Kumpulan Renungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

 



Home About



sumberkristen.com Melayani Jemaat dan Hamba Tuhan   



ILUSTRASI DAN ARTIKEL Kotbah dan Renungan Uncategorized



Feb 25



Ular dan Perlawanan admin on February 25th, 2010 Ayat bacaan: Bilangan 14:8 ====================== “Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Seekor ular ada di bawah kolong meja makan saya! Istri saya yang menemukannya, ia pun berteriak ketakutan meliat adanya ular di bawah meja. Ular itu masih kecil. Istri saya ketakutan, kelihatannya ular itu pun ketakutan. Saya pun berusaha mengangkat ular itu dengan bantuan gagang sapu untuk memindahkannya keluar dari rumah menuju alam bebas. Ular itu meliuk-liuk dan berusaha melawan. Ular ini mengira bahwa saya bermaksud jahat kepadanya, padahal justru saya bermaksud baik, mengembalikannya ke habitat dimana ia akan jauh lebih nyaman ketimbang terperangkap di dalam rumah yang sama sekali bukan tempat yang tepat baginya. Di kegelapan malam saya akhirnya melepaskan kembali ular itu jauh dari perumahan. Mudah-mudahan ular itu menyadari bahwa saya mengantarkannya ke tempat dimana ia dapat hidup lebih baik. Apa yang terjadi tadi malam membuat saya merenung. Betapa seringnya kita bertindak seperti ular ini. Kita menolak, melakukan perlawanan terhadap perintah-perintah Tuhan karena merasa dibatasi. Kita mengira bahwa Tuhan memang tidak suka melihat kita senang. Mabukmabukan itu enak, mengapa harus dilarang? Korupsi sedikit masa tidak boleh? Berbohong itu kan tidak apa-apa kalau tujuannya demi kebaikan, dan segudang hal lainnya yang kita anggap menyusahkan kita. Padahal maksud Tuhan itu baik. Justru karena Dia mengasihi kita, Dia menyediakan tuntunan-tuntunan yang akan sangat berguna bagi kita agar bisa sampai kepada tempat dimana kita akan hidup dengan penuh sukacita. Tidak seperti di dunia yang penuh dengan masalah, kesedihan, penderitaan ini, tapi di sebuah tempat dimana semua itu tidak ada lagi, dan digantikan oleh sukacita yang kekal selamanya. Tempat ini sungguh nyata dan merupakan



tempat yang akan kita tempati selanjutnya, jika kita menuruti dan melakukan firman-firman Tuhan dengan taat, dan membuat Tuhan berkenan kepada kita. “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wahyu 21:3-4). Tempat yang sangat luar biasa bukan? Itu yang diinginkan Tuhan untuk kita, namun kita justru melakukan perlawanan karena tidak mau kehilangan kenikmatan dunia yang hanya sementara ini. Gambaran yang lebih kecil mengenai ini tercermin dari kisah bangsa Israel sendiri. Lihat apa yang terjadi ketika bangsa Israel ini dibebaskan Tuhan dari perbudakan bangsa Mesir. Tempat yang dijanjikan Tuhan kepada mereka sungguh sangat indah, “yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu.” (Keluaran 33:3a). Tapi memang bangsa Israel itu bangsa yang keras kepala dan tegar tengkuk. Meski mereka dijanjikan tempat yang pastinya jauh lebih baik daripada hidup sebagai budak, mereka selalu saja bersungut-sungut dan mengeluh dalam perjalanan mereka. Tidak satu kali mereka ribut protes, bahkan sempat keluar dari mulut mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” (Bilangan 14:2-3). Mereka pun hampir memberontak dengan mengangkat pemimpin baru untuk kembali ke Mesir. (ay 4). Kembali kepada perbudakan kebiasaan dan gaya hidup buruk di masa lalu. Tidakkah ini menjadi gambaran kita hari ini? Meski kita tahu Tuhan menjanjikan tempat perhentian yang tidak lagi berisi perkabungan, ratap tangis atau dukacita, tempat yang hanya berisi sukacita dan damai sejahtera, tapi dalam perjalanan seringkali kita protes dan mengira bahwa Tuhan hanya mau menyusahkan kita. Dengan sikap seperti ini sudah pasti Tuhan tidak lagi berkenan kepada kita. Dan tempat yang dijanjikan itu bisa hilang dari tujuan kita. Kenikmatan di dunia ini mungkin terasa sangat menyenangkan, namun sepadankah itu dengan kebahagiaan kekal yang akan datang? Tempat itu sudah dijanjikan untuk menjadi milik kita. Kunci sudah diberikan oleh Kristus. Semua tergantung apakah kita mau mempergunakannya atau memilih untuk menukarkannya dengan segala kenikmatan sementara di dunia ini. Yang pasti, tempat itu akan kita peroleh jika Tuhan berkenan kepada kita, seperti apa yang dikatakan oleh Kaleb dan Yosua. “Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.“ (Bilangan 14:8). Jangan memberontak kepada Tuhan, jangan takut kepada langkah-langkah yang mungkin terasa sulit bahkan menyakitkan untuk ditempuh. (ay 9). Jangan patah semangat, dan jangan melawan firman Tuhan. Semua itu mungkin akan mendatangkan kenikmatan sementara, namun akibatnya bisa fatal dalam kekekalan. Tuhan ingin kita semua selamat. Tuhan menawarkan kita untuk dibebaskan dari perbudakan kebiasaan buruk, sikap keras kepala dan lain-lain yang bisa membinasakan kita. Apa yang Dia berikan sungguh luar biasa, oleh karena itu jangan berontak, janganlah melawan. Dalam perjalanan hidup kita ada saat-saat dimana “kebebasan dalam dosa” terlihat lebih menggiurkan ketimbang batasan-batasan atau larangan-larangan yang telah diberikan Tuhan. Padahal semua yang diberikan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita. Jangan tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan



