5 0 12 MB
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 4 (KURSI DINGKLIK)
Disusun Oleh: Kelompok
: I (Satu)
Nama Anggota / NPM
: 1. Darius Ernanto N
/ 32414546
2. Hasan Fatoni
/ 34414838
3. Ilham Aji N
/ 35414160
4. Melisa Kintan P
/ 36414576
5. Rifiyandi
/ 39414350
Kelas
: 4ID12
Asisten Pebimbing
: Violita Elgiana, S.T
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI 2017 BAB I VII-1
VII-2
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dunia manufaktur mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan
berkembangnya
teknologi,
sehingga
muncul
banyak
keragaman dari produk yang diproduksi oleh setiap perusahaan yang menyebabkan kebutuhan konsumen meningkat. Perusahaan baru yang ikut bersaing harus mampu dalam melihat peluang dan mampu bersaing dengan perusahaan yang sudah ada. Perusahaan baru harus mempunyai
tata
letak
yang
baik
dalam
pembangunan
suatu
perusahaan. Perusahaan baru harus mampu dalam mengelola dan memanajemen sumber daya yang ada. Perusahaan baru juga harus memperhatikan aspek teknis dan aspek kualitas. Perusahaan
baru
untuk
mengatasi
permasalahan
tersebut
membutuhkan beberapa alat dan metode yaitu untuk menentukan kebutuhan mesin teoritis maupun aktual perusahaan memakai alat routing sheet dan multi product process chart. Perusahaan setelah mengetahui kebutuhan mesin harus mengetahui luas lantai receiving, luas lantai masing-masing departemen, dan luas lantai shipping, setelah itu, perusahaan perlu mengetahui alat angkut yang digunakan untuk mengangkut material serta biaya yang digunakan. Perusahaan menggunakan from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationshiop diagram untuk mengetahui biaya investasi awal, payback period,
dan
mengetahui
break
even
point.
Perusahaan
dapat
mengetahui derajat kedekatan antar departemen dan mengetahui layout perusahaan dengan bantuan metode ARC, AAD, dan template. Pengendalian kualitas digunakan pada perusahaan untuk mengetahui kecacatan produk dan dapat melakukan perbaikan kualitas pada produk yang mengalami kecacatan. Perencanaan tata letak fasiliatas yang dilakukan oleh PT. Alam Sejahtera sebagai acuan untuk membangun perusahaan dengan tata
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-3
letak fasilitas yang baik, serta produk yang dihasilkan sesuai dengan standar
yang
ditetapkan
dan
dapat
meningkatkan
keuntungan
penjualan dan menjadikan produk yang lebih unggul dari produk pesaing. 1.2
Perumusan Masalah Perumusan masalah berisi masalah-masalah yang dihadapi
setiap modul praktikum perancangan teknik industri 4. Perumusan masalah pada laporan akhir praktikum ini terdapat 7 modul. Berikut merupakan perumusan masalah dari modul routing sheet dan multi product process chart, luas lantai, biaya penanganan material, from to chart (FTC), tabel skala prioritas (TSP), activity relationship diagram (ARD), aspek finansial, activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template, dan pengendalian kualitas. Perumusan masalah pada routing sheet dan multi product process chart yaitu bagaimana menentukan jumlah kebutuhan mesin dalam pembuatan produk kursi dingklik. Perumusan
masalah
pada
luas
lantai
adalah
bagaimana
menentukan luas lantai yang diperlukan untuk receiving (gudang bahan baku), bagaimana menentukan luas lantai mesin dan peralatan, bagaimana menentukan luas lantai shipping. Perumusan masalah lainnya yaitu bagaimana menentukan luas lantai perkantoran dan fasilitas dan bagaimana menentukan total luas lantai yang dibutuhkan untuk pembangunan perusahaan baru. Perumusan masalah pada biaya penanganan material adalah bagaimana menentukan total ongkos yang dibutuhkan dari bagian departemen satu ke departemen lainnya, mulai dari receiving sampai ke bagian shipping. Perumusan masalah pada FTC, TSP, ARD adalah bagaimana mengetahui alokasi layout yang dibutuhkan dan menganalisa pola aliran berdasarkan tabel skala prioritas. Perumusan masalah pada aspek finansial adalah bagaimana menghitung
biaya
investasi
awal
dan
modal
kerja,
bagaimana
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-4
menentukan harga penjualan produk, bagaimana menentukan periode pengembalian produk, dan bagaimana menentukan tingkat kelayakan pendirian perusahaan. Perumusan masalah pada modul activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), dan template yaitu bagaimana merancang tata letak fasilitas pada PT. Alam Sejahtera yang tepat sesuai dengan bentuk asli dari perusahaan yang didirikan. Perumusan masalah pada modul pengendalian kualitas yaitu bagaimana menentukan pengendalian kualitas dengan check sheet, bagaimana mengetahui cacat dominan dengan diagram pareto, bagaimana mengendalikan cacat pada produk dari hasil produksi dengan menggunakan peta kendali, dan bagaimana menganalisis pemecahan masalah penyebab cacat dengan diagram sebab akibat serta analisis 5w+1H.
