Lanjutan Diktat (Hermeneutika 2) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HERMENEUTIKA (2) I.



PRINSIP-PRINSIP & METODE-METODE KHUSUS HERMENEUTIKA



Pada bagian sebelumnya (Hermeneutika 1) kita telah mempelajari pelbagai prinsip & metode penafsiran yang bersifat umum. Prinsip-prinsip & metode-metode tersebut pada dasarnya berlaku untuk semua penafsiran Alkitab secara umum. Namun demikian, mengingat dalam Alkitab terdapat bermacam-macam gaya sastra dan cara berkomunikasi, adalah lebih lengkap bila kita juga memperhatikan cara-cara dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gaya sastra atau cara komunikasi tertentu. Dengan demikian, diharapkan seorang penafsir akan dapat memperhatikan ciri khas gaya sastra tertentu, sehingga bukan saja terhindar dari bahaya salah menafsir, bahkan maju satu langkah dapat menafsir dengan jelas dan tepat. 1. PENAFSIRAN SIMBOL a) Pengertian Simbol adalah suatu hal yang dipakai untuk menyampaikan suatu pengertian yang melebihi pengertian umum/biasa dari hal yang dipakai tersebut. Dan sebenarnya, bukan saja di Alkitab, namun dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menemui simbol, misalnya burung merpati adalah simbol perdamaian. Simbol tidak sama dengan tipe (akan dibahas pada bagian berikut). Simbol tidak dibatasi oleh waktu, sehingga suatu simbol melambangkan suatu pengertian yang mungkin terdapat di masa lalu, sekarang atau yang akan datang. b) Ciri-ciri Khas Simbol Di Dalam Alkitab  Simbol itu sendiri selalu dalam pengertian harfiah. Misalnya burung Merpati yang melambangkan perdamaian. Burung Merpati itu sendiri harus dibaca dalam pengertian harfiah.  Simbol dipakai untuk menyampaikan sesuatu pengertian/pengajaran. Misalnya dalam suatu upacara burung-burung Merpati dilepaskan. Sudah tentu bukan saja keindahan burung-burung yang ingin dipertunjukkan, melainkan pengertian perdamaian yang sebenarnya ingin ditonjolkan.  Terdapat hubungan tertentu antara simbol dan makna yang akan disampaikan. Dalam hal burung Merpati tersebut, kita dapat memahami bahwa burung Merpati memang terkenal dengan sifat lemah lembutnya.  Dalam hal simbol yang tidak umum atau yang kurang dikenal, kita perlu mengadakan penyelidikan secara cermat. Bila si pemakai simbol telah menjelaskannya, penjelasannya itu harus menjadi patokan dalam memahami simbol itu. Tidaklah bijaksana bila seorang penafsir berusaha menjelaskan simbol berdasarkan keinginan atau latar belakangnya sendiri.  Suatu simbol yang sama mungkin memberi dua bahkan lebih pengertian yang 39



berbeda. Misalnya di Matius 10:16 Merpati adalah simbol dari ketulusan, namun di Yesaya 38:14 suara Merpati melambangkan keluh-kesah, serta di Hosea 7:11 Merpati melambangkan kebodohan.  Simbol dipakai untuk memberi suatu makna yang dalam kepada mereka yang mengerti, tetapi mungkin juga dengan tujuan yang sebaliknya, Misalnya penulis kitab Wahyu banyak memakai simbol, mungkin agar musuh orang Kristen tidak mengerti isi kitab tersebut dan tidak dapat menangkap maknanya. Adakalanya penafsir modern tidak menyadari akan kehadiran suatu simbol, namun adakalanya sebaliknya, ia mencari-cari suatu simbol yang sebenarnya tidak ada. Untuk menghindari semua kelalaian ini, seorang penafsir dituntut mengadakan penyelidikan yang lebih seksama. c) Jenis-jenis Simbol Di Dalam Alkitab  Benda Yang dimaksudkan dengan benda yang bermakna simbolik di sini adalah material yang dapat dilihat dan diraba. Misalnya: Salib sebenarnya adalah suatu alat penghukuman orang Romawi yang sangat kejam. Namun dalam Perjanjian Baru, salib telah berubah menjadi simbol yang melambangkan banyak pengertian teologis: simbol penderitaan-Nya, penyelamatan Tuhan atas dunia ini, kasih Kristus, usaha Kristus memperdamaikan Allah dengan orang-orang berdosa, penyangkalan diri Kristus, penyangkalan pengikut Kristus. Jadi menafsir simbol salib, penafsir Alkitab perlu memperhatikan pengertian umum pada jaman itu dan catatan Alkitab.  Peraturan & Upacara Yang dimaksudkan dengan peraturan atau upacara yang bermakna simbolik di sini, misalnya baptisan air dan perjamuan suci. Pada umumnya dalam peraturan atau upacara ini terdapat unsur-unsur: [1] Benda yang dipakai. [2] Tindakan dari pihak manusia. [3] Tindakan dari pihak Allah. Oleh karena itu, dalam penyelidikan simbol-simbol ini, unsur-unsur ini perlu diperhatikan. Sebab melalui unsur-unsur ini, Allah telah menyatakan banyak makna rohani yang sangat penting bagi orang Kristen.  Tindakan Banyak tindakan, di luar peraturan atau upacara, yang dicatat dalam Alkitab secara jelas menyatakan pengertian simbolik. Misalnya apa yang pernah dilakukan oleh Yehezkiel (Yehezkiel 4-5) dan Hosea (Hosea 1-3). Tindakan-tindakan ini diperintahkan oleh Allah dengan tujuan-tujuan tertentu 40



dan mengandung makna yang dalam. Bagi mereka yang melakukannya dan melihat tindakan-tindakan ini jelas dapat menggoreskan kesan yang sangat mendalam di hati mereka.  Angka Pada jaman kuno, bahkan sampai kini, angka mengandung makna-makna tertentu. Nilai angka juga berhubungan dengan huruf tertentu. Namun dalam penyelidikan angka yang terdapat di dalam Alkitab, sekali lagi, Alkitab sendiri adalah buku pegangan yang terbaik, meskipun penafsiran demikian bukan tugas yang mudah. Berikut di bawah ini dikemukakan ringkasan dari hasil penelitian Ethelbert W. Bullinger tentang makna simbolik dari angka-angka yang terdapat di dalam Alkitab.1 [1] Pola Supranatural Dari Angka-angka Di Dalam Alkitab a> Ditunjukkan Di Dalam Pekerjaan-pekerjaan Allah Segala pekerjaan-Nya dilaksanakan, dan semua perkataan-Nya diucapkan & dituliskan, di dalam cara yang tepat, pada waktu yang tepat, di dalam susunan/aturan yang benar, dan di dalam jumlah yang tepat (Mazmur 18:31, 19:8-9, 143:5, 145:17, 147:4, Yesaya 40:26, Ayub 28:25). Misalnya: di Langit (gugusan bintang-bintang) - Kronologi (hari-hari penciptaan) - Tumbuh-tumbuhan & Binatang (Kelas, Ordo, Keluarga, Genus, dan Spesies) - Umat Allah (Sejarah Israel) - Fisiologi (Tahap-tahap perkembangan: bayi - dewasa) - Musik (Not) - Warna (Pelangi). b> Ditunjukkan Di Dalam Perkataan-perkataan Allah Di dalam Daniel 8:13 terdapat istilah Seorang kudus berbicara (dalam bahasa Inggris: that certain saint) ditulis dalam bahasa Ibrani (Palmoni) yang berarti The Numberer of Secrets atau The Wonderful Numberer. Dengan demikian, ada seorang Malaikat kudus, paling tidak, yang bertugas berkaitan dengan angka-angka. Oleh karena itu, angka-angka dan rahasianya memiliki tempat yang penting di dalam perkataan- perkataan Allah sama seperti di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Dan hal-hal yang bersifat rahasia itu akan dinyatakan kepada kita (Ulangan 29:29). Misalnya: Perjanjian Lama (24 Kitab) - Perjanjian Baru (27 kitab) - Para Penulis (28 penulis Perjanjian Lama + 8 Perjanjian Baru).



1



E.W. Bullinger, Number In Scripture (Grand Rapids: Kregel Publications), 1983 (Reprinted).



41



[2] Makna Rohani Dari Angka-angka di Dalam Alkitab No Angka Makna Rohani 01 1 Kesatuan, utama, independen, tiada yang lain, hanya satusatunya, permulaan 02



2



Pemisahan, pembagian, perbedaan



03



3



Solid, nyata, substansial, esensial, keseluruhan, kesempurnaan Ilahi, Ilahi, Kebangkitan



04



4



Penciptaan & kelengkapan materi, dunia, kepenuhan berkat material



05



5



Anugerah



06



6



Manusia, ketidaksempurnaan tanpa Allah, pekerjaan manusia, kesempurnaan otoritas manusia