sesaat yang menyembunyikan kebinasaan di dalamnya. Berpeganglah dan percayalah kepada firman Tuhan, karena itulah yang akan mengarahkan kita kedalam kebebasan atau kemerdekaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan kekal telah dijanjikan kepada orang-orang yang berkenan dihadapan Tuhan



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



Teruslah Lurus admin on February 25th, 2010 Ayat bacaan: Amsal 3:6 =================== “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Apa yang terjadi jika salah satu teman sekantor atau seruangan terkena flu? Biasanya kita beresiko tertular flu juga. Di dekat rumah saya pernah sebuah sekolah diliburkan karena mayoritas anak-anak yang belajar disana ramai-ramai terkena flu, yang untungnya cuma flu biasa. Betapa rentannya daya tahan manusia. Sedikit saja dalam kondisi lemah, kita akan begitu mudah tertular penyakit. Sulit bagi kita untuk menghindar karena hampir setiap saat kita bertemu atau bersinggungan dengan orang lain. Saya sendiri pernah terkena penyakit cacar hingga dua kali. Normalnya cacar hanya terjadi satu kali, tapi karena pada saat itu kondisi saya sedang lemah dan teman kerja saya ada yang terkena cacar, saya pun harus menderita karena terkena penyakit ini lagi untuk kedua kalinya. Berbagai penyakit bisa menular, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Lewat udara, lewat bersentuhan dan sebagainya, penyakit bisa berpindah dari satu penderita ke calon penderita lainnya. Pernahkah anda berpikir betapa sulitnya hidup di dunia yang berbahaya ini? Setiap saat kita bisa tertular “penyakit-penyakit” dunia. Mulai dari yang terang-terangan menyesatkan, sampai yang dikemas dengan baik sehingga terlihat benar tapi sesungguhnya bertentangan dengan firman Tuhan, semua itu kita temukan hampir setiap hari dimana-mana. Dari pergaulan di lingkungan pekerjaan atau tempat tinggal, jika tidak hati-hati kita bisa terseret arus kehidupan duniawi. Seringkali semua itu terlihat indah, menyenangkan, membahagiakan, namun di balik semuanya yang hanya sementara itu tersembunyi berbagai penyesatan yang siap menyeret kita ke dalam jurang dosa. Terkadang kemasannya begitu rapi dan indah, dipoles secara luar biasa namun sebetulnya itu merupakan penyesatan. Sejak jaman dahulu alkitab sudah mengingatkan kita akan hal ini. “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12). Dunia yang kita tempati saat ini tepat seperti apa yang dahulu pernah dikatakan Paulus. “.. orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.” (2 Timotius 3:13). Apakah saya sedang menakut-nakuti anda hingga anda akan berpikir untuk menjadi orang yang tidak bergaul? Tidak. Saya hanya ingin mengajak anda semua untuk meningkatkan