1.3
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dibuat agar tidak menyimpang dari yang
sudah ditetapkan. Berikut ini merupakan pembatasan masalah dari tiap modul praktikum perancangan teknik industri 4.
1. Pembatasan masalah untuk modul routing sheet dan multi product process chart. a. Efisiensi mesin yang digunakan hanya 95%. b. Realibilitas mesin yang digunakan hanya 95%. c. Jam kerja per hari yang digunakan hanya 7 jam per hari. d. Target produksi yang digunakan hanya sebesar 676 unit per hari. e. Jumlah hari dalam 1 tahun yaitu hanya 245 hari. 2. Pembatasan masalah untuk modul luas lantai a. Luas lantai bahan baku hanya memperhitungkan komponen penyusun produk. b. Luas lantai mesin dan peralatan hanya memperhitungkan mesin yang digunakan selama proses produksi.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-5
c. Luas lantai kantor dan fasilitas hanya memperhitungkan ruang yang digunakan dalam perkantoran dan bagian penunjang terhadap perusahaan. d. Penetapan allowance yang digunakan hanya 100% untuk luas lantai perkantoran, 150% untuk luas lantai model tumpukan dan luas lantai model rak, dan 200% untuk luas lantai fasilitas, luas lantai mesin dan peralatan dan luas lantai gudang barang jadi. 3. Pembatasan masalah untuk modul biaya penangan material. a. Perhitungan yang dilakukan hanya pada komponen utama, tambahan, dan produk jadi. b. Perhitungan biaya penanganan material yang dilakukan hanya pada perpindahan antar departemen dari departemen receiving sampai departemen shipping. c. Alat angkut yang digunakan hanya tiga jenis yaitu manusia, walking pallet, dan mini forklift. d. Harga alat angkut walking pallet sebesar Rp. 5.000.000 dan mini forklift sebesar Rp. 70.000.000. e. Berat pallet yang digunakan yaitu hanya sebesar 10Kg. 4. Pembatasan masalah untuk modul from to chart. a. Kode mesin yang digunakan hanya mesin yang ada dalam produksi. b. Biaya yang digunakan hanya total biaya dari perpindahan material setiap departemen. c. Pembuatan ARD didasarkan hanya dari tabel skala prioritas. 5. Pembatasan masalah untuk modul finansial. a. Batas waktu pengembalian modal hanya 5 tahun. b. Bunga bank ditentukan sebesar 11% berdasarkan rata-rata bunga bank setiap bank tahun 2017. c. Pajak penghasilan ditetapkan sebesar 30% berdasarkan UU No. 36 tahun 2008. 6. Pembatasan masalah untuk modul activity relationship chart, area allocation diagram, dan tamplete yaitu. a. Data penunjang yang digunakan hanya luas lantai area produksi perkantoran dan fasilitas. b. ARD untuk membuat AAD.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-6
c. Skala yang digunakan untuk AAD hanya 1:50 dan template hanya 1:100. 7. Pembatasan masalah untuk modul pengendalian kualitas. a. Pengambilan data hanya berupa jenis kecacatan pada produk kursi dingklik. b. Jumlah kecacatan yang digunakan produk hanya 20% dari keseluruhan produksi. c. Jenis kecacatan yang digunakan hanya 5 jenis data atribut. d. Jenis kecacatan dominan hanya berupa data atribut. e. Peta kendali yang digunakan hanya peta kendali P dengan minimal terdapat sekali revisi.
1.4
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan adalah target yang dicari untuk menyelesaikan
masalah tiap modul. Tujuan penulisan yang ditetapkan untuk laporan akhir praktikum perancangan teknik industri 4 setiap modul adalah sebagai berikut.