07



7



Kelengkapan, kesempurnaan rohani, kepuasan



08



8



Kelahiran baru, permulaan dari jaman/perintah baru



09



9



10



10



Penghukuman, Finalitas di dalam hal-hal Ilahi Hukum, kesempurnaan tatanan Ilahi



11



11



Penghukuman, pengadilan, ketidakteraturan, disintegrasi



42



Terdapat di Kejadian 1:1, 22:2, 12,16, Keluaran 20:3, Ulangan 6:4, Yesaya 43:10-11, Markus 12:29-30 Kejadian 1:2,6, 13:11,14, Galatia 4:29-30, Roma 9:13 Kejadian 1;13, 18:1-2, 13,17,33, Imamat 14:10, Bilangan 6:23-24, Yesaya 6:3, Matius 12:39-40, Lukas 13:32, Wahyu 4:8 Kejadian 2:10-11, Keluaran 16:14,31, Yesaya 60:17, Markus 13:35, 1 Korintus 15:4244, 2 Korintus 4:8-9 Keluaran 2:24-25, 30:2325, 34, 1 Samuel 17:40, Roma 3:24, 1 Korintus 14:19 Kejadian 18, Imamat 24:6, 1 Raja-raja 10:19, Ayub 4:10-11, 28:8, Mazmur 8:6-9 Kejadian 12:2-3, Keluaran 6:4-8, Ulangan 8:8, Hakim-hakim 6:13,15, 17-18,22,23, 24, 25-27, 33-35, Yesaya 11:2, Hosea 2:8-9, Lukas 3:23-38 Kejadian 17:12, Keluaran 22:29,30, 1 Petrus 3:20, 2 Petrus 2:5 Hagai 1:11, 1 Korintus 12:8-10, Galatia 5:22-23 Kejadian 14:20, Keluaran 20:3-17, 34:28, Ulangan 4:13, 10:4, 14:22, 1 Samuel 8:15, Lukas 11:42, 18:12, Ibrani 7:4 Kejadian 36:40-43, Ulangan 1:2, 2 Raja-raja 23:36, 24:1, 2 Tawarikh 36:5-6,11, Yeremia 39:2,



12



12



13



13



14



14 ( 2x7 )



15



15 ( 3x5 )



16



17



17



19 (10+9) (5+14) 20 (2x10) (21-1)



18



19



22 (2x11)



20



24 (2x12)



21



25 (5x5) 27 (3x9) 28 (4x7) 29 (20+9) 30



22 23 24 25



Yehezkiel 26:1, 30:20, 31:1, Kisah Para Rasul 2:14 Kejadian 35:22, 49:28, Kesempurnaan pemerintahan Lukas 2:42, Wahyu 7:4, atau otoritas ilahi 21:16-17 Dosa, pemberontakan, kebejatan Kejadian 14:4, 17:25, Yosua 6:1-5, Yesaya moral, penghancuran 53:12, Matius 26:48, 27:20, Lukas 23:18 Keselamatan, pembebasan Keluaran 12:25-27, Imamat 23:5, Matius 1:117, Galatia 4:23,28. Tindakan yang dibuat oleh kuasa Kejadian 7:20, Imamat 23:6,34, 2 Raja-raja 20:6, anugerah Ilahi, perhentian, Ester 9:18,21, Yohanes ketenangan, bersandar 11:18, Kisah Para Rasul 27:21 Kesempurnaan dari Peraturan Mazmur 83:6-12, Roma Rohani, Kemenangan 8:35-39, Ibrani 12:18-24 Kesempurnaan dari tatanan Ilahi Epesus 2:8, Ibrani 11 dihubungkan dengan penghukuman, Iman Pengharapan, Penebusan Kejadian 21:38,41, Keluaran 30:12-14, 26:18-20, 27:9-11, Hakim-hakim 4:3, 13:25, 15:20,16:31, 1 Samuel 7:2, 1 Raja-raja 9:10, 2 Tawarikh 8:1 Disintegrasi, khususnya di dalam Keluaran 25:31-34, hubungan dengan Firman Allah ( Yohanes 3:20-21, Epesus 5:13, 1 Tesalonika 5:5 menambah atau mengurangi Firman Allah, korupsi/manipulasi ), terang, menyatakan Keluaran 28:29, Pemerintahan Surgawi & 1 Tawarikh 24:1-9, penyembahan, keimaman 28:12,19, Ibrani 8:5, Wahyu 1:5-6, 4:4, 5:8-10 Pengampunan dosa Yeremia 52:31-33 ( berdasarkan anugerah ) Proklamasi Injil/Nubuat Roma 1:15-16, Galatia 2:1-2, Wahyu 13:1 Kehidupan kekal Yohanes 5:24, 10:27-29, Roma 5:20-21, 6:23, Kombinasi antara pengharapan & penghukuman Tingkat yang lebih tinggi dari Kejadian 41:46, Keluaran 43



(3x10)



kesempurnaan tatanan Ilahi, Darah



26 27



31 40 (5x8)



Keilahian, keturunan, benih Pencobaan, godaan, penyucian ( bagi umat perjanjian, bukan penghukuman seperti nomor 9 yang dihubungkan dengan penghukuman terhadap para musuh )



28



42



29



50



Anti-Kristus, perlawanan manusia terhadap Allah Roh Kudus, Tahun Yobel, Pembebasan



30



51 = 24+27 65 (13x5) 70 (7x10)



Revelasi Ilahi



33



120 (3x40)



Masa Pencobaan yang ditentukan secara ilahi



34



153 = 17x32



Kemenangan sempurna ( dari Anak-anak Allah )



35



200 = 20x10



Ketidakcukupan, tidak memadai



36



390 = 13x30 400 (8x50) 430



Israel



31 32



37 38



Kemurtadan ( dihubungkan dengan suku Efraim ) Kesempurnaan Tatanan Rohani yang dilaksanakan dengan semua kekuatan rohani ( Roh & Tatanan sangat ditekankan ) , Pembuangan & kembalinya Israel



Masa sempurna secara ilahi Masa persinggahan dari “Janji” sampai “Hukum” ( bagi Abraham ) 44



26:7-10, 2 Samuel 5:4, Matius 27:3-4, Lukas 3:23, Wahyu 5:6-9 Keluaran 24:18, Ulangan 8:2-5, 9:18,25, Bilangan 13:26, 14:34, Hakimhakim 3:11, 5:31, 8:28, 13:1, 2 Samuel 5:4, 1 Raja-raja 11:42, 19:8, Mazmur 95:10, Matius 4:2, Markus 1:12-13, Kisah Para Rasul 1:2, 7:23, 30, 13:18,21, Ibrani 3:8-9, 2 Raja-raja 2:23-24, Wahyu 11:2, 13:5 Keluaran 27:18, Imamat 23:15-16, 25:8-10, Ibrani 10:29 Hakim-hakim 17 dan Yesaya 7:8 Kejadian 10, 46:26, 27, Keluaran 1:5, 24:1, Bilangan 11:16, Rut 4:11, 2 Tawarikh 36:19-23, Yeremia 25:4-11, Daniel 7:24-27, 9:24, Lukas 10:1,17 Kejadian 6:3, Nehemia 10:1-10, Kisah Para Rasul 1:15 Yohanes 21:11 - 6:39, 17:12, Mazmur 147:4, Keluaran 15:14 Yohanes 6:7 - Yosua 7:21, Mazmur 49:7-9, 2 Samuel 14:26, 18:9, Hakim-hakim 17:4, Ezra 2:65, Nehemia 8:5-9 Yehezkiel 4:5 Kejadian 15:13, Kisah Para Rasul 7:6 Kejadian 12:3, Galatia 3:17 - Keluaran 12:40



39



490 (70x7)



40



666



Produk dari kesempurnaan rohani dengan memperhatikan penentuan terhadap Yerusalem Nama binatang/Anti-Kristus, Trintitas dari kesempurnaan manusia, kesempurnaan dari ketidaksempurnaan, kulminasi dari kecongkakan manusia di dalam ketidakbergantungannya kepada Allah dan perlawanan terhadap Kristus, penyembahan kepada Iblis



Daniel 9:2, 24-27, Yeremia 25:11-12, 29:10 Wahyu 13:8,17-18. 17:914



Catatan : Jumlah Bilangan untuk Nama Yesus (di dalam bahasa Yunani: ) adalah 10 + 8 + 200 + 70 + 400 + 200 = 888. Kristus (1480 = 8x183), Tuhan (800 = 8x100), Juru Selamat (1408 = 82x32), Imanuel (25600 = 82x50), Mesias (656 = 8x82). Nama Huruf Alpha Beta Gamma Delta Epsilon Stigma Zeta Eta Theta Iota Kappa Lambda Mu Nu Xi Omicron Pi Koppa Rho Sigma Tau Upsilon Phi



Simbol



                 Ç     



Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500



45



Chi Psi Omega Sampsi



   



600 700 800 900



 Warna Warna dalam Alkitab pun dapat mempunyai makna simbolik. Misalnya Merah biasa dianggap sebagai simbol dari darah Kristus, kemudian penebusan daripada-Nya. Namun dalam kasus-kasus lain, kata Merah dan sinonimsinonimnya menunjuk penghakiman di Yesaya 63:2, menunjuk dosa di Yesaya 1:18, melukiskan langit di Matius 16:2, dan melukiskan prajurit di Nahum 2:3. Dalam bahasa-bahasa Alkitab, warna berhubungan erat dengan benda- benda/katakata tertentu. Dalam bahasa Ibrani, kata biru berkaitan dengan ikan, Kirmizi mungkin berasal dari semacam ulat yang merahnya seperti Kirmizi, kata putih sama dengan kain lenan putih. Jika ini tepat, maka soal warna perlu diselidiki dengan metode epistemologi. Hanya perlu diingatkan, pada jaman kuno pembagian warna belum seteliti jaman sekarang.  Nama Nama-nama dapat pula dipakai sebagai suatu simbol. Ini termasuk nama-nama tokoh, bangsa, tempat, bahkan lembaga. Misalnya Kota Perlindungan (Bilangan 35:9-15), nama Yesus (Matius 1:21), Babel, dan Yerusalem Baru (Wahyu).  Penglihatan (Visi) Dalam Alkitab tercatat banyak penglihatan (visi), dan biasanya dalam penglihatan ini para nabi/rasul telah melihat hal yang bersifat simbolik. Dalam penglihatan ini, seorang penafsir perlu memperhatikan penjelasan dari Allah atau dari Malaikat, tentang hal yang dilihat, konotasi umum tentang hal tersebut, situasi dari umat Allah atau orang yang bersangkutan, dan permainan kata.  Mujizat Simbol-simbol dalam bentuk mujizat tidak begitu banyak dalam Alkitab. Contoh yang dapat ditunjukkan di sini misalnya nyala api yang keluar dari semak duri (Keluaran 3), tiang awan & tiang api (Keluaran 13). Simbol- simbol ini dapat dimengerti dari konteks. d) Prinsip & Metode Penafsiran Simbol  Tidak ada hukum tertentu yang dapat dipakai untuk setiap kasus. Jadi dalam penyelidikan simbol, seorang penafsir perlu hati-hati, dan menyelidikinya kasus per kasus. Jangan membuat penafsiran secara spekulatif.