kewaspadaan. Karena kita ini manusia yang lemah, yang setiap saat bisa tertular oleh arus kesesatan dunia yang terus mencoba masuk dari berbagai sisi. Orang jahat akan bertambah jahat, penipu akan semakin parah penipuannya, orang saling disesatkan dan menyesatkan. Itu menggambarkan keadaan yang penuh dengan angkatan yang bengkok hatinya. Dan inilah yang ada disekitar kita hari-hari ini. Dan apa yang diinginkan Tuhan? Tuhan ingin kita tetap hidup “tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.” (Filipi 2:15). Easy to say, but very difficult to do. Bagaimana agar kita bisa tetap bertahan untuk terus lurus dan tidak menjadi bengkok seperti angkatan tersebut? Caranya adalah dengan terus melibatkan Tuhan dalam segala laku dan perbuatan kita. Ketika Paulus menyatakan seperti apa diri kita yang diinginkan Tuhan dalam Filipi 2:15 tadi, ia sudah terlebih dahulu memberikan kuncinya. Kita harus terus mengerjakan keselamatan dengan hormat dan patuh kepada Allah (ay 12) dan melakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. (ay 14). Intinya, kita diminta untuk selalu ingat untuk menyertakan Tuhan dalam segala yang kita perbuat. Akan sulit sekali seandainya kita mengandalkan kekuatan kita pribadi untuk dapat bertahan tetap lurus di antara angkatan yang bengkok. Tapi dengan kuasa Tuhan itu bisa terjadi. Taatlah kepada Tuhan, maka Tuhan akan bekerja dalam hidup kita, menjaga dan melindungi kita. Dan memang, bukan oleh kehebatan kita, tapi “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (ay 13). Kita sendiri mungkin tidak sanggup, tapi Roh Allah yang bekerja dalam diri kita akan memampukan. Kunci yang sama sudah diberikan ribuan tahun sebelumnya. “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”(Amsal 3:6). Ingatlah kepada Tuhan dalam segala sesuatu yang kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan meluruskan jalan kita. Angkatan bengkok boleh ada, dan akan terus ada, namun kita tidak perlu ikut menjadi bengkok. Meski mungkin arusnya sangat deras, tapi kita tidak akan mudah terseret jika ada Roh Allah bekerja atas diri kita. Jika untuk menjaga diri kita agar tidak mudah tertular virus flu atau penyakitpenyakit menular lainnya kita harus tetap menjaga kondisi tetap fit, maka secara rohani agar kita tidak mudah ikut menjadi bengkok, kita harus menjaga rohani kita untuk selalu mengingat Tuhan dalam menjalani hidup. Di saat kita melakukan hal itu, maka Tuhan sendiri yang akan bekerja meluruskan jalan kita. Tuhan akan selalu berdiri tegak disamping anak-anakNya yang selalu mengerjakan keselamatan dengan rasa hormat dan gentar. Jadilah orang-orang yang tetap lurus meski berada di antara generasi bengkok. Akan sulit jika kita menggantungkan kepada kemampuan dan kekuatan sendiri, oleh karena itu libatkan Tuhan senantiasa dalam setiap langkah. Dan percayalah, Tuhan sendiri yang akan bekerja atas kita. Jadilah pribadi-pribadi dengan rohani yang fit setiap saat dengan senantiasa melibatkan Tuhan



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



To Be or Not To Be admin on February 25th, 2010 Ayat bacaan: 2 Korintus 1:8-9a ============================ “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” “To be or not to be, that is the question”. Demikian quote yang sangat terkenal dari William Shakespeare. Penggalan kalimat yang sangat terkenal ini berasal dari naskah sandiwara Hamlet yang legendaris. Banyak orang yang mengetahui kalimat ini, tapi sedikit yang tahu apa maksud sebenarnya ketika Shakespeare menulisnya. Jika anda membaca naskahnya atau pernah melihat drama panggung atau filmnya, anda akan tahu bahwa kalimat itu diucapkan oleh sang tokoh utama, seorang pangeran bernama Hamlet. Kalimat ini muncul ketika ia merasakan kepedihan luar biasa sewaktu pamannya membunuh ayahnya, dan menikahi ibunya. Begitu sakit rasanya, hingga ia sempat berpikir haruskah ia terus hidup atau mengakhiri saja hidupnya. Jadi kalimat itu sebetulnya berbunyi: “To be” (tetap hidup) or “not to be” (mengakhiri hidup). Anda pernah merasakan rasa sakit dan penderitaan yang begitu hebat, tidak lagi tertahankan? Anda tidak sendirian, karena rasanya hampir semua orang pernah mengalami perasaan seperti ini. Ada kalanya dalam hidup ini kita merasakan rasa sakit yang tidak tertahankan, begitu perihnya sehingga kita mulai merasa putus asa. Kenyataannya ada banyak orang yang memilih seperti Hamlet, yaitu mengakhiri hidupnya karena tidak tahan lagi menderita. Seorang Paulus yang militan dalam menjalankan tugasnya pun pada suatu ketika merasakan hal ini. Tekanan begitu berat. Ancaman ia dapati dimana-mana. Dia didera, ditangkap, diancam akan dibunuh. Paulus pernah merinci berbagai penderitaan yang ia alami dalam pelayanannya. “..Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.” (2 Korintus 11:-23-27). Sehebat-hebatnya Paulus, tekanan bertubi-tubi ini pada suatu ketika membuatnya lemah, dan itu ia katakan kepada jemaat di Korintus. “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” (2 Korintus 1:8-9a). Sebagai manusia biasa sama seperti kita, Paulus pun pernah mengalami keputus-asaan. Namun ia tidak membiarkan dirinya dikuasai rasa putus asa dan



