LAPORAN AKHIR Perancangan Tata Letak Fas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 4 (KURSI DINGKLIK)



Disusun Oleh: Kelompok



: I (Satu)



Nama Anggota / NPM



: 1. Darius Ernanto N



/ 32414546



2. Hasan Fatoni



/ 34414838



3. Ilham Aji N



/ 35414160



4. Melisa Kintan P



/ 36414576



5. Rifiyandi



/ 39414350



Kelas



: 4ID12



Asisten Pebimbing



: Violita Elgiana, S.T



LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI



JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI 2017 BAB I VII-1



VII-2



PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Dunia manufaktur mengalami perkembangan yang pesat seiring



dengan



berkembangnya



teknologi,



sehingga



muncul



banyak



keragaman dari produk yang diproduksi oleh setiap perusahaan yang menyebabkan kebutuhan konsumen meningkat. Perusahaan baru yang ikut bersaing harus mampu dalam melihat peluang dan mampu bersaing dengan perusahaan yang sudah ada. Perusahaan baru harus mempunyai



tata



letak



yang



baik



dalam



pembangunan



suatu



perusahaan. Perusahaan baru harus mampu dalam mengelola dan memanajemen sumber daya yang ada. Perusahaan baru juga harus memperhatikan aspek teknis dan aspek kualitas. Perusahaan



baru



untuk



mengatasi



permasalahan



tersebut



membutuhkan beberapa alat dan metode yaitu untuk menentukan kebutuhan mesin teoritis maupun aktual perusahaan memakai alat routing sheet dan multi product process chart. Perusahaan setelah mengetahui kebutuhan mesin harus mengetahui luas lantai receiving, luas lantai masing-masing departemen, dan luas lantai shipping, setelah itu, perusahaan perlu mengetahui alat angkut yang digunakan untuk mengangkut material serta biaya yang digunakan. Perusahaan menggunakan from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationshiop diagram untuk mengetahui biaya investasi awal, payback period,



dan



mengetahui



break



even



point.



Perusahaan



dapat



mengetahui derajat kedekatan antar departemen dan mengetahui layout perusahaan dengan bantuan metode ARC, AAD, dan template. Pengendalian kualitas digunakan pada perusahaan untuk mengetahui kecacatan produk dan dapat melakukan perbaikan kualitas pada produk yang mengalami kecacatan. Perencanaan tata letak fasiliatas yang dilakukan oleh PT. Alam Sejahtera sebagai acuan untuk membangun perusahaan dengan tata



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-3



letak fasilitas yang baik, serta produk yang dihasilkan sesuai dengan standar



yang



ditetapkan



dan



dapat



meningkatkan



keuntungan



penjualan dan menjadikan produk yang lebih unggul dari produk pesaing. 1.2



Perumusan Masalah Perumusan masalah berisi masalah-masalah yang dihadapi



setiap modul praktikum perancangan teknik industri 4. Perumusan masalah pada laporan akhir praktikum ini terdapat 7 modul. Berikut merupakan perumusan masalah dari modul routing sheet dan multi product process chart, luas lantai, biaya penanganan material, from to chart (FTC), tabel skala prioritas (TSP), activity relationship diagram (ARD), aspek finansial, activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template, dan pengendalian kualitas. Perumusan masalah pada routing sheet dan multi product process chart yaitu bagaimana menentukan jumlah kebutuhan mesin dalam pembuatan produk kursi dingklik. Perumusan



masalah



pada



luas



lantai



adalah



bagaimana



menentukan luas lantai yang diperlukan untuk receiving (gudang bahan baku), bagaimana menentukan luas lantai mesin dan peralatan, bagaimana menentukan luas lantai shipping. Perumusan masalah lainnya yaitu bagaimana menentukan luas lantai perkantoran dan fasilitas dan bagaimana menentukan total luas lantai yang dibutuhkan untuk pembangunan perusahaan baru. Perumusan masalah pada biaya penanganan material adalah bagaimana menentukan total ongkos yang dibutuhkan dari bagian departemen satu ke departemen lainnya, mulai dari receiving sampai ke bagian shipping. Perumusan masalah pada FTC, TSP, ARD adalah bagaimana mengetahui alokasi layout yang dibutuhkan dan menganalisa pola aliran berdasarkan tabel skala prioritas. Perumusan masalah pada aspek finansial adalah bagaimana menghitung



biaya



investasi



awal



dan



modal



kerja,



bagaimana



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-4



menentukan harga penjualan produk, bagaimana menentukan periode pengembalian produk, dan bagaimana menentukan tingkat kelayakan pendirian perusahaan. Perumusan masalah pada modul activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), dan template yaitu bagaimana merancang tata letak fasilitas pada PT. Alam Sejahtera yang tepat sesuai dengan bentuk asli dari perusahaan yang didirikan. Perumusan masalah pada modul pengendalian kualitas yaitu bagaimana menentukan pengendalian kualitas dengan check sheet, bagaimana mengetahui cacat dominan dengan diagram pareto, bagaimana mengendalikan cacat pada produk dari hasil produksi dengan menggunakan peta kendali, dan bagaimana menganalisis pemecahan masalah penyebab cacat dengan diagram sebab akibat serta analisis 5w+1H.



1.3



Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dibuat agar tidak menyimpang dari yang



sudah ditetapkan. Berikut ini merupakan pembatasan masalah dari tiap modul praktikum perancangan teknik industri 4.



1. Pembatasan masalah untuk modul routing sheet dan multi product process chart. a. Efisiensi mesin yang digunakan hanya 95%. b. Realibilitas mesin yang digunakan hanya 95%. c. Jam kerja per hari yang digunakan hanya 7 jam per hari. d. Target produksi yang digunakan hanya sebesar 676 unit per hari. e. Jumlah hari dalam 1 tahun yaitu hanya 245 hari. 2. Pembatasan masalah untuk modul luas lantai a. Luas lantai bahan baku hanya memperhitungkan komponen penyusun produk. b. Luas lantai mesin dan peralatan hanya memperhitungkan mesin yang digunakan selama proses produksi.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-5



c. Luas lantai kantor dan fasilitas hanya memperhitungkan ruang yang digunakan dalam perkantoran dan bagian penunjang terhadap perusahaan. d. Penetapan allowance yang digunakan hanya 100% untuk luas lantai perkantoran, 150% untuk luas lantai model tumpukan dan luas lantai model rak, dan 200% untuk luas lantai fasilitas, luas lantai mesin dan peralatan dan luas lantai gudang barang jadi. 3. Pembatasan masalah untuk modul biaya penangan material. a. Perhitungan yang dilakukan hanya pada komponen utama, tambahan, dan produk jadi. b. Perhitungan biaya penanganan material yang dilakukan hanya pada perpindahan antar departemen dari departemen receiving sampai departemen shipping. c. Alat angkut yang digunakan hanya tiga jenis yaitu manusia, walking pallet, dan mini forklift. d. Harga alat angkut walking pallet sebesar Rp. 5.000.000 dan mini forklift sebesar Rp. 70.000.000. e. Berat pallet yang digunakan yaitu hanya sebesar 10Kg. 4. Pembatasan masalah untuk modul from to chart. a. Kode mesin yang digunakan hanya mesin yang ada dalam produksi. b. Biaya yang digunakan hanya total biaya dari perpindahan material setiap departemen. c. Pembuatan ARD didasarkan hanya dari tabel skala prioritas. 5. Pembatasan masalah untuk modul finansial. a. Batas waktu pengembalian modal hanya 5 tahun. b. Bunga bank ditentukan sebesar 11% berdasarkan rata-rata bunga bank setiap bank tahun 2017. c. Pajak penghasilan ditetapkan sebesar 30% berdasarkan UU No. 36 tahun 2008. 6. Pembatasan masalah untuk modul activity relationship chart, area allocation diagram, dan tamplete yaitu. a. Data penunjang yang digunakan hanya luas lantai area produksi perkantoran dan fasilitas. b. ARD untuk membuat AAD.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-6



c. Skala yang digunakan untuk AAD hanya 1:50 dan template hanya 1:100. 7. Pembatasan masalah untuk modul pengendalian kualitas. a. Pengambilan data hanya berupa jenis kecacatan pada produk kursi dingklik. b. Jumlah kecacatan yang digunakan produk hanya 20% dari keseluruhan produksi. c. Jenis kecacatan yang digunakan hanya 5 jenis data atribut. d. Jenis kecacatan dominan hanya berupa data atribut. e. Peta kendali yang digunakan hanya peta kendali P dengan minimal terdapat sekali revisi.



1.4



Tujuan Penulisan Tujuan penulisan adalah target yang dicari untuk menyelesaikan



masalah tiap modul. Tujuan penulisan yang ditetapkan untuk laporan akhir praktikum perancangan teknik industri 4 setiap modul adalah sebagai berikut.



1. Tujuan penulisan untuk modul routing sheet dan multi product process chart. a. Mengetahui efisiensi mesin, mesin teoritis dan aktual pada routing sheet (RS). b. Mengetahui jumlah total mesin teoritis dan aktual pada multi product process chart (MPPC). 2. Tujuan penulisan untuk modul luas lantai. a. Mengetahui luas lantai pabrik yang terdiri dari luas lantai gudang bahan baku, luas lantai mesin dan peralatan, serta gudang produk jadi. b. Mengetahui luas lantai fasilitas maupun kantor untuk pemanfaatan area pabrik secara maksimal. c. Mengetahui total kebutuhan luas lantai atau luas lahan pendirian perusahaan. 3. Tujuan penulisan untuk modul biaya penanganan material. a. Mengetahui jenis alat angkut yang digunakan dalam pembuatan kursi dingklik.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-7



b. Mengetahui ongkos atau biaya penanganan material yang terjadi pada area produksi berdasarkan alat angkut yang digunakan. 4. Tujuan penulisan untuk modul from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationship diagram. a. Mengetahui koefisien ongkos yang masuk dan koefisien ongkos yang keluar dari mesin. b. Mengetahui aliran material dengan



memperhitungkan



prioritas kedekatan antar departemen berdasarkan koefisien ongkos terkecil. c. Mengetahui jenis pola aliran bahan yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan tabel. 5. Tujuan penulisan untuk aspek finansial a. Mengetahui total nilai investasi awal dan modal kerja dalam membangun perusahaan. b. Mengetahui berapa harga penjualan produk kursi dingklik serta persentase keuntungan dari produk. c. Mengetahui kapan perusahaan akan balik modal. d. Mengetahui tingkat kelayakan pendirian perusahaan. 6. Tujuan penulisan untuk modul activity relationship chart, area allocation diagram, dan tamplete a. Mengetahui derajat kedekatan antara aktivitas departemen satu dengan departemen yang lain. b. Mengetahui alokasi atau tata letak pada bagian produksi dan perkantoran. c. Mengetahui gambaran



detail



dari



tata



letak



fasilitas



perusahaan. 7. Tujuan penulisan untuk modul pengendalian kualitas. a. Mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan serta jumlah kecacatannya pada produk kursi dingklik. b. Mengetahui keterkendalian proses produksi produk kursi dingklik. c. Mengetahui usulan perbaikan terhadap penyebab kecacatan dominan pada produk kursi dingklik.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-8



BAB II IDENTIFIKASI AWAL



2.1



Inisialisasi



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-9



Produk yang telah dibuat PT Alam Sejahtera adalah produk kursi dingklik



yang tersusun dari 5 komponen yaitu komponen alas,



komponen kaki-kaki, komponen crossbar depan belakang, komponen crossbar kiri dan kanan, dan komponen crossbar



segitiga. Ukuran



produk kursi dingklik secara keseluruhan 29 cm x 22 cm x 15 cm, memiliki ketebalan 3 cm. Produk kursi dingklik memiliki berat 2,5 kg karena berbahan dasar dari kayu jati. Kelebihan dari kursi dingklik ini memiliki bahan dasar yang terbuat dari kayu jati sehingga produk ini dapat bertahan lama. Produk ini memiliki bentuk yang tidak terlalu besar sehingga mudah untuk dipindahkan dan dapat diletakan di berbagai tempat sesuai dengan tempat dengan keinginan pengguna dan produk tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang besar.



Produk



ini mampu menahan



berbagai berat pengguna supaya semua pengguna dengan berat yang beragam dapat menggunakan produk ini. Kekurangan dari kursi dingklik



ini



yaitu



mempunyai



berat



yang



cukup



besar



karena



disebabkan dari bahan dasar kayu jati. Manfaat kursi dingklik ini dapat mempermudah konsumen dalam



berduduk



jongkok



serta



memberikan



rasa



nyaman



bagi



pengguna. Produk ini diberikan busa tepat diatas alas supaya pengguna dapat duduk dengan empuk dan nyaman. PT Alam sejahtera memproduksi produk kursi dingklik yang berlokasi



di



kecamatan



Wangon



Kabupaten



Banyumas



yang



berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Cilacap. PT Alam Sejahtera mempertimbangkan bebeapa aspek seperti upah umum regional (UMR) yaitu sebesar Rp 1.600.000. Aspek sumber daya alam adalah membahas tentang bahan baku pembuatan produk. Produk kursi dingklik dibuat dengan bahan baku yaitu kayu. Perusahaan membutuhkan bahan baku yang dekat dengan perusahaan, oleh karena itu perusahaan didirikan di daerah perbatasan Cilacap di kecamatan Wangon. Bahan baku berada di daerah Wangon, sehingga



perusahaan



hanya



memerlukan



waktu



1



jam



untuk



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-10



mendapatkan bahan baku. Pengangkutan bahan baku menggunakan angkutan berupa truk dan jalan yang dialami truk melewati jalan besar.



Gambar 2.1 Produk Kursi dingklik



2.2



Data Produk Data produk yang dibahas terdapat data peta proses operasi,



data komponen utama dan data komponen tambahan. Data produk ini dibutuhkan untuk mengetahui deskripsi komponen penyusun dari produk kursi dingklik untuk proses produksi. Berikut ini adalah data komponen yang terdiri atas peta proses operasi, komponen utama dan komponen tambahan :



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-11



Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Kursi Dingklik



Gambar diatas dapat ditemukan suatu tahapan proses operasi dari produk kursi dingklik. Data informasi yang didapat dari gambar peta proses operasi kursi dingklik yaitu suatu aktivitas operasi, jumlah operasi, waktu operasi, persentase scrap, jumlah komponen yang dibutuhkan, bahan diterima dan diminta dan juga urutan proses



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-12



operasi tiap komponen. Ringkasan untuk semua kegiatan yaitu jumlah operasi sebanyak 21 dengan waktu 12,6 menit, jumlah pemeriksaan sebanyak 16. Total seluruh kegiatan operasi dan pemeriksaan yaitu 37 dengan waktu 12,6 menit. Komponen utama dapat dijelaskan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Data Komponen Utama No. Kom p 1 2



3



4



5



Nama Komp. Papan Alas



Papan



Kaki – Kaki



Papan



Crossbar Depan



Belakang Papan



Crossbar Kiri



Kanan Papan



Crossbar Segitiga



Berat/Unit (kg)



Harga/Uni t(Rp)



29x22x2



Ukuran Terima (cm) (p×l×t)



30x23x2,1



0,653



5.000



Kayu



15x3x3



16x4x3,1



0,142



1.460



2



Kayu



23x3x3



24x4x3,1



0,203



2.100



2



Kayu



18x3x3



19x4x3,1



0,145



1.550



4



Kayu



3x3x3



4x4x3,1



0,023



808



Unit/ Assy



Tipe Bahan



1



Kayu



4



Ukuran Pakai (cm) (p×l×t)



Tabel 2.1 menjelaskan komponen utama dari produk kursi dingklik. Komponen utana dari produk tersebut yaitu papan alas sebanyak 1 unit, papan kaki-kaki sebanyak 4 unit, papan crossbar depan belakang sebanyak 2 unit, papan crossbar kiri kanan sebanyak 2 unit dan papan crossbar segitiga sebanyak 4 unit. Unit/Assy berisikan kuantitas atau jumlah dari setiap komponen misal untuk komponen papan crossbar depan belakang berjumlah 2 dan untuk komponen papan alas berjumlah 1. Tipe bahan yang digunakan untuk semua



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-13



komponen adalah kayu jati. Ukuran terima adalah ukuran yang didapat sebelum semua komponen di proses dan ukuran pakai adalah ukuran komponen yang sudah mengalami proses dan siap dipakai contoh untuk



ukuran



terima



sebelum



diproses



komponen



alas



adalah



30x23x2,1 cm setelah diproses dengan cara dipotong ukuran alas yang siap pakai menjadi 29x22x2 cm. Berat/unit adalah berat yang ditimbang per komponen dengan satuan kg untuk komponen alas memiliki berat 0,653. Harga per unit didapatkan dari ukuran pakai dibagi ukuran terima dikalikan harga bahan yang dibeli. Harga/unit untuk komponen alas adalah Rp 5.000. Selain tabel komponen utama, dalam pembuatan produk juga membutuhkan komponen tambahan. Komponen tambahan dapat dijelaskan tabel 2.2. Tabel 2.2 Data Komponen Tambahan No. Komp



Nama Komp.



Unit/Assy



2



Busa



1



1 3



Paku



22



Lem



1



Tipe Bahan



Ukuran Kemasan (cm) (p×l×t)



Unit Tersedia



Berat/Unit (kg)



Harga/Unit(Rp)



Busa



29x22x2



2



0,079



10.000



Besi Cair



5×5×2,5



50



7×7×5



1



0,287 3 gr



100



1.500



Tabel 2.2 menjelaskan komponen tambahan yang menjelaskan



komponen



penunjang



apa



saja



yang



digunakan



dalam



proses



pembuatan produk kursi dingklik. Komponen tambahan terdiri dari lem, paku dan busa yang diberikan no komponen dan simbol per komponen tambahan. Unit per assy adalah jumlah yang digunakan dalam pembuatan produk, misal untuk penggunaan lem hanya digunakan 3 gram. Tipe bahan komponen tambahan ketiganya adalah cair untuk lem, besi untuk paku dan busa untuk komponen busa. Ukuran kemasan adalah ukuran wadah dari komponen tambahan, untuk komponen paku dengan ukuran panjang 5cm, lebar 5cm dan tinggi 2,5cm. Berat per unit merupakan berat sebelum komponen tambahan itu digunakan. Harga / unit merupakan harga yang komponen tambahan yang sudah



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-14



digunakan, misal untuk harga/unit dari paku didapatkan hasil Rp 100 untuk pemakaian 1 unit.