46



 Penafsir perlu hati-hati dalam kasus warna, angka, logam, permata, sebab tidak setiap warna, angka, logam, dan permata memiliki pengertian simbolik. Hendaknya diperhatikan bagian yang berkaitan secara umum daripada mencoba memaksa makna yang dibuatnya ke dalam simbol tersebut.  Perhatikan ciri yang umum, yang utama, yang penting dari simbol tersebut. Ini berarti simbol pertama harus dimengerti dalam pengertian harfiah. Selidikilah makna simbol tersebut dari pengertian harfiah ini.  Selalu perhatikan latar belakang mengenai simbol tersebut. Alkitab dan penemuan arkeologis adalah sumber baik tentang data jenis ini. Sekali-kali jangan menafsir simbol Alkitab berdasarkan latar belakang modern.  Penjelasan simbol yang tercatat di bagian Alkitab yang bersangkutan adalah keterangan yang paling penting. Ini adalah penafsiran yang paling dapat diandalkan.  Dalam kasus kurang penjelasan, seorang penafsir perlu memperhatikan konteks dan tujuan dari bagian Alkitab tersebut. Ini sangat menolong.  Pakailah konkordansi untuk mencari ayat-ayat yang berhubungan. Perhatikanlah jumlah pemakaiannya dan kitab-kitab yang memakainya. Namun, ingat setiap kasus mungkin memberi pengertian tersendiri.  Bila seorang penafsir sudah yakin akan salah satu ciri dari suatu simbol, hendaknya ia memulai penyelidikannya berangkat dari butir tersebut. Mungkin ia akan mendapat butir lain dalam proses penyelidikan tersebut.  Penafsiran yang alami dan sederhana adalah penafsiran yang terbaik. 2. PENAFSIRAN TIPOLOGI Kata Tipologi berasal dari kata bahasa Inggris Type, yang sebenarnya berasal dari kata bahasa Yunani  (dipakai sebanyak 14 kali dalam Perjanjian Baru), berarti: bekas yang kelihatan (karena pukulan atau tekanan), gambaran, bayangan, contoh atau pola. Misalnya: Yohanes 20:25, Kisah Para Rasul 7:44, Roma 5:14, Kolose 2:17, Ibrani 8:5. Dengan demikian, Tipologi adalah suatu korespondensi dalam satu atau beberapa aspek antara tokoh, peristiwa, benda, atau lainnya di Perjanjian Lama dengan tokoh, peristiwa, benda, atau lainnya yang lebih dekat, atau sejaman dengan penulis Perjanjian Baru.2 Atau memakai penjelasan lain: Type adalah suatu bayangan dari suatu kebenaran yang terdapat di Perjanjian Lama, sedangkan perwujudannya (Anti-type) terdapat di Perjanjian Baru.3



2 3



A. Berkeley Mickelsen, Interpreting The Bible (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.,1966), 237. Baker’s Dictionary of Theology, s.v. “Type, Typology” by Wick Broomall.



47



a) Ciri-ciri Tipologi  Tipologi biasanya lebih rumit & teliti, sehingga melibatkan lebih banyak data.  Type & Anti-type adalah tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa atau benda-benda di dalam sejarah. Type dapat diterapkan setelah ada peristiwa di Perjanjian Baru (konfirmasi).  Tipologi hanya terdapat di dalam Alkitab saja. Type dirancang oleh penunjukan Ilahi untuk menghasilkan keserupaan dengan Anti-type.  Tipologi bersifat nubuat, dan anti-type-nya selalu berkisar pada Yesus Kristus, khususnya karya penebusan-Nya bagi manusia yang jatuh ke dalam dosa.4  Baik Type atau Anti-Type telah terbaca di Perjanjian Baru, Type tetap bermakna bagi umat Allah abad modern (baca 1 Korintus 10:1-11). b) Jenis-jenis Tipologi Pada umumnya Tipologi dapat dibagi dalam enam (6) jenis, yaitu:  Tokoh: misalnya Adam, Yusuf, Melkisedek, Musa, Daud.  Peristiwa: misalnya Air Bah, perjalanan orang Israel di padang belantara.  Benda: misalnya Kemah Suci beserta peralatan di dalamnya.  Jabatan: misalnya raja, nabi, dan imam.  Lembaga: misalnya hari raya Paskah, hari Sabat, upacara-upacara kurban.  Tempat : misalnya Bethlehem, Hebron, Gilgal, Kanaan, Yerusalem. c)



Prinsip & Metode Penafsiran Type  Relasi antara Type & Anti-Type harus dipahami sebagai hubungan yang tunggal dan sederhana (tidak berfokus pada detailnya). Harus ada kesesuaian antara Type & Anti-Type untuk menghindari masuknya eisegetis. Type di Perjanjian Lama pertama-tama dipahami di dalam bentuk simbol.  Penafsir harus menetapkan makna moral & spiritual yang Allah ingin sampaikan kepada umat-Nya. Setelah itu, penafsir dapat beralih untuk melihat bagaimana kebenaran itu direalisasikan di Perjanjian Baru.  Type, sebagai pola, menghadirkan kebenaran secara terselubung, sehingga kita harus kembali ke Perjanjian Baru untuk melihat bagaimana realitas menggenapkan bayangan dan membuat kebenaran menjadi jelas. Sebagaimana nubuat secara penuh dipahami di dalam terang penggenapannya, begitu pula dengan Type.  Perlu diperhatikan bahwa masih ada perbedaan esensial antara Type dan AntiType. Type menghadirkan kebenaran pada taraf yang lebih rendah, karnal, kekinian, eksternal, dan realitas duniawi, sementara Anti-Type menghadirkan kebenaran pada taraf tinggi, spiritual murni, masa depan, internal, dan realitas surgawi.



4



Tipologi berbeda dengan Nubuat dalam format mereka: Tipologi dalam bentuk korespondensi antara tokoh, peristiwa benda yang terdapat di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sedangkan Nubuat dalam



48



format pemberitaan terlebih dahulu yang kemudian menjadi fakta.



49



 Baik Type maupun Anti-Type perlu dipelajari dalam pengertian sejarah. Penyelidikan yang seksama atas Type dan Anti-Type sama pentingnya.  Tipologi selalu berkisah tentang Kristus, khususnya karya penyelamatan-Nya. Jadi penafsiran Tipologi harus memberi penekanan yang cukup memadai untuk aspek ini. Jika tidak, sangat mungkin penafsir Tipologi akan melalaikan butir yang terpenting dari tipologi tersebut. d) Contoh Penafsiran Tipologi: YUSUF, Sebuah Type Dari KRISTUS (Berdasarkan Kejadian 37)5 No YUSUF 01 Menggembalakan kawanan domba, Kejadian 37:2 02 Kejahatan saudara-saudaranya, Kejadian 37:2 03 Dikasihi (oleh ayahnya), Kejadian 37:3 04 Dibenci (oleh saudara-saudaranya), Kejadian 37:4-5 05 Tidak dipercaya, Kejadian 37:5



YESUS KRISTUS Gembala yang baik, Yohanes 10:11,14 Perbuatan-perbuatan jahat mereka, Yohanes 3:19-20 “Anak-Ku yang Kukasihi”, Matius 3:17 Dibenci tanpa sebab, Yohanes 15:25



06



Sujud menyembah, Kejadian 37:7,9



07



Apakah engkau ingin berkuasa atas kami ? Kejadian 37:8 Maka iri hatilah saudara-saudaranya, Kejadian 37:11 Ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya, Kejadian 37:11 Dikirim kepada saudara-saudaranya, Kejadian 37:13 “Ya, bapa” (“Here am I”), Kejadian 37:13



08 09 10 11 12 13 14



Bawalah kabar tentang itu kepadaku, Kejadian 37:14 Keluar dari lembah Hebron (persekutuan), Kejadian 37:14 Ia datang ke Sikhem, Kejadian 37:14



15



Berjalan mengembara di padang, Kejadian 37:15



16



Aku mencari saudara-saudaraku, Kejadian 37:16



5



Saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya, Yohanes 7:5 Dia yang lebih utama dalam segala sesuatu, Kolose 1:18 Kami tidak mau orang ini, Lukas 19:14 Diserahkan karena dengki, Markus 15:10 Ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya, Lukas 2:51 Aku akan menyuruh anakku yang kekasih, Lukas 20:13 “Sungguh, aku datang” (“Lo, I come”), Mazmur 40:8-9, Ibrani 10:5-7. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu, Yohanes 17:13 Kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu, Yohanes 17:5,24 Ke kota Samaria yang disebut Sikhar (Sikhem), Yohanes 4:4-5 Ladang dunia (Matius 13:38), tidak ada tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58) Datang untuk mencari & menyelamatkan, Lukas 19:10



Dikutip dari Adar Habershon, The Study of The Types (Grand Rapids: Kregel Publications), 1983, 169.