kehilangan harapan terus menerus. Paulus segera mengubah fokusnya. Ia kembali kepada pemikiran positif yang berpegang sepenuhnya kepada Allah. Paulus mampu melihat sisi lain dari sebuah penderitaan, yaitu sebagai pelajaran agar kita tidak bergantung kepada diri sendiri melainkan kepada Tuhan. “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (ay 9b). Penderitaan memang menyakitkan, dan terkadang kita merasa tidak sanggup lagi memikulnya. Tapi seperti yang terjadi pada Paulus, Tuhan sesungguhnya telah memberikan kasih karuniaNya secara cukup, yang akan memampukan kita untuk bisa bertahan ketika sedang berjalan dalam lembah penderitaan. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:9). Ya, justru dalam tekanan beratlah sebenarnya kita bisa melihat kuasa Tuhan yang sempurna. Dalam kelemahan kitalah kita akan mampu menyaksikan kuasa Tuhan yang sesungguhnya, yang mampu menjungkirbalikkan logika manusia. Penderitaan yang dialami Paulus tidaklah ringan. Bayangkan, ketika ia jahat ia begitu berkuasa, tapi setelah bertobat justru hidupnya penuh tekanan. Banyak orang akan segera menyangsikan kebenaran jika mengalami hal seperti Paulus, tapi tidak demikian halnya dengan dirinya. Dia tahu bahwa apa yang menanti di depan sana adalah jauh lebih besar ketimbang penderitaan-penderitaan yang ia alami di dunia yang sifatnya sementara ini. Paulus mengarahkan pandangannya jauh ke depan, dan di saat yang sama ia terus berpegang dengan kepercayaan penuh kepada Kristus. Beratkah penderitaannya? Tentu saja. Meski demikian, Paulus masih mampu berkata “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13). Luar biasa bukan? Dia tahu bahwa kasih karunia Allah itu sebenarnya cukup untuk dipakai menanggung beban penderitaan. Pencobaan-pencobaan yang kita alami pun tidak akan melebihi kekuatan kita sendiri. Tuhan tahu sampai dimana kita sanggup bertahan, dan pada saat yang tepat ia pasti memberikan jalan keluar. Rasa sakit akibat penderitaan bisa membuat kita merasa bahwa hidup ini tidak lagi berharga untuk dijalani. Dalam tekanan berat, rasa putus asa akan mulai mencoba menguasai kita. Jangan biarkan hal itu terjadi, dan jangan melakukan tindakan fatal seperti bunuh diri, yang akan membawa kita kepada sebuah penyesalan selamanya. Berhentilah mengandalkan kekuatan diri sendiri atau manusia lainnya. Gantilah itu dengan mengandalkan Tuhan. Gantilah pandangan anda dengan sebuah perspektif baru, letakkan keyakinan kita dalam Tuhan. Selama berjalan di dunia ini, penderitaan akan menghampiri kita pada suatu waktu. Namun kita harus tahu bahwa Tuhan akan memampukan kita untuk menanggungnya, hingga jalan keluar dari Tuhan turun atas kita. Jika Hamlet berpikir “to be or not to be”, terus hidup atau mati saja, kita sebagai anak-anak Tuhan hendaklah menyadari bahwa selalu ada alasan untuk terus hidup. There are always reasons to choose “to be”, millions of them, in the name of God. Selalu ada harapan dalam kegelapan tergelap sekalipun jika kita berjalan bersamaTuhan



