LAPORAN 3 - R. Achmad Nafi' Firdausi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I KARAKTERISTIK DIODA



Nama



: R. Achmad Nafi’ Firdausi



NIM



: 205090801111026



Kelompok



: 09



Tgl. Praktikum



: 1 Mei 2021



Nama Asisten



: Akhmad Ashabil Yamin



LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG



LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN ELEKTRONIKA DASAR I KARAKTERISTIK DIODA



Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________ Pukul



: _____________________________________________________ Korektor



Asisten



...............................



Nama Asisten CO Asisten



Nama Co Asisten Kelas



Catatan: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ____________________________________



Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________ Pukul



: ______________________________________________________



Nilai Sementara



Nilai Akhir



BAB I PENDAHULUAN



1.1 TUJUAN Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar karakteristik dioda saat dibias maju dan dibias mundur dapat dipahami oleh peserta praktikum. Selain itu, karakteristik dari dioda zener daat dibias mundur juga dapat dipahami oleh praktikan. 1.2 DASAR TEORI Dioda merupakan suatu komponen elektronika yang tersusun atas 2 keping pelat sebagai kutub dan memiliki fungsi sebagai penyearah arus listrik. Dioda tersusun atas gabungan dua buah bahan semikonduktor yang diberi penambahan bahan (doping) yang berbeda. Tambahan bahan ini bertujuan untuk mengalirkan arus. Simbol dari dioda dapat dilihat di gambar 1.1 (Ponto, 2018).



Gambar 1.1 Simbol dioda (Ponto, 2018). Dua buah kutub elektroda ini merupakan struktur utama dari dioda, dimana kutubkutub ini menggunakan bahan konduktor yang masing-masingnya terhubung dengan semikonduktor silikon jenis P (positif) yang disebut dengan “anoda” dan jenis N (negatif) yang disebut dengan “katoda.” Anoda yang merupakan elektroda positif disebut anoda silikon jenis P karena memiliki jumlah elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan katoda. Di antara kedua elektroda tersebut dinamakan dengan P-N Junction (Ponto, 2018).



Gambar 1.2 Rangkaian



dioda saat dibias maju



(Malvino & Bates, 2016). Rangkaian 1.2,



dimana



dioda



dioda ini



ditunjukkan pada gambar berada



dalam



keadaan



dibias maju. Karena terminal positif dari baterai bertemu dengan bagian P dari dioda yang sebelumnya melewati resistor terlebih dahulu dan terminal negatif dari baterai terhubung



dengan bagian N dioda. Sehingga, holes dan elektron bebas didorong oleh rangkaian ke arah persimpangan (Malvino & Bates, 2016).



Gambar 1.3 Kurva dioda (Malvino & Bates, 2016). Untuk menentukan apakah suatu dioda berada dalam kondisi dibias maju atau tidak pada rangkaian dioda yang rumit, kita dapat menggunakan teori thevenin untuk menyelesaikannya. Misalkan, dengan cara menyederhanakan rangkaian yang rumit menjadi rangkaian sederhana seperti pada gambar 1.2, sehingga dapat diketahui bahwa dioda sedang dibias maju (Malvino & Bates, 2016). Bias dapat diartikan dengan arus atau tegangan kendali. Bias maju memungkinkan dioda dapat dialiri arus dengan mudah. Terminal negatif sumber tegangan terhubung dengan bagian n pada dioda dan terminal positif sumber tegangan terhubung ke bagian p pada dioda. Sumber tegangan V harus memiliki tegangan yang cukup untuk mengatasi penghalang tegangan internal VB. Sumber tegangan akan menolak elektron-elektron bebas pada bagian n melewati area penipisan dan menuju ke bagian p. Saat elektron-elektron bebas sudah berada di bagian p, elektron tersebut akan jatuh ke holes. Terminal positif dari sumber tegangan akan menarik elektron yang menyebabkan elektron-elektron tersebut bergerak dari satu hole ke hole lainnya. Tiap elektron bebas yang masuk ke bagian n, maka satu elektron akan meninggalkan bagian p (Schultz, 2016).