50



17 18 19 20



Pergi menyusul saudara-saudaranya, Kejadian 37:17 Mereka bersekongkol membunuhnya, Kejadian 37:18 Kita akan melihat, Kejadian 37:20



21



Menanggalkan jubahnya, Kejadian 37:23 Sumur (The Pit), Kejadian 37:24



22



Mereka duduk, Kejadian 37:25



23



20 Keping Perak, Kejadian 37:28



24



Ke Mesir, Kejadian 37:36



Pergi mencari yang sesat, Lukas 15:4 Bersepakat untuk membunuh-Nya, Matius 27:1, Yohanes 11:53 Sehingga mereka dapat melihat, Markus 15:32 Mereka menanggalkan pakaianNya, Matius 27:28 Lubang Kebinasaan (The Horrible Pit), Mazmur 40:3, 69:3,15-16 Mereka duduk di situ menjaga Dia, Matius 27:36 30 Keping Perak, Matius 26:15, 27:9, Keluaran 21:32 Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku, Matius 2:14-15



3. PENAFSIRAN NUBUAT a.



Problematika Apakah sifat dari Nubuat itu? [1] Hanya bersifat ramalan tentang peristiwa masa depan? [2] Sejarah peristiwa-peristiwa sebelum mereka menjadi lampau? Atau, [3] Gagasan Vaticina Post Eventum (prediksi setelah sesuatu terjadi)?



b.



Definisi Nubuat adalah proklamasi dari apa yang Allah nyatakan.  Karakteristik dari Nubuat Alkitab 1. Ketika nabi menerima penyataan khusus dari Allah, dan pada gilirannya, menyatakan kepada umat Allah. Penyataan ini untuk menjelaskan masa lalu dan membentangkan masa kini, serta membuka masa depan. 2. Perhatian sang nabi selalu berpusat pada Kerajaan Allah dan pekerjaan penebusan Kristus. 3. Inisiasi, penerimaan, dan komunikasi: a> Semua nubuat harus datang dari Allah (1 Petrus 1:20-21). b> Sang nabi menerima wawasan dari Allah melalui mimpi, visi, bisikan batin, atau komunikasi langsung. c> Para nabi mengkomunikasikan berita mereka kepada umat dengan pernyataan sederhana, dengan deskripsi mimpi atau visi, atau dengan tindakan-tindakan simbolis. 51



 Perbedaan antara prediksi dan janji Prediksi sebagai iluminasi tentang peristiwa mendatang, sedangkan janji adalah pemahaman bahwa Allah telah menetapkan untuk menyelesaikan tujuannya, dan siap bekerja menuju pemenuhan dari tujuan ini. Masa depan berada di dalam perkembangan penggenapan. Semua nubuat bekerja di dalam konteks janji Ilahi ini. c.



Karakteristik Khusus Dari Nubuat Alkitab (a) Nubuat Alkitab sebagai suatu keseluruhan memiliki karakter organik [1] Nubuat bukanlah suatu koleksi prediksi/ramalan. [2]Nubuat adalah bagaikan setangkai bunga yang pada akhirnya mekar menjadi bunga yang indah (dimulai dengan gagasan-gagasan umum, yang akhirnya secara berangsur-angsur dinyatakan). (b) Nubuat Alkitab dihubungkan secara erat dengan sejarah [1] Mempunyai setting sejarah: seorang nabi adalah seseorang yang historis dengan sebuah berita kepada orang-orang sezamannya. [2]Nubuat bekerja di dalam konteks sejarah keselamatan. Oleh karena itu melampaui batas sejarah & tempat sekarang dengan suatu gambaran besar dari Allah. [3] Dibuktikan di Perjanjian Baru, bahwa nubuat bekerja di dalam bentuk kerugma, terdiri atas proklamasi peristiwa-peristiwa sejarah tertentu di dalam sebuah konteks yang menafsirkan makna dari peristiwa-peristiwa itu: kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus, dan perkembangan Gereja. Makna ini selalu dilihat di dalam terang kesaksian Perjanjian Lama. Lihat 1 Korintus 15:3-5 sesuai dengan Kitab Suci, Kisah Para Rasul 2:16,23, dan pemakaian Perjanjian Lama di Perjanjian Baru (Yohanes 15:25 - Mazmur 69:5, Yohanes 19:28 - Mazmur 69:22). (c) Nubuat memiliki perspektif khusus [1] Sang nabi memadatkan peristiwa-peristiwa besar ke dalam suatu ruang waktu yang singkat, ia memiliki a single glance of God’s eternal work (visi). [2] Waktu & rentetan peristiwa bukan perhatian utama. [3] Adanya penggenapan ganda dari suatu nubuat seperti kedatangan Kristus. (d) Allah memperkenankan para nabi untuk membungkus pemikiran mereka di dalam bentuk-bentuk yang berasal dari masa mereka. Bentuk ini bukanlah intisarinya, sebaliknya, isinyalah yang menjadi intisarinya. (e) Ketika sang nabi diperintahkan untuk mewartakan berita di dalam tindakantindakan nubuat, mereka sesungguhnya mengambil tempat di dalam setting nabi saat itu, sekali pun penggenapannya hanya dapat dipahami di dalam



52



konteks sejarah keselamatan. Misalnya Yesaya berjalan dengan kaki telanjang, Yehezkiel berbaring 390 hari di sisi kirinya, dan 40 hari di sisi kanannya, menanggung perbuatan salah umat-Nya, dan perkawinan Hosea. d.



Langkah-langkah Dasar Di Dalam Penafsiran Nubuat  Tentukan makna literalnya terlebih dahulu, bila konteks tidak menunjukkan bahwa mereka mempunyai makna simbolis.  Temukan gagasan dasar yang diekspresikan, baru kemudian menuju ke detailnya. Misalnya kehidupan harmonis digambarkan seperti binatang yang hidup bersama di langit & bumi baru.  Kenalilah penggenapan nubuat yang mula-mula (dekat) sebaik penggenapan akhir di dalam konteks sejarah keselamatan.  Tetap menjaga sentralitas Kristus (Kristologis) di dalam semua penafsiran nubuat. Kegagalan untuk melakukan hal ini, membuat seorang penafsir hanya tertarik pada sejarah saja daripada keselamatan.  Jangan sekali-kali memakai metode allegori, mistik, atau dogmatik di dalam menafsirkan nubuat.



e.



Contoh Penafsiran Nubuat: Gembala Yang Akan Datang (Yehezkiel 34)6 Gembala sebenarnya adalah suatu istilah yang mengandung arti yang luas, termasuk imam, raja, dan pembesar dari umat Israel. Dengan demikian, yang dimaksudkan dengan gembala di sini bukanlah gembala yang biasa.  Kejahatan Para Gembala Palsu, 34:1-6 (1) Menggembalakan dirinya sendiri, ayat 2. (2) Menikmati susu & bulunya, ayat 3. Bandingkan dengan Mazmur 100. (3) Yang lemah tidak dikuatkan, yang sakit tidak diobati, yang luka tidak dibalut, yang tersesat tidak dibawa pulang (ayat 4). Di sini ada satu hal yang ditekankan, yaitu tidak kamu gembalakan, dengan kata lain, orang-orang ini (imam, raja, pembesar Israel) hanya tahu menikmati dan menggembalakan dirinya sendiri, tidak menjalankan perintah Allah. Kesalahan umat Israel dan kecelakaan domba-domba itu adalah disebabkan oleh mereka. Itulah sebabnya Allah menegur para gembala.  Kejahatan para gembala Yahudi diungkap ulang, 34:7-10 (1) Allah memberi peringatan & bermusuhan dengan mereka. (2) Allah akan menyelamatkan domba-domba dari mulut gembala yang jahat dan palsu.



53



6



Peter Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel (Malang: SAAT), 1998, 69-71.



54



 Tuhan menjanjikan bahwa Ia sendiri akan menjadi Gembala mereka, 34:11-24 (1) Ia akan mencari domba yang sesat, ayat 12. (2) Ia akan membimbing & membawa domba-domba-Nya kembali ke tanah airnya sendiri, ayat 13. (3) Ia akan membaringkan domba-domba-Nya di taman yang indah, ayat 14. (4) Ia sendiri akan menjadi Gembala domba-domba-Nya dan memberi tempat untuk beristirahat, ayat 15. (5) Ia melayani domba-domba-Nya, ayat 16. (6) Ia akan menjalankan hukuman yang adil di tengah-tengah domba-domba dan kambing-kambing-Nya, ayat 17-19. Allah akan menjalankan hukuman di tengah-tengah domba yang gemuk dan kurus, ayat 20-24. Di dalam ayat 23-24 Allah berjanji akan membangkitkan Daud sebagai Gembala mereka, namun pada waktu itu Daud sudah mati beberapa ratus tahun sebelumnya (sekitar 300 - 400 tahun), maka secara harfiah jelas yang dimaksudkan bukan Daud sendiri. Ayat 24 menyinggung bahwa Daud akan menjadi raja. Mengenai nubuat ini, Paulus menjelaskan bahwa raja yang diperkenan oleh Allah seperti Daud itu adalah Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 13:22-23). Tuhan Yesus sendiri juga mengakui bahwa Ia adalah Gembala yang baik dan Ia mati untuk dombadomba-Nya (Yohanes 10:1-18). Nubuat ini jelas bukan ditujukan kepada Daud, melainkan Tuhan Yesus, Gembala yang agung. Petrus di dalam 1 Petrus 5:3-4 menjelaskan bahwa Yesus adalah Gembala yang Agung dan di dalam 1 Petrus 2:25 menunjukkan bahwa Yesus adalah Uskup & Gembala yang memelihara jiwa kita. Ibrani 13:20 juga menyinggung bahwa Yesus adalah Gembala yang Agung, Ia sudah bangkit dari antara orang mati. Maka kesimpulan Gembala yang seperti Daud itu adalah Tuhan Yesus Kristus.  Perjanjian damai sejahtera dengan domba-domba-Nya, 34:25-31 (1) Sekali lagi Allah mengadakan perjanjian dengan Israel. (2) Allah akan meniadakan binatang buas agar domba-domba ini hidup aman, tenang sampai dapat tidur di hutan. Selanjutnya ada janji berkat untuk tanah yang dijanjikan kepada mereka itu. Allah akan melepaskan mereka dari tangan penjajah, dan tidak lagi menjadi tawanan orang kafir. Mereka juga tidak akan mengalami kelaparan atau pengkhianatan orang kafir. Bagian ini mengulangi tujuan Allah yakni agar mereka tahu bahwa Dia-lah TUHAN (ayat 27,30,31).