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



Menjadi Pembawa Damai admin on February 25th, 2010 Matius 5: 9 – Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anakanak Allah. Ketika masih kuliah, aku mempunyai dua orang sahabat dekat, sebut saja nama kedua orang itu Helen dan Magda. Kami selalu bersama-sama setiap hari. Aku dapat merasakan pengaruh yang berbeda dari mereka berdua, perbedaan itu terletak pada kebiasaan mereka. Jika Helen sudah masuk kekamarku, suasananya pasti selalu “memanas”. Melihat dia berjalan dari kejauhan, aku sudah dapat memastikan bahwa kedatangannya pasti disertai dengan beritaberita yang akan membuat kuping dan hati ini menjadi panas. Ia suka bercerita sehingga seringkali aku merasa terganggu ketika sedang belajar atau mengerjakan tugas kuliah. Topik ceritanya berkisar kelemahan dan kejelekan orang lain. Ia juga tidak akan pernah lupa menyampaikan perkataan-perkataan negatif orang lain terhadapku, yang kalau ditanggapi pasti menimbulkan pertengkaran dan perselisihan antara aku dengan orang yang mengatakannya. Setiap kali aku memberikan reaksi negatif seperti marah, Helen kelihatan senang. Aku melihat ini sebagai satu sikap dan kebiasaan yang tidak baik didalam dirinya sehingga aku pernah menegornya mengenai hal ini. Lain halnya dengan Magda, dia mempunyai kebiasaan yang jauh berbeda dengan Helen. Katakata Magda seperti aliran air yang menyejukkan, ia selalu berusaha menciptakan suasana yang penuh damai dengan perkataan-perkataan nya, “Ya, sudahlah ….. mungkin dia tidak sengaja,” atau “Barangkali ia tidak bermaksud seperti itu.” Mendengar kata-kata yang demikian, mau tidak mau aku merasa lebih tenang. Tuhan mengajarku satu hal melalui kebiasaan yang berbeda dari teman-temanku ini, yaitu bagaimana kita dapat menjadi pembawa damai bagi orang-orang disekeliling kita. Matius 5:9 berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Orang yang suka membawa damai menyatakan kepada dunia bahwa mereka memiliki damai Allah didalam diri mereka dan mereka juga menujukkan bagaimana caranya menjadi alat perdamaian bagi dunia ini. Sadar atau tidak sadar, kita sering menjadi provokator dan bukan pembawa damai. Kita senang menciptakan suasana yang tidak mengenakkan dan membuat damai sejahtera hilang. Mungkin juga kita merasa puas ketika yang satu membenci yang lain dan kita tidak berusaha menengahi serta meredam masalah yang ada. Marilah kita belajar menahan diri, mengendalikan setiap tutur kata bahkan seluruh tindak-tanduk kita dan tidak perlu menjadi pembawa berita yang hanya menciptakan perselisihan dan perseteruan. Tuhan menginginkan kita menjadi alat perdamaian yang senantiasa memancarkan damai Kristus melalui sikap hidup dan tindakan kita.



DOA: Ya Tuhan Yesus, aku rindu menjadi pembawa damaiMu ditengah-tengah dunia ini agar di manapun aku berada, semua orang merasa tenang dan damai. Ampunilah jika aku telah membuat sekelilingku kehilangan damai sejahtera. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



Chastity VS Abstinence admin on February 25th, 2010 Sharing, by francisca.m0nica Percabulan merupakan dosa. Gereja mengajarkan demikian dan saya yakin semua orang setuju. Bahkan Yesus berkata, bila kita sudah mengingini perempuan atau laki-laki saja, kita sudah berbuat cabul dalam pikiran. Lalu kita mungkin bertanya : “bagaimana dengan hasrat seksual saya?”



Admit it : We have sexual desire “Saya manusia biasa. Saya seorang Kristiani yang taat. Tapi… Bagaimanapun, saya akui, saya juga memiliki dorongan seksual.” Selama ini mungkin kita berpikir bahwa dorongan seksual adalah dosa. Bila muncul pikiran soal seks, mungkin kita cenderung berkata pada diri kita, “Don’t think about sex! Don’t think about sex! Lupakan itu!” Kita cenderung menahan hasrat seksual kita, khususnya bagi yang belum menikah, kita tahu bahwa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks. Dan kita berpikir bahwa untuk menjadi seorang yang baik, yang kudus, yang suci, kita harus melupakan seks. Mari buang semua pikiran lama, dan akuilah, kita memiliki keinginan seksual. Siapapun kita, laki-laki atau perempuan, seorang biarawan maupun awam, seorang pelayan Tuhan maupun umat biasa, semua manusia memiliki keinginan seksual. Seksualitas kita merupakan suatu GIFT atau karunia dari Tuhan. Dan dorongan seksual bukanlah suatu dosa. Sebab seksualitas manusia diciptakan Tuhan juga. Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang buruk. Dengan adanya seks, suatu kehidupan baru dapat muncul. Tuhan menciptakan manusia dan Ia berkata, “amat sangat baik”, Tuhan juga berkata demikian terhadap seksualitas kita.



