proses bernapas menjadi lebih ringan dan lancar. Obat yang termasuk golongan bronchodilator diantaranya salbutamol, procaterol, terbutaline.



3.



Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebuliszer, kanul nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan. Non Farmakologi: Pengelolaan yang dilakukan untuk menangani bersihan jalan nafas tidak efektif dengan cara memberikan tindakan fisioterapi dada dan batuk efektif. Dengan cara-cara tersebut memudahkan penderita untuk mengeluarkan sputum atau dahak ( Buluchek,2016). 1.



Lakukan Fisioterapi Dada, sebagaimna mestinya Fisioterapi dada adalah salah satu fisioterapi yang bertujuan untuk mengeluarkan secret, Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.Dilakukan



sebelum



makan



(untuk



mencegah



mual,



15



muntahdanaspirasi) dan sebelum makan pagi dan malam atau 1/2 jam sesudah makan fisioterapi dada dibagi menjadi 3 cara , yaitu a. Perkusi atau Clapping Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah.Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit. b. Vibrasi Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusiuntuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian. 2. Batuk Efektif a. Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk menjalankan sekresi pada jalan nafas, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi (Mutaqin, 2008 dalam Mardiono, 2013). Teknik batuk efektif dilakukan 6-8 jam setelah pemberian ekspetoran (Anominium Klorida dan Gliseril guaiakolat) b. Tujuan batuk efektif adalah membebaskan jalan nafas dan mengurangi sesak nafas (Kapuk, 2012 dalam Mardiono 2013). D. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan antara lain: a. Data Klien



16



Penyakit tuberkulosis dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada klien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi, sehingga masuknya



cahaya



matahari



ke



dalam



rumah



sangat



minim.



(Wahid&Suprapto, 2013). b. Riwayat Kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain: 1) Demam: Febris (40-41˚C) hilang timbul 2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini terjadi untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering, sampai batuk purulent (menghasilkan sputum) 3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru 4) Nyeri dada jarang ditemukan, nyeri akan timbul jika infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis 5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan berkeringat malam 6) Sianosis, sesak napas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada fotothoraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas 7) Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular. (Wahid&Suprapto, 2013) c.



Riwayat Penyakit Sebelumnya 1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh 2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh



17



3) Pernah berobat tetapi tidak teratur 4) Riwayat kontak dengan penderita TBC 5) Daya tahan tubuh yang menurun 6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur. (Wahid&Suprapto, 2013) d.



Riwayat Pengobatan sebelumnya 1) Kapan klien mendapat pengobatan sehubungan dengan sakitnya 2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum 3) Berapa lama klien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya 4) Kapan



klien



mendapatkan



pengobatan



yang



terakhir.



(Wahid&Suprapto, 2013). e.



Faktor Pendukung 1) Riwayat lingkungan 2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri 3) Tingkat pengetahuan atau pendidikan klien dan keluarga tentang penyakit,



pencegahan,



pengobatan



dan



perawatannya.



(Wahid&Suprapto, 2013). 4) Makanan atau cairan: kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kehilangan otot atau kehilangan lemak sub kutan 5) Kenyamanan: nyeri dada, berhati-hati pada daerah yang sakit, gelisah 6) Pernapasan:



napas



pendek,



batuk,



peningkatan



frekuensi



pernapasan, pengembangan pernapasan tak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus, defiasi trakeal, bunyi nafas menurun 7) Keamanan: adanya kondisi penekanan imun, tes HIV positif, demam atau sakit panas akut 8) Interaksi sosial: perasaan isolasi atau penolakan, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab (Padila, 2013).



18



f. Pemeriksaan Fisik Berikut ini pemeriksaan fisik pada klien TB menurut (Muttaqin, 2008): 1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital Keadaan umum pada klien TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensipernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi. a.



B1 (Breathing)



Inspeksi: 1. Bentuk dada dan gerakan pernapasan. 2. Batuk dan sputum Palpasi: 1. Palpasi trakhea Adanya pergeseran trakea menunjukan penyakit dari lobus atas paru. TB paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan pneumothoraks



akan



mendorong



posisi



trakhea



ke



arah



berlawanan dari sisi sakit. 2.