55



4. PENAFSIRAN PERUMPAMAAN a.



Pengantar  Sifat Perumpamaan & Pemakaiannya Di Dalam Alkitab 1. Perumpamaan adalah metafora atau simile yang diperluas, yang membandingkan kebenaran agamawi dengan pengalaman yang umum. Istilah perumpamaan dipakai hampir 50 kali di Perjanjian Baru, dan berakar di Perjanjian Lama, khususnya di kitab Amsal. Rabbi pada jaman Yesus juga memakai perumpamaan secara luas. 2. Dua perbedaan sifat perumpamaan Yesus dari Rabbi pada jaman-Nya adalah kesegaran & kesederhanaan, yang berlawanan dengan menunjukkan keilmuan & membosankan, serta makna tunggal di dalam hubungannya dengan Kerajaan yang sedang datang, dipertentangkan dengan para Rabbi yang memusatkan perhatian pada Taurat & aplikasinya. 3. Perumpamaan berbeda dari Fabel (sepele & fantastik), Mitos (ciptaan cerita rakyat yang populer), Allegori (yang menemukan banyak poin di dalam sebuah narasi), di mana Perumpamaan hanya memiliki SATU POIN SENTRAL; semua unsur yang lain hanyalah tambahan & tunduk di bawah SATU POIN TERSEBUT. 4. Perumpamaan bersifat mendidik dengan maksud utama untuk mengajar murid yang responsif (bandingkan dengan Matius 13:11-17, Markus 4:10- 12, Lukas 8:8-10). Dan maksud kedua adalah untuk menyembunyikan kebenaran dari mereka yang acuh tak acuh, serta membantu di dalam mengeraskan hati mereka (misalnya Yesaya 6). Oleh karena itu, tujuan Perumpamaan bukanlah pendorong intelektual seseorang, melainkan memimpin kepada perhatian moral seseorang. Perumpamaan itu bagaikan sebuah anak panah yang meluncur ke jantung manusia, inti kehidupannya, tempat kehendak & kasih sayangnya. 5. Sifat eskatologis dari Perumpamaan Yesus: Perumpamaan-Nya membawa para pendengar kepada gagasan kekuasaan Allah yang tidak tergoyahkan dan tujuan penebusan di dunia ini.  Empat Unsur Di Dalam Perumpamaan 1. Kejadian yang umum, lazim, dan ada di dalam kehidupan sehari-hari/konkret, sehingga perumpamaan menjadi sarana pengajaran yang sangat baik. 2. Pelajaran spiritual di balik unsur-unsur alami, kebenaran teologis perumpamaan bermaksud untuk mengajar.



56



3. Hubungan analogis antara unsur alami & spiritual. Misalnya Garam: - Unsur Alami: yang selalu dibutuhkan. - Unsur Spiritual: Orang Kristen yang selalu dibutuhkan kehadirannya. 4. Perumpamaan selalu mempunyai dua tahap arti, alami & spiritual; mereka membutuhkan penafsiran sedemikian untuk menghindari terlalu banyak dari yang dimaksudkan oleh perumpamaan itu. b.



PRINSIP-PRINSIP DASAR UNTUK PENAFSIRAN PERUMPAMAAN Perumpamaan ditujukan kepada pendengar khusus, sehingga tidak mudah untuk ditafsirkan, khususnya ketika konteks lingkungannya bukanlah masa kini. Meskipun sifatnya tampak sederhana, penafsirannya sangat kompleks bila kita tidak mengikuti jalan yang benar. Berikut di bawah ini diberikan petunjuk- petunjuk yang disarankan oleh Ramm di dalam penafsiran Perumpamaan Alkitab  Prinsip Perspektif (Teologi): memahami secara memadai hubungan antara perumpamaan dengan Kristologi & Kerajaan Allah. 1. Perumpamaan Yesus mengandung lebih daripada pengajaran mashal rabbinik (penekanan pada moral atau spiritual), bersifat pewahyuan, mengajarkan tentang Kerajaan-Nya & diri-Nya sendiri. 2. Yesus memberitakan Injil Kerajaan di dalam mengumumkan Kerajaan Allah ada di tangan. Gagasan Kerajaan telah datang, kerajaan itu diaktualisasikan (Lukas 17:20-21) dan berlanjut sampai sekarang. Oleh karena itu, perumpamaan juga mengandung corak nubuat tentang Kerajaan Allah, panen eskatologis pada akhir jaman.  Prinsip Kebudayaan (Background): di dalam menafsirkan perumpamaan, unsur kebudayaan yang terdapat di dalamnya tidak dapat diabaikan. Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan akan banyak membantu bagi kita untuk memahami arti sebenarnya dari perumpamaan tersebut.  Prinsip Eksegetikal (Penguraian) : 1. Menetapkan SATU PUSAT KEBENARAN di dalam sebuah perumpamaan. Detail-detail di dalam perumpamaan tidaklah dimaksudkan untuk memiliki makna tersendiri, mereka bukanlah seperti allegori. 2. Pastikan berapa banyak Tuhan sendiri telah menafsirkan perumpamaan yang Ia sampaikan, misalnya Matius 13:3-8, 18-23, di mana kita memiliki perkataan tertentu dari Kristus berkenaan dengan makna perumpamaan tersebut. Tafsiran yang diberikan oleh Alkitab atau Tuhan Yesus sendiri merupakan tafsiran langsung, akurat, dapat dipertanggung jawabkan secara hermeneutika, dan tidak dapat diganggu gugat. Jadi kita tidak perlu bersusah-payah menafsirkan dengan arti lain. 57



3. Perhatikan tanda-tanda petunjuk di dalam konteks berkenaan dengan makna perumpamaan. Misalnya Lukas 15:2 adalah tanda petunjuk untuk menafsirkan tiga perumpamaan yang mengikutinya (Domba, Dirham, dan Anak yang hilang); Lukas 14:25 dan seterusnya adalah perumpamaan tentang pelayanan Kristiani, bukan tentang keselamatan; Lukas 16:14 mengenai bendahara yang tidak jujur. 4. Perbandingkanlah dengan Perjanjian Lama Dalam menafsirkan perumpamaan, hendaklah kita memperhatikan apakah perumpamaan tersebut disinggung di dalam Perjanjian Lama. Bila ada, maka perlu menyelidiki dan memperbandingkannya, sebab dengan berbuat demikian akan membawa kita lebih menghayati jiwa perumpamaan tersebut. Misalnya di Yohanes 3:14, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan peristiwa yang terjadi di Perjanjian Lama (Bilangan 21:4-9) - mengungkapkan kebenaran keselamatan di dalam Yesus - tatkala manusia memandang & meninggikan Kristus yang tergantung pada salib, maka mereka tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). 5. Melihat Arti Sebaliknya Ada kalanya perumpamaan tidak dapat ditafsirkan & dipahami secara literal, melainkan secara terbalik. Misalnya di dalam perumpamaan tentang Hakim yang tidak benar, yang dimaksudkan adalah bila hakim yang jahat ini karena takut terus diganggu bersedia membela perkara janda ini, apalagi dengan Allah Bapa yang maha adil, pastilah akan mendengar seruan orang yang memohon kepadaNya (Lukas 18:1-8). Contoh lainnya, di Lukas 16:1-13 Tuhan tidak memuji ketidakjujuran bendaharawan tersebut, melainkan kecerdikan memikirkan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan.  Prinsip Doktrinal Dalam penafsiran, hendaklah tafsiran kita ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya. Dengan kata lain, tafsiran kita harus sesuai dengan arti yang sebenarnya, tanpa terlebih dahulu memasukkan kehendak atau konsep pemikiran yang sudah ada pada kita. Sebab itu, perlulah dalam menafsirkan perumpamaan menggunakan pikiran yang bersih, jujur, dan terlepas dari pandangan teologis, prasangka yang ada pada kita. Kita perlu memohon bimbingan Roh Kudus untuk membawa kita kepada arti yang sebenarnya dan yang dimaksudkan oleh Alkitab. c.



Contoh Penafsiran Perumpamaan: Orang Samaria Yang Murah Hati (Lukas 10:25-37)7 Banyak orang menafsirkan perumpamaan ini secara alegoris. Misalnya Origenes menafsirkan bahwa orang yang jatuh ke tangan para penyamun adalah Adam; Yerusalem adalah Surga. Yerikho adalah dunia; para penyamun adalah iblis dan para pengikutnya; yang dimaksudkan dengan imam adalah Hukum dan orang



7



Paulus D.H. Daun & Lucia S.K. Daun, Hermeniutika Perumpamaan Yesus (Yogyakarta: Yayasan ANDI), 1988, 49-51.