Gambar 1.4 Pembiasan mundur pada p-n junction (Schultz, 2016). Bias mundur pada p-n junction ditunjukkan pada gambar 1.4. Terminal negatif dari sumber tegangan terhubung dengan tipe p dan terminal positif terhubung ke tipe n yang menyebabkan arus atau pembawa muatan dari kedua bagian ditarik jauh dari junction. Sehingga, lebar zona penipisan semakin melebar. Elektron bebas di tipe n tertarik menjauh dari junction yang disebabkan oleh gaya tarik terminal positif sumber tegangan.



Begitu pula dengan elektron di tipe p yang tertarik karena gaya tarik terminal negatif dari sumber tegangan (Schultz, 2016).



Gambar 1.5 Karakteristik dioda zener mundur (Kishore, 2008). Dioda



zener



merupakan



perangkat



sambungan



p-n,



dimana



mekanisme



kerusakannya didominasi oleh zener. Bias mundur selalu menggunakan dioda zener. Fitur kontruksinya terdiri atas konsentrasi doping yang lebih tinggi pada daerah n dan p dioda jika dibandingkan dengan dioda p-n junction, doping yang tinggi menyebabkan sempitnya daerah penipisan, dan sempitnya daerah penipisan ini menyebabkan intensitas medan listrik menjadi besar, dan mendekati junction. Pada dioda p-n junction normal, kerusakan longsor dapat terjadi jika tegangannya tinggi. Karakteristik dari dioda zener mundur dapat dilihat pada gambar 1.5 (Kishore, 2008).



BAB II METODOLOGI 2.1 PERALATAN PERCOBAAN Alat – alat yang perlu disiapkan pada praktikum kali ini antara lain, 1 buah voltmeter DC, 1 buah amperemeter DC, 1 buah variable power supply, dan 1 buah rangkaian uji power supply 5 V DC. Selain itu, terdapat beberapa komponen yang digunakan pada rangkaian uji, yaitu 1 buah fuse 1 A, 2 buah dioda IN4007, 1 buah dioda zener 6.2 V, 1 buah dioda zener 5 V, 1 buah tahanan 100 Ω, dan 1 buah tahanan 180 Ω. 2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN 2.2.1 Bias Maju Dioda D1



Gambar 2.1 Rangkaian bias maju dioda D1. Langkah pertama yaitu, saklar S1 dihubungkan dan saklar yang lain diputus hubungkan seperti pada gambar 2.1. Kemudian, amperemeter ditempatkan di posisi I1 seperti pada gambar 2.1. Pada amperemeter, mode arus DC dipilih dan dioda yang dilewati arus dapat diketahui nilainya oleh amperemeter. Lalu, terminal voltmeter dihubungkan ke titik A-D dengan ketentuan terminal positif ke titik A dan terminal negatif ke titik D. Mode tegangan DC dipilih dan nilai dari tegangan V AC akan ditunjukkan oleh voltmeter. Setelah itu, variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. Kemudian, terminal voltmeter dipindahkan ke titik C-D dengan ketentuan terminal positif ke titik C dan terminal negatif ke titik D sehingga tegangan dioda dapat ditunjukkan oleh voltmeter. Tegangan dioda (VCD) dan arus di dioda (I1) dicatat. Selain itu, tegangan VAD juga dicatat dengan cara posisi terminal voltmeter ke titik A-D dipindahkan sementara dan setelah itu terminal voltmeter dikembalikan lagi ke titik C-D. Untuk pencatatan, format tabel dibuat sesuai dengan yang ada di buku petunjuk praktikum. Lalu, tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 0.05 V pada tegangan dioda didapatkan. Selanjutnya,



langkah ke 6 diulangi kembali. Kemudian, langkah ke 7 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan dioda sekitar 1 V. 2.2.2 Bias Mundur Dioda D2