2.3 Data Teknis Data



teknis



merupakan



suatu



data



atau



informasi



yang



berkaitan dengan data penunjang teknis. Data teknis ini berisikan tabel Jadwal Induk Produksi (JIP). Tabel mesin, tabel ukuran box dan kemasan dan tabel alat angkut. Tabel Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat dijelaskan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (Unit) Dengan Tanpa Periode Warna



Warna



1



13333



15100



2



13414



14990



3



13490



14888



4



13486



14894



5



13471



14913



6



13467



14920



7



13476



14907



8



15452



12241



9



15452



12241



10



13471



14913



11



13471



14913



12



13476



14907



Total



165459



173827



Tabel 2.3 jadwal induk produksi merupakan jadwal produksi produk untuk setiap periodenya produk dengan warna dan tanpa warna. Total jadwal produksi produksi dengan warna berjumlah 165459



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-15



selama 12 periode sedangkan total jadwal produksi produksi tanpa warna berjumlah 173827 selama 12 periode. Tabel 2.4 Data Mesin Yang Digunakan No Mesin



Nama mesin



Proses



Ukuran Mesin (M)



F1



Meja Fabrikasi



Mengukur



2x1



F2



Mesin Jigsaw



Memotong



2x1



F3



Amplas



Menghaluskan



1,5 x 1



F4



Mesin Assembling



Merakit



2x1



F5



Mesin Cat



Mengecat



2x1



Tabel 2.4 data mesin yang digunakan merupakan suatu data yang di dalamnya terdapat nomor mesin, jenis-jenis mesin dan kegunaannya beserta ukuran mesin yang digunakan. Nomor mesin F1 yaitu meja fabrikasi dan kegunannya untuk proses mengukur dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m, nomer mesin F2 yaitu mesin jigsaw dan kegunaannya untuk proses memotong dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m, nomer mesin F3 yaitu amplas dan kegunaannya untuk proses menghaluskan dan memiliki ukuran 1,5x1 m. Nomor mesin F4 yaitu mesin assembling dan kegunaannya untuk proses merakit serta memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m dan nomor mesin F5 adalah mesin cat dan kegunaannya untuk proses pengecatan dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m. Tabel 2,5 Tabel Harga Mesin Yang Digunakan



Tabel 2.4 merupakan tabel harga mesin yang digunakan. Mesin yang digunakan adalah meja fabrikasi memiliki jumlah 12 unit, harga satuan meja fabrikasi Rp 2.275.000 dan total biaya untuk meja fabrikasi Rp 27.300.000. Mesin jigsaw memiliki jumlah 41 unit, harga



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-16



satuan dari mesin jigsaw Rp. 290.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 11.890.000. Mesin amplas memiliki jumlah 5 unit, harga satuan dari mesin amplas Rp. 350.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 1.750.000. Mesin assembly memiliki jumlah 8 unit, harga satuan dari mesin assembly Rp. 2.275.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 18.200.000 dan Mesin cat memiliki jumlah 6 unit, harga satuan dari mesin cat



Rp. 450.000 dan harga total dari



mesin cat sebesar Rp 2.700.000. Tabel 2.6 Ukuran Box Dan Kemasan



Tabel 2.6 ukuran box merupakan ukuran suatu kemasan produk. Kemasan produk pada tabel diatas memiliki panjang 0,3 meter, lebar 0,23 meter dan memiliki tinggi 0,18 meter. Tabel 2.7 Alat Angkut Yang Digunakan



Berdasarkan tabel 2.7 alat angkut diatas alat angkut manusia memiliki maksimum volume sebesar 324.000 cm 3 dan maksimum beratnya



sebesar



150 , mini forklift memiliki ongkos sebesar RP 5.737.789.439, sedangkan harga dari mesin mini forklift Rp.70.000.000



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-17



2.4 Tenaga kerja PT. Alam Sejahtera memiliki tenaga kerja yang dipekerjakan untuk menjalankan suatu aktivitas yang berada di perusahaan. PT. Alam Sejahtera mempunyai dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Gaji Tenaga Kerja Langsung Perkantoran



Berdasarkan pada tabel tenaga kerja langsung diatas dapat diketahui PT. Alam Sejahtera memliki jumlah personil tenaga kerja langsung perkantoran sebanyak 10 personil di gaji dengan sesuai UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah pah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota. PT.



Alam



Sejahtera



memiliki



UMP/UMK



sebesar



Rp



1.600.000 dan total gaji yang dikeluarkan perusahaan untuk mengaji



tenaga



kerja



langsung



perkantoran



sebesar



Rp



29.500.000 rupiah. Tenaga kerja tak langsung dapat dilihat pada tabel 2.9.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-18



Tabel 2.9 Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung Non Perkantoran



Pada



tabel



2.9



tenaga



kerja



tidak



langsung



non



perkantoran diatas dapat diketahui gaji tenaga kerja tidak langsung pada PT. Alam Sejahtera memiliki jumlah personil sebanyak 6 personil di gaji dengan sesuai UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota. PT. Alam Sejahtera memiliki UMP/UMK sebesar 1.600.000. Tenaga kerja tidak langsung memiliki total gaji sebesar Rp 9.600.000 rupiah. Tabel 2.10 Tenaga Kerja Langsung



Pada tabel 2.10 tenaga kerja langsung diatas dapat diketahui gaji tenaga kerja langsung pada PT. Alam Sejahtera memiliki jumlah



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-19



personil sebanyak 74 personil di gaji sesuai dengan UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kotadan memiliki gaji sebesar 1.600.0.000. Tenaga kerja langsung memiliki total gaji sebesar Rp 166.440.000 dan total gaji selama 12 bulan sebesar 1.997.280.000.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-20



BAB III ASPEK TEKNIS



3.1



Routing Sheet dan Multi Product Process Chart Proses operasi membutuhkan suatu dokumen utama yang



dikenal dengan nama routing sheet. Tahap awal yang harus dilakukan sebelum memulai kegiatan produksi yaitu mengidentifikasi ataupun menentukan urutan-urutan mesin/peralatan, proses dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi. Untuk mengetahui urutan jalannya proses produksi dari komponen-komponen suatu produk dapat menggunakan pola peta proses produksi. Hasil identifikasi ataupun penentuan ini biasanya disajikan dalarn bentuk apa yang dinamakan dengan routing sheet (Wignjosoebroto, 2009). Routing sheet ini merupakan hal yang sangat penting bagi kegiatan produksi, karena merupakan penentuan mutu atau kualitas produk yang akan dibuat dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan produk tersebut. Merencanakan sebuah tata letak fasilitas dan pemindahan adalah pembuatan routing sheet. Routing sheet berguna untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan/digunakan dan untuk menghitung jumlah komponen yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan (Wignjosoebroto, 2009). Routing sheet akan menyimpulkan langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah suatu bahan baku menjadi produk jadi



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-21



yang diinginkan, dimana untuk itu beberapa informasi harus menyertai di dalam langkah ini, yaitu sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2009). 1. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat. 2. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut. 3. Jenis operasi kerja dan nomor operasinya. 4. Mesin atau peralatan produksi yang digunakan. 5. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing proses operasi kerja. Tabel routing sheet terdapat kolom perhitungan untuk mencari produksi mesin perjam, % scrap, bahan yang diminta, bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, dan kebutuhan mesin teoritis dan aktual. Untuk



memperolehnya



terdapat



rumus



sebagai



berikut



(Wignjosoebroto, 2009). Produksi mesin per jam adalah kapasitas kemampuan alat yang menunjukkan jumlah unit part atau komponen yang dapat diproses oleh alat atau mesin dalam jangka waktu kerja yang tersedia. Rumus untuk menghitung produksi mesin per jam dapat dilihat pada rumus 3.1 (Wignjosoebroto, 2009). waktu kerja waktu proses kerja



.......................................3.1 Persentase scrap adalah persentase dari sisa-sisa material yang tidak digunakan dalam memproses sebuah part/komponen. Rumus persentase scrap dapat dilihat pada rumus 3.2 (Wignjosoebroto, 2009). %scrap OPC ............................................3.2 100



Bahan yang diminta adalah unit produk yang diproduksi dalam satu hari atau bahan material yang diperlukan berdasarkan kuantitas yang ditentukan. Perhitungan bahan yang diminta pertama kali



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-22



dilakukan pada proses terakhir dalam pembuatan produk, dimana jumlah produk awal diketahui berdasarkan target produksi, jika komponen yang dibutuhkan lebih dari 1 unit maka jumlah awal bahan diminta dikali dengan kuantitas komponen tersebut untuk menentukan bahan yang diminta selanjutnya, dapat digunakan dari data yang diperoleh dari bahan disiapkan sebelumnya (Wignjosoebroto, 2009). Bahan yang disiapkan adalah banyaknya material yang harus disiapkan pada awal proses dengan memperhitungkan % scrap yang terbuang



pada proses



yang



bersangkutan,



karena



bahan



yang



disiapkan akan mengalami proses penyusutan material, maka perlu memperhitungkan % scrap yang terbuang selama proses berlangsung. Rumus



bahan



yang



disiapkan



dapat



dilihat



pada



rumus



3.3



(Wignjosoebroto, 2009). Bahan yang diminta ......………….…..……....3.3 1  %scrap



Efesiensi mesin adalah tingkat produksi mesin yang digunakan dengan mempertimbangkan tingkat efesiensi rata-rata yang dimiliki perusahaan. Rumus efesiensi mesin dapat dilihat pada rumus 3.4 (Wignjosoebroto, 2009). Bahan disiapkan ..……………………………3.4 95%



Kebutuhan mesin teoritis merupakan kebutuhan mesin yang diperoleh dari hasil perhitungan tanpa pembulatan angka. Perhitungan ini dibutuhkan tingkat reabilitas (kendala mesin).



Kebutuhan mesin



aktul diperoleh dari hasil kebutuhan mesin teoritis dengan pembulatan angka. Rumus kebutuhan mesin teoritis dapat dilihat pada rumus 3.5 (Wignjosoebroto, 2009). Efisiensi Mesin …….….....3.5 (Produksi mesin/jam x reabilitas x jam kerja/hari



Multy product process chart (MPPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan



urutan-urutan



proses



untuk



masing-masing



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-23



komponen



yang



akan



di



produksi.



Pembuatan



MPPC



dilakukan



berdasarkan peta proses operasi dan routing sheet yang telah dibuat sebelumnya, apabila didefinisikan MPPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan, seperti urutanurutan



operasi,



pemeriksaan



dan



penyimpanan,



serta



dalam



menggambarkannya dipisahkan antara fabrikasi dan assembling, atau dapat di katakan MPPC adalah suatu peta yang menggambarkan jumlah pemakaian kebutuhan mesin dari routing sheet. Kegunaan MPPC yaitu menunjukan keterkaitan produksi antar komponen produk, bahan, bagian, pekerjaan atau kegiatan dan dapat juga untuk menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam perusahaan yang sudah berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru (Apple, 1990).



3.1.1 Routing sheet Berdasarkan tabel routing sheet



dapat diketahui beberapa



informasi yang dibutuhkan untuk proses produksi kursi dingklik. Tabel routing sheet



pembuatan kursi dingklik dapat dijelaskan pada tabel



3.1.



Tabel 3.1 Routing Sheet



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-24



Berdasarkan table 3.1 routing sheet untuk kolom bahan yang diminta, bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, kebutuhan mesin teoritis dan aktual diperoleh dari perhitungan masing-masing rumus. Berikut adalah contoh perhitungan pada tabel routing sheet diatas. Contoh perhitungan komponen papan alas : Kolom (1)



: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)



Kolom (2)



: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)



Kolom (3)



: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-25



Kolom (4)



: Produksi mesin / jam (O-2) komponen papan alas



=



= 60 menit / 0,46 = 130,4347 Kolom (5)



: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)



Kolom (6)



: Perhitungan bahan diminta pertama kali dilakukan pada proses terakhir, dimana jumlah produk awal diketahui (berdasarkan target produksi), jika komponen yang dibutuhkan lebih dari 1 unit maka jumlah awal bahan diminta dikali dengan kuantitas komponen tersebut untuk menentukan bahan diminta selanjutnya, dapat digunakan dari data yang diperoleh dari bahan disiapkan sebelumnya.



Kolom (7)



: Bahan yang disiapkan (O-2) komponen papan alas



=



=



= 767.3360



Kolom (8)



: Efisiensi mesin (O-2) komponen papan alas =



= = 807.7221



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-26



Kolom (9)



: Jumlah Mesin Teoritis (O-2) komponen papan alas =



=



Kolom (10)



= 0.9312



: Jumlah kebutuhan mesin aktual = 0.9312 ≈ 1



Berdasarkan tabel 3.1 routing sheet dapat diketahui beberapa informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan proses produksi kursi dingklik. Informasi yang didapat yaitu urutan proses produksi, jumlah produksi mesin/jam, persentase % scrap, jumlah bahan yang diminta dan bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, jumlah kebutuhan mesin teoritis dan kebutuhan mesin aktual. Jumlah produksi mesin/jam proses memotong papan alas adalah 130,4348 unit/jam, yang mengartikan bahwa dalam kurun waktu selama satu jam mesin dapat menghasilkan jumlah produksi sebanyak 130,4348 unit. Persentase % scrap dari proses memotong papan alas adalah 0,0750 yang didapat dari peta proses operasi sebelumnya yang sudah dibuat. Bahan yang diminta adalah target unit setelah di proses, dengan acuan jumlah produksi perhari 676 unit. Bahan yang disiapkan untuk proses memotong papan alas dengan nilai persentase scrap 0,0750 adalah sebesar 767,3360. Hasil efisiensi mesinnya yaitu sebesar 807,7221. Efisiensi mesin menggunakan 95% karena 5% sisa dari keseluruhan digunakan untuk waktu pengaturan atau setting mesin. Jumlah kebutuhan mesin teoritis untuk proses memotong papan alas yaitu sebesar 0,9312 unit dengan nilai reabilitas 95% dan jam kerja perhari nya selama 7 jam. Hasil mesin aktual didapat dari pembulatan keatas dari hasil mesin teoritis yaitu sebesar 1 unit.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-27



3.1.2 Multi Produk Process Chart



MPPC atau multi product process chart untuk proses produksi kursi dingklik dapat dilihat urutan proses produksinya dan mengetahui jumlah kebutuhan mesin teoritis dan mesin aktual. Jumlah mesin aktual dari mppc didapat dari pembulatan



jumlah mesin teoritis pada routing sheet. MPPC pembuatan kursi dingklik dapat dijelaskan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 MPPC



Kolom jumlah mesin teoritis didapat dari routing sheet dengan menjumlah mesin teoritis pada setiap proses yang sama. Berikut adalah contoh perhitungannya. Contoh perhitungan pada meja fabrikasi



Jumlah Mesin Teoritis = 0,4858 + 3,6736 + 0,9774 + 0,9145 + 5,0818 = 11,1331 Unit



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-28



Jumlah Mesin Aktual



= 11,1331



12 Unit



Berdasarkan hasil MPPC untuk proses produksi kursi dingklik dapat dilihat urutan proses produksinya dan mengetahui jumlah kebutuhan mesin teoritis dan mesin aktual kebutuhan mesin untuk meja fabrikasi yang digunakan dalam proses mengukur seluruh komponen produk kursi dingklik sebanyak 12 unit



mesin.



Kebutuhan



mesin



potong



sebanyak



41



unit.



Kebutuhan mesin ampelas sebanyak 5 unit. Kebutuhan meja assembly sebanyak 8 unit. Kebutuhan mesin cat sebanyak 6 unit. 3.2



Luas Lantai Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan



yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan. Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan



semua



fasilitas



pendukungnya.



Luas



lantai



ini



didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan, berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai Receiving (gudang bahan baku) model tumpukan dan rak (Elib Unikom, 2017). Luas lantai gudang bahan baku (receiving) adalah luas lantai yang digunakan untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan digunakan dalam produksi. Luas lantai gudang bahan baku (receiving) ini terdiri dari model tumpukan dan model rak (Elib Unikom, 2017). Luas



lantai



mesin



(fabrikasi



dan



assembling)



juga



perlu



diperhitungkan dalam perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan. Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai mesin diperoleh dari Multi Product Process Chart (MPPC) antara lain yaitu nama mesin atau peralatan, jumlah peralatan dan ukuran peralatan. Luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowance.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-29



Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang (Elib Unikom, 2017). Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang jadi (shipping) antara lain adalah nomor komponen, nama komponen dan tipe barang jadi. Langkah-langkah perhitungan luas lantai barang jadi adalah sebagai berikut (Elib Unikom, 2017). 1. Tentukan ukuran kemasan yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan untuk tempat produk jadi perusahaan. 2. Tentukan produk jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk periode tertentu, berdasarkan produk per jam dari perusahaan. 3. Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi perperiode tertentu. 4. Tentukan luas lantai yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume kemasan. 5. Tentukan allowance. 6. Tentukan total luas lantai. Perhitungan luas perkantoran terlebih dahulu harus diketahui bagian bagian dari perkantoran dan pelayanan pabrik. Bagian umum merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik, misalnya tool room (tempat penyimpanan peralatan), tool crib (tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan yang rusak), ruang rapat, ruang tunggu dan sebagainya.



Bagian



produksi



merupakan



bagian



yang



melayani



organisasi produksi, misalnya teknik industri (standar kerja, metode, material handling, proses), quality control (receiving, in process, finished good), plann engineering. Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau menangani kebutuhan orang. Misalnya fasilitas kesehatan, kantin, wc, daerah taman, lapangan parkir, telepon umum dan lain-lain. Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas fisik bangunan, peralatan, utilitas, dan sebagainya. Misalnya fasilitas pemasaran, pembangkit tenaga, garasi,



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-30



pemadam kebakaran, bengkel peralatan dan sebagainya (Elib Unikom, 2017). Besarnya luas lantai fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan produksi. Sebagai contoh apabila sebuah perusahaan manufaktur yang berskala besar yang mempunyai hasil limbah dan tidak dapat didaur ulang langsung, maka diperlukan suatu fasilitas khusus untuk mengatasi permasalahan ini. Selain itu juga diperlukan fasilitas-fasilitas



penunjang



lainnya,



seperti



areal



pertambangan,



daerah parkir, daerah kantin dan lain sebagainya. Tetapi dilain hal, penentuan jumlah dan jenis fasilitas yang diperlukan ini haruslah dilakukan suatu prioritas terhadap alternatif-alternatif yang ada. Dan tidak perlu dilupakan satu hal bahwa lokasi atau adanya fasilitas ini bukanlah merupakan faktor yang mutlak harus ada dalam suatu perusahaan baik dari segi kuantitas maupun jenis fasilitasnya (Elib Unikom, 2017). Ketentuan-ketentuan dalam pemilihan fasilitas layanan harus disesuaikan



dengan



kondisi



manajemen



perusahaan



yang



direncanakan. Dalam arti bahwa dalam perusahaan besar jelas memiliki jenis dan ukuran fasilitas yang berbeda dengan perusahaan kecil (Elib Unikom, 2017).