Dalam menghadapi dorongan seksual kita, terdapat 2 jenis pandangan, yaitu : 1. Abstinence Di sekolah maupun di keluarga, bila ada pertanyaan mengenai seks, mungkin guru dan orang tua kita akan berkata : “itu hanya untuk yang sudah menikah.” atau “tidak boleh sebelum married!” Apa yang guru dan orang tua itu katakan, mengajarkan anak-anaknya tentang abstinence. Jika kita lihat di kamus, abstinence artinya menahan nafsu. Seperti halnya ketika sedang berpuasa, kita menahan nafsu untuk tidak makan atau seperti berpantang, kita menahan nafsu untuk makan makanan kesukaan kita. Namun, bila abstinence ini kita terapkan terhadap dorongan seksual. Seseorang tidak akan sepenuhnya bebas dari dorongan seksualnya. Yang ada ia malah menahan, menahan dan menahan hasrat seksualnya. Akibatnya dapat muncul bentuk pelampiasan seksual seperti ketergantungan pada pornografi dan masturbasi. Dan, bila seseorang sudah mencapai suatu kebebasan untuk melakukan hubungan seksual, segala dorongan yang terpendam itu akan BOOOM meledak. Akibatnya dorongan seksual menjadi tidak murni. 2. Chastity Chastity berbeda dengan abstinence. Tepatnya, chastity jauh lebih indah daripada abstinence. Bila abstinence mengajarkan kita untuk berkata TIDAK pada seks, chastity tidak hanya mengajarkan kita untuk berkata TIDAK, tetapi juga berkata YA pada cinta sejati dan segala keinginannya. Chastity tidak mengajarkan kita untuk menahan atau mengabaikan segala hasrat seksual alamiah kita, tetapi membantu kita mengarahkan hasrat seksual kita. Sebab Tuhan menginginkan kita untuk mampu mengendalikan dorongan seksual kita dan mengarahkannya kepada dorongan yang lebih dalam yaitu mencintai dengan murni. “When you decide firmly to lead a clean life, chastity will not be a burden on you: it will be a crown of triumph.” St. Josemaria Escriva Tuhan memberikan manusia akal budi. Akal dan budi kita seharusnya mampu mengendalikan semua yang kita inginkan, termasuk mengendalikan dan mengarahkan hasrat seksual kita. Manusia berbeda dari binatang. Akal dan budi inilah membedakan kita dari binatang. Binatang hidup berdasarkan naluri atau insting atau keinginannya saja. Chastity ialah gaya hidup baru yang dapat kita terapkan untuk menemukan cinta sejati. Karena cinta sejati bukan hanya soal seks, melainkan cinta sejati adalah soal pengorbanan diri, pemberian diri secara total, bebas, setia dan berbuah. Dan hanya orang-orang yang mampu mengendalikan hasrat seksualnya yang mampu untuk menemukan makna cinta sejati itu. Let’s make chastity as our lifestyle!



“Only the chaste man and the chaste woman are capable of true love.” Pope John Paul II SUmber : http://truelovecelebration.org



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



Kisah Nyata – Kebesaran Jiwa Seorang Ibu admin on February 25th, 2010 Sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dstnya Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be. Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada



anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu. Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.



Source by Email



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



JANGAN KALAH ATAS MASALAH admin on February 25th, 2010 “ Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu ! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’” 1 Raja-Raja 19:4b Di masa-masa sukar seperti sekarang ini banyak orang mengalami tekanan hidup yang sangat berat, sehingga mereka menjadi frustrasi, kecewa, dan putus asa. Kondisi inilah yang dimanfaatkan Iblis untuk membisikkan hal-hal negatif ke telinga mereka. Banyak orang Kristen yang dapat berkata, “ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” ( Filipi 4:13 ). Namun, firman itu tidak terukir di dalam hatinya sehingga ketika kesulitan atau permasalahan datang mereka pun lupa akan firman itu. “ Segala perkara dapat kutanggung.. .” bukanlah karena siapa kita ini, tapi karena kita memiliki Dia yang lebih besar di dalam kita, yang memberi kekuatan kepada kita. Pengalaman hidup Elia dapat kita jadikan pelajaran yang sangat berharga. Di atas gunung Karmel ia mengalami kemenangan yang begitu gemilang atas nabi-nabi Baal. Ia berhasil membunuh 450 orang nabi Baal. Dan ketika Izebel mendengar bahwa Elia telah membunuh semua nabi Baal, Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan sesuatu kepada Elia, “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” ( 1 Raja-Raja 19:2 ). Ternyata, ancaman Izebel ini menjadi ’senjata’ efektif untuk melemahkan Elia, padahal Elia adalah seorang nabi Allah yang besar dan baru saja mengalahkan semua nabi Baal dengan pertolongan kuasa Allah yang luar biasa. Hanya karena mendengar ancaman Izebel Elia menjadi tawar hati. Ia mengalami ketakutan yang luar biasa, melarikan diri ke padang gurun dan duduk di bawah pohon serta berkata, “ Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku,…” Peristiwa ini tak ubahnya seorang Kristen yang baru saja mengalami pertolongan dan keajaiban Tuhan serta menang dalam peperangan iman, lalu Iblis kembali menyerang dengan pencobaan kecil. Kita yang seharusnya tetap berdiri kuat malah menjadi panik, takut dan ragu akan kuasa Tuhan ! Kita memiliki Yesus yang luar biasa dan Mahasanggup. Tidak ada alasan untuk kalah karena masalah yang ada !