Gambar 2.2 Rangkaian bias mundur dioda D2. Langkah pertama, saklar S2 dihubungkan dan saklar yang lain diputus, sehingga didapat rangkaian seperti gambar 2.2. Kemudian, amperemeter ditempatkan di posisi I 1 seperti pada gambar 2.2 dan mode arus DC pada amperemeter dipilih. Sehingga, nilai arus pada dioda akan ditunjukkan oleh amperemeter. Lalu, terminal voltmeter dihubungkan ke titik A-D dengan ketentuan terminal positif ke titik A dan terminal negatif ke titik D. Mode tegangan DC dipilih dan nilai dari tegangan V AC akan ditunjukkan oleh voltmeter. Variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. Kemudian, Terminal voltmeter dipindahkan ke titik C-D dengan ketentuan terminal positif ke titik C dan terminal negatif ke titik D sehingga tegangan dioda dapat ditunjukkan oleh voltmeter. Setelah itu, Tegangan dioda (V CD) dan arus di dioda (I1) dicatat. Selain itu, tegangan VAD juga dicatat dengan cara posisi terminal voltmeter ke titik A-D dipindahkan sementara dan setelah itu terminal voltmeter dikembalikan lagi ke titik C-D. Untuk pencatatan, format tabel dibuat sesuai dengan yang ada di buku petunjuk praktikum. Tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 1 V pada tegangan dioda didapatkan. Selanjutnya, langkah ke 6 diulangi kembali. Langkah ke 7 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan dioda sekitar 15 V. Dengan catatan, pada setiap pembacaan arus, amperemeter dipastikan diatur dengan range yang tepat supaya didapatkan hasil pembacaan yang teliti. 2.2.3 Dioda D3 Sebagai Regulator



Gambar 2.3 Rangkaian dioda D3 saat saklar diputus (kiri) dan dihubungkan (kanan).



Saklar S5 dihubungkan dan saklar yang lain diputus, sehingga didapat rangkaian seperti gambar 2.3. Lalu, terminal voltmeter dihubungkan ke titik A-D dengan ketentuan terminal positif ke titik A dan terminal negatif ke titik D. Mode tegangan DC dipilih dan nilai dari tegangan VAC akan ditunjukkan oleh voltmeter. Mode DC pada amperemeter dipilih. Kemudian, saklar S3 diputus hubungkan supaya rangkaian berubah ke keadaan ranpa regulasi. Setelah itu, variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. VAD, VCD, dan arus I1 dicatat dan untuk pencatatan format tabelnya seperti yang tertera pada buku petunjuk praktikum. Lalu, saklar S3 disambungkan agar rangkaian berubah ke keadaan dengan regulasi. VAD, VCD, arus I1, dan I2 dicatat. Kemudian, tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 1 V pada tegangan VAD. Selanjutnya, langkah ke 4-8 diulangi kembali. Langkah ke 9 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan VAD sekitar 15 V. Dengan catatan, Saat saklar S3 tersambung, arus total akan ditunjukkan oleh I1. Selain itu, pada setiap pembacaan arus, amperemeter dipastikan diatur dengan range yang tepat supaya didapatkan hasil pembacaan yang teliti. 2.2.4 Dioda D4 Sebagai Regulator