3.2.1 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Perhitungan luas lantai bahan baku terbagi menjadi dua, yaitu luas bahan baku model tumpukkan dan luas bahan baku model rak. Perhitungan dari luas lantai bahan baku model tumpukan untuk produk kursi dingklik dapat dijelaskan pada table 3.2.



Tabel 3.2 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Tumpukan



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-31



Contoh perhitungan pada komponen papan alas: Volume Komponen



= (p x l x t) = (0,3 x 0,23 x 0,021) = 0,001449 m3



Luas Komponen



=pxl = 0,3 x 0,23 = 0,069 m2



Produk/minggu



= Jumlah produksi/hari x HK/mgg x Kuantitas = 676 x 5 x 1 = 3380 unit



Volume total



= Volume komponen x Produk/minggu = 0,001449 x 3380 = 4,89762 m3



Kap. vol./tumpukan



= (Pproduk x Lproduk) x Ttumpukan) = 0,3 x 0,23 x 0,6 = 0,0414 m3



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-32



Jumlah tumpukan



=



=



= 118,3



= 119 tumpukan



Luas lantai



= Luas komponen x Jumlah tumpukan = 0,069 x 119 = 8,211 m2



Kelonggaran 150%



= Luas lantai x 150 % = 8,211 x 150 % = 12,3165 m2



Total Luas Lantai tumpukan



= Luas lantai + kelonggaran 150 % = 8,211 + 12,3165 = 20,5275 m2



Berdasarkan perhitungan luas lantai model tumpukan dapat diketahui komponen papan alas yang digunakan pada produksi kursi dingklik sebanyak 1 unit. Volume komponen merupakan besarnya komponen papan alas yang didapat dari perkalian antara panjang dikali lebar dan dikali dengan tingginya, maka diketahui volume komponen sebesar 0,001449 m3. Luas komponen yaitu ukuran luas dari sebuah komponn yang didapat dari hasil perkalian antara panjang dan lebarnya, maka diketahui luas komponen dari papan alas adalah sebesar



0,069



m 2.



Produksi/minggu



merupakan



hasil



produksi



komponen papan alas dalam kurun waktu selama lima hari kerja dalam satu minggu dengan perhitungan dari banyaknya produksi/hari dikali



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-33



dengan hari kerja dan banyaknya kuantitas papan alas maka didapat hasil sebanyak 3380 unit. Volume total dari komponen papan alas adalah



hasil



dari



perkalian



antara



volume



komponen



dengan



banyaknya jumlah produksi selama seminggu dalam kurun waktu lima hari kerja dengan hasil yaitu 4,89762 m3. Kapasitas vol/tumpukan pada komponen papan alas didapat dengan hasil sebesar 0,0414 m 3 yang didapat dari hasil perkalian dengan tinggi tumpukan yaitu 0,6 meter. Jumlah tumpukan adalah banyaknya tumpukan yang ada pada luas lantai ini dengan jumlah tumpukan sebanyak 119 tumpukan. Luas lantai pada model tumpukan ini adalah luas lantai yang didapat dari hasil perkalian antara jumlah tumpukan dengan luas komponen dengan hasil sebesar 8,211 m2. Kelonggaran yang diberikan untuk komponen papan alas adalah sebesar 150 %, hal ini dikarenakan ukuran



dari



kemasan



papan



alas



yang



kecil,



sehingga



tidak



membutuhkan alat pengangkut khusus. Kelonggaran diberikan untuk jalur



pejalan



kaki



atau



karyawan



dan



memudahkan



proses



pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai komponen papan alas adalah sebesar 12,3165 m2, sehingga total luas lantai untuk komponen papan alas, yaitu seluas 20,5257 m 2. Total luas lantai gudang bahan baku yang diperlukan adalah seluas 41, 2765 m2. Tabel 3.3 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Rak



Contoh perhitungan pada komponen papan kaki-kaki: Luas Kemasan



=pxl



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-34



= 0,16 x 0,02 = 0,0032 m2 Unit/hari



= Unit pemakaian / kemasan x Jumlah produk/hari = 4 x 676 = 2704 unit



Unit/minggu



= Unit/hari x Hari kerja/minggu = 2704 x 5 = 13.520 unit



Kemasan Tersedia



=



=



= 3380 Kemasan Luas Lantai Maksimal



= Luas kemasan x Kemasan tersedia = 0,0032 x 3380 = 10,816 m2



Kelonggaran 150% = Luas lantai maksimal x 150% = 10,816 x 150% = 16,224 m2 Total Luas Lantai



= Luas lantai maksimal + kelonggaran 150% = 10,816 + 16,224 = 27,04 m2



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-35



Berdasarkan



perhitungan



luas



lantai



rak



dapat



diketahui



komponen papan kaki-kaki yang digunakan pada produksi kursi dingklik sebanyak 13.520 unit buah dengan jumlah kemasan sebanyak 3380 kemasan. Luas kemasan merupakan besarnya kemasan dari komponen papan kaki-kaki yang didapat dari perkalian antara panjang dengan lebar, maka diketahui luas kemasanya sebesar 0,0032 m 2. Unit/hari adalah banyaknya papan alat yang tersedia di gudang dalam 1 hari, yaitu 2704 unit, sedangkan unit/minggu adalah banyaknya papan kaki-kaki yang tersedia di gudang dalam 1 minggu, yaitu sebanyak 13.520 unit. Luas lantai maksimal untuk komponen papan alas adalah 10,816 m2. Perhitungan banyaknya kemasan yang tersedia dalam 1 minggu ini didasarkan oleh periode penerimaan bahan baku atau material, yaitu setiap 1 minggu dan kapasitas maksimum dari lahan. Kelonggaran yang diberikan untuk komponen papan papan kakikakai adalah sebesar 150 %, hal ini dikarenakan ukuran dari kemasan papan



kaki-kaki



yang



kecil,



sehingga



tidak



membutuhkan



alat



pengangkut khusus. Kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau



karyawan



dan



memudahkan



proses



pengangkutan



atau



pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai komponen papan kaki-kaki sebesar 16,224 m2, sehingga total luas lantai bahan baku model rak untuk komponen papan kaki-kaki yaitu seluas 27,04 m 2. Total luas lantai gudang bahan baku yang diperlukan oleh PT. Alam Sejahtera adalah seluas 165,199 m2.



3.2.2 Luas Lantai Mesin dan Peralatan Perhitungan dari luas lantai mesin dan peralatan. Perhitungan luas lantai mesin dan peralatan dilakukan untuk mengetahui seberapa luas lantai yang diperlukan oleh perusahaan untuk meletakkan mesinmesin produksi. Perhitungan luas lantai mesin dan peralatan dalam proses produksi kursi dingklik dapat dijelaskan pada tabel 3.4.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-36



Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin dan Peralatan



Contoh perhitungan pada meja fabrikasi: Luas Mesin



=p´l = 2 ´ 1 = 2 m2



Luas seluruh mesin



= jumlah mesin ´ luas mesin = 12 ´ 2 = 24 m2



Kelonggaran



= luas seluruh mesin ´ 200 % = 24 ´ 200 % = 48 m2



Total luas lantai departemen



= luas seluruh mesin + toleransi bahan + kelonggaran = 24+ 39,9775 + 48 = 111.9775 m2



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-37



Tabel perhitungan luas lantai mesin dan peralatan menunjukkan informasi-informasi berupa jumlah mesin yang digunakan, jumlah mesin ini didapat dari tabel MPPC yang telah dibuat sebelumnya, untuk meja fabrikasi



yang



digunakan



sebanyak



12 unit.



Luas mesin



merupakan ukuran luas dari mesin yang digunakan yang merupakan hasil perkalian antara panjang dan lebar dari mesin tersebut. Luas mesin untuk meja fabrikasi adalah sebesar 2 m 2. Luas seluruh mesin merupakan luas dari keseluruhan mesin yang digunakan berdasarkan jumlah mesinnya. Luas seluruh mesin untuk meja fabrikasi adalah seluas 24 m 2. Toleransi bahan merupakan besarnya kelonggaran yang diberikan untuk penyimpanan sementara dari



bahan



yang



akan



diproses.



Toleransi



bahan



ini



didapat



berdasarkan nilai kelonggaran terbesar dari perhitungan luas lantai bahan baku. Toleransi bahan untuk meja fabrikasi sampai dengan meja assembly bernilai sama, yaitu 39,9775 m2. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai mesin dan peralatan adalah 200 % dengan hasil sebesar



48



m2.



Kelonggaran



ini



diberikan



karena



beberapa



pertimbangan, dimana agar jarak antara mesin dan peralatan tidak saling berdekatan, memberi ruang untuk perpindahan material dari satu proses ke proses berikutnya, memberikan ruang untuk operator, jalur pejalan kaki atau karyawan, serta jalur untuk alat pengangkut yang akan memindahkan produk yang telah selesai diproses. Total luas lantai departemen merupakan total luas lantai dari setiap mesin. Total luas lantai untuk meja fabrikasi adalah sebesar 111,9775 m2, sehingga total luas lantai keseluruhan untuk mesin dan peralatan adalah seluas 660,3875 m2.



3.2.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi Perhitungan luas lantai produk jadi merupakan perhitungan untuk besarnya lahan yang dibutuhkan untuk menyimpan produk jadi. Berikut ini adalah perhitungan luas lantai produk kursi dingklik.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-38



Tabel 3.5 Luas Lantai Gudang Barang Jadi



Volume Produk



=p×l×t = 0,29 × 0,22 × 0,17 = 0,010846 m3



Luas Produk



=p×l = 0,29 × 0,22 = 0,0638 m2



Produk/minggu



=



=



Volume Total



= 3380 unit



= volume produk × produksi/minggu = 0,010846 ´ 3380 = 36,65948 m3



Kap Vol/Tumpukan = p ´ l ´ tinggi tumpukan = 0,29 ´ 0,22 ´ 0,6 = 0,03828 m3



Jumlah Tumpukan



=



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-39



=



= 957,6667 = 958 tumpukan = luas produk ´ jumlah tumpukan



Luas Lantai



= 0,0638 ´ 958 = 61,1204 m2 Kelonggaran 200 %= luas lantai ´ 200 % = 61,1204 ´ 200 % = 122,2408 m2 Total Luas Lantai



= luas lantai + kelonggaran = 61,1204 + 122,2408 = 183,3612 m2



Berdasarkan perhitungan luas lantai produk jadi dapat diketahui volume dari produk jadi, volume untuk produk kursi dingklik dengan pajang 0,29 m, lebar 0,22 m, dan tinggi 0,17 m, didapatkan hasil sebesar 0,010846 m3. Luas untuk produk kursi dingklik sebesar 0,0638 m2, hasil ini didapat dari perkalian antara panjang dan lebar produk. Produk/minggu merupakan banyaknya produk yang dapat diproduksi oleh perusahaan dan disimpan dalam gudang selama 1 minggu, yaitu sebanyak



3380



unit.



Perhitungan



banyaknya



produk/minggu



ini



didasarkan oleh periode penerimaan bahan baku atau material yaitu setiap 1 minggu, kapasitas maksimum dari lahan dan karakteristik bahan atau material. Volume total adalah volume keseluruhan dari produk jadi yang disimpan dalam gudang selama 1 minggu, yaitu sebesar



36,65948



m3.



Kapasitas



volume/tumpukkan



merupakan



volume dari produk kursi dingklik untuk setiap tumpukannya adalah



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-40



sebesar 0,03828 m3, sedangkan jumlah tumpukkan produk kursi dingklik adalah sebanyak 958 tumpukkan. Luas lantai yang dibutuhkan untuk produk kursi dingklik tanpa kelonggaran yaitu sebesar 61,1204 m2. Kelonggaran yang diberikan adalah sebesar 200 %, kelonggaran ini diberikan karena ukuran dari produk kursi dingklik lumayan besar, sehingga



membutuhkan



alat



pengangkut



dari



ruang



produksi.



Kelonggaran diberikan untuk tempat berjalan pekerja, jalur alat pengangkut produk, memberi ruang untuk memudahkan proses pemindahan atau pengambilan produk, dan memberikan ruang antar tumpukan produk agar tidak rusak, maka kelonggaran untuk luas lantai produk kursi dingklk adalah sebesar 122,2408 m2, sehingga total luas lantai produk kursi dingklik sebesar 183,3612 m2. Total luas lantai yang diperlukan untuk gudang produk jadi PT. Alam Sejahtera adalah sebesar 183,3612 m2.



3.2.4 Luas Lantai Perkantoran dan Fasilitas Luas lantai perkantoran dan fasilias yang akan dijelaskan yaitu ruang yang tersedia diperkantoran dan fasilitas dan ukuran ruang yang tersedia diperkantoran dan fasilitas



pada PT. Alam Sejahtera. Luas



lantai perkantoran dan fasilitas yang ada pada PT. Alam Sejahtera dapat dijelaskan pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Luas Lantai Perkantoran



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-41



Berdasarkan tabel 3.6 luas lantai perkantoran menunjukkan informasi-informasi berupa jumlah ruangan yang digunakan, luas ruangan yang dibutuhkan pada PT. Alam Sejahtera. Jumlah ruangan pada luas lantai perkantoran terdapat 13 ruangan yang diantaranya terdiri dari ruang direktur, manajer pemasaran, manajer produksi, manajer keuangan, manajer purchasing, sekretaris, manajer HRD, lobby & receptionist, staff, toilet, office boy, pantry, dan juga meeting room. Ruang direktur sebanyak 1 ruangan yang artinya untuk direktur perusahaan membutuhkan ruang direktur sebanyak 1 ruangan dengan ukuran panjang 7m dan ukuran lebar 5m sehingga perusahaan membutuhkan luas 35m untuk ruang direktur. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai perkantoran adalah sebesar 100 %, hal ini dikarenakan ukuran dari ruangan yang kecil. kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau karyawan dan memudahkan proses pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-42



perkantoran adalah sebesar 283 m2, jadi total luas lantai yang diperlukan untuk perkantoran PT. Alam sejahtera sebesar 566 m 2. Tabel 3.7 Luas Lantai Fasilitas



Berdasarkan



tabel



3.7



luas



lantai



fasilitas



menunjukkan



informasi-informasi berupa jumlah ruangan yang digunakan, luas ruangan yang dibutuhkan pada PT. Alam Sejahtera. Ruang klinik sebanyak



1



ruangan



yang



artinya



untuk



klinik



perusahaan



menyediakan ruang klinik sebanyak 1 ruangan dengan ukuran panjang 5m dan ukuran lebar 3m sehingga perusahaan membutuhkan total luas 15m untuk ruang klinik. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai fasilitas adalah sebesar 100 %, hal ini dikarenakan ukuran dari ruang yang kecil. Kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-43



karyawan dan memudahkan proses pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai perkantoran adalah sebesar 732 m2, jadi total luas lantai yang diperlukan untuk perkantoran PT. Alam Sejahtera sebesar 1098 m2. Tabel 3.8 Ringkasan Luas Lantai



Berdasarkan



tabel



3.8



ringkasan



informasi-informasi



luas



lantai



yang



luas akan



lantai



menunjukan



dibuat



perusahaan.



Ringkasan luas lantainya yaitu terdiri dari luas lantai bahan baku, luas lantai mesin dan peralatan, luas lantai barang jadi, luas lantai perkantoran dan luas lantai fasilitas. Total luas lantai yang diperlukan perusahaan untuk



membangun pabrik atau perusahaan seluas



2714,22395 m2.



3.3



Biaya Penanganan Material



Ongkos material handling merupakan ongkos yang keluar karena adanya suatu aktivitas dari suatu mesin ke mesin lainnya dari suatu departemen ke departemen yang lain dalam satuan tertentu. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan penanganan material antara lain adalah (Elib Unikom, 2017): 1. Kontemporer, yaitu perpindahan barang dari suatu tempat ketempat yang lain. 2. Konvensional, yaitu perpindahan barang dari suatu tempat ketempat yang lain secara individu. Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-44



3. Progresif, yaitu perpindahan barang dari semua sumber dan perpindahan semua barang dalam pabrik secara diam.



Perhitungan ongkos material handling dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor tersebut antara lain adalah alat angkut yang



digunakan,



jarak



pengangkutan,



dan



cara



dalam



mengangkut. Hal-hal yang harus harus diperhatikan dalam menentukan jenis alat angkut yaitu dari berat material, bentuk dan jenis dari material yang akan diangkut serta sifat dari material itu sendiri. Beberapa jenis alat angkut yang umum digunakan antara lain sebagai berikut (Elib Unikom, 2017): 1. Alat angkut dengan tenaga manusia (0 – 15 kg) 2. Alat angkut dengan tenaga walky pallet (16-50 kg) 3. Alat angkut dengan lift truck (lebih dari 50 kg) Material handling yaitu sebagaii ilmu dan seni yang meliputi penanganan



(handling),



atau pengepakan



pemindahan



(packaging),



(moving),



penyimpanan



pembungkusan



(storing)



sekaligus



pengendalian atau pengawasan (controlling) dari bahan atau material dengansegala bentuknya (Apple, 1990).



Material



handling



adalah



suatu



penanganan



material



dengan jumlah yang tepat, kondisi yang baik, material yang sesuai, pada tempat yang cocok dan pada waktu yang tepat dan posisi yang benar dan urutan yang sesuai.



Material handling



cost adalah ongkos yang harus dikeluarkan untuk penanganan material (Jurnal UAI, 2017). Material Handling merupakan salah satu jenis transportasi pengangkutan yang dilakukan dalam perusahaan industri, yang berarti memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi yang lain (Wignjosoebroto, 2003).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-45



Tujuan dari adanya perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Sritomo, 2003): 1. Menjaga



atau



mengembangkan



kualitas



produk,



mengurangi



kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap material. 2. Meningkatkan produktivitas. 3. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja. 4. Mengurangi bobot mati. 5. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas. 6. Sebagai pengawasan persediaan. Dasar



utama



yang



menjadi



pertimbangan



dalam material



handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (Sritomo, 2003): 1. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen fabrikasi menuju departemen assembling. 2. Pemindahan bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis departemen yang lainnya. 3. Pemindahan



bahan



dari



departemen assembling menuju



departemen assembling. 4. Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju



gudang



barang jadi (Shipping).