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



10 ALASAN BAIK MENGAPA KITA PERLU BERDOA DENGAN TEKUN admin on February 25th, 2010 1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan hidup yang kita alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah untuk mengalami stress 2. Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih sering berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan kemarahan mereka yang sedang mau marah dan kemudian berdoa niscaya emosinya menjadi stabil 3. Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan lebih untuk tidak mudah putus asa saat berada dalam kegagalan dibanding mereka yang jarang bahkan sama sekali malas berdoa 4. Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih tegar menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar yang dikehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun 5. Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit yang disebabkan gangguan psikis dengan ketekunan dalam berdoa, seseorang akan memiliki daya tahan secara fisik karena mampu untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dengan segala peristiwanya dalam terang Kehendak Allah, sehingga tubuh tidak menjadi mudah lemah karena beban pikiran dan pekerjaan (bhs Jawa Nrimo) 6. Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan dan kekurangan sesama mereka yang tekun berdoa dengan baik memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena ia akan terbantu dalam doa-doanya untuk menyadari juga kelemahan-kelemahan nya sendiri 7. Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain ketekunan dalam doa membuat seseorang memiliki relasi intim dengan Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih maka mereka yang tekun berdoa niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih kepada diri sendiri dan sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam narkoba pastilah orang yang tidak tekun berdoa karena tidak mampu mencintai dan mengasihi diri sendiri



8. Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri. Seseorang yang dalam hidupnya tekun untuk berdoa akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih maksimal, karena ia akan semakin memahami talenta-talenta yang Tuhan berikan dan bagaimana seharusnya dikembangkan 9. Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik, dibandingkan mereka yang malas berdoa justru menjadikan yang baik menjadi buruk 10. Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia juga akan mengalami yang sama kelak di keabadian



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



MENGHADAPI MASALAH admin on February 25th, 2010 Mazmur 27:6 – Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhlu sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan. Suatu kali pada saat mengalami masalah, Tuhan meminta saya untuk menyembah Dia dan menujukan pandangan kepada-Nya. Awalnya saya tidak dapat memahami hal ini, tetapi pada akhirnya saya mengerti satu hal, menyembah Allah dapat mengalihkan pandangan dan fokus kepada masalah beralih pandangan kepada Tuhan. Dia adalah Tuhan yang besar, yang mengatasi segala masalah. Setiap orang pasti punya masalah dalam hidupnya. Tanpa dicari pun masalah akan selalu menghampiri manusia. Ia bisa menjadi “musuh” jika kita selalu menghindar darinya, dan menjadi “sahabat yang membangun” jika kita berani menghadapinya. Tuhan menggunakan masalah dengan tujuan untuk mendewasakan karakter kita, dan untuk menunjukkan betapa besar kuasa-Nya dalam hidup kita. Tuhan pasti memberikan kepada kita kemenangan jika kita punya respons yang benar dalam menghadapi masalah. Kadangkala, kita berdoa untuk meminta mukjizat tetapi yang datang malah masalah yang sepertinya lebih besar. Sejatinya, jika kita ingin melihat mukjizat, harus ada masalah yang perlu dihadapi. Mukjizat adalah jawaban dari setiap masalah. Tanpa ada masalah, tidak akan pernah terjadi mukjizat. Semakin besar masalah yang ada, semakin besar pula mukjizat yang akan Allah nyatakan dalam hidup kita. Sebaliknya, jika



masalah itu kecil maka mukjizat yang terjadi kecil juga. Masalah membuat iman dan karakter kita makin teruji, terutama saat kita belum melihat jawaban doa namun kita tetap percaya bahwa Tuhan yang akan menyelesaikan setiap masalah dan pergumulan kita. Ada pepatah mengatakan, “Jika kita tidak menyukai sesuatu atau keadaan, ubahlah itu. Tetapi jika kita bisa mengubahnya, ubahlah sikap kita dengan mengucap syukurlah dan jangan mengeluh!” Malam ini, belajarlah untuk memiliki respon yang benar untuk setiap masalah dan keadaan yang sepertinya tidak bisa kita ubah. Tetaplah kuat dan percaya pada Tuhan yang memberi kekuatan dan sukacita untuk menghadapi setiap masalah, ujian dan pergumulan dalam hidup kita. Yesus yang ada didalam kita terlebih besar dari setiap masalah kita. Masalah adalah pengasah yang baik untuk memperkuat iman kepada Allah