Gambar 2.4 Rangkaian dioda D4 saat saklar diputus (kiri) dan dihubungkan (kanan). Saklar S5 dihubungkan dan saklar yang lain diputus, sehingga didapat rangkaian seperti gambar 2.4. Lalu, terminal voltmeter dihubungkan ke titik A-D dengan ketentuan terminal positif ke titik A dan terminal negatif ke titik D. Mode tegangan DC dipilih dan nilai dari tegangan VAC akan ditunjukkan oleh voltmeter. Mode DC pada amperemeter dipilih. Kemudian, saklar S4 diputus hubungkan supaya rangkaian berubah ke keadaan ranpa regulasi. Setelah itu, variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. VAD, VCD, dan arus I1 dicatat dan untuk pencatatan format tabelnya seperti yang tertera pada buku petunjuk praktikum. Lalu, saklar S4 disambungkan agar rangkaian berubah ke keadaan dengan regulasi. VAD, VCD, arus I1, dan I2 dicatat. Kemudian, tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 1 V pada tegangan VAD. Selanjutnya, langkah ke 4-8 diulangi kembali. Langkah ke 9 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan VAD sekitar 15 V. Dengan catatan, Saat saklar S4 tersambung, arus total akan ditunjukkan oleh I1. Selain itu, pada setiap pembacaan



arus, amperemeter dipastikan diatur dengan range yang tepat supaya didapatkan hasil pembacaan yang teliti. 2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN



Gambar 2.5 Voltmeter DC.



Gambar 2.6 Amperemeter DC.



Gambar 2.7 Variable Power Supply.



Gambar 2.8 Rangkaian Uji: power supply 5 V DC.



Gambar 2.9 Fuse 1 A.



Gambar 2.10 Dioda IN4007.



Gambar 2.11 Dioda Zener.



Gambar 2.12 Tahanan.



BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN



3.1 DATA HASIL PERCOBAAN 3.1.1 DIODA 1 VAD (Tegangan) 0,7 0,93 2,1 4,15 7,81 12,84



VCD (Tegangan) 0,5 V 0,62 V 0,7 V 0,75 V 0,8 V 0,85 V



I (Ma) 1,59 2,7 12 30,6 63,6 110



VCD 1,3 2,018 3,035 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



I (Ma) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0



3.1.2 DIODA 2 VAD 1,3 2,02 3,04 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 3.1.3 DIODA 3



VAD 1,05 2,06 3,02 4,05 5,08 6,04 7,05 7,99 9,08 10,08



Tanpa S3 VCD 0,64 2 1,96 2,48 3,29 3,93 4,59 5,2 5,9 6,57



Dengan S3 I (Ma) 3,66 7,1 10,47 14 17,5 20,9 24,4 27,7 31,05 34,9



VAD 1,05 2,05 3,01 4,05 5,06 6,04 7,05 7,99 9,08 10,08



VCD 0,64 1,26 1,8 2,48 3,29 3,93 4,59 5,2 5,9 6,57



I1 3,66 7,1 10,47 14 17,5 20,9 24,4 27,7 31,05 34,9



I2 3,66 7,1 10,47 14 17,5 20,9 24,4 27,7 31,05 34,9



11,1 12,15 13,16 14,07 14,92



7,23 7,92 8,58 9,22 9,73



38,5 42,1 45,72 49,1 51,8



11,1 12,15 13,16 14,07 14,92



7,23 7,92 8,58 9,22 9,73



38,5 42,1 45,72 49,1 51,8



38,5 42,1 45,72 49,1 51,8



3.2 PEMBAHASAN 3.2.1 ANALISIS PROSEDUR 3.2.1.1 FUNGSI ALAT Setiap alat yang digunakan pada praktikum kali ini tentunya terdapat fungsi dan kegunaannya masing-masing. Alat-alat