Pemindahan material merupakan penentuan cara terbaik untuk memindahkan suatu material dari satu tempat proses produksi



ke tempat



yang



lain.



Menekan



ongkos



produksi



merupakan suatu langkah untuk mencari ongkos



material



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-46



handling terkecil. Penekanan ongkos produksi tersebut dapat dilakukan



dengan



cara



menghapus



langkah



transportasi,



mekanisasi dan meminimumkan jarak. Tujuan dari pemindahan material antara lain adalah meningkatkan kapasitas, mengurangi ongkos, memperbaiki pelayanan kepada konsumen, memperbaiki kondisi kerja, dan lain sebagainya (Elib Unikom, 2017). Perhitungan jarak antar stasiun merupakan salah satu hal yang harus ditentukan dalam menghitung ongkos material handling. Rumus untuk menghitung jarak antar stasiun kerja adalah sebagai berikut (Elib Unikom, 2017): ..... …………….3.6 1 1 LuasDepartemenA  LuasDepartemenB 2 2 Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah tata letak yang mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan satusatunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Suatu perencanaan



tata



letak



fasilitas



atau



pabrik,



aktivitas



dalam



pemindahan bahan material merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan material



tersebut



dapat



ditentukan



dengan



terlebih



dahulu



memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu kegiatan operasi, kemudian hal yang harus diperhatikan adalah tipe Lay Out yang akan digunakan. Lay-out by product yaitu penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk yang



akan



merupakan



dibuat



pada



penempatan



satu



departemen.



mesin-mesin



yang



Lay-out sama



By



Process



pada



satu



departemen (Wignjosoebroto, 2003). Masalah tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya



operasi



peralatan



agar



penempatan



departemen



dapat



menimbulkan total biaya penanganan material yang minimum. Oleh karenanya dalam perancangan sistem penanganan material, harus



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-47



diketahui panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan (Elib Unikom, 2017).



3.3.1 Biaya Penanganan Material Komponen Utama Perhitungan mengenai ongkos material handling dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Ongkos material handling dibagi



menjadi



tiga,



yaitu



untuk



komponen



utama,



komponen



tambahan dan barang jadi, sebelum melakukan perhitungan biaya penanganan



material



komponen



utama



terlebih



dahulu



harus



melakukan perhitungan BPM setiap alat angkut yang digunakan. Perhitungan BPM (Biaya Penanganan Material) Perhitungan Alat Angkut (Manusia, Walking Pallet dan Mini Fofklift) Contoh Perhitungan Alat Angkut (Manusia)



Biaya Operator



=



=



= Rp 114.000 BPM/m



= Biaya Operator / Jarak Tempuh per hari = 114.000 / 76,46352 = Rp 1.490,90703



Contoh Perhitungan Alat Angkut (Mini Forklift):



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-48



Depresiasi



=



=



= Rp 57.142,857



Biaya Operator



=



=



= Rp 114.000 Jarak Tempuh



=



= 69,3136 m



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-49



Biaya BBM



=



=



= Biaya BBM = Y.B = 0,2432 x 8.300 = Rp 2.018,6066



=



= Rp 100,9303



Biaya Perawatan



=



=



Total Biaya



= Rp 100.000



= Depresiasi + Biaya Operator + Biaya BBM Biaya Perawatan = Rp 57.142,857 + Rp 114.000 + Rp 100,9303 + Rp100.000 = Rp 271.243,7875



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-50



BPM/m



=



=



= Rp 5.738,00017 Contoh Perhitungan Alat Ang kut (Walking Pallet):



Depresiasi



=



=



= Rp 4.081,6327



Biaya Operator



=



=



= Rp 114.000 Biaya BBM



= Rp 0



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-51



Biaya Perawatan



=



= Rp10.000 Total Biaya



= Depresiasi + Biaya Operator + Biaya BBM Biaya Perawatan = Rp 4.081,6327 + Rp 114.000 + Rp 0 + Rp 10.000 = Rp 128.081,6327



BPM/m



=



=



= Rp 1.936,86038 Biaya penanganan material pada komponen utama yang terdiri dari papan alas, papan kaki-kaki, papan crossbar depan belakang, papan crossbar kiri kanan, papan crossbar segitiga. Perhitungan biaya penanganan material komponen utama dapat dijelaskan pada tabel 3.9.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-52



Tabel 3.9 Perhitungan BPM Komponen Utama



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-53



Nilai yang diperoleh untuk mengisi kolom pada tabel 3.8 dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.9 : Kolom 1, 2, 3 dan 4 dapat diketahui dari data komponen utama, data komponen tambahan dan MPPC Kolom 5 (Kuantitas/Hari)



= Kuantitas Komponen x Jumlah Produk/Hari = 1 x 676 = 676 unit



Kolom 6 (Volume/Produk) = (p x l x t) x Kuantitas/hari = (30 x 23 x 2,1) x 676 = 979.524 cm3 Kolom 7 (Berat Bentuk)



= Berat Komponen – (Berat



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-54



Komponen x %Scrap) = 0,653 – (0,653x0%) = 0,653 kg Kolom 8 (Berat Total)



= Berat Bentuk x Kuantitas/Hari = 0,653 x 676 = 441,428 kg



Kolom 9(Alat Angkut)



= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 1.358,084 kg = Menggunakan mini forklift karena berat total seluruhnya lebih dari 150 kg.



Kolom 10 (Frekuensi/Hari) =



=



= 0,6925 ≈ 1



BPM/m



=



=



= Rp 5.738,00017



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-55



Kolom 12



=



(Jarak antar departemen) = = 12,47556 m Kolom 13 (Total BPM)



= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 1 x 5.738,00017 x 12,47556 = Rp 71.582,7635



Perhitungan diatas merupakan perhitungan untuk komponen papan alas kursi dingklik. Jumlah komponen per hari adalah 676 unit. Volume komponen yang akan dibawa sebesar 979.524 cm 3 dengan berat total 0,653 kg. Berat total satu buah komponen papan alas yang akan diangkut sebesar 441,428 kg . Alat angkut yang digunakan adalah mini forklift karena berat total komponen utama sebesar 1.358,084 dan lebih dari 150 kg. Frekuensi pengangkutan per hari sebanyak 1 kali yang berarti komponen utama hanya diangkut sebanyak 1 kali. Biaya Penanganan Material (BPM) sebesar Rp 5.738,00017 per meter yang berarti komponen utama yang diangkut oleh mini forklift harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.738,00017 per meternya untuk setiap komponen utama. Jarak antar departemen sebesar 12,47556 meter yang berarti seberapa jarak tempuh alat angkut untuk memindahkan komponen utama dari receiving ke meja fabrikasi . Total BPM yang didapatkan sebesar Rp 71.582,7635 yang berarti besar biaya penanganan material perpindahan dari departemen receiving sampai departemen meja fabrikasi.



3.3.2 Biaya Penanganan Material Komponen Tambahan Perhitungan mengenai biaya penanganan material dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-56



bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Biaya penanganan material dibagi menjadi tiga, yaitu untuk komponen utama, komponen tambahan dan barang jadi. Perhitungan biaya penanganan material komponen tambahan dapat dijelaskan pada table 3.10.



Tabel 3.10 BPM Komponen Tambahan



Nilai yang didapatkan untuk mengisi kolom pada tabel 3.10 dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.10 : Kolom 1, 2, 3 dan 4 dapat diketahui dari data komponen utama, data komponen tambahan dan MPPC Kolom 5 (Jumlah pcs)



= Kuantitas komponen x jumlah produk



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-57



= 8 x 676 = 5.408 pcs



Kolom 6 (Kemasan/hari)



=



=



= 109 pcs Kolom 7 (Volume/kemasan)



= (p x l x t) x kemasan/hari = (5 x 5 x 1)x 109 = 2.725 cm3



Kolom 8 (Berat kemasan)



= Jumlah unit 1 kemasan x Berat 1 komponen tambahan = 50 x 0,005 = 0,25 kg



Kolom 9 (Berat total)



= Kemasan/hari x Berat kemasan = 109 x 0,25 = 27,25 kg



Kolom 10 (Alat angkut)



= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 95,609 kg = Menggunakan walking pallet karena jumlah berat total seluruh antara 1 kg sampai 50 kg.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-58



Kolom 11 (Frekuensi/hari) =



=



= 0,014 ≈ 1 kali



BPM/m



=



=



= Rp 1.936,86038 Kolom 13



=



(Jarak antar departemen)



=



= 66,12848 Kolom 14 (Total BPM)



= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 1 x 1.936,86038 x 66,12848



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-59



= 128.081,63277 Contoh perhitungan diatas adalah untuk komponen tambahan yaitu paku, lem, dan busa. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 1 adalah 5.408 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 1 adalah sebanyak 109 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.725 cm 3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 27,25 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 2 adalah 4.056 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 2 adalah sebanyak 98 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.050 cm3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 20,5 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 3 adalah 4.056 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 2 adalah sebanyak 98 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.050 cm 3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 20,5 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 4 adalah 5.408 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 1 adalah sebanyak 109 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.725 cm3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 27,25 kg. Jumlah komponen per hari dari lem dengan jenis material cair untuk perakitan 5 adalah 676 pcs. Kemasan per hari lem untuk perakitan 5 adalah sebanyak 1 botol. Volume kemasan lem sebesar 245 cm3 dengan berat kemasan 0,03 kg. Berat total dari lem sebesar 0,03 kg. Jumlah komponen per hari dari busa dengan jenis material busa untuk perakitan 5 adalah 676 pcs. Kemasan per hari lem untuk perakitan 5 adalah sebanyak 1 botol. Volume kemasan lem sebesar 1.176 cm3 dengan berat kemasan 0,079 kg. Berat total dari lem sebesar 0,079 kg. Alat angkut yang digunakan yaitu walking pallet karena berat total komponen sebesar 95,069 kg karena berat total seluruh



komponen



berada



dalam



range



21-150



kg.



Frekuensi



pengangkutan per hari sebanyak 1 kali. Biaya penanganan material sebesar Rp 1.936,86038 per meter. Jarak antar departemen sebesar



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-60



66,12848



meter.



Total



BPM



yang



didapatkan



sebesar



Rp



128.081,63277. Biaya



penanganan



material



perpindahan



dari



departemen



receiving sampai departemen pengecatan pada komponen cat



3.3.3 Biaya Penanganan Material Produk Jadi Perhitungan mengenai biaya penanganan material dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Biaya penanganan material dibagi menjadi tiga, yaitu untuk komponen utama, komponen tambahan dan barang jadi. Perhitungan biaya penanganan material produk jadi dapat dijelaskan pada tabel 3.11. Tabel 3.11 BPM Produk Jadi



Nilai yang didapatkan untuk mengisi kolom pada tabel 3.10, dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.11 : Kolom 1, 2, 3, 4 dan 5 dapat diketahui berdasarkan proses produksi masing-masing kelompok Kolom 6 (Volume produk total)



= (p x l x t) x Kuantitas/hari = (29 x 22 x 17) x 676 = 7.331.896 cm3



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-61



Kolom 6 (Volume kemasan total)= (p x l x t) x Kemasan/hari (untuk p, l, dan t sudah diTambah allowance 0,5 cm) = (29,5 x 22,5 x 17,5) x 676 = 7.852.163 cm3 Kolom 7 (Berat produk akhir)



= Berat produk + (berat komponen tambahan x kuantitas komponen tambahan dalam 1 produk) = 1,1183986 + 0,25 = 1,3673986 kg



Kolom 8 (Berat produk total)



= Berat produk x kemasan/hari = 1,1183986 x 676 = 756,03745 kg



Kolom 8 (Berat total)



= (Berat produk Akhir + 0,25) x Kemasan/hari = 1,3673986 x 676 = 924,36145 kg



Kolom 9 (Alat Angkut)



= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 756,03745 kg = Menggunakan mini forklift karena berat total



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-62



seluruhnya lebih dari 150 kg.



Kolom 10 (Frekuensi/hari)



=



= 7.331.896 / 3.375.000 = 2,1724 ≈ 3 kali



Kolom 11 (BPM/m)



=



=



= Rp 12.305,20698 Kolom 12



=



(Jarak antar departemen)



=



= 9,9807 m Kolom 13 (Total BPM)



= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 3 x 12.305,20698 x 9,9807 = Rp 368.443,7378



Contoh perhitungan diatas adalah untuk produk jadi. Produk per hari sebanyak 676 unit. Volume produknya sebesar 7.331.896 cm 3 dengan berat bentuk 1,3673986 kg. Berat total sebesar 924,36145 kg. Alat angkut yang digunakan adalah mini forklift karena berat total komponen



utama



sebesar



924,36145



kg



dan



lebih



dari



150



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-63



kg.Frekuensi



pengangkutan



per



hari



sebanyak



3



kali.



Biaya



penanganan material sebesar Rp 12.305,20698 per meter. Jarak antar departemen sebesar 9,9807 meter. Total BPM yang didapatkan sebesar Rp 368.443,7378.



3.4



Alokasi Layout Melakukan



suatu



perencanaan



tata



letak



fasilitas/pabrik,



aktivitas dalam pemindahan bahan material (material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan material tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu kegiatan operasi, kemudian hal yang harus



diperhatikan



adalah



tipe



layout



yang



akan



digunakan



(Wignjosoebroto, 2009). Macam-macam tipe layout yaitu,



layout by product adalah



penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk yang akan dibuat pada satu departemen. Keuntungan menggunakan tipe layout by product yaitu, pergerakan material tidak terlalu besar, jika pergerakan material tidak terlelu besar, maka ongkos material handling kecil, keseimbangan lintasan akan mudah dilakukan atau mudah diawasi, ruangan untuk masing-masing mesin atau stasiun kerja relatif kecil, dan waktu penyelesaian produk bisa lebih cepat. Kerugian menggunakan tipe layout by product yaitu, jika terjadi kerusakan pada satu mesin akan menyebabkan kerusakan pada satu sistem, tingkat fleksibelitas pada masing-masing departemen kecil, dan tingkat bottle neck (penumpukan) akan terjadi lebih besar jika salah satu mesin lambat (Wignjosoebroto, 2009) Layout by process adalah penempatan mesin-mesin yang sama pada satu departemen, keuntungan menggunakan layout by process yaitu, pemakaian mesin-mesin dapat direncanakan dengan lebih baik terhadap perubahan produk dan dengan mudah dapat dirubah



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-64



urutannya,



mudah



menjaga



kontinyuitas



produksinya,



bila



ada



kerusakan mesin, kekurangan bahan, pekerja tidak masuk, dan yang terakhir mendorong pekerja untuk berproduksi lebih banyak. Kerugian dari layout by process adalah perencanaan dan penjadwalan produksi menjadi lebih rumit, memerlukan pemindahan barang yang lebih banyak, pergerakan material lebih besar, maka material handling pun besar, dibutuhkan tempat yang besar untuk masing-masing stasiun kerja,



memerlukan



pekerjaan,



waktu



tenaga



kerja



pembuatan



terlatih produk



untuk



macam-macam



relatif



lebih



lama



(Wignjosoebroto, 2009). Pola aliran digunakan untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi terdiri dari lima kategori. Pola aliran tersebut yang terdiri dari Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai jika proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.2 (Wignjosoebroto, 2009).



Gambar 3.2 Pola Aliran Straight Line



Pola aliran zig-zag atau s-shaped sangat baik diterapkan jika aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Arah aliran bahan akan dibelokan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.3 (Wignjosoebroto, 2009).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-65



Gambar 3.3 Pola Aliran Zig-zag



Pola aliran u-shaped ini akan dipakai jika dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka aliran u-shaped ini akan tidak efisien. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.4 (Wignjosoebroto, 2009).



Gambar 3.4 Pola Aliran U-shaped



Pola aliran bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan jika dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Aliran ini baik dipakai apabila departemen penerimaan material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.5 (Wignjosoebroto, 2009).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-66



Gambar 3.5 Pola Aliran Circular



Pola ini jarang dipakai karena pada umumnya pola ini digunakan untuk perpindahan bahan secara mekanis dan keterbatasan ruangan. Dalam keadaan tersebut, pola ini memberi lintasan terpendek dan berguna banyak pada area yang terbatas. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.6 (Wignjosoebroto, 2009).



Gambar 3.6 Pola Aliran Odd Angle



From



to



chart



(FTC)



merupakan



penggambaran



tentang



beberapa total OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik menuju pabrik lainnya. Sehingga dari peta ini dapat dilihat ongkos material handling



secara



keseluruhan,



mulai



dari



gudang



bahan



baku



(receiving) menuju pabrikasi, assembling dan terakhir gudang barang jadi (shipping) (Elib Unikom, 2017).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-67



Inflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang masuk dari suatu departemen ke departemen lainnya. Outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari suatu departemen ke departemen lainnya. Referensi perhitungan inflow-outflow dari OMH dan FTC, yaitu ongkos yang dibutuhkan untuk material handling dari satu mesin ke mesin lainnya dan sebaliknya (Elib Unikom, 2017). Tabel



skala



prioritas



(TSP)



adalah



suatu



tabel



yang



menggambarkan urutan prioritas antar departemen/mesin dalam suatu lintas atau layout produksi. Referensi TSP didapat dari perhitungan inflow dan outflow, dimana prioritas diurutkan berdasarkan harga koefesien



ongkosnya.



Tujuan



pembuatan



TSP



adalah



untuk



meminimkan ongkos, untuk mengoptimalkan layout dan untuk memperkecil jarak perpindahan (Elib Unikom, 2017).



3.4.1 Form to Chart (FTC) Form to chart adalah salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi juga penggambaran tentang berapa total OMH dari suatu bagian aktivitas satu ke aktivitas lainnya dalam pabrik (Sritomo, 2002). Perhitungan pertama yang dilakukan untuk menentukan form to chart (FTC) dari proses produksi kursi dingklik dapat dijelaskan pada table 3.12. Tabel 3.12 From To Chart (FTC)



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-68



Berdasarkan tabel From to Chart (FTC) diatas menginformasikan bahwa terdapat ongkos yang dibutuhkan untuk perpindahan material dari mesin satu ke mesin berikutnya. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen receiving (R) ke meja fabrikasi (F1) adalah sebesar Rp. 71582,1363. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen meja fabrikasi (F1) ke mesin potong (F2) adalah sebesar Rp. 122.723,3097. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen mesin potong (F2) ke mesin serut (F3) adalah sebesar Rp. 71192,0241. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen mesin serut (F3) ke departemen 49585,6952.