58



Lewi adalah para nabi; Orang Samaria yang murah hati adalah Yesus Kristus; keledai adalah tubuh Kristus yang menanggung Adam yang jatuh; rumah penginapan adalah gereja; dua dinar menunjukkan Allah Bapa dan Allah Anak; janji yang diberikan orang Samaria untuk kembali lagi menunjukkan pada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Sedangkan Agustinus menafsirkan sedikit lain sebagai berikut: keadaan orang yang dirampok melambangkan keadaan orang yang telah jatuh dalam dosa; keadaannya yang parah karena penganiayaan menunjukkan kemiskinan pengetahuan orang berdosa terhadap Allah; orang Samaria membalut luka-luka melambangkan karya Kristus untuk mengekang dosa; minyak dan anggur adalah penghiburan, pengharapan dan nasehat dari pelayanan rohani; pemilik penginapan adalah Paulus dan dua dinar adalah dua hukum kasih.8 Tafsiran yang bersifat alegoris dari dua tokoh gereja di atas, ditinjau secara Hermeneutik tidak dapat dibenarkan! Bagaimana seharusnya kita menafsirkan perumpamaan ini? Dalam prinsip Kebudayaan, Tuhan Yesus mempergunakan kebudayaan yang telah dikenal pada waktu itu sebagai latar belakang dari perumpamaan ini (kebudayaanYahudi). Peristiwa yang diceritakan dalam perumpamaan ini, baik secara geografis, suasana, situasi masyarakat pada waktu itu adalah hal biasa dan diketahui umum. Tuhan Yesus mempergunakan orang Samaria sebagai lakon utama dalam perumpamaan ini, yang mempunyai latar belakang tertentu. Dalam kenyataan antara orang Yahudi dan orang Samaria pada waktu itu saling bermusuhan (bandingkan dengan Lukas 9:51-56, Yohanes 4:9, 8:48). Di pandangan orang Yahudi, orang Samaria adalah suku yang hina-dina dan berdosa, dan menganggap diri sendiri sebagai orang benar dan suci. Dengan perumpamaan ini yang mempunyai latar belakang umum dan diketahui umum pula, Tuhan Yesus mau menyadarkan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang selalu membenarkan diri. Untuk mengetahui maksud & tujuan Tuhan memberikan perumpamaan ini dan sekaligus menunjukkan hakekat perumpamaan ini, maka perlulah kita mencari inti yang menjadi latar belakang perumpamaan ini. Bila kita perhatikan secara teliti, perumpamaan ini diberikan karena Tuhan Yesus mendapat pertanyaan dari seorang ahli Taurat, yang mempunyai motivasi mencobai Tuhan Yesus. Pertanyaan pertama yang diajukan adalah tentang masalah dengan cara apa seseorang memperoleh hidup yang kekal. Dengan bijaksana Tuhan menjawab melalui si penanya. Memang dasarnya si penanya bermaksud untuk mencobai dan membenarkan diri, maka dilanjutkan dengan pertanyaan, “Siapakah Sesamaku Manusia ?”. Inilah inti & juga menjadi latar belakang sehingga Tuhan memberikan perumpamaan Orang Samaria yang murah hati. Tuhan Yesus dalam perumpamaan berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya Sesama Manusia itu. Bagi orang yang terluka parah Sesama Manusia adalah orang Samaria yang baik hati dan yang bersedia menolong orang, khususnya orang yang dalam penderitaan.



8



A.M. Hunter, Interpreting The Parables (Philadelphia: The Westminster Press), 1960, 7,9.



59



Sebagaimana telah dikemukakan di dalam prinsip eksegetikal bahwa setelah kita menemukan inti atau pusat kebenarannya, maka yang lainnya hanya merupakan bahanbahan pelengkap dalam rangka mengungkapkan kebenaran itu. Bahwa bersama & menjadi sesama bagi orang lain berarti menunjukkan sifat radikal dari kasih agape; kasih yang sungsang itu.9 Kasih agape itu disebut sungsang, sebab: [1] Agape tidak pilih kasih Mengasihi tanpa pilih kasih, melampaui kewajiban semata-mata. Pelaksana agape tidak menarik garis tanggung jawab dan menolak orang lain. Jawaban Tuhan Yesus kepada sang ahli Taurat jelas. Bila musuh sekali pun didefinisikan sebagai sesama, maka jelas tidak ada seorang pun yang tidak layak mendapatkan kasih agape. Cerita tersebut mendefinisikan bahwa setiap orang, bahkan musuh kita, adalah sesama kita. Pengertian sesamaku dalam Kerajaan Allah mencakup semua orang. Perbedaan antara musuh dan sahabat menjadi larut, sebab setiap orang adalah sesama kita. Kita memperlakukan setiap orang sebagai sesama kita, bahkan mereka yang kepadanya kita tidak mempunyai kewajiban untuk bertindak ramah, bahkan juga musuh-musuh yang sesungguhnya patut kita benci. Kasih agape menjawab kepada manusia, bukan kepada kategori-kategori sosial. Tuhan Yesus menjungkirbalikkan segala sesuatu dengan bertanya kepada sang ahli Taurat, singkatnya, “Apakah saudara berperilaku sebagai sesama bagi orang lain?” [2] Agape itu berani Kebiasaan agamawi tidak menghalanginya. Agape membatalkan norma- norma sosial yang dapat bersikap tidak peduli. Berbeda dengan imam yang merasa takut bila bayangannya menyentuh mayat, agape menghargai manusia lebih daripada tradisi-tradisi agamawi. Agape menembus rintangan-rintangan sosial yang menyembunyikan manusia di penjara, rumah sakit, pusat perawatan pecandu obat bius, dan segala jenis ghetto. [3] Agape merepotkan Imam dan orang Lewi melihat tetapi lewat saja pada sisi yang lain. Orang Samaria mempunyai belas kasihan lalu turun dari keledainya. Ia mengangkat si korban ke atas keledainya dan berjalan di sampingnya. Memang merepotkan turun dari keledai yang membawa kita ke tempat-tempat yang menyenangkan dan aman. [4] Agape mengandung resiko Seluruh adegan ini mungkin hanya rekayasa. Mungkin para penyamun itu sedang bersembunyi di sekitar tempat itu untuk menghantam siapa pun yang datang memberikan pertolongan. Setelah memberikan pertolongan, orang Samaria itu berjalan dan tidak menunggangi keledainya sehingga ia mudah diserang komplotan bersenjata.



9



Donald B. Kraybill, Kerajaan Yang Sungsang (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1993, 173-178.



60



[5] Agape menghabiskan waktu Jadwal perdagangan orang Samaria itu terganggu. Berhenti lalu membalut luka si korban, berjalan di samping keledainya, singgah di losmen, tentu saja membuat perjalanannya terlambat. [6] Agape itu mahal Si orang Samaria membayar kepada pemilik losmen ongkos sewa kamar selama 24 hari dan memberikan sehelai cek blangko untuk pengeluaran tambahan. Sekiranya seorang Yahudi yang menolong sesamanya Yahudi, maka pengadilan mungkin akan membayar mengembalikan uang itu kepada si penolong. Akan tetapi, pengadilan Yahudi tidak akan pernah membayar kembali kepada seorang Samaria. Orang Samaria itu dengan bebas memberikan pertolongan tanpa mengharapkan balasan. Justru inilah yang Tuhan Yesus perintahkan dalam ajaran-Nya yang resmi (Lukas 6:35). [7] Agape itu mengacaukan status sosial Apa yang terjadi ketika terdengar berita di kampung halaman si Orang Samaria, bahwa ia telah menolong seorang Yahudi? Ia tentu dianggap sebagai pengkhianat terhadap perjuangan bangsa Samaria. Nama baiknya dan status sosialnya ternodai. Kemungkinan ia diejek oleh bangsanya sendiri. Perumpamaan Orang Samaria Yang Murah Hati ini menjelaskan dengan tuntas hakekat agape, yang ditunjukkan oleh seseorang yang menjadi sesama bagi orang lain. Agape sungguh berani dan agresif. Agape lebih daripada sekedar rasa hangat yang mengawang. Lebih daripada sikap baik terhadap orang lain. Agape tidak berhenti pada senyuman manis. Kasih agape ini agresif. Mahal, secara sosial maupun ekonomi. Hal-hal atau bahan-bahan pelengkap tersebut di atas, tidak dapat ditafsirkan dengan maksud lain. Sebab itu, Yerusalem, Yerikho, rumah penginapan, dua dinar, dan lainlain yang merupakan unsur penunjang, janganlah ditafsirkan sebagai lambang ini atau itu. Bila kita tetap melakukan, bukan saja secara Hermeneutika tidak dapat dipertanggung jawabkan, bahkan peluang yang menjurus kepada penafsiran yang salah sangat besar sekali! 5. PENAFSIRAN SYAIR a.



Pendahuluan Syair adalah semacam gaya tulisan yang mengambil bagian sebanyak sepertiga hanya di Perjanjian Lama saja. Di luar dugaan umum, syair bukan saja terdapat dalam kitab-kitab syair (Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung), melainkan juga terdapat di kitab-kitab lain di Perjanjian Lama (hanya 7 kitab Perjanjian Lama yang tidak terdapat syair, yakni Imamat, Rut, Ezra, Nehemia, Ester, Hagai, dan Maleakhi) maupun Perjanjian Baru (biasanya syair di Perjanjian Baru merupakan nyanyian & pujian yang tidak terlalu panjang, misalnya: Lukas 1:46-55, 68-69, 2:14,29-32, Kisah Para Rasul 17:28, Titus 1:12, Epesus 5:14, Filipi 2:8-11, 1 Timotius 3:16, 2 Timotius 2:11-13, Wahyu 4:8, 5:9-10,12-13, 7:15-17). 61



Syair di dalam Alkitab sebenarnya adalah suatu pokok yang luas, yang dapat dibagi dalam bahasa Ibrani dan Yunani, yang berlatar belakang cukup berbeda dan rumit. Ditambah lagi jangka waktu yang begitu panjang dan data yang begitu banyak terlibat hanya dalam syair Ibrani saja. Maka lebih bijaksana dan praktis bila pembahasan kita di sini hanya terbatas pada syair Perjanjian Lama saja.  Sifat Umum dari Syair Ibrani 1. Makna & bentuk: Semantik & keindahan Paralellisme. 2. Lirik & Didaktik: emosi, pengalaman rohani, dan ekspresi diarahkan ke hati (untuk menyampaikan makna yang lebih luas, berisi emosi bukan logika). Misalnya Hosea 4:17, 7:8,11, 10:11, 11:3, 12:2. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu pesan syair ditentukan oleh bentuknya.  Sifat Khusus dari Corak di dalam Syair Ibrani 1. Paralellisme & pasangan-pasangan kata yang sejajar (pasangan- pasangan kata-kata yang searti). a. Sifat Paralellisme (Kesejajaran Makna) Khusus: No Jenis Parallelisme 1. Synonymous Paralellism 2. Antithetic Paralelism 3. Synthetic Paralellism 4. 5.