Gerakan dinding thoraks anterior/ekskursi pernapasan



3.



Getaran suara (fremitus vocal)



Perkusi: Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai



19



pneumothoraks, maka didapatkan bunyi maka didapatkan bunyi hiperresonan. Auskultasi: Pada klien dengan TB Paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. b.



B2 (Blood) Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapatkan meliputi: Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut dan kelemahan fisik. Palpasi: Denyut nadi perifer melemah. Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pelura masif mendorong ke sisi sehat. Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.



c.



B3 (Brain) Kesadaran biasanya kompos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.



d.



B4 (Bladder) Pengukuran output volume urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau mendakan, fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi, karena meminum OAT terutama Rifampisin.



e. B5 (Bowel) Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.



20



f. B6 (Bone) Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak teratur (Muttaqin, 2008). g.



Pemeriksaan Diagnostik 1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap



akhir



penyakit. 2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 1015 mm terjadi 48-72 jam). 3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas pada kavitas bayangan, berupa cincin pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. 4) Bronchografi:



untuk



melihat



kerusakan



bronkus



atatu



kerusakan paru karena TB paru. 5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). 6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun. h.



Pola Kebiasaan Sehari-hari 1) Pola aktivitas dan istirahat Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41˚C) hilang timbul.. 2)



Respirasi Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada



21



Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,



mukoid



kuning



atau



bercak



darah,



pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan



fremitus



(cairan



pleural),



deviasi



trakeal



(penyebaran bronkogenik). 3) Rasa nyaman/nyeri Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. 2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis Keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan tuberculosis paru adalah sebagai berikut: a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus berlebih eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi. b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu d. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen 3.



Perencanaan a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus berlebihan eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi NOC: 1). Respiratory status : Ventilation 2). Respiratory status : Airway patency



22



3). Aspiration control KRITERIA HASIL: 1) Frekuensi pernapasan tidak ada deviasi dari kisaran normal 2) Irama pernapasan tidak deviasi dari kisaran normal 3) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak ada deviasi dari kisaran normal 4) Suara napas tambahan tidak ada 5) Dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada 6) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada NIC: Manajemen Jalan nafas : 1) Monitor TTV dan suara nafas tambahan dengan auskultasi, catat adanya sura tambahan Rasional: Untuk mengetahui kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 2) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi ( posisi semi flower) Rasional: Memudahkan jalan nafas dan mempermudah udara masuk 3) Lakukan Fisoterapi dada, sebagaimana mestinya Rasional: Meningkatkan drainase, dan eliminasi sekret agar lebih mudah dikeluarkan 4) Motivasi klien untuk nafas dalam Rasional: Untuk memaksimalkan pernapasan 5) Keluarkan secret dengan batuk efektif Rasional: Untuk mengeluarkan sekret dan memaksimalkan hasil 6) Berikan terapi nebulizer ( Buluchek,2016). Rasional: Melancarkan jalan napas 7) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat Rasional: Untuk mempercepat penyembuhan



23



b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler NOC: 1) Respiratory status : Gas exchange 2). Respiratory status : Ventilation 3). Vital sign status KRITERIA HASIL: 1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernapasan 3) Mendemonstarsikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal 5) AGD dalam batas normal 6) Status neurologis dalam batas normal NIC: Terapi Oksigen 1) Pertahankan kepatenan jalan napas 2) Siapkan peralatan oksigenasi 3) Monitor aliran oksigenasi 4) Monitor efektifitas terapi oksigen Monitor Tanda-tanda Vital 1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan tepat 2) Monitor keberadaan nadi dan kualitas nadi 3) Monitor irama dan tekanan jantung 4) Monitor suara paru-paru 5) Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban



24



c.