Ongkos



assembly (A1) adalah sebesar Rp.



perpindahan



material



yang



terdapat



dari



departemen assembly (A1) ke mesin pengecatan (F4) adalah sebesar Rp. 368443,7378. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen pengecatan (F4) ke shipping (S) adalah sebesar Rp. 445257,7618. Ongkos-ongkos ini kemudian dijumlahkan, dimana hasil penjumlahan ongkos per baris menunjukkan total ongkos yang keluar dari mesin. Tabel 3.13 From To Chart Inflow



Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diketahui nilai koefisien ongkos yang masuk ke dalam tiap mesin atau departemen. Contoh Perhitungan untuk mencari koefisien ongkosnya adalah sebagai berikut :



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-69



FTC Inflow



=



Dari R ke F1 =



=1 Berdasarkan



tabel



From



to



Chart



(FTC)



Inflow



diatas



menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang masuk dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga ongkos di meja fabrikasi dengan ongkos yang masuk ke meja fabrikasi biayanya sama. Hasil dari mesin potong, mesin serut, dan juga pada shipping sama semuanya yaitu 1 yang berarti ongkos yang masuk ke bagiannya masing-masing



biayanya



sama.



Koefisien



dari



bagian



assembly



berbeda dengan yang lainnya, pada bagian receiving ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,721. Koefisien dari bagian mesin serut ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,279. Hasil ongkos tersebut kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang masuk di meja assembly berbeda dan tidak sama dibandingkan dengan ongkos yang lainnya. Tabel 3.14 From To Chart Outflow



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-70



Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diketahui nilai koefisien ongkos yang keluar dari tiap mesin atau departemen. Contoh Perhitungan untuk mencari koefisien ongkosnya adalah sebagai berikut :



FTC Outflow =



Dari R ke F1 =



Berdasarkan



= 0,583



tabel



From



to



Chart



(FTC)



Outflow



diatas



menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang keluar dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,583. Koefisien ongkos yang keluar dari meja fabrikasi (F1) ke bagian mesin potong (F2) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,724. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin potong (F2) ke bagian mesin serut (F3) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,436. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin serut (F3) ke bagian assembly (A1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,135. Koefisien ongkos yang keluar dari assembly (A1) ke bagian



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-71



pengecatan (F4) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,827. Hasil ongkos yang kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang keluar dari masing-masing mesin atau bagian lebih mahal dibandingkan dengan ongkos di mesin atau bagian yang bersangkutan dan sebaliknya koefisien ongkos bernilai lebih dari 1 hal itu menunjukkan bahwa harga ongkos yang keluar di bagiannya masing-masing lebih murah.



3.4.2 Tabel Skala Prioritas (TSP) Tabel skala prioritas berfungsi untuk membantu dan menentukan kegiatan yang harus diletakan pada satu tempat maka digunakan derajat kedekatan. Pengisian derajat kedekatan berdasarkan angkaangka atau koefisien dari from to chart inflow dan from to chart outflow dengan range nilai untuk masing-masing derajat kedekatan (Apple, 1990). Tabel skala prioritas untuk pembuatan produk kursi dingklik adalah sebagai berikut : Tabel 3.15 Skala Prioritas (TSP)



Tabel skala prioritas merupakan tabel from to chart yang terpilih berdasarkan koefisien ongkos yang terkecil antara from to chart inflow dan from to chart ouflow. Tabel skala prioritas adalah penjelasan mengenai urutan prioritas antar departemen atau mesin dalam suatu layout produksi. Pengisian tabel skala prioritas didapat dari hasil perhitungan antara from to chart inflow dan outflow berdasarkan nilai



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-72



koefisien



ongkos



yang



terkecil.



Tabel



diatas



juga



menunjukkan



kedekatan antar departemen satu dengan yang lainnya.



3.4.3 Activity Relationship Diagram (ARD) Activity relationship diagram adalah diagram hubungan antara aktivitas



departemen



atau



mesin



berdasarkan



tingkat



prioritas



kedekatan yang bertujuan untuk meminimalkan ongkos handling. Berikut ini adalah activity relationship diagram untuk proses produksi kursi dingklik.



F4



Gambar 3.7 Pola Aliran U-Shape



Pola aliran bahan yang digunakan pada tempat ini adalah jenis pola aliran U-Shape. Urutan pola aliran ini diketahui dari Tabel Skala Prioritas (TSP). Nilai yang diambil adalah nilai dari From To Chart (FTC) Outflow, karena memiliki koefisien terkecil. Berdasarkan TSP, diketahui bahwa dari ruang R memilki 2 prioritas, yang artinya ruang R harus berdekatan dengan A1 dan F4 agar proses produksi lebih efisien dan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi tenaga, ekonomi, maupun waktu.



Keuntungan



menggunakan



pola



aliran



U-Shape



karena



meningkatkan pemanfaatan fasilitas transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material dan produk jadi dan aliran perpindahan bahan relatif panjang.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-73



BAB IV ASPEK FINANSIAL



4.1



Tabel Investasi Awal Aspek finansial yaitu aspek yang terdapat dalam studi



kelayakan bisnis yang digunakan untuk menganalisis berapa besarnya



biaya



investasi



dan



modal



kerja,



serta



tingkat



pengembalian investasi yang diperlukan untuk mejalankan suatu bisnis. Bisnis yang berorientasi pada keuntungan memerlukan aspek finansial untuk megetahui berapa tingkat keuntungan suatu bisnis secara finansial. Tujuan dari aspek finansial adalah untuk mengetahui kesiapan modal yang akan digunakan untuk



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-74



menjalankan suatu bisnis dan berapa besarnya keuntungan yang dihasilkan dari suatu bisnis akan dijalankan (Prastowo, 2013). Investasi adalah mengorbankan uang sekarang untuk uang di masa yang akan datang. Pengertian ini mengandung dua atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko serta tenggang



waktu.



Mengorbankan



uang



yaitu



menanamkan



sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (Koesamir, 2012). Ada empat faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi, yaitu (Binus, 2016): 1. Modal yaitu berapa banyak dana yang diperlukan untuk melakukan investasi sampai perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang melebih dari investasi yang dikeluarkan. 2. Tingkat pengembalian yaitu berapa persen tingkat keuntungan yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. 3. Tingkat resiko yaitu berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian



yangdapat



mengurangi



jumlah



modal



bahkan



menghabiskan modal perusahaan. Arus dana yaitu seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas secara fisikyang dapat ditarik dari modal yang sudah disetor. Biaya



ivestasi



awal



merupakan



biaya



awal



yang



dikeluarkan untuk awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Berikut merupakan tabel 4.1 biaya investasi awal dari PT. Alam Sejahtera. Tabel 4.1 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-75



Tabel 4.2 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera (Lanjutan)



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-76



Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera (Lanjutan)



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-77



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-78



Berdasarkan tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.3 telah didapatkan biaya investasi awal yang dimiliki oleh PT. Alam Sejahtera. Berikut merupakan contoh perhitungan dari investasi awal. Tanah



= Ringkasan Luas Lantai Produksi + Luas Lantai Perkantoran + Luas Lantai Fasilitas = 1050,22395 + 566 + 1098 = 2714,22395 m2



Bangunan tertutup



= Luas Lantai Produksi + Luas Lantai Perkantoran + Luas Lantai Fasilitas (Tertutup) = 1050,22395 + 566 + 121 = 1737,22395 m2



Bangunan terbuka



= Tanah - Bangunan Tertutup = 2174,22395 – 1737,22395 = 977 m2



Jumlah mesin



= Berdasarkan MPPC



Umur (Tahun)



= Bangunan (50 tahun), mesin (10 tahun), ..,.peralatan pabrik (1-5 tahun)



Total Harga



= Jumlah x Harga/ Unit



(Contoh: Tanah)



= 2174,22395 x 68.965,52 = Rp 187.187.858,62



Nilai Sisa



=



(Contoh: Bangunan Tertutup) = = Rp17.372.239,50



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-79



Nilai susut/tahun



=



(Contoh: Bangunan Tertutup) = = Rp17.024.794,71 Total Investasi Awal



= Penjumlahan Total Harga



Modal Sendiri (75%)



= Rp1.739.086.033,62 = Total Investasi awal x 75% = Rp1.739.086.033,62 x 75% = Rp1.304.314.525,21



Modal Pinjam (25%)



= Total Investasi awal x 25% = Rp1.739.086.033,62 x 25% = Rp 434.771.508,40



Berdasarkan tabel 4.1 hingga 4.3 terdapat komponen biaya investasi berisi hal-hal yang berhubungan dengan pendirian suatu perusahaan seperti tanah, bangunan tertutup, bangunan terbuka, serta peralatan kebutuhan baik produksi, kebutuhan perkantoran serta kebutuhan fasilitas. Tanah memiliki luas sebesar 2714,22395 m2, bangunan tertutup memiliki jumlah luas tanah sebesar 1737,22395 m2 serta bangunan terbuka memiliki jumlas luas tanah sebesar 977 m 2. Luas bangunan tertutup merupakan area luas tanah yang meliputi luas lantai pabrik, luas lantai perkantoran, serta luas lantai fasilitas dalam area tertutup. Luas bangunan terbuka merupakan area luas tanah terbuka yang meliputi taman, parkiran, pembuangan limbah dan sebagainya. Peralatan pendukung seperti kebutuhan produksi, kebutuhan perkantoran serta kebutuhan fasilitas yang lain terdiri dari satuan unit maupun set, seperti 12 unit meja fabrikasi, 1 unit meja direktur, meja pantry 2 unit dan sebagainya. Harga per unit Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-80



menunjukkan harga dari setiap unit tanah, bangunan, dan peralatan pendukung produksi, fasilitas, serta perkantoran. Harga per unit dari bangunan tertutup sebesar Rp 68.965,52 dan dengan total biaya sebesar Rp 187.187.858,62 dan sebagainya. Umur ekonomis merupakan periode waktu dari suatu peralatan atau aset yang diharapkan dapat berfungsi secara ekonomis. Aset atau unit yang telah melewati umur ekonomis tersebut perlu mengalami pergantian dikarenakan sudah tidak layak untuk digunakan. Umur ekonomis dari bangunan tertutup dan terbuka selama 50 tahun, umur ekonomis mesin selama 10 tahun, dan umur ekonomis peralatan pabrik selama 1 sampai 5 tahun. Nilai sisa merupakan perkiraan harga dari suatu komponen setelah digunakan sesuai dengan umur ekonomisnya. Suatu barang akan menurun nilainya apabila setelah melewati umur ekonomisnya



dikarenakan



kondisi



barang



yang



menurun



performanya dan kualitasnya. Nilai sisa dari bangunan tertutup sebesar



Rp17.372.239,50



tanah



tidak



memiliki



nilai



sisa



dikarenakan tidak mempunyai umur ekonomis. Nilai susut merupakan nilai depresiasi dari suatu komponen per tahun seiring berkurangnya umur ekonomis dari komponen tersebut. Komponen tanah tidak memiliki nilai susut per tahun karena nilai tanah cenderung tetap atau naik sedangkan nilai susut bangunan tertutup sebesar Rp17.024.794,71. Total harga untuk komponen biaya investasi yang perlu dikeluarkan oleh PT. Alam Sejahtera dalam mendirikan suatu usaha sebesar Rp1.739.086.033,62. total biaya merupakan total harga yang perlu dikeluarkan oleh investor untuk mendirikan suatu



perusahaan.



Modal



sendiri



merupakan



modal



yang



dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri dengan persentase 75%



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-81



dari total biaya sehingga besar biaya yang harus dikeluarkan investor PT. Alam Sejahtera sebagai investasi awal sebesar Rp1.304.314.525,21. Modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dengan melakukan peminjaman bank sebesar 25% dari total harga untuk membuat suatu perusahaan, sehingga modal yang



dipinjam



perusahaan



kepada



Bank



sebesar



Rp



434.771.508,4. 4.2



Biaya Modal Kerja Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh



perusahaan



untuk



memperoleh



dana



baik



hutang,



saham



preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan (Ismawati, 2010). Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting didalam perusahaan selain aktiva tetap. Tersedianya modal yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergatung dari tipe aktiva lancar yang dimiliki perusahaan seperti kas, piutang dan efek (Binus, 2016). Modal kerja adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan (Binus, 2016). Pengertian



modal



kerja



ada



dua,



yakni



sebagai



berikut



(Jumingan, 2006): 1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancer terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). 2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal bruto (gross working capital).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-82



Biaya modal kerja merupakan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan proses produksi berdasarkan komponen biaya serta tenaga kerja yang ada dalam investasi awal. Berikut merupakan gambar 4.4 biaya modal kerja dari PT. Alam Sejahtera. Tabel 4.4 Biaya Modal Kerja PT. Alam Sejahtera



Berdasarkan tabel 4.4 biaya modal kerja dapat diketahui jumlah modal kerja yang dimiliki oleh PT. Alam Sejahtera untuk produksi



setiap



tahunnya.



Berikut



merupakan



contoh



perhitungan dari modal kerja. PBB Tanah



= Investasi awal tanah x 5% = Rp 187.187.858,62 x 5% = Rp9.359.392,93



Bangunan Tertutup



= Investasi bangunan tertutup x 5% = Rp868.611.975 x 5% = Rp43.430.599



Penyusutan



= Nilai penyusutan pada investasi awal



(terdapat pada tahun 1-5)



= Rp62.299.731,11



Tenaga Kerja Tak Langsung = TK TL Perkantoran x 12



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-83



Perkantoran



= Rp31.400.000 x 12 = Rp376.800.000



Biaya Bahan Langsung Lotting



= Kuantitas x Target Produksi x Hari Kerja = 1 x 676 x 245 =165.620



(Contoh: Papan Alas)



= Biaya Komponen x (Lotting) = Rp5000 x 165.620 = Rp828.100.000



Biaya Bahan Tak Langsung Lotting



= Kuantitas x Target Produksi x Hari Kerja = 4 x 676 x 245 = 662.480



(Contoh: Papan Kaki-Kaki)



= (Lotting x harga) + (Kemasan/Hari) x Hari Kerja x 1000 = (662.480 x 1460) + 676 x 245 x 1000 = Rp1.132.840.800



Biaya Overhead Pabrik



= Rp75.000.000 x (10% x Rp 75.000.000)



(Contoh: Tahun 2)



= Rp82.500.000



Gaji Tenaga Kerja Langsung = Total Gaji Tenaga Kerja Langsung x 12 = Rp166.440.000 x 12 = Rp 1.997.280.000 Gaji Tenaga Kerja Tak



= Rp115.200.000 x 12



Langsung Non Perkantoran = Rp 1.382.400.000 Total Modal Kerja



= Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun 1



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-84



= Rp112.789.992 + Rp 12.265.993.563 = Rp12.378.783.555 Modal Sendiri



= (Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun1) x75% = Rp12.378.783.555 x 75% = Rp9.284.087.666



Modal Pinjaman



=(Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun 1) x25% = Rp12.378.783.555 x 25% = Rp3.094.695.889



Biaya modal kerja merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi. Biaya modal kerja terdiri dari biaya pra-investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya pra-investasi yaitu biaya yang harus dikeluarkan pendirian



oleh



perusahaan



perusahaan



sebelum



dengan



biaya



melakukan investasi pra-investasi



sebesar



Rp60.000.000. Biaya tetap adalah biaya pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Biaya tetap terdiri dari pajak bumi, bangunan untuk tanah dan bangunan tertutup, biaya penyusutan, serta biaya tenaga kerja tak langsung perkantoran. Biaya bangunan untuk tanah sebesar Rp9.359.392,93 dan biaya bangunan untuk bangunan



tertutup



sebesar



Rp43.430.599.



biaya



tersebut



didapat dari investasi awal yang dikali dengan 5% yang artinya untuk tahun 0 sampai dengan tahun 5. Biaya penyusutan mempunyai nilai sebesar 62.299.731,11 yang telah didapat dari tabel



investasi



awal.



biaya



tenaga



kerja



tak



langsung



perkantoran mempunyai biaya sebesar Rp476.800.000 yang Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-85



telah didapat dari biaya tenaga kerja tak langsung perkantoran selama satu tahun. Biaya variabel adalah biaya yang dapat dipengaruhi oleh perubahan volume produksi serta sifatnya yang berubah-ubah. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan langsung, biaya bahan tak langsung, biaya overhead, biaya untuk tenaga kerja langsung dan biaya untuk tenaga kerja tak langsung non perkantoran. Biaya bahan langsung merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk komponen utama dengan nilai sebesar Rp828.100.000 untuk komponen papan alas yang artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan komponen papan alas. Biaya



bahan



tak



langsung



merupakan



biaya



yang



harus



dikeluarkan untuk komponen tambahan dengan nilai sebesar Rp1.132.840.800 untuk komponen papan kaki-kaki yang artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan komponen papan kaki-kaki. Biaya overhead adalah biaya variabel produksi selain dari biaya bahan langsung dan biaya bahan tak langsung.



Biaya



tersebut



meliputi



biaya



perbaikan



dan



pemeliharaan, biaya transportasi, biaya telpon, biaya listrik, dan sebagainya.