Pemahaman Pengulangan Ide yang sama Kesamaan Makna melalui Kontradiksi Pengembangan Idee



Climatic Paralellism Model Tangga/Puncak Lambang/Figuratif Parabolic Paralellism



Contoh Ayub 3:5,20, 4:17 Mazmur 24:1. Mazmur 1:6, Amsal 11:24. Mazmur 24:9, Amsal 10:24, 16:4 Mazmur 95:1-3 Mazmur 42:2, Amsal 25:11,25.



b. Pasangan-pasangan kata yang sejajar Contoh pasangan-pasangan kata yang sejajar & baku adalah: Kepala Tanah, negeri Tangan Musuh Ribu Dengar Yakub Perak Emas Suara



-



Tempurung kepala Debu, tanah Tangan kanan Seteru, lawan Sepuluh ribu Perhatikan Israel Emas Emas murni Ucapan 62



(Mazmur 68:22) (Yesaya 34:7,9) (Mazmur 21:9) (Mazmur 81:15) (Mazmur 91:7)



Karunia Manusia Anggur Melayani Membentuk Orang-orang Menetap Menghitung



-



Pemberian Anak manusia (T/J) Minuman keras Menyembah Menciptakan, membuat Bangsa Tinggal Membilang



2. Tidak adanya pemakaian beberapa ciri gramatikal, seperti kata sandang, kata penunjuk obyek, awalan penghubung, relative pronoun, dan WawConsecutive dari kata kerja. Hal ini akan membantu kita untuk mengidentifikasi apa tulisan itu syair atau prosa, sebelum melakukan eksegesis. b.



Sifat Syair Alkitab  Seperti semua syair, pada umumnya syair memberikan ungkapan dari pengalamannya yang paling dalam, emosi, sukacita & dukacita, pengharapan & rasa takut, pengharapan & kekecewaan yang pahit, keyakinan & pengakuan yang berterima kasih, dan sebagainya. Di dalam mengekspresikan perasaannya yang paling dalam, ia sebenarnya sedang berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada orang-orang lain (seluruh umat Allah di dunia telah diwakilinya).  Sifat Pewahyuan dari Literatur Syair Sekalipun lirik syair berisi banyak unsur yang bersifat pribadi, seorang penafsir tidak boleh mengambil unsur tertentu keluar dari konteksnya. Bila tidak, maka karakter yang diwakilinya dengan solidaritasnya tidak akan berhubungan dengan umat manusia secara keseluruhan, yang olehnya syair itu merasakan getaran kehidupan komunal. Lirik adalah suatu ekspresi jiwa manusia pada umumnya di dalam konfrontasinya dengan kenyataan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, di dalam penafsiran Syair, kita harus ingat bahwa Syair bersifat universal, dan melampaui pribadi & sejarah. Dalam hal ini, syair mewakili komunitas umat Allah di dalam ekspresinya, karena itu nyanyian- nyanyian mereka adalah juga nyanyian-nyanyian gereja, yang menemukan dorongan utama di dalam Allah. Di dalam makna inilah, sifat inspirasi Ilahi dari Syair Alkitab diteguhkan.



c.



PRINSIP-PRINSIP UNTUK PENAFSIRAN SYAIR ALKITAB  Ketika ada peristiwa sejarah untuk penyusunan sebuah syair, peristiwa sebaiknya dipelajari secara cermat. Misalnya Mazmur 3,32,51,63.  Perhatikan sifat subyektif dari syair, perhatian harus dilakukan dengan mempelajari karakter syair dan kerangka pikir di mana menyusun nyanyiannya.



63



 Dengan sudut pandang bahwa syair bukan semata-mata bersifat pribadi, namun sebagian besar bersifat komunal, mereka harus dihargai sebagai pengutaraan dari hati yang telah diperbaharui, dari kehidupan yang telah dilahirkan dari Allah, dan penafsir tidak berpuas diri sampai ia memahami bahwa mereka juga menyatakan kehendak Allah.  Untuk Mazmur Mesianis, mereka bersifat nubuat, semua prinsip untuk penafsiran nubuat sebaiknya diterapkan.  Untuk Mazmur-mazmur Kutukan, penafsir harus memperhatikan pokok- pokok berikut di bawah ini: (1) Di dalam penafsiran tulisan syair, kita sebaiknya tidak mengambil deskripsi ditujukan kepada seseorang, di dalam kenyataan mereka ditujukan kepada dosa sebagai gantinya. (2) Mereka mewakili keinginan para penulis untuk pembalasan dari Allah yang benar dan kudus. Mereka tidak mengutarakan keinginan untuk balas dendam secara pribadi, melainkan ketidaksukaan umat Allah terhadap dosa, yang diwujudkan di dalam orang-orang berdosa. (3) Pada saat yang sama, mereka adalah penyataan sikap Allah terhadap orangorang yang memusuhi-Nya dan kerajaan-Nya. d.



Contoh Penafsiran Syair : Anak yang Bijaksana (Amsal 10:1) Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya. Jenis Paralellisme yang dipergunakan dalam nats tersebut adalah Paralellisme Kontradiksi (Antithetic Paralellism), di mana baris kedua mengungkapkan gagasan yang sama namun dalam bentuk yang bertentangan/berlawanan. Hal ini memang sering terdapat dalam kitab Mazmur dan Amsal. Nats tersebut di atas disusun sebagai berikut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan berbunyi sebagai berikut: Anak bijak mendatangkan-sukacita-ayah ( a ) ( b ) Anak bebal kedukaan-ibunya (a ) (b) (c)



(c)



Dalam Amsal 10:1 ini, bagian pertama adalah kata benda dan kata sifat (Anakbijak), sedangkan baris sejajarnya bertentangan (Anak-bebal). Kata kerjanya juga berlawanan (mendatangkan-sukacita & kedukaan).



64



Kata Bapa dan Ibu (yang kontradiktif) dapat diterjemahkan sebagai Orang tua. Dengan demikian, makna dari Amsal 10:1 tersebut adalah : “Anak yang bijak membuat orang tuanya bahagia, sedangkan anak yang bebal membuat mereka sedih”. PENUTUP Sebagai penutup, perlu disampaikan peringatan-peringatan akhir, yakni: a. Perlunya perhatian penafsir terhadap konteks yang ada. b. Perlunya menguji ulang maksud penafsir. c. Mengikutsertakan secara berkesinambungan di dalam dialog yang sehat dengan sejarah & kekinian. d. Menjaga ketegasan namun dengan pikiran terbuka & rendah hati.



65



Lampiran 01. TINDAKAN SIMBOLIS



Tindaka n Mengurapi



Makna Perlengkapan Ilahi dari Roh Kudus untuk pelayanan



Perjamuan



Pesta, waktu perayaan



Terjaga



Kesiapsediaan, mengamat-amati, perhatian



Memandikan



Pembersihan, pemurnian, penyaringan



Meniupkan nafas



Impartasi kehidupan



Penyunatan



Memotong kehidupan daging



Bertepuk tangan



Kegembiraan, kemenangan



Menari Perzinahan



Kesukaan, sukacita besar



Mengangkat tangan



Mencemarkan dengan cinta yang lain, penyembahan berhala Mengambil sumpah, pujian, penyerahan diri



Menikah



Penyatuan, dua menjadi satu



Berlari



Semangat di dalam perlombaan kehidupan



Dudu



Pekerjaan yang sudah selesai



k



Istirahat, penyegaran, ketidakacuhan rohani.



Tidur Berdiri



Kejujuran, ketulusan, ketegasan



Berkeringat



Pekerjaan dan aktivitas manusia



Berjalan



Kemajuan, meningkat, gerakan ke depan



66



Lampiran 02.