Ketidakseimbangan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



tubuh



berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu NOC: 1). Nutritional status : 2). Nutritional status : food and fluid 3). Intake 4). Nutritional status : nutrient intake 5). Weight control KRITERIA HASIL: 1). Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2). Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3). Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4). Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5). Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6). Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti NIC: Nutrition Management 1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien 2) Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 5) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 6) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrsi 7) Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1) BB klien dalam batas normal 2) Monitor adanya penurunan berat badan 3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan



25



4) Monitor lingkungan selama makan 5) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 6) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 7) Monitor turgor kulit 8) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 9) Monitor mual dan muntah 10) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 11) Monitor pertumbuhan dan perkembangan 12) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 13) Monitor kalori dan intake nutrisi 14) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral 15) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet d. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen NOC: Immune status Knowledge : infection control Risk control KRITERIA HASIL: 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Mendeskripsikan



proses



penularan



penyakit,



faktor



yang



mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya 3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4) Jumlah leukosit dalam batas normal 5) Menunjukkan perilaku hidup sehat NIC: 1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain 2) Pertahankan teknik isolasi 3) Batasi pengunjung bila perlu 4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan klien



26



5) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 4. Implementasi Implementasi adalah penatalaksanaan rencana oleh perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan



dalam



rencana.



Fokus



utama



dari



komponen



implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang aman dan individual dan pendekatan multifokal. Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil sebagaimana yang digambarkan dalam rencana. (Christensen&Kenney, 2009) 5. Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat pencapaian hasil klien. Evaluasi adalah aktivitas yang terus-menerus, berkelanjutan, dan terencana yang melibatkan klien, keluarga,



perawat



dan



anggota



tim



kesehatan



lain.



(Christensen&Kenney, 2009) Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah menentukan kemajuan klien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah dirancang. Tujuan penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen proses keperawatan dalam membantu klien mencapai kriteris hasil. (Christensen&Kenney, 2009) Evaluasi melibatkan perbandingan respon klien saat ini dengan perilaku dasar untuk menentukan kemajuan klien dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian mengenai kemajuan klien dibuat dengan menganalisis dan menilai data subjektif dan objektif oleh perawat, klien, keluarga, dan anggota tim. Jika kemampuan tidak cukup dalam mencapai kriteria hasil, maka klien dan perawat memperbaiki rencana asuhan. (Christensen&Kenney,



27



2009) dan kriteria hasil yang diharapkan: a) Frekuensi pernapasan tidak ada deviasi dari kisaran normal b) Irama pernapasan tidak deviasi dari kisaran normal c) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak ada deviasi dari kisaran normal d) Suara napas tambahan tidak ada e) Dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada f) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada



BAB III METODE A.



Rancangan Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan desain studi kasus. Studi kasus



adalah



penelitian



yang



dilakukan



dengan



meneliti



suatu



permasalahan. Melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan yang berkenaan dengan “how” atau “why”. Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah (Notoatmojo, 2012). Studi kasus ini adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran (deskriptif) bertujuan untuk melakukan pengelolaan keperawatan ketidakefektifan jalan napas pada klien TB paru. B.



Subjek Penilitian Penulis menggunakan Tn.S dan Tn.T untuk bahan perbandingan. teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan caraconvenience sampling method (non-probability sampling technique dimana subjek dipilih karena kemudahan/keinginan peneliti), yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau



tersedia



disuatu



tempat



sesuai



dengan



konteks



penelitian



(Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria partisipan, meliputi: 1.



Partisipan di rawat diruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal dengan diagnosa TB Paru



2.



Partisipan yang menyetujui dan bersedia diberi tindakan pengelolaan keperawatan



3.



Partisipan dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas



4.



Partisipan tanpa komplikasi hematoma



5.



Partisipan dengan keadaan compos metis



28



29



C.



Tempat dan Waktu Pengelolaan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada Tn.S dan Tn.T dengan TB Paru di RSUD Kardinah yang sudah dilakukan pada: 1. Tempat Pengambilan Partisipan Studi kasus pengambilan partisipan dilakukan di “Ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal”. 2. Waktu Pengambilan Partisipan Waktu pengambilan partisipan dilakukan pada tanggal 1 April – 20 April 2019.



D.



Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1.



2. 3. 4.



Variabel TB Paru



Definisi Operasional Tuberkulosis atau TB Paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.