tersebut



adalah



voltmeter DC yang berfungsi sebagai alat pengukur tegangan atau beda potensial rangkaian elektronika. Amperemeter DC yang berfungsi sebagai alat pengukur kuat arus. Kemudian variable power supply yang digunakan sebagai alat penghasil sumber tegangan dan arus DC (searah) pada rangkaian. Nilai tegangan dan arus yang masuk ke rangkaian juga dapat diatur oleh alat ini sesuai dengan keinginan pengguna. Lalu, rangkaian uji power supply 5 V DC yang berfungsi sebagai media atau tempat disusunnya komponen-komponen elektronika yang terlibat. Selain itu, terdapat beberapa komponen yang digunakan pada rangkaian uji, yaitu 1 buah fuse 1 A yang berfungsi sebagai komponen pembatas arus listrik yang masuk agar komponen lainnya tidak rusak apabila terdapat arus masuk yang berlebihan. Kemudian 2 buah dioda IN4007 digunakan sebagai komponen pengaman dari lonjakan tegangan yang terjadi pada rangkaian, supaya komponenkomponen elektronika yang lain tidak rusak karena lonjakan tersebut. Selain itu, dioda juga dapat berfungsi sebagai penyimpan muatan untuk sementara waktu. 1 buah dioda zener 6.2 V dan 1 buah dioda zener 5 V berfungsi sebagai penyearah arus listrik dan penstabil tegangan. Serta 1 buah tahanan 100 Ω, dan 1 buah tahanan 180 Ω yang berfungsi sebagai penghambat atau pembatas arus listrik pada rangkaian elektonika. 3.2.1.2 FUNGSI PERLAKUAN Sebelum praktikum dilaksanakan, semua alat dan komponen dipastikan sudah siap untuk digunakan. Praktikum kali ini terdiri dari 4 macam percobaan, yaitu bias maju dioda D1, bias mundur dioda D2, dioda D3 sebagai regulator, dan dioda D4 sebagai regulator. Percobaan pertama adalah bias maju pada dioda 1, dimana langkah pertamanya adalah saklar S 1 dihubungkan dan saklar yang lain diputus hubungkan seperti pada gambar



2.1 agar hanya dioda 1 saja yang teraliri oleh listrik karena yang diuji kali ini hanya dioda 1 saja. Lalu, amperemeter ditempatkan di posisi I 1 seperti pada gambar 2.1. Pada amperemeter, mode arus DC dipilih supaya nilai arusnya dapat diketahui karena amperemeter disusun secara seri. Setelah itu, variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. Kemudian, terminal voltmeter dipindahkan ke titik C-D dengan ketentuan terminal positif ke titik C dan terminal negatif ke titik D supaya tegangan pada dioda dapat ditunjukkan oleh voltmeter yang disusun secara paralel. Tegangan dioda (VCD) dan arus di dioda (I1) dicatat agar dapat dipergunakan sebagai data hasil percobaan. Selain itu, tegangan VAD juga dicatat dengan cara posisi terminal voltmeter ke titik A-D dipindahkan sementara dan setelah itu terminal voltmeter dikembalikan lagi ke titik C-D agar tegangan pada titik A-D juga dapat diketahui nilainya. Untuk pencatatan, format tabel dibuat sesuai dengan yang ada di buku petunjuk praktikum agar data-data yang dicatat lebih tertata rapi. Lalu, tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 0.05 V pada tegangan dioda didapatkan agar diperoleh variasi data dan perubahan yang terjadi dapat diamati. Selanjutnya, langkah ke 6 diulangi kembali. Kemudian, langkah ke 7 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan dioda sekitar 1 V agar hasil pengukuran semakin mendekati nilai yang sebenarnya dan makin akurat. Untuk percobaan kedua, dioda 2 dibias mundur dan langkah-langkah beserta tujuan tiap langkahnya kurang lebih sama dengan percobaan pertama. Kemudian pada percobaan ketiga adalah dioda 3 sebagai regulator, dimana langkah pertamanya adalah Saklar S5 dihubungkan dan saklar yang lain diputus agar tahanan kedua dapat teraliri arus listrik, sehingga didapat rangkaian seperti gambar 2.3. Lalu, terminal voltmeter dihubungkan ke titik A-D dengan ketentuan terminal positif ke titik A dan terminal negatif ke titik D. Mode tegangan DC dipilih agar nilai dari tegangan keluaran variable power supply dapat ditunjukkan oleh voltmeter. Mode DC pada amperemeter dipilih karena jenis arus pada rangkaian tersebut adalah arus searah (DC). Kemudian, saklar S3 diputus hubungkan supaya rangkaian berubah ke keadaan tanpa regulasi. Setelah itu, variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran 0 V. Lalu V AD, VCD, dan arus I1 dicatat agar dapat dipergunakan sebagai data hasil percobaan dan untuk pencatatan format tabelnya seperti yang tertera pada