Biaya



overhead



pada



tahun



ke-1



sebesar



Rp75.000.000. Biaya overhead untuk tahun ke-2 sampai dengan tahun



berikutnya



mengalami



kenaikan



sebesar



10%



yang



diasumsikan naik setiap tahunnya untuk menunjang kegiatan produksi. Gaji tenaga kerja langsung mempunyai nilai sebesar Rp1.997.280.000 yang digunakan untuk membiayai gaji tenaga kerja langsung setiap tahunnya yang terdiri dari operator produksi serta operator alat angkut. Gaji tenaga kerja tak langsung



non



perkantoran



mempunyai



nilai



sebesar



Rp1.382.400.000 yang digunakan untuk membiayai gaji tenaga kerja tak langsung non perkantoran tiap tahunnya yang terdiri dari satpam, OB, dan sebagainya. Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-86



Total modal kerja mengalami kenaikan setiap tahunnya yang disebabkan oleh kenaikan biaya overhead. Total modal kerja pada tahun ke-0 sebesar Rp112.789.992 yang didapat dari biaya bahan langsung serta tak langsung namun tidak termasuk gaji tenaga kerja langsung serta tak langsung dikarenakan tahun awal belum terdapat pegawai. Modal kerja sendiri merupakan modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya modal kerja sebesar 75% yang didapat dari total biaya tahun 0 dengan tahun 1 sebesar Rp9.284.087.666. merupakan



modal



yang



diperoleh



Modal pinjaman



dengan



melakukan



peminjaman kepada Bank sebesar 25% dari total modal kerja, sehingga modal yang dipinjam perusahaan kepada Bank sebesar Rp3.094.695.889. 4.3



Perhitungan Harga Pokok Penjualan Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi



yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan di kurang persediaan produk dalam proses akhir (Bustami, 2010). Proses pengklasifikasian biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahapan yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen yaitu biaya manufaktur beban dan beban komersial. Biaya manufaktur juga disebut sebagai biaya produksi biaya pabrik yang biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya. Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-87



produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Bustami, 2010).



1. Biaya bahan baku langsung. Biaya



bahan



baku



langsung



adalah



bahan



baku



yang



merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. 2. Tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. 3. Biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Harga



pokok



penjualan



adalah



seluruh



biaya



yang



dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Terdapat manfaat dari harga pokok penjualan, yaitu sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian. Bunga bank adalah keuntungan yang diberikan oleh bank kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan persentase dan jumlah tabungan nasabah. Laba atau rugi adalah selisih jumlah antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya produksi. Depresiasi



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-88



adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi (Apple, 1990). Perhitungan



harga



pokok



penjualan



merupakan



perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui berapa harga pokok penjualan dan harga jual dari suatu produk. Berikut merupakan tabel 4.5 perhitungan harga pokok penjualan untuk produk kursi dingklik. Tabel 4.5 Perhitungan HPP Produk Kursi Dingklik



Berdasarkan tabel 4.5 harga pokok penjualan terdapat beberapa



contoh



perhitungan.



Berikut



merupakan



contoh



perhitungannya. PBB



= PBB tanah dan bangunan tertutup = Rp9.359.392,93 + Rp43.430.599 = Rp52.789.991,68



Penyusutan



= Total biaya penyusutan investasi awal = Rp62.299.731,11



Biaya bahan langsung



= Total biaya bahan langsung



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-89



= Rp3.179.904.000 Biaya bahan tak langsung



= Total biaya bahan tak langsung = Rp5.139.519.840



Biaya overhead pabrik



= Total biaya overhead = Rp75.000.000



Gaji Tenaga Kerja Tak



= Total gaji TK TL perkantoran



Langsung Perkantoran



= Rp376.800.000



Gaji Tenaga Kerja langsung



= Total gaji Tenaga Kerja langsung = Rp1.997.280.000



Gaji Tenaga Kerja Tak



= Total gaji TK TL NP



Langsung Non Perkantoran



= Rp.1.382.400.000



Biaya fabrikasi total



= PBB + penyusutan + biaya bahan langsung + biaya bahan tak langsung ....biaya overhead pabrik + gaji TK TL perkantoran + gaji TK langsung + gaji TK TL NP = Rp52.789.991,68 + Rp62.299.731,11 + Rp3.179.904.000...+ Rp5.139.519.840 + Rp75.000.000 + Rp376.800.000 + Rp1.997.280.000 + Rp.1.382.400.000 = Rp12.265.993.562.8



PPN



= 15% x Harga Pokok Penjualan



Profit



= 15% x Rp12.265.993.562.8 = Rp1.839.899.034,42 = Harga Pokok Penjualan x 30% = Rp12.265.993.562.8 x 30%



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-90



= Rp3.679.798.068,84 Harga Jual



= Harga Pokok Penjualan + PPN + Profit = Rp12.265.993.562.8 + Rp1.839.899.034,42 + Rp3.679.798.068,84 = Rp17.785.690.666



HPP/ unit



=



= = Rp74.061 Harga jual/ unit



=



= = Rp107.389 PBB



merupakan



pajak



bumi



dan



bangunan



yang



didapatkan dari hasil penjumlahan dari PBB tanah dan PBB bangunan tertutup pada tabel modal kerja dengan total biaya sebesar



Rp52.789.991,68.



Biaya



penyusutan



yaitu



nilai



depresiasi dari suatu komponen per tahun seiring berkurangnya umur ekonomis dari komponen tersebut dan diperoleh biaya penyusutan sebesar Rp62.299.731,11. Biaya bahan langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat komponen utama dengan nilai sebesar Rp3.179.904.000. Biaya bahan tak langsung yaitu



biaya



yang



dikeluarkan



untuk



membuat



komponen



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-91



tambahan



serta



box



kemasan



Rp5.139.519.840. Biaya dikeluarkan



apabila



dengan



nilai



sebesar



overhead merupakan biaya yang



terjadi



pengeluaran-pengeluaran



tidak



terduga sebuah perusahaan dengan nilai sebesar Rp75.000.000. Biaya gaji tenaga kerja tak langsung perkantoran yaitu biaya untuk bagian perkantoran dengan hasil sebesar Rp376.800.000. Biaya gaji tenaga kerja langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bagian produksi seperti operator mesin serta operator alat angkut dengan nilai sebesar Rp1.997.280.000. Biaya gaji tenaga kerja tak langsung non perkantoran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bagian seperti satpam, sebagainya fabrikasi



dengan



total



nilai



merupakan



sebesar biaya



office boy dan



Rp1.382.400.000. yang



dibutuhkan



Biaya untuk



menunjang seluruh kegiatan produksi dengan nilai sebesar Rp12.265.993.562,8. Harga pokok penjualan merupakan biaya yang dihabiskan untuk memproduksi produk kursi dingklik dengan nilai sebesar Rp12.265.993.562,8. Harga jual merupakan harga penjualan dari produk kursi dingklik dimana mencakup biaya harga pokok penjualan, PPN, serta Profit yang dimiliki perusahaan selama 1 tahun



dengan



nilai



sebesar



Rp17.785.690.666.



Pajak



Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai suatu barang yang dijual oleh produsen ke konsumen dengan nilai sebesar Rp1.839.899.034.42. Profit yang didapat dengan 30% sebesar Rp3.679.798.068,84. Harga Pokok Penjualan (HPP) per unit sebesar Rp74.061 merupakan biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli produk kursi dingklik. Harga jual per unit kursi dingklik adalah sebesar Rp107.389 dengan profit yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 30%.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-92



4.4



Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan



kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang merupakan pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang. Pengambilan



keputusan



penggunaan



hutang



perlu



dipertimbangkan biaya tetap yang timbul akibat dari hutang tersebut,



yaitu



berupa



bunga



hutang



yang



menyebabkan



semakin meningkatnya laverage keuangan (Munawir, 2004). Perhitungan angsuran pokok dan bunga bank digunakan untuk mengukur banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap tahunnya untuk melunasi hutang pinjaman dengan bunga sebesar 11%. Berikut merupakan tabel 4.6 perhitungan angsuran pokok dan bunga bank. Tabel 4.6 Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank



Berdasarkan tabel 4.6 perhitungan angsuran pokok dan bunga bank terdapat beberapa contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Hutang bank



= Pinjaman bank investasi awal + pinjaman bank modal ...kerja = Rp434.771.508,40+ Rp3.094.695.889 = Rp3.529.467.397



Angsuran Pokok



Hutang Bank Awal



= Rencana Pengembalian Pinjaman



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-93



= Bunga bank



=Rp705.893.479



= Hutang bank x 11% =



Rp702.893.479



x



11%



=



Rp388.241.414 Hutang Bank Tahun 1



= Hutang Bank Awal – Angsuran Pokok Tahun = Rp3.529.467.397 – Rp705.893.479 = Rp2.823.573.918



Pembayaran bank



= Angsuran pokok + bunga bank = Rp705.893.479 + Rp388.241.414 = Rp1.094.134.893



Hutang bank merupakan jumlah hutang yang dimiliki perusahaan yang berasal dari modal pinjaman investasi awal dan modal pinjaman pada modal kerja dimana hutang bank pada tahun ke-0 sebesar Rp3.529.467.397. Angsuran pokok dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 sama yaitu sebesar Rp705.893.479 dimana biaya tersebut merupakan biaya yang harus diangsur oleh pihak perusahaan kepada pihak bank dengan perkiraan pengembalian pinjaman bank selama 5 tahun. Bunga bank dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 sama yaitu 11% dengan biaya yang didapat pada tahun ke-1 sebesar Rp388.241.414 dimana menujukkan banyaknya jumlah kenaikan biaya dari pinjaman pada satu tahun ke tahun lainnya. Jumlah bunga bank dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 semakin kecil



dikarenakan



hutang



yang



dimiliki



oleh



perusahaan



mengalami penurunan. Pembayaran ke bank merupakan total biaya angsuran pokok dan bunga bank setiap tahun yang harus dibayarkan



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-94



perusahaan kepada bank agar dapat melunasi hutangnya selama 5 tahun dengan pembayaran ke bank pada tahun k-1 sebesar Rp1.094.134.893. 4.5



Proyeksi Analisis Rugi Laba Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh



akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada posisi ini sudah menjadi kebiasaan penambahan daftar ketiga (daftar surplus). Daftar



ketiga yaitu daftar surplus atau kemungkinan terjadi



defisit, biasanya disajikan dalam laporan perubahan modal (Munawir, 2000). Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2000). Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Standar Akutansi Keuangan, 1994). Proyeksi analisis rugi laba merupakan perhitungan yang digunakan untuk menganalisis tingkat keuntungan dan kerugian



yang



akan



diperoleh



oleh



perusahaan.



Berikut



merupakan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba. Tabel 4.7 Proyeksi Analisis Rugi Laba PT. Alam Sejahtera



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-95



Berdasarkan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba terdapat beberapa



contoh



perhitungan.



Berikut



merupakan



contoh



perhitungannya. Total penjualan



= Harga jual tabel harga pokok penjulan = Rp17.785.690.666



Biaya produksi



= Total modal kerja tahun 0 + tahun 1 = Rp112.789.992 + Rp12.265.993.563 = Rp12.378.783.554



Pendapatan kotor



= Total penjualan – biaya produksi = Rp17.785.690.66 Rp12.378.783.554 = Rp5.406.907.112



Penyusutan biaya investasi



= Penyusutan investasi awal = Rp62.299.731,11



Pendapatan (sebelum bunga+pajak)



=Pendapatan kotor – Penyusutan biaya ...Investasi =Pendapatan kotor – Penyusutan biaya ...Investasi = Rp5.406.907.112– Rp62.299.731,11 = Rp5.344.607.381



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-96



Pembayaran ke bank



= Tabel angsuran pembayaran ke bank = Rp1.094.134.893



Pendapatan (sebelum pajak) = Pendapatan (sebelum bunga + pajak) –...Pembayaran ke bank = Rp5.344.607.381– Rp1.094.134.893 =Rp4.250.472.488 Pajak Penghasilan (30%)



=Pendapatan (sebelum pajak) x 30% = Rp4.250.472.488 x 30% = Rp1.275.141.746



Pendapatan Bersih (Setelah Pajak) = Pendapatan (sebelum pajak) – Pajak ....Penghasilan (30%) = Rp4.250.472.488 – Rp1.275.141.746 = Rp2.975.330.742 Profit on Sales (%)



=



Pendapatan Bersih (Setelah Pajak) Total Penjualan



= Total



nilai



penjualan



= 0,167



setiap



tahunnya



sama



karena



diasumsikan jumlah produk yang diproduksi setiap tahunnya sama dengan nilai sebesar Rp17.785.690.666. Biaya produksi merupakan biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel pada modal kerja dimana biaya tahun ke-1



sampai



tahun



ke-5



sama



dengan



nilai



sebesar



Rp12.378.783.554. Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari



total



penjualan



dan



biaya



produksi



tanpa



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-97



mempertimbangkan biaya penyusutan, biaya angsuran ke bank, dan pajak penghasilan, pendapatan kotor dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 sebesar Rp5.406.907.112. Nilai penyusutan didapat dari perhitungan investasi awal yaitu sebesar Rp62.299.731,11. Pendapatan (sebelum bunga dan pajak) merupakan pendapatan yang didapat oleh perusahaan berdasarkan hasil perhitungan selisih antara pendapatan kotor dengan penyusutan investasi awal dengan nilai sebesar Rp5.344.607.381. Pembayaran ke bank merupakan biaya yang telah di dapat dari tabel sebelumnya dengan nilai sebesar Rp1.094.134.893 untuk tahun ke-1. Pendapatan (sebelum pajak) merupakan pendapatan yang didapat oleh perusahaan sebelum ada pertambahan pajak dengan nilai sebesar Rp4.250.472.488 untuk tahun ke-1. Pajak penghasilan merupakan pajak yang harus dibayarkan oleh



perusahaan



sebesar



30%



berdasarkan



tarif



pajak



penghasilan (PPh) 21 pasal 17 ayat 1 bahwa penghasilan tahunan diatas Rp500.000.000 dikenai pajak sebesar 30% dengan nilai sebesar Rp1.275.141.746 untuk tahun ke-1 dimana pajak penghasilan selalu bertambah untuk setiap tahunnya. Pendapatan bersih setelah pajak merupakan pendapatan yang telah didapat setelah ada pertambahan pajak dengan nilai sebesar Rp2.975.330.742 dimana pendapatan bersih selalu bertambah untuk setiap tahunnya. Profit on sales merupakan persentase keuntungan yang didapat oleh perusahaan dengan nilai sebesar 0,167 untuk tahun ke-1 dimana setiap tahun semakin meningkat yang disebabkan oleh



semakin



kecilnya



bunga



bank



yang



dibebankan



ke



perusahaan. 4.6



Perhitungan Aliran Kas Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-98



Aliran kas adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar atau setara kas. Dengan kata lain dalam Laporan Aliran kas akan memberikan informasi tentang berapa jumlah kas yang tersedia untuk menjalankan aktivitas. Terdapat 3 proyeksi aliran kas yaitu (Abdurrahman, 2013): 1. Aliran Kas Positif Digambarkan dengan asumsi bahwa aliran kas yang masuk lebih besar dibandingkan aliran kas keluar. Aliran kas positif ditandai dengan adanya jumlah kas yang tersedia pada akhir suatu periode akuntansi lebih besar dibandingkan dengan jumlah kas yang masuk dengan yang keluar. Suatu unit bisnis yang berada pada posisi ini akan mempunyai prospek keuangan yang sehat untuk masa yang akan datang. 2. Aliran Kas Tetap Digambarkan dengan adanya aliran kas yang masuk sama besar dengan jumlah kas yang keluar. Jadi jumlah kas yang tersedia pada akhir periode akuntansi akan sama besar dengan jumlah kas awal. Pada posisi ini akan mempunyai prospek keuangan yang boleh dikatakan masih optimis untuk masa yang akan datang. 3. Aliran Kas Negatif Dalam kondisi ini digambarkan dengan aliran kas masuk yang lebih kecil dari aliran kas yang keluar. Hal ini mengakibatkan semakin lama jumlah persediaan kas awal akan semakin menurun, sehingga ini menjadi masalah yang serius dan dapat berbahaya untuk masa yang akan datang. Proyeksi aliran kas menunjukkan banyaknya aliran uang yang masuk dan keluar dari perusahaan atau pemasukan serta pengeluaran perusahaan. Berikut merupakan perhitungan aliran kas.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-99



4.6.1 Inicial Cash Flow (ICF) Initial cash flow merupakan langkah awal dalam proyeksi aliran kas. Initial cash flow dipengaruhi biya investasi awal dan modal kerja. Rumus yang digunakan dalam perhitungan initial cash flow ditunjukkan pada rumus (Apple,1990): Initial cash flow = Biaya investasi awal + Biaya modal 4.1



……



Initial cash flow (ICF) merupakan banyaknya biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahap awal mendirikan suatu perusahaan yang ada kaitannya dengan biaya investasi. Berikut merupakan perhitungan ICF. ICF



= Total biaya investasi awal + modal kerja (Tahun 0 +



Tahun 1) = Rp1.739.086.033,62 + Rp112.789.991,68 + Rp 12.265.993.563 = Rp14.117.869.589 Nilai dari initial cash flow sebesar Rp14.057.869.590 dimana nilai tersebut merupakan nilai yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memulai kegiatan produksinya. 4.6.2 Operational Cash Flow (OCF) Operational cash flow merupakan bentuk cash flow yang menyajikan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi produksi. Operational cash flow diperngaruhi oleh laba setelah pajak, penyusutan dan bunga. Berikut ini adalah rumus untuk perhitungan operational cash flow (Apple, 1990): Operational cash flow = Laba setelah pajak + Penyusutan + Bunga (1pajak)



…….4.2



Operational cash flow (OCF) merupakan perhitungan



aliran kas yang berhubungan dengan kegiatan operasional



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-100



produksi. Berikut merupakan tabel 4.6 perhitungan OCF pada PT. Alam Sejahtera selama 5 tahun. Tabel 4.8 Operational Cash Flow



Berdasarkan



tabel



4.8



perhitungan



OCF



terdapat



contoh



perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Pendapatan setelah pajak



= Berdasarkan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba = Rp2.975.330.742



Penyusutan



= Berdasarkan tabel 4.3 investasi awal = Rp62.299.731,11



Bunga (1-Pajak 30%)



= Bunga bank pada tabel proyeksi pembayaran.angsuran pokok dan bunga bank x 70% = Rp388.241.414 x 70% = Rp271.768.989,57



OCF



= Pendapatan setelah pajak + penyusutan +.bunga (1- pajak 30%) = Rp2.975.330.742 + Rp62.299.731,11 + Rp271.768.989,57 = Rp3.309.399.462,18



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-101



Pendapatan setelah pajak didapatkan dari pendapatan bersih yang terdapat pada tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba dengan nilai sebesar Rp2.975.330.742 untuk tahun ke-1. Penyusutan didapatkan dari tabel 4.1 investasi awal yaitu sebesar Rp62.299.731,11 untuk tahun ke-1 sampai tahun ke-5. Bunga didapatkan dari bunga bank pada tabel angsuran pokok



yang



dikalikan



dengan



70%



dengan



nilai



sebesar



Rp271.768.989,57. Nilai OCF merupakan biaya yang dibutuhkan selama proses produksi



pada



tahun



ke-1



membutuhkan



biaya



sebesar



Rp3.309.399.462,18 dimana setiap tahun nilainya sama karena jumlah produksi setiap tahunnya sama. 4.6.3 Terminal Cash Flow (TCF) Terminal



cash



flow



merupakan



langkah



akhir



dalam



memproyeksikan perkiraan aliran kas, yang dipengaruhi oleh modal kerja dan nilai sisa. Berikut ini adalah perhitungan dari terminal cash flow (Apple, 1990): Terminal cash flow = Modal kerja (Tahun 0 + Tahun 1) + Nilai



……….