Ketidakefektifan bersihan Ketidakefektifan bersihan jalan napas jalan nafas dapat terjadi karena sekresi menumpuk di saluran napas Fisioterapi dada Fisioterapi dada adalah salah satu fisioterapi yang bertujuan untuk mengeluarkan secret. Batuk efektif Batuk efektif adalah tindakan yang bertujuan untuk mengeluarkan sekret.



E. Teknik Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data yang digunakan berdasarkan teori dari (Ali, 2016). 1. Wawancara: Memperoleh data dan mencari informasi dengan wawancara kepada klien, keluarga dan pihak terkait. Wawancara dalam pengelolaan ini dilakukan dengan cara bertanya kepada klien dan keluarga untuk



30



memperoleh



informasi



mengenai



keluhan



pasien,



data



pasien



menggunakan format wawancara. 2. Pemeriksaan fisik: Melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki untuk mengidentifikasikan gangguan yang terjadi pada system tubuh. Pada pengelolaan ini penulis melakukan pemeriksaan fisik thoraks dan pemeriksaan tanda-tanda vital. 3. Pengamatan (observasi): Melakukan pengamatan terhadap perilaku dan respon klien terhadap sakit yang sedang dihadapinya. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi untuk mengamati keadaan umum klien, batuk berdahak, dan sesak napas klien. 4. Studi dokumentasi: Memperoleh data dengan memperlajari dari rekam medik klien. Dokumentasi pada pengelolaan ini dilakukan dengan pecatatan, penyimpanan, dan foto kegiatan. F. Analisa Data Setelah dilakukannya pengumpulan data, penulis mulai melakukan analisa data guna menyusun atau mengurutkan data sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan yang kemudian dapat dirumuskan kembali untuk dibuat kesimpulan agar dapat menghasilkan sebuah saran. G. Teknik Analisis Data H. Analisa data dilakukan sejak penulis terjun langsung ke lahan praktek, pengelolaan kepada Tn.S dan Tn.T ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik, serta mendokumentasikan hasil. Hasil dari pengkajian kemudian diolah dan dianalisis untuk menetapkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan implementasi. Dari implementasi kemudian penulis menganalisa apa tindakan yang dilakukan berhasil. Analisa data pada pengelolaan ini membandingkan data pasien Tn.S dan Tn.T dan melihat kesenjangan yang dianalisis dengan melakukan pendalaman referensi.



31



I.



Etika Penelitian Menurut (Nursalam, 2008), prinsip etika menjelaskan bahwa data dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut : 1.



Prinsip Manfaat Saat melakukan pengelolaan keperawatan penulis menjelaskan bahwa pada tindakan yang akan dilakukan nanti pasien akan mendapat beberapa hasil/manfaat seperti: meredanya batuk, klien mudah mengeluarkan dahak, dan sesak napas pasien tertangani.



2.



Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) Sebelum melakukan pengelolaan penulis menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan bahwa tindakan tersebut akan didokumentasi Tn.S dan Tn.T menyetujui apa yang dijelaskan penulis maka pengelolaan keperawatan dapat dilakukan, dan jika klien menolak maka penulis tidak memaksa dan mencari klien lain yang bersedia tanpa memaksa dan dipaksa.



3.



Keadilan (Justice) Penulis tidak membeda bedakan semua tindakan keperawatan antara partisipan dan pasien lain yang tidak dijadikan partisipan. Semua tindakan sama tidak ada pembeda bedaan didalamnya.



32



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Lokasi Penelitian Peneliti telah melaksanakan studi kasus pada tanggal 1 April 2019 sampai 20April 2019 dengan metode observasi dan wawancara, serta melakukan penatalaksanaan sesuai SOP dengan 2 partisipan. Sumber daya manusia yang bertugas di ruang Rosella RSUD Kardinah Kota Tegal ada 18 orang perawat dan 3 cleaning service. Ruang Rosella dibagi menjadi 8 ruang bangsal dengan 8 tempat tidur dan ruang TB MDR dengan 6 tempat tidur. Klien 1 dan 2 berada di kamar 3 ruang khusus klien TB dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi berbeda nomor tempat tidur. Klien 1 bertempat tidur no. 3 sedangkan klien 2 bertempat tidur di no. 1. Adapun judul dari studi kasus tersebut adalah Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Klien TB Paru Di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal. 2. Pengkajian Tabel 4.1 Pengkajian Identitas Klien a. Identitas Klien Identitas klien Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Status perkawinan : Alamat : Nomor Registrasi : Diagnosis medis :