buku petunjuk praktikum supaya data tercatat dengan rapi dan terstruktur. Lalu, saklar S3 disambungkan agar rangkaian berubah ke keadaan dengan regulasi. VAD, VCD, arus I1, dan I2 dicatat agar nilainya dapat diketahui dan dapat dipergunakan sebagai data hasil percobaan. Kemudian, tegangan keluaran variable power supply dinaikkan sehingga peningkatan tegangan sebesar 1 V pada tegangan VAD supaya perubahan nilai tegangan yang terjadi apabila dinaikkan dapat diketahui dan dapat diamati perbedaannya dengan kondisi yang lain. Selanjutnya, langkah ke 4-8 diulangi kembali supaya kesalahan pengukuran dapat diminimalisir. Langkah ke 9 diulangi berkali – kali sampai didapatkan tegangan VAD sekitar 15 V agar dapat diperolehnya variasi dara. Dengan catatan, Saat saklar S3 tersambung, arus total akan ditunjukkan oleh I1. Selain itu, pada setiap pembacaan arus, amperemeter dipastikan diatur dengan range yang tepat supaya didapatkan hasil pembacaan yang teliti. Pada percobaan keempat, dilakukan uji dioda 4 sebagai regulator dan langkah-langkahnya sama dengan percobaan ketiga, hanya saja percobaan keempat saklar 4 dan dioda 4 digunakan. 3.2.2 ANALISIS HASIL



Gambar 3.1 Kurva karakteristik dioda saat dibias maju dan dibias mundur. Dioda tentunya memiliki perilaku yang berbeda ketika dibias maju dengan dibias mundur. Gambar 3.1 menunjukkan kurva dari karakteristik dioda saat dibias maju dan dibias mundur. Kuadran kurva bagian kanan atas atau forward region merupakan keadaan dioda saat dibias maju. Dapat diamati bahwa, arus yang mengalir pada dioda saat dibias maju sangat kecil ketika VF belum mencapai 0,6 V. Setelah itu, arus pada dioda akan meningkat secara drastis. Tegangan cut off atau tegangan penghalang pada dioda jenis silikon adalah sebesar 0,7 V. Untuk semua jenis dioda, tegangan saat dibias maju akan menurun ketika suhu pada dioda ditingkatkan. Tegangan tersebut akan menurun sekitar 2 V untuk setiap derajat celcius suhu yang ditingkatkan. Kemudian pada kuadran kurva bagian kiri bawah