Warna-warna Dalam Alkitab Warna-warna jarang disebut dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru. Tampaknya orang Ibrani tidak tertarik pada estetika, tidak seperti orang Yunani di Atena, dan bahasan tentang warna tidak cukup untuk mengungkapkannya. Namun demikian, warna biru, dan warna ungu yang berasal pada kerang-kerangan (siput), dimengerti, dan kata ini tampak dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 16:14-15, 40 Kata dan ungkapan Alkitab untuk menunjukkan warna tidak menggunakan sejumlah istilah yang persis sama dengan istilah yang terdapat dalam bagan warna modern. Para penulis Alkitab menyampaikan gagasan tentang warna dengan bantuan pokok yang sedang dibahas, atau dengan membandingkan obyek yang asing dengan sesuatu yang dikenal dengan baik (Keluaran 16:31; Wahyu 1:14). Penampilan barang-barang yang umum seperti darah, salju, burung tertentu, api, batu berharga, dan sebagainya, digunakan sebagai petunjuk warna (2 Raja-raja 3:22; Mazmur 51:7; Kidung Agung 5:11; Matius 16:2, 3; Wahyu 9:17). Warna juga digunakan dalam arti kiasan, dan gagasan yang sudah jelas kadang-kadang dikaitkan dengan warna yang spesifik. Pewarnaan. Seni memberi warna dan gradasi tertentu pada benang, kain, dan bahan-bahan lain dengan menggunakan zat pewarna sudah dikenal dan dipraktekkan sebelum jaman Abraham dan mungkin setua seni menenun. Orang Israel menggunakan bahan-bahan seperti benang biru, bahan berwarna kirmizi, dan wol yang diwarnai ungu untuk Tabernakel dan pakaian imam (Keluaran 25-28, 35, 38, 39). Pewarnaan, yang pada masa awal lebih merupakan pekerjaan rumah tangga, pada akhirnya menjadi usaha komersial di berbagai tempat. Orang Mesir masa awal terkenal karena memiliki bahan-bahan yang dicelup dengan warna yang luar biasa cemerlang (Yehezkiel 27:7), dan setelah Mesir mengalami kemunduran, Tirus dan kota-kota lainnya di Fenisia mulai menjadi pusat bahan pewarna yang penting. Pada jaman dahulu, proses pewarnaan berbeda-beda di setiap tempat. Kadang-kadang benang diwarnai, sedangkan pada kasus-kasus lain pewarna dibubuhkan pada bahan jadi. Tampaknya, benang dicelupkan dua kali ke dalam pewarna. Setelah diangkat dari tong untuk kedua kalinya, benang diperas supaya pewarna yang berharga itu dapat bertahan lama. Kemudian, benang dihamparkan agar kering. Setiap bahan harus ditangani dengan cara yang berbeda. Adakalanya, meskipun jarang, zat pewarna memiliki afinitas alami dengan serat yang dicelup. Tetapi jika halnya tidak demikian, bahan itu pertama-tama perlu diberi mordan, zat pengikat serat maupun pewarna. Agar dapat berfungsi sebagai mordan, suatu senyawa setidaknya harus dapat mengikat pewarna, sehingga kedua-duanya akan bercampur membentuk senyawa warna yang tidak larut. Temuan-temuan memperlihatkan bahwa orang Mesir menggunakan mordan dalam proses pewarnaan. Misalnya, merah, kuning, dan biru adalah tiga warna yang mereka gunakan, dan konon pewarna tersebut tidak dapat menyatu tanpa menggunakan oksida arsenik, besi, dan timah sebagai mordan.



Tampaknya, kulit binatang mula-mula disamak dan kemudian diwarnai. Bahkan pada masa- masa belakangan di Siria, kulit domba jantan disamak lalu diwarnai. Setelah pewarna mengering, kulit binatang digosok dengan minyak dan kemudian dipoles. Begitulah caranya sepatu dan barangbarang lain dari kulit yang dikenakan oleh orang Badui diwarnai merah. Hal itu dapat mengingatkan kita kepada kulit domba jantan yang diwarnai merah (Ibrani:



ָ ‫דא ַם‬



- 'ADAM) yang digunakan untuk Tabernakel (Keluaran 25:5).



Sehubungan dengan bahan-bahan yang diwarnai, yang menarik adalah inskripsi Raja Tiglatpileser III dari Asiria pada sebuah bangunan. Setelah mengisahkan kampanye-kampanye militernya melawan Palestina dan Siria, ia menyatakan bahwa ia menerima upeti dari seseorang bernama Hiram dari Tirus dan penguasa-penguasa lain. Barang-barang yang disebutkan antara lain pakaian linen dengan hiasan beraneka warna, wol yang diwarnai biru, wol yang diwarnai ungu, . . . dan juga kulit anak domba yang sudah dibentangkan serta diwarnai ungu, (dan) sayap burung liar yang direntangkan serta diwarnai biru (J. Pritchard, ED., Ancient Near Eastern Texts, 1974, p. 282, 283). Sumber-sumber warna: Bahan-bahan pewarna ini diperoleh dari berbagai sumber. Di Palestina, pewarna kuning diperoleh dari daun-daun badam dan kulit delima yang sudah digiling, meskipun orang Fenisia juga menggunakan kunyit/ Saffron dan kasumba. Orang Ibrani dapat memperoleh pewarna hitam dari kulit kayu pohon delima dan pewarna merah dari akar tanaman lidah ayam (Rubia tinctorum). Tarum (Indigofera tinctoria) yang mungkin dibawa masuk ke Palestina dari Mesir atau Siria dapat digunakan untuk pewarna biru. Dalam salah satu metode yang digunakan untuk menghasilkan gradasi warna ungu pada wol, wol antara lain direndam dalam sari buah anggur semalaman dan ditaburi dengan bubuk lidah ayam. Sumber warna/ pigmen yang unik yang sangat berharga misalnya, dari cacing kirmizi menghasilkan warna kirmizi. Sumber warna biru dari makhluk moluska jenis Janthina janthina, juga warna ungu berasal dari moluska jenis Bolinus brandaris dan Thais haemastoma atau yang disebut dengan murex yang banyak ditemukan di laut Mediterania. Dikenal pula bahan herbal untuk kecantikan yang digunakan untuk cat rambut dan ornamen tangan, yaitu bunga pacar/ henna yang berwarna hitam/ kehitaman. Daftar Warna-warna yang terdapat dalam Alkitab: 1. Putih 2. Biru 3. Ungu 4. Merah Kirmizi / Scarlet 5. Merah/ Merah Padam 6. Coklat 7. Hijau 8. Hitam 9. Kuning 10. Abu-abu 11. Warna campuran



PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN YESUS DALAM URUTAN KRONOLOGIS PERUMPAMAAN MATIUS MARKUS LUKAS 1 Secarik kain baru pada baju yang tua 9:16 2:21 5:36 2 Anggur baru di dalam kirbat yang lama 9:17 2:22 5:37-38 3 Pelita di atas kaki dian (lihat juga 6) 5:14-15 4 Pembangun bijaksana dan bodoh 7:24-27 6:47-49 5 Dua orang yang berhutang 7:41-43 6 Pelita di atas kaki dian (kedua kali, lihat 3) 4:21-22 8:16, 11:33 7 Orang kaya yang bodoh 12:16-21 8 Hamba harus tetap berjaga-jaga (lihat juga 12:35-40 9 Hamba yang bijaksana dan bodoh (lihat 42) 12:42-48 10 Pohon Ara yang tidak berbuah 13:6-9 11 Penabur dan 4 macam tanah 13:3-8, 18-23 4:3-8, 14-20 8:5-8, 1112 Ilalang di antara gandum (Kerajaan Surga) 13:24-30, 3613 Benih yang bertumbuh (Kerajaan Surga) 4:26-29 14 Biji Sesawi (Kerajaan Surga) 13:31-32 4:30-32 13:18-19 15 Ragi (Kerajaan Surga) 13:33 13:20-21 16 Harta Terpendam (Kerajaan Surga) 13:44 17 Mutiara yang berharga (Kerajaan Surga) 13:45-46 18 Pukat (Kerajaan Surga) 13:47-50 19 Pemilik rumah (Kerajaan Surga) 13:52 20 Domba yang hilang (anak-anak, lihat juga 18:12-14 29) 21 Domba, pintu, dan gembala (Yohanes 10:1-5, 7-18) 22 Tuan dan hambanya 17:7-10 23 Hamba yang tak berbelas kasih (Kerajaan) 18:23-34 24 Orang Samaria yang Baik Hati 10:30-37 25 Sahabat Sejati 11:5-8 26 Kursi terendah di pesta 14:7-14 27 Undangan untuk perjamuan besar 14:16-24 28 Harga pemuridan 14:28-33 29 Domba yang hilang (orang berdosa, lihat 20) 15:4-7 30 Mata Uang yang Hilang 15:8-10 31 Anak yang Hilang 15:11-32 32 Bendahara yang tidak jujur 16:1-8 33 Orang Kaya dan Lazarus 16:19-31 34 Pekerja-pekerja kebun anggur 20:1-16 35 Janda yang gigih dan hakim tidak jujur 18:2-8 36 Farisi dan Pemungut Cukai 18:10-14 37 Mina (lihat juga 45) 19:12-27 38 Dua orang putera 21:28-32



39 40 41 42 43 44 45 46



Para penggarap kebun anggur Undangan untuk perjamuan pernikahan Pohon Ara bertunas Hamba yang bijaksana dan bodoh (kedua, 9) Gadis Bijaksana & Gadis Bodoh Hamba harus tetap berjaga-jaga (kedua, 8) Talenta (lihat juga 37) Domba dan kambing akan dipisahkan



21:33-44 22:2-14 24:32-35 24:45-51 25:1-13



12:1-11



20:9-18



13:28-29



21:29-31



13:35-37 25:14-30 25:31-46



Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus banyak kita jumpai di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, namun tidak kita temukan di dalam Injil Yohanes. Dalam Injil Matius ada 26 perumpamaan, dalam Injil Markus ada 7 perumpamaan, dan dalam Injil Lukas ada 32 perumpamaan. Tetapi di antara perumpamaan-perumpamaan dalam Injil-Injil itu terdapat perumpamaan-perumpamaan yang sama, yang kita temukan dalam Injil Matius dan Markus dan atau juga Injil Lukas. Walaupun demikian, tetap saja perumpamaan-perumpamaan itu mendominasi kitab-kitab Injil. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa perumpamaan perumpamaan Tuhan Yesus merupakan bagian yang sangat penting dalam Injil (Kabar Gembira). Dari sekian banyak perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan, sebagian telah diterangkan arti dan maksud perumpamaan itu oleh Tuhan sendiri, sebagian dapat dimengerti dengan menyimpulkannya, dan sebagian lagi masih sulit untuk dimengerti. Tuhan Yesus berfirman bahwa perumpamaan-perumpamaan itu menjadi rahasia bagi mereka yang tidak beriman kepada-Nya, namun murid-murid-Nya diberi karunia untuk mengetahui arti perumpamaan-perumpamaan itu (Matius 13:11).