Klien 1 Tn.S 65 tahun SD Buruh Kawin Buara Rt 01/01 946614 TB paru



33



Klien 2 Tn.T 31 tahun SMA Pekerja Swasta Belum Kawin Jln Irian 02/09 914617 TB paru



34



Tabel 4.2 Pengkajian Riwayat Penyakit b. Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Alasan masuk RS



Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang



Riwayat Penyakit Dahulu



Riwayat Penyakit Keluarga



Klien 1 Klien datang karena sesak napas,dan batuk tapi sulit mengeluarkan dahak Sesak napas dan batuk tetapi sulit mengeluarkan dahak Klien datang karena sesak napas sudah 2 hari, batuk dan sulit mengeluarkan dahak selama ± 3 minggu, serta demam ± 1 minggu. Pasien batuk batuk dari awal datang IGD Klien mengatakan sebelumnya sudah berobat TB Paru tuntas sekitar 3tahun lalu Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan



Klien 2 Klien datang dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas Sesak napas dan batuk berdahak warna sputum kuning kental Klien datang mengeluh batuk berdahak ± 3 minggu dan sesak napas mulai kemarin, klien mengatakan mual muntah ± 7x tadi pagi serta bbnya turun 7 kg dalam 2 minggu Klien mengatakan sedang dalam pengobatan TB paru sudah sekitar 6 bulan. Klien mengatakan dirinya perokok aktif dari dulu hingga sekarang Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan



Tabel 4.3 Pengkajian Pola Kesehatan c.



Perubahan Pola Kesehatan



Pola Kesehatan Manajemen Kesehatan Nutrisi



Klien 1 Asupan makanan klien baik



Program diit RS Intake makanan



Diet Lunak Klien makan 3x/hari dan menghabiskan porsi Klien minum 6-8



Cairan oral



Klien 2 Asupan makanan klien kurang baik. Klien mengalami masalah sulit makan dan mual muntah Bubur Klien makan 3x/hari tetapi hanya 3sdm karena mual muntah Klien minum 6-8



35



Balance cairan



Eliminasi BAB



BAK



Istirahat-Tidur



Pola Aktivitas



Psikologi Sosial



Pola perseptual



gls/hari BB: 48 Kg TB: 168cm Intake cairan: 2850cc/ 24 jam Urin cairan: 1750cc/24jam (7x) feses: 100cc IWL: 720/24jam Balance cairan: 180cc Klien tidak terpasang selang kateter Klien mengatakan sudah BAB tadi pagi atau 1x/hari. BAB lunak, berwarna kuning Klien mengatakan BAK 5-8 kali dalam sehari, warna jernih, bau amoniak khas urin Klien mengatakan susah untuk tidur dan kerap terbangun karena batuk. Pasien tidur 2 jam pada siang hari dan 4 jam pada malam hari Untuk makan minum Klien bisa melakukan mandiri begitu pula untuk toileting dan mobilitas, untuk mandi dan berpakaian klien dibantu istrinya Klien bekerja sebagai buruh dan istrinya sebagai ibu rumah tangga biasa tetapi kebutuhan sehari-hari tercukupi. Klien mengatakan



gls/hari BB: 40kg TB: 172cm Intake cairan: 2800cc/24jam Urin cairan: 1750cc/24jam (7x) Feses: 100cc IWL: 600cc/24jam Balance cairan: 250cc Klien tidak terpasang selang kateter Klien mengatakan sudah BAB tadi pagi atau 1x/hari. BAB sedikit keras, berwarna kuning Klien mengatakan BAK 5-7 kali dalam sehari, warna jernih, bau amoniak khas urin Klien mengatakan sulit tidur dan kerap terbangun karena batuk. Pasien hanya tidur 4-5 jam. 1 jam saat sing, 3-4 jam saat malam hari. Untuk makan minum klien bisa melakukan mandiri begitu pula untuk toileting dan mobilitas, untuk mandi dan berpakaian klien dibantu oleh saudaranya Klien mengatakan bahwa ia hanya seorang pekerja swasta dan belum menikah. Klien mengatakan