merupakan gambaran keadaan dioda saat dibias mundur. Dapat diamati bahwa, dioda tidak dapat menghantarkan arus hingga ke titik breakdown. Ketika dioda sudah mencapai tegangan breakdown, arus listrik akan meningkat secara drastis. Dioda tidak boleh digunakan ketika tegangannya sudah mencapai daerah breakdown. Mayoritas dioda penyearah memiliki tegangan breakdown sampai dengan 50 Volt. Meskipun begitu, bukan berarti jika melewati batas tegangan breakdown akan merusak dioda. Selama arus dan tegangan baliknya tidak melebihi batas kemampuan dioda, tentunya akan aman-aman saja. Peran dioda zener pada rangkaian uji kali ini adalah sebagai regulator atau penstabil tegangan. Dioda zener akan melewatkan arus yang kecil melewati dioda dari power supply, melalui resistor pembatas arus yang sesuai, maka dioda zener akan mengalirkan arus yang cukup untuk mempertahankan penurunan beda potensial (VOUT). Komponen ini disebut sebagai regulator karena dapat melewatkan suatu tegangan dengan nilai yang tetap walaupun tegangan catu yang diberikan besar. Dioda zener akan bertindak sebagai kortsleting (hubungan singkat) saat tegangan pada dioda sudah mencapai tegangan breakdown. Cara kerja dioda dapat dibagi menjadi tiga kondisi, yaitu kondisi saat diberi tegangan positif (bias maju), tegangan negatif (bias mundur), dan kondisi tanpa tegangan (unbiased). Pada kondisi tanpa tegangan akan timbul suatu pembatasan medan listrik pada area p-n junction yang diawali dengan adanya proses difusi atau bergeraknya muatan elektron dari anoda ke katoda. Muatan ini akan menetap di sisi p yang disebut dengan hole. Pada kondisi bias maju anoda dihubungkan ke terminal positif sumber tegangan dan katoda dihubungkan ke terminal negatif. Karena terdapat tegangan, ion-ion positif akan tertarik ke sisi katoda (kutub negatif) dan ion-ion negatif akan tertarik ke sisi anoda (kutub positif). Hal ini menyebabkan terjadinya pergerakan elektron, sehingga arus listrik akan mengalir. Pada kondisi bias mundur anoda dihubungkan ke terminal negatif dan katoda dihubungkan ke terminal positif sumber tegangan. Pergerakan ion-ion pada kondisi ini searah dengan medan magnet listrik sehingga akan menghalangi pergerakan elektron dan arus listrik tidak dapat mengalir melalui dioda. Selain dioda biasa, dioda zener juga digunakan dalam praktikum kali ini. Cara kerja dari dioda zener ini adalah dengan menyalurkan arus ke arah yang berlawanan jika tegangan masukannya melebihi batas tegangan breakdown atau tegangan tembus dioda zenernya. Berbeda halnya dengan dioda biasa yang cara kerjanya menyearahkan arus listrik ke satu arah. Selain itu, dioda zener digunakan dalam keadaan dibias mundur. Pada umumnya,



dioda zener digunakan sebagai pengatur tegangan (voltage regulator), pelindung terhadap kelebihan tegangan, dan penstabil tegangan.



BAB IV PENUTUP



4.1 KESIMPULAN Setelah melaksanakan praktikum ini, praktikan mampu memahami karakteristik dioda saat dibias maju maupun dibias mundur. Pada bias maju terjadi akibat terhubungnya kutub positif dari power supply dengan kutub positif dari dioda dan kutub negatif dari power supply dengan kutub negatif dari dioda, sedangkan bias mundur terjadi akibat terhubungnya kutub-kutub berlawanan, yakni kutub positif dari power supply dengan kutub negatif dari dioda dan kutub negatif dari power supply dengan kutub positif



dari dioda. Selain itu, praktikan juga dapat memahami karakteristik dioda zener saat dibias mundur. 4.2 SARAN Berdasarkan pengalaman praktikum kali ini, maka pada percobaan selanjutnya seharusnya dibutuhkan koneksi internet yang stabil sehingga tidak terdapat kendala, terutama pada saat memuat video stream pada RemLab dan percobaan berjalan dengan sesuai tujuan yang ada. Selain itu, dibutuhkan kecermatan dan fokus praktikan dalam memperhatikan proses pengambilan data nantinya.



DAFTAR PUSTAKA Kishore, K. L. 2008. Electronic Devices and Circuits. First Edition. Hyderabad: BS Publications Malvino, A. & Bates, D. 2016. Electronic Principles. Eight Edition. New York: McGraw Hill Education Ponto, H. 2018. Dasar Teknik Listrik. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Deepublish Schultz, M. E. 2016. Grob’s Basic Electronics. Twelfth Edition. New York: McGraw Hill Education



LAMPIRAN SCREENSHOT DASAR TEORI



(Ponto, 2018).



(Malvino & Bates, 2016).



(Malvino & Bates, 2016).



(Schultz, 2016).



(Schultz, 2016).



(Kishore, 2008).



FOTO RANGKAIAN PERCOBAAN



Gambar Rangkaian Percobaan.



DHP