4.3 Terminal cash flow adalah aliran kas yang merupakan nilai sisa pada akhir proyek yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut merupakan perhitungan TCF. TCF



= Modal Kerja (Tahun ke 0 + Tahun ke 1) + Total Nilai Sisa (Residu) = (Rp112.789.991,68 + Rp 12.265.993.563) +



Rp103.796.093,3 = Rp12.482.579.648 Nilai TCF didapat dengan memperhitungkan modal kerja tahun awal dan pertama dengan nilai sisa pada investasi awal.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-102



TCF yang dihasilkan sebesar Rp12.482.579.648 dimana hasil kas yang diperoleh dari nilai sisa pada proyek, dan akan menjadi aset perusahaan. 4.7



Penilaian Tingkat Kelayakan Investasi Penilaian tingkat kelayakan investasi dapat dilakukan



menggunakan 3 metode, antara lain payback period, net present value, dan Internal rate of return. Berikut merupakan penilaian tingkat kelayakan investasi. 4.7.1 Payback Period (PP) Payback period merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh benefit dan depresiasi untuk mengembalikan investasi. Benefit dalam hal ini dapat ditinjau dari segi benefit itu saja, atau benefit



dikurangi



pengembalian



cost,



pinjaman



yaitu (kredit)



surplus. yang



Beberapa



cara



dipergunakan



untuk



membiayai pembangunan suatu proyek. Ditinjau dari segi si peminjam uang, tentu dia menghendaki agar pengembalian pinjaman itu tiap-tiap periode (tahun) maksimal sebesar surplus yang akan diperolehnya dari proyek yang bersangkutan tiap-tiap periode. Berikut ini adalah perhitungan dari terminal cash flow (Apple, 1990): Payback Period



= n Tahun +



x 12



…………



4.4 Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis pengembalian modal dalam batas kurun waktu tertentu. Berikut merupakan tabel payback period. Tabel 4.9 Proyeksi Tingkat Kelayakan Investasi



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-103



Berdasarkan tabel 4.9 tingkat kelayakan investasi terdapat contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Hasil tahun ke-1 = ICF – OCF = Rp14.117.869.589 – Rp3.309.399.462 = Rp10.808.470.127 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai ICF yang berasal dari tabel cash flow, sedangkan OCF didapat berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. ICF tahun kelima bernilai negatif dikarenakan perusahaan sudah mendapatkan modal kembali di tahun ke-4. Payback Period



= 4 Tahun +



x 12 bulan



= 4 Tahun +



x12 bulan



= 4 Tahun + 2 Bulan + 16 Hari Perhitungan payback period yaitu periode atau waktu yang diperlukan perusahaan agar dana dapat diperoleh kembali seluruhnya yaitu selama 4 tahun 2 bulan 16 hari. 4.7.2 Net Present Value (NPV) Net



present



value



(NPV)



adalah



metode



yang



mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow. Kriteria keputusan dari metode NPV adalah jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima dan jika NPV bertanda negatif Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-104



(NPV < 0), maka rencana investasi ditolak. Kelebihan metode NPV antara lain adalah memperhitungkan nilai waktu dari uang, memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek dan memperhitungkan nilai sisa proyek. Kekurangan dari metode NPV antara lain adalah manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek, jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik, dan derajat kelayakan tidak



hanya



dipengaruhi



oleh



arus



kas,



melainkan



juga



dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek. Berikut adalah rumus untuk net present value (Apple, 1990): NPV = 4.5



………………………..



Net Present Value arus kas yang diperoleh dari selisih



aliran kas yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. Berikut ini adalah perhitungan NPV. Keterangan : n



= 1,2,3, .... n (menunjukkan tahun)



F



= pendapatan bersih setelah pajak



I



= 11%



NPV = = F1(P/F,11%,1)+F2(P/F,11%,2)+F3(P/F,11%,3)+F4(P/F,11%,4)+ ...F5(P/F,11%,5) =Rp2.975.330.742



(0,900901)



+



Rp3.029.684.539



(0,811622) + Rp3.084.038.337 (0,731191) + Rp3.138.392.135 (0,658731) + Rp3.192.745.933 (0,593451) Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-105



= Rp2.680.478.440 + Rp2.458.958.625 + Rp2.255.021.076 + Rp2.067.356.190 + Rp1.894.738.267 = Rp11.356.552.598 Berdasarkan nilai NPV yang dihasilkan yaitu sebesar Rp11.356.552.598 dan dapat disimpulkan nilai NPV>0. Nilai NPV lebih dari 0 memiliki arti bahwa proyek investasi yang akan dilakukan dapat diterima atau dijalankan. 4.7.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal (Binus, 2016). Internal Rate Of Return merupakan suatu metode untuk mencari suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Berikut ini adalah perhitungan IRR. ICF



: Rp14.117.869.589



OCF : Rp3.309.399.462,18 TCF



: Rp12.482.579.648



N



: 5 tahun



Mencari NPV + NPV + (21 %)



= -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F, i%, n) = - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18 (2,925984) + Rp12.482.579.648 (0,385543) = - Rp14.117.869.589 + Rp9.683.249.876 + Rp4.812.571.205



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-106



= Rp377.951.492 Mencari NPV NPV + (22 %)



= -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F,i%, n) = - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18 (2,86364) + Rp12.482.579.648 (0,369999) = - Rp14.117.869.589 + Rp9.476.928.676 + Rp4.618.541.987 = -Rp22.398.926



IRR



= = 0,22 + 0,0094 = 0,2294 = 22,94% Keterangan : i1



= Tingkat bunga atas



i2



= tingkat bunga bawah



NPV 1= nilai NPV atas (+) NPV 1= nilai NPV bawah (-) Berdasarkan nilai IRR yang dihasilkan yaitu 22,94% dapat disimpulkan nilai IRR lebih dari suku bunga yang digunakan yaitu 11% dan nilai tersebut dapat dikatakan proyek investasi yang akan dilakukan dapat dijalankan.



4.8



Perhitungan Break Event Point Break even point adalah salah satu teknik analisis untuk



mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan dan merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, menafsirkan data dan Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-107



distribusi untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan (Grill, 2003). Break Event Point merupakan suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Berikut ini merupakan tabel 4.10 perhitungan BEP. Tabel 4.10 Perhitungan Break Event Point



Berdasarkan tabel tabel 4.10 perhitungan BEP terdapat contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Fixed cost



= biaya tetap tahun ke 1 = Rp491.889.722,791



Variable cost



= total modal kerja tahun 1 – biaya tetap tahun



1 = Rp12.265.993.563 – Rp491.889.722,791 = Rp11.774.103.840,209 Produk/tahun



= target produksi x Hari Kerja = 676 x 245 = 165.620 unit



Harga Jual/ Unit



= didapat dari perhitungan HPP = Rp107.389



BEP (Rp)



=



=



BEP (Unit)



= Rp1.455.289.378



=



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-108



= = 13.552 unit Berdasarkan perhitungan BEP diatas, diketahui bahwa perusahaan harus menjual 13.552 unit kursi dingklik untuk hasil penjualan tersebut



Rp1.455.289.378 merupakan



pada



kondisi



tahun



dimana



pertama. perusahaan



Kondisi tidak



mengalami keuntungan maupun kerugian.



BAB V



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-109



ANALISIS AKTIVITAS DAN PERENCANAAN TATA LETAK



5.1



Activity Relationship Diagram (ARC) Activity Relationship Chart (ARC) atau peta hubungan



keterkaitan hubungan



kegiatan antara



adalah



peta



fasilitas-fasilitas



yang yang



menggambarkan ada



pada



sebuah



perusahaan. Activity Relationship Chart adalah yang teknik ideal untuk digunakan dalam merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang berkaitan (Apple, 1990). Langkah-langkah pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) yang pertama adalah mengidentifikasi seluruh fasilitas kerja atau departemen yang akan diatur penempatannya serta dituliskan daftar urutannya dalam peta, yang kedua adalah melakukan



survei



kepada



karyawan,



yang



ketiga



adalah



mendefinisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya berdasarkan derajat kedekatan hubungan beserta alasannya (Wignjosoebroto, 2003). Terdapat teknik analisa dalam penggunaan ARC yang dikemukakan hubungan kepentingan



oleh



antar



Richard aktivitas



hubungan



Muthe,



yang



ditunjukkan



antar



aktivitas



pertama dengan tersebut



adalah tingkat yang



dikonversikan dalam bentuk huruf dan warna. Teknik yang kedua adalah pemberian kode terhadap alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan dalam penyusunan ARC. Dijelaskan pada gambar 5.1 kedua teknik analisa dalam penggunaan ARC (Sapta, 2017).



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-110



Gambar 5.1 Teknik Analisa Penggunaan ARC



Activity relationship chart terbagi menjadi dua yaitu ARC produksi



dan



ARC



fasilitas



dan



perkantoran.



Dibawah



ini



merupakan ARC yang dibuat untuk PT. Alam Sejahtera.



Gambar 5.2 Activity Relationship Chart Produksi PT. Alam Sejahtera



Berdasarkan gambar 5.2 ARC produksi PT. Alam Sejahtera diatas, terdapat beberapa derajat hubungan pada ARC produksi yaitu hubungan mutlak didekatkan, hubungan sangat penting untuk didekatkan, hubungan biasa atau umum untuk didekatkan, Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-111



dan yang terakhir adalah hubungan yang tidak dikehendaki untuk didekatkan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing hubungan. Hubungan yang mutlak didekatkan dapat dilihat antara bagian receiving dengan bagian meja fabrikasi, bagian meja fabrikasi dengan



dengan bagian



bagian



pemotongan,



penghalusan,



bagian



bagian



pemotongan



penghalusan



dengan



assembly, assembly dengan bagian pengecatan . Hubungan yang mutlak didekatkan tersebut disebabkan karena pada saat adanya proses produksi menggunakan catatan yang sama, menggunakan ruangan yang sama, adanya hubungan pribadi atau personal, adanya hubungan kertas kerja yang digunakan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah urutan aliran kerja yang berhubungan



dengan



melakukan



kerja



yang



sama



dan



menggunakan peralatan yang sama. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan terjadi antara bagian receiving dan fabrikasi dengan pemotongan. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan tersebut disebabkan karena material yang masuk ke akan



langsung



pemotongan dan



diproses



di



bagian



bagian



fabrikasi



receiving



dan



bagian



juga bertujuan untuk meminimumkan jarak



aliran produksi yang akan dilalui oleh material. Hubungan yang biasa untuk didekatkan salah satunya terjadi antara bagian fasilitas dengan bagian receiving, walaupun bagian fasilitas tidak berhubungan langsung dengan bagian receiving namun, hubungan yang biasa didekatkan disebabkan karena



operator



di



bagian



receiving



kemungkinan



akan



memanfaatkan fasilitas jika ada keperluan, misalnya operator ingin ke WC atau operator ingin makan, namun karena tingginya aktivitas bongkar muat barang menggunakan kendaraan truk



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-112



dapat membuat kegaduhan yang dapat mengganggu pejalan kaki yang keluar masuk di bagian fasilitas. Berikut adalah Activity relationship chart (ARC) pada bagian perkantoran dan fasilitas.



Gambar 5.3 Activity Relationship Chart Perkantoran dan Fasilitas PT. Alam Sejahtera



Berdasarkan gambar ARC fasilitas dan perkantoran PT. Alam Sejahtera diatas, terdapat beberapa derajat hubungan pada ARC perkantoran dan fasilitas yaitu hubungan mutlak didekatkan, hubungan yang sangat penting untuk didekatkan, hubungan penting untuk didekatkan, hubungan biasa, hubungan Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-113



tidak penting, yang terakhir adalah hubungan yang tidak dikehendaki untuk didekatkan. Berikut merupakan penjelasan dari setiap



hubungan yang terdapat pada ARC fasilitas dan



perkantoran PT. Alam Sejahtera. Hubungan yang mutlak didekatkan yang diberi kode warna merah terdapat antara ruang direktur dengan keempat ruangan manajer dan sekertaris. Hubungan yang mutlak didekatkan disebabkan derajat hubungan pribadi antara direktur dengan manajer dan sekertaris untuk melakukan komunikasi terhadap aktivitas-aktivitas



penting



seperti



pemasaran,



produksi,



keuangan dan purchasing. Hubungan kertas kerja juga menjadi pertimbangan



karena laporan dari manajer setiap departemen



kepada direktur, urutan aliran kerja juga menjadi salah satu alasan



kedekatan,



dimana



laporan



dari



sekertaris



harus



diserahkan kepada direktur yang mempunyai komunikasi secara personal atau pribadi. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan yang diberi kode warna kuning salah satunya terjadi antara keempat manajer dengan sekertaris yang menjelaskan hubungan antar keempat manajer dan sekertaris didekatkan adalah hubungan kertas kerjadan aliran kerja juga menjadi pertimbangan karena laporan dari manajer setiap departemen kepada direktur tidak bisa langsung diserahkan kepada direktur melainkan harus diserahkan kepada sekertaris terlebih dahulu yang dilakukan secara personal atau pribadi. Hubungan yang penting untuk didekatkan yang diberi kode warna hijau salah satunya terjadi antara pos satpam dengan tempat parkir motor dan mobil yang menjelaskan hubungan antara pos satpam



dan tempat parkir mobil dan motor



didekatkan adalah menggunakan tenaga kerja yang sama yang



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-114



mengartikan selain untuk menjaga keamanan pabrik, satpam juga menjaga keamanan motor dan mobil para karyawan yang bekerja dipabrik serta satpam bisa menjadi pemarkir mobil atau motor karyawan. Hubungan biasa atau umum yang diberi kode warna biru salah satunya terjadi antara ruang direktur dengan masjid. Alasan hubungan yang biasa atau umum ini disebabkan karena jika direktur ingin beribadah di masjid biasanya dilakukan secara personal. Hubungan yang tidak penting yang diberi kode warna putih salah satunya terjadi antara lobby dan receptionist dengan area loading barang. Kedua tempat ini tidak penting untuk didekatkan karena tidak ada alasan kedekatan antara keduanya. Hubungan yang tidak dihendaki yang diberi kode warna coklat salah satunya terjadi antara toilet dengan pantry. Kedua tempat ini tidak dikehendaki kedekatannya karena toilet dapat memberi



bau



yang



tidak



enak



yang



dapat



mengganggu



karyawan atau orang yang sedang makan atau melakukan aktivitas di pantry. 5.2



Area Allocation Diagram (AAD) Area Alocation Diagram (AAD) atau diagram alokasi area



merupakan gambaran layout secara keseluruhan. AAD juga menggambarkan hubungan kedekatan antar bagian dengan skala ukuran luas lantai yang sebenarnya (Wignjosoebroto, 2006). Tujuan dari pembuatan AAD adalah merancang ruang produksi yang efisien menjadi sebuah sistem yang teritegrasi, mengatur



posisi



stasiun



dalam lantai produksi



dengan



kedekatan



yang



telah



kerja



yang



memperhatikan



ditentukan



oleh



ARD,



efisien hubungan



menunjukan



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-115



keterkaitan suatu fasilitas yang satu dengan yang lainya berdasarkan alasan yang ada. AAD merupakan suatu alat bantu yang



paling



sebenarnya, dan



dekat



dengan



tata



nantinya akan



letak



memuat



pabrik



yang



fasilitas-fasilitas



yang diperlukan dalam mendukung sistem produksi. Beberapa keuntungan dari pembuatan AAD adalah memudahkan proses tata letak, meminimumkan pemakaian ruangan, pembagian wilayah



yang



sistematis



juga



jelas,



menerjemahkan



perkiraan area kedalam suatu pengaturan pendahuluan yang dapat dilihat, memberikan perkiraan luas total yang mendekati keadaan sebenarna, sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Binus, 2009). Area allocation diagram berisi dua layout yaitu layout perkantoran dan layout produksi. Dibawah ini merupakan AAD yang dibuat untuk PT. Alam Sejahtera.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-116



Gambar 5.4 Area Allocation Diagram PT. Alam Sejahtera



Gambar 5.4 diatas adalah template 2 dimensi PT. Alam Sejahtera. Template 2D diatas memberikan informasi berbagai informasi mulai dari tata letak kantor dan fasilitas didalamnya, tata



letak



produksi



beserta fasilitas produksi



serta



aliran



materialnya, dan tata letak pelayanan seperti tempat parkir, klinik, tempat makan. Area Sejahtera



alocation dibuat



diagram



untuk



pada



perusahaan



mengetahui



PT.



Alam



pemanfaatan



area



perkantoran dan area proses produksi dari hasil kesimpulan pada ARC, dimana terdapat kepala kop pada bagian atas AAD dimana yang isinya adalah logo perusahaan dan nama perusahaan. Bagian tengah berisi tentang AAD dari area perkantoran dan area



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-117



produksi.