36



Pola persepsi diri



Pola seksual dan reproduksi Pola peran dan hubungan



Pola manajemen koping stress



Spiritual



pendengarannya sudah terganggu, tetapi untuk penglihatan, pengecapan dan sensasi tidak ada gangguan Klien mengatakan bahwa klien percaya dan yakin sakitnya akan sembuh. Pasien selalu patuh dan selalu menjaga emosinya. Pasien mengatakan tidak terlalu khawatir tentang pengobatannya. Klien mengatakan tidak ada gangguan pada seksualitas dan reproduksi Klien mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan baik baik dengan anak dan istrinya, interaksi dengan teman serungan dan tenaga medis baik Klien mengatakan semenjak sakit tidak bisa mencari nafkah lagi seperti biasanya, dan tidak bisa berkumpul dengan cucu-cucunya. Klien mengatakan beragama islam



pendengaran, penglihatan, pengecapan dan sensasi tidak ada gangguan Klien mengatakan bahwa klien percaya dan yakin sakitnya akan sembuh. Pasien selalu patuh dan selalu menjaga emosinya. Pasien mengatakan tidak terlalu khawatir tentang pengobatannya. Klien mengatakan tidak ada gangguan pada seksualitas dan reproduksi Klien mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan baik baik dengan saudara-saudaranya, interaksi dengan teman seruangan dan tenaga medis baik Klien mengatakan semenjak sakit tidak bisa mencari nafkah lagi seperti biasanya, dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya Klien mengatakan beragama islam



37



d.



Pemeriksaan Fisik



Observasi a. Keadaan umum Kesadaran Suhu Nadi Tekanan darah Pernapasan b. Kulit c. Rambut d. Muka Conjunctiva Sklera Mulut Gigi Bibir e. Leher f. Dada/Thoraks



g. Abdomen



Klien 1



Klien 2



Compos metis 38,2°C 100x/menit 110/70 mmHg 22x/menit Turgor kulit kuring, berwarna coklat sawo, dan bersih Bersih, berwarna hitam, dan sedikit ikal



Compos metis 36,8°C 110x/menit 100/60 mmHg 24x/menit Turgor kulit kering, berwarna coklat sawo, bersih Rambut bersih, berwarna hitam



anemis Tidak ikterik Bersih Tidak ada karies Kering Tidak ada pembengkakkan kelenjar thyroid



anemis Tidak ikterik Bersih Tidak ada karies Lembab Tidak ada pembengkakkan kelenjar thyroid Inspeksi: Bentuk dada Inspeksi: Bentuk simetris, penggunaan otot dada simetris, bantu pernapasan, retraksi penggunaan otot dada (+/+) bantu pernapasan, Palpasi: Tidak ada nyeri retraksi dada (+/+) tekan pada daerah dada Palpasi: Tidak ada Perkusi: Paru redup ( paru nyeri tekan pada kanan dan kiri) daerah dada Auskultasi: Ronkhi > 1/3 Perkusi: Paru redup ( lapang paru (paru kanan paru kanan dan kiri) dan paru kiri) Auskultasi: Ronkhi > 1/3 lapang paru (paru kanan dan paru kiri) Inspeksi: tidak ada jejas Inspeksi: tidak ada dan bekas post op jejas dan bekas post Palpasi: Tidak ada nyeri op tekan, tidak ada Palpasi: Tidak ada pembesaran liver dan organ nyeri tekan, tidak ada lainnya pembesaran liver dan Perkusi: Tympani organ lainnya Auskultasi: Bising usus Perkusi: Tympani



38



12x/mnt h. Ekstremitas



Akral teraba hangat, capilary refill 3 detik



Pulsasi perifer  adekuat Edema



 tidak



Gerak



 ada:  bersih  tidak  tidak ada  ada, daerah _______



Dekubitus



 ada, ekst _________  tidak



Kekuatan



Luka post op



 tidak  lembab



Turgor kulit



 kering



5-4-3-2-1



1-2-3-4-5



Kebersihan kulit  bersih



 tidak



5-4-3-2-1



1-2-3-4-5



Kebersiha kuku



 bersih



 tidak



Bebas – terbatas



Bebas – terbatas



Bebas – terbatas



Bebas – terbatas



Insersi intra vena hari ke ___



Lampiran 3 Lembar Pengkajian Bersihan Jalan Napas



LEMBAR PENGKAJIAN BERSIHAN JALAN NAPAS



NO



LANGKAH-LANGKAH



Cheklist YA



1.