Kotbah dan Renungan No comments » Feb 25



Ini Kan Hanya Recehan admin on February 25th, 2010 Amsal 2:21 – Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ. Mazmur 37:37-38 – Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; tetapi pendurhaka-pendurha ka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan. Seorang pengkhotbah muda diundang untuk membagikan firman Tuhan di dalam sebuah Ibadah Raya. Dalam ibadah itu ia mengupas tentang hal “Jangan Mencuri”, salah satu poin dari sepuluh perintah Allah. Keesokan harinya ia naik bis dan memberikan uang satu dolar untuk membayar ongkosnya. Kemudian ia menerima uang receh sebagai kembaliannya dan berjalan ke pintu keluar sambil menghitungnya. Ternyata uang yang diterimanya lebih dan ia terus berjalan sambil berkata dalam hatinya, “Pemilik bis ini tidak akan bangkrut hanya karena uang ini. Ini kan hanya recehan . . . . .” Namun beberapa detik kemudian hatinya berubah, ia memutar haluan dan berjalan kearah depan. Sambil menyerahkan uang kepada kondektur ia berkata, “Kembaliannya lebih nih . . .” Reaksi sang kondektur sungguh diluar dugaannya. “Saya sengaja Pak Pendeta. Kemarin saya mendengar khotbah Bapak tentang hukum “Jangan Mencuri”, dimana kita tidak boleh mengambil barang orang lain atau apa saja yang bukan bagian kita. Dari tadi saya memperhatikan Bapak melangkah sambil menghitung uang kembalian itu, dan ternyata Bapak melakukan apa yang Bapak ajarkan,” jawab sang kondektur sambil mengacungkan jempolnya.



Hari itu si pengkhotbah muda lulus dalam ujian kejujuran, dan dalam prosesnya ia memberi kesaksian iman yang dinyatakan dalam perbuatannya. Uang receh itu adalah penguji yang kelihatan kecil atau sepele, tapi jika lulus maka itu membuktikan bahwa iman yang diperkatakannya selaras dengan perbuatannya. Namun dewasa ini iman yang ada di dalam diri orang percaya sudah menjadi “barang” langka, apalagi di Indonesia yang merupakan Negara dimana tingkat korupsinya tinggi. Fakta ini menunjukkan bahwa banyak pejabat yang tidak jujur di dalam melakukan tugasnya. Pejabat dan pengusaha berkolusi melakukan penipuan kelas kakap dan karyawan atau buruh yang kecil melakukan penipuan kecil. Semuanya dilakukan untuk mengeruk keuntungan bagi diri sendiri (Yak 3:14 – Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!). Selain karena uang, ada juga orang-orang yang tidak berlaku jujur demi mencari popularitas, kehormatan atau mempertahankan kedudukannya. Biasanya hal ini banyak terjadi dipanggung politik atau pemerintahan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi di gereja Tuhan. Tetapi semua fakta ini tidak bisa menjadi alasan bagi anak-anak Tuhan untuk tidak berlaku jujur, karena Tuhan selalu ada di pihak orang yang jujur. Mengenai kejujuran, Tuhan Yesus berkata, “Jika ya, hendaklah kamu katakana: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5:37). Artinya, jika kita tidak jujur berarti kita ada dipihak iblis, tapi bila kita berlaku jujur maka Tuhan akan membuka jalan bagi kita, meskipun jalan yang kita lalui tidak semulus jalan yang serong. Tetapkanlah hati untuk berjalan dijalur orang jujur! DOA: Hasrat hatiku adalah hidup sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya sehingga hidupku menjadi terang yang memancarkan kemuliaanMu. Mampukan aku ya Tuhan Yesus. Amin. KATA-KATA BIJAK: Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya. (Amsal 11:6)



Kotbah dan Renungan No comments » « Previous entries Next entries » Archives   



March 2010 (117) February 2010 (159) January 2010 (319)



Search...



Recent Posts          



Themes Titan Today’s Bible Reading Letter Hero Car 300 Graphic Novel Landscape Space Anne Baby Mengerti Injil Dalam Perjanjian Lama : Scrap Kotbah Tanggal 14 Maret 2010



Tags RSS Copyright © 2010 sumberkristen.com All rights reserved. Amazing Grace theme by Vladimir Prelovac.