Area



perkantoran



digunakan



untuk



proses



dokumentasi, dimana terdapat kode ruang O-1 sampai kode ruang O-14 sebagai contoh ruang direktur utama mempunyai kode ruang O-1. Ruangan yang telah dialokasikan mempunyai ukuran panjang x lebar sebagai contoh untuk ruang direktur utama mempunyai ukuran panjang 7m x lebar 5m. Area perkantoran



mempunyai



kedekatan



dengan



area



produksi



sehingga jarak antar keduanya dekat. Area produksi mempunyai 6 departemen, yaitu kode R adalah departemen receiving atau gudang bahan baku yang diberi warna merah. Ruang receiving juga mempunyai ukuran panjang 16,20m x lebar 12,80m, kode F1 adalah departemen meja fabrikasi yang diberi warna hijau, kode F2 adalah mesin potong, kode F3 adalah departemen mesin serut, kode A1 adalah departemen meja assembly yang diberi warna biru, kode F4 adalah departemen mesin cat yang diberi warna hijau, dan kode S adalah departemen shipping atau gudang barang jadi yang diberi warna ungu. Bagian bawah area alocation diagram terdapat sebuah rangkuman mengenai kode yang dimiliki setiap ruang. 5.3



Template Template merupakan gambar lanjutan yang lebih jelas dan



lebih detail dari AAD dalam perancangan tata letak pabrik. Template berguna dalam mengembangkan alternatif-alternatif yang dapat diterapkan untuk pengaturan mesin atau peralatan produksi (Wignjosoebroto, 2003). Terdapat berbagai informasi yang dapat diketahui dari template yaitu, tata letak kantor dan peralatannya, tata letak pelayanan yang ada di pabrik (mushola, jalan, tempat parkir kendaraan bermotor, gudang, pelayanan kesehatan), tata letak



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-118



bagian produksi (receiving, fabrikas, assembling, shipping), aliran setiap material mulai dari receiving hingga shipping, distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah mesin yang dibutuhkan pabrik (Unikom, 2011). 5.3.1



Template 2D Template 2 dimensi memberikan gambaran yang jelas dari



fasilitas yang terdapat pada PT. Alam Sejahtera. Dibawah ini merupakan gambaran template 2D PT. Alam Sejahtera.



Gambar 5.5 Template 2D PT. Alam Sejahtera



Gambar 5.5 diatas adalah template 2 dimensi PT. Alam Sejahtera dengan skala 1 : 100. Template 2D diatas memberikan informasi berbagai informasi mulai dari tata letak kantor dan fasilitas didalamnya, tata letak produksi beserta fasilitas produksi serta aliran materialnya, dan tata letak pelayanan seperti tempat parkir, klinik, tempat makan.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-119



Tata



letak



perkantoran



dilambangkan



dengan



warna



kuning, dimana pada tata letak perkantoran PT. Alam Sejahtera terdiri dari 14 ruangan. O-1 merupakan ruang direktur yang dilengkapi dengan perlengkapan kerja dan fasilitas kantor yaitu komputer dan telepon. Ruang O-2 merupakan ruang manajer pemasaran, ruang O-3 merupakan ruang manajer produksi. O-4 merupakan ruang manajer keuangan. O-5 merupakan ruang manajer purchasing. O-6 merupakan area sekertaris



yang



dilengapi dengan fasilitas kantor. O-7 merupakan ruangan manajer HRD, semua ruangan manajer dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-8 merupakan area lobby dan receptionist yang dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-9 merupakan ruang staff yang dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-10 merupakan ruang toilet wanita dan O-11 merupakan ruang toilet laki-laki yang masing-masing berisi satu unit wc duduk dan satu unit wastafel. O-12 merupakan ruang office boy yang dilengkapi dengan 1 set meja



beserta



kursinya,



serta



tersedia



fasilitas



peralatan



kebersihan yang digunakan untuk bersih-bersih kantor. O-13 merupakan ruang pantry yang dilengkapi dengan sebuah 2 set meja makan beserta kursinya, 1 set kitchen set, kipas angin, dispenser, dan terdapat satu buah alat pemadam kebakaran. Tata letak area produksi terdiri dari 7 ruangan yang ditandai dengan simbol pada setiap ruangan tersebut serta terdapat arus perpindahan material. Simbol R menunjukkan gudang receiving yang dilambangkan dengan warna merah. F1 menunjukkan departemen pengukuran yang menggunakan 12 unit meja fabrikasi, F2 menunjukkan departemen pemotongan yang menggunakan 41 unit mesin potong, F3 menunjukkan departemen penghalusan yang menggunakan 5 unit mesin serut. F1, F2, dan F3 dilambangkan dengan warna hijau yang tergabung



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-120



kedalam



kelompok



fabrikasi.



A1



menunjukkan



departemen



assembling dengan 8 unit meja assembling yang dilambangakan dengan warna biru, F4 menunjukkan departemen pengecatan yang menggunakan 6 unit mesin cat, dan yang terakhir adalah simbol S yang menunjukkan ruang shipping yang dilambangkan dengan warna ungu. Informasi yang didapat dari keterangan aliran material yang ada yaitu, terdapat dua aliran pada proses produksi, yang pertama adalah aliran material komponen tambahan yaitu papan kaki-kaki, papan crossbar kiri kanan, papan crossbar segitiga, paku, lem, dan cat. Aliran yang kedua adalah aliran komponen utama yaitu papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa, dimulai dari receiving, papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa menuju area pengukuran yang dilambangkan dengan panah berwarna kuning, setelah diukur papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa ke area pemotongan yang dilambangkan dengan panah berwarna orange, kemudian papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa yang telah dipotong dibawa ke area penghalusan yang dilambangkan dengan panah warna merah, dari area penghalusan papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa dibawa menuju area assembly untuk dirakit dengan komponen tambahan yang dilambangkan dengan panah warna hitam. Hasil barang yang keluar dari proses assembly langsung menuju area pengecatan yang dilambangkan dengan panah warna abu-abu, setelah melalui proses pengecatan komponen papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa ke area shipping dan dilambangkan dengan panah berwarna cokelat.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-121



Fasilitas yang tersedia pada PT. Alam Sejahtera diantaranya adalah instalasi air dan listrik sebagai fasilitas penunjang operasional pabrik, penempatan kedua fasilitas ini adalah di area belakang pabrik dan penempatan dilakukan secara terpusat guna menghemat peralatan yang harus disediakan pada kedua tempat tersebut. Fasilitas lain seperti klinik, kantin, taman, masjid, dan toilet umum ditempatkan diantara area perkantoran dan produksi agar antara kedua pekerja yaitu pekerja perkantoran dan pekerja produksi memiliki jarak akses yang relatif sama kepada fasilitas tersebut. Fasilitas lainnya adalah area parkir, terdapat tiga jenis area parkir yaitu parkir motor, parkir mobil. Fasilitas pembuangan limbah ditempatkan didekat area produksi agar memudahkan proses pembuangan atau pengangkutan sisa scrap dari ruang pembuangan scrap. 5.3.2



Template 3D Template 3 dimensi merupakan gambaran proyeksi pabrik



yang akan didirikan dari template 2 dimensi yang telah dibuat. Template 3 dimensi terbagi menjadi dua template yaitu tanpa atap dan dengan atap. Dibawah ini merupakan gambaran template 3D PT. Alam Sejahtera tanpa atap.



Gambar 5.6 Template 3D PT. Alam Sejahtera Tanpa Atap



Berdasarkan gambar 5.6, terdapat tampilan proyeksi pabrik tanpa



penggunaan



atap



sehingga



dapat



terlihat



fasilitas



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-122



pelengkap pekerjaan maupun fasilitas pelengkap bangunan pabrik. Gambar diatas menunjukkan pada gedung perkantoran terdapat berbagai macam fasilitas, diantaranya adalah meja, kursi, komputer, dan peralatan kerja. Bangunan fasilitas pabrik seperti musholla didalamnya terdapat karpet musholla, pada bangunan kantin juga terdapat meja dan kursi sebagai tempat karyawan makan, meja dan kursi juga tersedia pada pos satpam. Gambar selanjutnya adalah template 3D dengan atap.



Gambar 5.7 Template 3D PT. Alam Sejahtera Dengan Atap



Berdasarkan Gambar 5.7 diatas diketahui bahwa maket tersebut menunjukan tampak bangunan yang lebih nyata dengan adanya atap pabrik.



Dari gambar diatas dapat diketahui



bangunan-bangunan yang memiliki atap yaitu gedung produksi, perkantoran, mushola, toilet umum, kantin, klinik, instalasi listrik dan air, pos satpam dan tempat pembuangan scrap. Sedangkan yang fasilitas yang tidak memiliki atap adalah area parkir mobil, taman, jalan, dan area loading barang yang diberi warna cokelat. Area hijau seperti taman dan pohon sekitar pabrik dibuat tanpa penggunaan atap.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-123



BAB VII PENUTUP



7.1



Kesimpulan



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-124



Kesimpulan



berdasarkan



dari



beberapa



tujuan



dalam



pendahuluan laporan akhir, pembahasan dapat menjawab tujuan penulisan laporan akhir Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 dalam



bentuk



kesimpulan.



Berikut



merupakan



kesimpulan-



kesimpulan dalam laporan akhir Praktikum Perancangan Teknik Industri 4. 1. Kesimpulan untuk modul modul routing sheet dan multi product process chart. a. Jumlah produksi mesin/jam proses memotong papan alas adalah 130,4348 unit/jam, yang mengartikan bahwa dalam kurun waktu selama satu jam mesin dapat menghasilkan jumlah produksi sebanyak 130,4348 unit. Persentase % scrap dari proses memotong papan alas adalah 0,0750 yang didapat dari peta proses operasi sebelumnya yang sudah dibuat. Bahan yang diminta adalah target unit setelah di proses, dengan acuan jumlah produksi perhari 676 unit. Bahan yang disiapkan untuk proses memotong papan alas dengan nilai persentase scrap 0,0750 adalah sebesar 767,3360. Hasil efisiensi mesinnya yaitu sebesar 807,7221. Efisiensi mesin menggunakan 95% karena 5% sisa dari keseluruhan digunakan untuk waktu pengaturan atau setting mesin. Jumlah kebutuhan mesin teoritis untuk proses memotong papan alas yaitu sebesar 0,9312 unit dengan nilai reabilitas 95% dan jam kerja perhari nya selama 7 jam. Hasil mesin aktual didapat dari pembulatan keatas dari hasil mesin teoritis yaitu sebesar 1 unit. b. Jumlah mesin teoritis pada meja fabrikasi dibutuhkan



sebanyak



11,1331



yang



dengan jumlah mesin



aktual sebanyak 12 unit mesin, mesin teoritis pada jigsaw yang dibutuhkan sebanyak 40,4117 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 41 unit, mesin teoritis pada ampelas yang



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-125



dibutuhkan sebanyak 4,7374 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 5 unit, mesin teoritis pada meja assembly yang dibutuhkan sebanyak 7,4912 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 8 unit, mesin teoritis pada pengecatan yang dibutuhkan sebanyak 5,8139 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 6 unit, dengan total kebutuhan mesin teoritis sebanyak 69,5873 unit dan mesin a ktual sebanyak 72 unit mesin. 2. Kesimpulan untuk modul luas lantai. a. Luas lantai gudang bahan baku model tumpukan sebesar 41,2765 m2, luas lantai gudang bahan baku model rak sebesar 165,19875 m2, luas lantai untuk mesin dan peralatan sebesar 660,3875 m2, luas lantai gudang barang jadi sebesar 183,3612 m2. b. Luas lantai perkantoran sebesar 566 m2, luas lantai fasilitas sebesar 1098 m2. c. Total keseluruhan luas lantai yaitu sebesar 2714,22395 m2 . 3. Kesimpulan untuk material handling cost a. Alat angkut yang digunakan untuk material utama adalah mini forklift, untuk material tambahan adalah walking pallet dan manusia, dan untuk produk jadi digunakan mini b.



forklift. Ongkos biaya penanganan material pada komponen utama yaitu sebesar Rp 71.584,7635 pada departemen receiving



ke



meja



fabrikasi,



Rp



122.727,8136



pada



departemen fabrikasi ke pemotongan, Rp 71.194,6369 pada



departemen



pemotongan



ke



penghalusan,



Rp



49.587,5150 pada departemen penghalusan ke perakitan dengan alat angkut yang digunakan adalah mini forklift. Ongkos biaya penanganan material komponen tambahan sebesar Rp 128.081,6327 pada departemen receiving ke perakitan dengan alat angkut walking pallet dan Rp Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-126



133.999,9995 pada departemen receiving ke pengecatan dengan alat angkut manusia. Ongkos biaya penanganan material produk jadi yaitu sebesar Rp 368.443,7378 pada departemen



perakitan



ke



pengecatan



dan



Rp



445.257,7618 pada departemen pengecatan ke shiping dengan alat angkut yang digunakan adalah mini forklift. 4. Kesimpulan untuk modul from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationship diagram yaitu. a. FTC From to Chart (FTC) Inflow menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang masuk dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga ongkos di meja fabrikasi dengan ongkos yang masuk ke meja fabrikasi biayanya sama. Hasil dari mesin potong, mesin serut, dan juga pada shipping sama semuanya yaitu 1 yang berarti ongkos yang masuk ke bagiannya masing-masing biayanya sama. Koefisien dari bagian assembly berbeda dengan yang lainnya, pada bagian



receiving



ke



assembly



ongkos



pemindahan



material yang masuk sebesar 0,721. Koefisien dari bagian mesin serut ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,279. Hasil ongkos tersebut kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang masuk di meja assembly berbeda dan tidak sama dibandingkan dengan ongkos yang lainnya. From to Chart (FTC) Outflow menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang keluar dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1)



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-127



pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,583. Koefisien ongkos yang keluar dari meja fabrikasi (F1) ke bagian mesin potong (F2) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,724. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin potong (F2) ke bagian mesin serut (F3) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,436. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin serut (F3) ke bagian assembly (A1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,135. Koefisien ongkos yang keluar dari assembly (A1) ke bagian pengecatan (F4) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,827. b. Tabel skala prioritas merupakan tabel from to chart yang terpilih berdasarkan koefisien ongkos yang terkecil antara from to chart inflow dan from to chart outflow. Tabel skala prioritas adalah penjelasan mengenai urutan prioritas antar



departemen



atau



mesin



dalam



suatu



layout



produksi. Pengisian tabel skala prioritas didapat dari hasil perhitungan antara from to chart inflow dan outflow berdasarkan nilai koefisien ongkos yang terkecil. Tabel skala c.



prioritas



juga



menunjukkan



kedekatan



antar



departemen satu dengan yang lainnya. Pola aliran bahan yang digunakan pada tempat ini adalah jenis pola aliran U-Shape. Urutan pola aliran ini diketahui dari Tabel Skala Prioritas (TSP). Nilai yang diambil adalah nilai dari From To Chart (FTC) Outflow, karena memiliki koefisien terkecil. Berdasarkan TSP, diketahui bahwa dari ruang R memilki 2 prioritas, yang artinya ruang R harus berdekatan dengan A1 dan F4 agar proses produksi lebih efisien dan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi tenaga, ekonomi, maupun waktu. Keuntungan menggunakan pola aliran U-Shape karena



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-128



meningkatkan pemanfaatan fasilitas transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material dan produk jadi dan aliran perpindahan bahan relatif panjang. 5. Kesimpulan untuk aspek finansial a. Total



biaya



investasin



awal



yaitu



sebesar



Rp



1.739.086.033,62 dan modal kerja yang dibutuhkan yaitu ada dua diantaranya adalah modal kerja sendiri sebesar Rp 9.284.087.666 dan modal kerja pinjaman sebesar Rp 3.094.695.889 b. Biaya penjualan produk kursi dingklik yaitu sebesar Rp 107.389 dan presentase keuntungan sebesar 30 % c. Perusahaan akan balik modal pada tahun ke 4 dalam rincian selama empat tahun dua bulan enam belas hari. d. Tingkat kelayakan investasi berdasarkan nilai internal rate of return sebesar 22,94 % dan dapat disimpulkan nilai IRR lebih dari suku bunga yang digunakan yaitu 11% dan nilai tersebut dapat dikatakan proyek investasi yang akan dilakukan dapat dijalankan. 6. Kesimpulan untuk ARC, AAD, dan Template d.



Derajat kedekatan antara aktivitas departemen satu dengan departemen yang lain antara ruang produksi dengan ruang perkantoran serta ruang fasilitas dan ruang perkantoran dapat dilihat pada gambar 5.2 dan gambar



5.3. e. Tata letak pada bagian produksi dan perkantoran dapat f.



dilihat pada gambar 5.4. Gambaran detail dari tata letak fasilitas perusahaan dapat dilihat pada gambar 5.5 berupa template 2D. gambar 5.6 berupa template 3D tanpa atap, dan gambar 5.7 berupa template 3D dengan atap.



7. Kesimpulan untuk pengendalian kualitas



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-129



d.



Jenis kecacatan yang paling dominan yaitu cat tidak



e.



merata dengan jumlah kecacatannya sebesar 720 unit. Keterkendalian proses produksi produk kursi dingklik dengan mernggunakan peta kendali, diagram sebab akibat, dan diagram pareto.



f.



Usulan



perbaikan



terhadap



penyebab



kecacatan



dominan pada produk kursi dingklik yaitu diagram sebab akibat dan tabel 5W+1H. Tabel 5W+1H merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan investigasi dan penelitian terhadap masalah yang terjadi dalam proses produksi



dan



tabel



yang



menjelaskan



penyebab



kegagalan yang mengakibatkan cacat nya sebuah produk dan



bagaimana



cara



untuk



mengantisipasi



masalah



tersebut. Berikut ini adalah tabel 5W 1 H. Tabel 7.1 5W+1H Material (Permukaan yang DI Cat Tidak Merata)



Tabel 7.1 menjelaskan material permukaan cat tidak merata dimana,



dan



terdapat



mengapa



5W+1H



yaitu



mendeskripsikan



apa,



mengapa,



tentang



supaya



operator pengecatan lebih terampil dalam mejalankan pekerjaannya produk, ruang



sehingga



sedangkan pelatihan,



meningkatkan



dimana kapan



kualitas



mendeskripsikan mendeskripsikan



mutu



tentang tentang



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018



VII-130



pemberian jadwal kepada operator secara berkala tiap minggu. Siapa mendeskripsikan tentang kepala bagian dan



bagaimana



mendeskripsikan



tentang



operator



diberikan pelatihan secara berkala supaya meningkatkan keterampilan operator pengecatan. 7.2



Saran Saran penyusunan laporan akhir yaitu berisikan masukan



atau ide yang sifatnya membangun. Saran



ditujukan untuk



pengerjaan laporan akhir praktikum perancangan teknik industri 4 karena sangat membutuhkan ketelitian dalam perhitungan. Perhitungan pada praktikum perancangan teknik industri 4 memiliki keterkaitan antara satu dengan modul lainnya, sehingga perhitungan perlu diselesaikan dengan teliti agar tidak terjadi kekeliruan yang berkelanjutan. Perhatikan pembuatan tata letak, dalam hal ini bisa berupa produk apa yang akan dibuat dan berapa banyak. Perhatikan dalam penentuan luas lantai antar departemen, kantor, dan fasilitas sesuaikan dengan luas lahan pendirian perusahaan. Perhatikan sejumlah investasi yang akan di input, dan teliti dalam perhitungan untuk meminimalkan revisi perhitungan data.



Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018