Frekuensi Napas (per menit)



2.



Irama Napas



3.



Kedalaman Inspirasi



4.



Kemampuan Mengeluarkan Sekret



TIDAK



79



5.



Suara Napas Tambahan: ronchi



6.



Gasping



7.



Penggunaan Otot Bantu Tertentu



8.



Kemampuan Batuk



Lampiran 4 SOP Batuk Efektif



SOP BATUK EFEKTIF



NO



A 1 2 3 4 B 1



LANGKAH – LANGKAH TAHAP PRA-INTERAKSI Periksa catatan perawatan dan catatan medis klien Kaji kebutuhan klien Siapkan peralatan Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan klien TAHAP ORIENTASI Beri salam dan panggil klien dengan nama yang ia



Cheklist Ya



Tidak



80



2 3



4 C 1 2 3 4 5 6



7 8 9 10 11 D 1 2 3 4 E



sukai Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada klien. Jelaskan kepada klien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan. Berikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai. Mintalah persetujuan klien sebelum memulai tindakan TAHAP KERJA Cuci tangan Atur posisi klien semi fowler ditempat tidur atau duduk di kursi Pasang perlak/handuk kecil didada klien Berikan klien minum air hangat Anjurkan klien bernapas pelan 2-3 kali melalui hidung dan kemudian mengeluarkan melalui mulut(lewat mulut, bibir seperti meniup) In Instruksikan klien menarik napas dalam dan ditahan selama 1-3 detik kemudian batukkan dengan kuat dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot asesoris pernapasan lainnya Siapkan pot sputum, anjurkan klien untuk membuang sputum kedalam pot sputum B Bersihkan mulut klien dengan tisue A Anjurkan klien istirahat sebentar Anjurkan klien untuk mengulangi prosedur (± 3 kali) Dokumentasikan hari, tanggal jam dan respon klien TAHAP TERMINASI Rapikan peralatan Observasi respon klien setelah tindakan Cuci tangan Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan TOTAL NILAI



81



Lampiran 5 SOP Fisioterapi Dada SOP FISIOTERAPI DADA



FISIOTERAPI DADA



STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PETUGAS PERALATAN



Tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran nafas bagian bawah 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian bawah Perawat 1. Kertas tissue 2. Bengkok



82



3. Perlak/alas 4. Sputum pot berisi desinfektan 5. Air minum hangat



PROSEDUR PELAKSANAA N



A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama klien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy klien 2. Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru 3. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan klienbila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 4. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepukpunggung klien secara bergantian 5. Menganjurkan klien inspirasi dalam, tahan sebentar, keduatangan perawat di punggung klien 6. Meminta klien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yangbersamaan tangan perawat melakukan vibrasi 7. Meminta klien menarik nafas, menahan nafas, danmembatukkan dengan kuat 8. Menampung lender dalam sputum pot 9. Melakukan auskultasi paru 10. Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon klien 1. 2. 3. 4. 5.



D. Tahap Terminasi Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan dengan klie Membereskan alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



83



Lampiran 6 Lembar Observasi Bersihan Jalan Napas LEMBAR OBSERVASI BERSIHAN JALAN NAPAS EFEKTIFITAS \FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS PADA KLIEN TB PARU A. Identitas Responden Nomor Responden



:



Umur



:



Alamat



:



Jenis Kelamin



:



Pendidikan Pekerjaan



: :



B. Bersihan Jalan Napas 1. Perlakuan fisioterapi dada dan batuk efektif Tanggal Pelaksanaan Tindakan: ............................ s/d ............................



84



2.



Bersihan jalan napas sesudah melakukan fisioterapi dada dan Batuk efektif Tanggal Pengukuran : Bersihan jalan napas ada



Tidak ada



Keterangan



Suara napas tambahan Batuk Perubahan irama pernapasan Perubahan frekuensi pernapasan Dispnea Kemampuan Mengeluarkan Dahak Penggunaan Otot Bantu Pernapasan Hasil temuan pemeriksaan : .........................................................



85



Lampiran 7 Lembar Penjelasan Kepada Subjek yang Akan Diteliti LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK YANG AKAN DITELITI Judul kegiatan pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada penyakit TB paru di Ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal. Nama : Diah Nafisa NIM : 34403716012 Saya, mahasiwa program studi DIII Keperwatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang bermaksud untuk menerapkan penelitian tentang pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, maka bersama ini saya jelaskan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tujuan kegiatan untuk mengurangisekret atau lendir pada penyakit paru obstruktif kronis. 2. Kegiatan yang dilakukan adalah memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan fisioterapi dada, dan mengeluarkan sekret dengan batukefektif sesuai dengan SOP. 3. Kegiatan tidak berpengaruh negatif kepada klien, bila mengalami ketidaknyamanan klien mempunyai hak untuk menghentikan tindakan dan mendapatkan pelayanan keperawatan dari tenaga kesehatan. Saya menghargai keinginan klien untuk tidak melanjutkan kegiatan. 4. Saya akan menjamin kerahasiaan data yang diperoleh dari klien sebagai partisipan selama kegiatan ini berlangsung. 5. Klien berhak megajukan kepada residen jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan dan selanjutnya akan dicari penyelesaian berdasarkan kesepakatan penulis dan partisipan.



86



6. Keikutsertaan klien dalam kegiatan ini didasarkan pada prinsip sukarela tanpa adanya unsur paksaan dari residen. 7. Jika ada yang belum jelas, klien dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan. Demikian penjelasan ini dibuat untuk memberikan informasi yang akurat dan jelas kepada partisipan atas kerja samanya penulis mengucapkan terimakasih.



Tegal,



April 2019



Diah Nafisa NIM. 34403716012 Lampiran 8 Lembar Persetujuan Responden



LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Yang bertandatangandibawahini : Nama Alamat Hubungan dengan partisipan Nama Partisipan No. MR



: ________________________________________ : ________________________________________ : ________________________________________ : ________________________________________ : ________________________________________



Saya menyatakan bahwa: 1. Saya telah membaca informasi dan mendengarkan penjelasan kegiatan dari mahasiswa tentang tujuan, manfaat dan prosedur kegiatan dan saya memahami penjelasan tersebut. 2. Saya mengerti bahwa kegiatan ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai klien 3. Saya mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi jika suatu saat saya merasa keberatan atau ada hal yang membuat saya tidak nyaman dan tidak dapat melakukannya. 4. Saya memahami bahwa data hasil kegiatan akan disimpan oleh mahasiswa dan hanya akan menggunakannya untuk keperluan pendidikan. 5. Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan menjadi partisipan sangat besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama ilmu keperawatan.



87



Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan secara sukarela tanpa adanya paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikin pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan dengan semestinya. Tegal,..................................



Tanda Tangan Peneliti



Tanda Tangan Keluarga Partisipan



( .................................. )



( .................................. )



Lampiran 9 Dokumentasi Tindakan



88



89



Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



A. DATA DIRI 1. Nama Lengkap



: Diah Nafisa



2. NIM



: 34403716012



3. Tanggal Lahir



: 11 Juni 1998



4. Tempat Lahir



: Tegal



5. Alamat Rumah



: Jl. Teratai no.36 Rt09/01 Mangkukusuman Tegal Timur



6. Telepon



: a. Rumah



:-



HP



:-



b. c.



E-mail : [email protected]



B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Pendidikan SD di SD MUHAMMADIYAH2 TEGAL, Lulus tahun 2010 2. Pendidikan SLTP di SMP NEGERI 1 KOTA TEGAL, Lulus tahun 2013 3. Pendidikan SLTA di SMK NEGERI 1 KOTA TEGAL, Lulus tahun 2016



Tegal, 15 Mei 2019



Diah Nafisa



90



NIM 34403716012