1. Tujuan penulisan untuk modul routing sheet dan multi product process chart. a. Mengetahui efisiensi mesin, mesin teoritis dan aktual pada routing sheet (RS). b. Mengetahui jumlah total mesin teoritis dan aktual pada multi product process chart (MPPC). 2. Tujuan penulisan untuk modul luas lantai. a. Mengetahui luas lantai pabrik yang terdiri dari luas lantai gudang bahan baku, luas lantai mesin dan peralatan, serta gudang produk jadi. b. Mengetahui luas lantai fasilitas maupun kantor untuk pemanfaatan area pabrik secara maksimal. c. Mengetahui total kebutuhan luas lantai atau luas lahan pendirian perusahaan. 3. Tujuan penulisan untuk modul biaya penanganan material. a. Mengetahui jenis alat angkut yang digunakan dalam pembuatan kursi dingklik.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-7
b. Mengetahui ongkos atau biaya penanganan material yang terjadi pada area produksi berdasarkan alat angkut yang digunakan. 4. Tujuan penulisan untuk modul from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationship diagram. a. Mengetahui koefisien ongkos yang masuk dan koefisien ongkos yang keluar dari mesin. b. Mengetahui aliran material dengan
memperhitungkan
prioritas kedekatan antar departemen berdasarkan koefisien ongkos terkecil. c. Mengetahui jenis pola aliran bahan yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan tabel. 5. Tujuan penulisan untuk aspek finansial a. Mengetahui total nilai investasi awal dan modal kerja dalam membangun perusahaan. b. Mengetahui berapa harga penjualan produk kursi dingklik serta persentase keuntungan dari produk. c. Mengetahui kapan perusahaan akan balik modal. d. Mengetahui tingkat kelayakan pendirian perusahaan. 6. Tujuan penulisan untuk modul activity relationship chart, area allocation diagram, dan tamplete a. Mengetahui derajat kedekatan antara aktivitas departemen satu dengan departemen yang lain. b. Mengetahui alokasi atau tata letak pada bagian produksi dan perkantoran. c. Mengetahui gambaran
detail
dari
tata
letak
fasilitas
perusahaan. 7. Tujuan penulisan untuk modul pengendalian kualitas. a. Mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan serta jumlah kecacatannya pada produk kursi dingklik. b. Mengetahui keterkendalian proses produksi produk kursi dingklik. c. Mengetahui usulan perbaikan terhadap penyebab kecacatan dominan pada produk kursi dingklik.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-8
BAB II IDENTIFIKASI AWAL
2.1
Inisialisasi
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-9
Produk yang telah dibuat PT Alam Sejahtera adalah produk kursi dingklik
yang tersusun dari 5 komponen yaitu komponen alas,
komponen kaki-kaki, komponen crossbar depan belakang, komponen crossbar kiri dan kanan, dan komponen crossbar
segitiga. Ukuran
produk kursi dingklik secara keseluruhan 29 cm x 22 cm x 15 cm, memiliki ketebalan 3 cm. Produk kursi dingklik memiliki berat 2,5 kg karena berbahan dasar dari kayu jati. Kelebihan dari kursi dingklik ini memiliki bahan dasar yang terbuat dari kayu jati sehingga produk ini dapat bertahan lama. Produk ini memiliki bentuk yang tidak terlalu besar sehingga mudah untuk dipindahkan dan dapat diletakan di berbagai tempat sesuai dengan tempat dengan keinginan pengguna dan produk tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang besar.
Produk
ini mampu menahan
berbagai berat pengguna supaya semua pengguna dengan berat yang beragam dapat menggunakan produk ini. Kekurangan dari kursi dingklik
ini
yaitu
mempunyai
berat
yang
cukup
besar
karena
disebabkan dari bahan dasar kayu jati. Manfaat kursi dingklik ini dapat mempermudah konsumen dalam
berduduk
jongkok
serta
memberikan
rasa
nyaman
bagi
pengguna. Produk ini diberikan busa tepat diatas alas supaya pengguna dapat duduk dengan empuk dan nyaman. PT Alam sejahtera memproduksi produk kursi dingklik yang berlokasi
di
kecamatan
Wangon
Kabupaten
Banyumas
yang
berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Cilacap. PT Alam Sejahtera mempertimbangkan bebeapa aspek seperti upah umum regional (UMR) yaitu sebesar Rp 1.600.000. Aspek sumber daya alam adalah membahas tentang bahan baku pembuatan produk. Produk kursi dingklik dibuat dengan bahan baku yaitu kayu. Perusahaan membutuhkan bahan baku yang dekat dengan perusahaan, oleh karena itu perusahaan didirikan di daerah perbatasan Cilacap di kecamatan Wangon. Bahan baku berada di daerah Wangon, sehingga
perusahaan
hanya
memerlukan
waktu
1
jam
untuk
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-10
mendapatkan bahan baku. Pengangkutan bahan baku menggunakan angkutan berupa truk dan jalan yang dialami truk melewati jalan besar.
Gambar 2.1 Produk Kursi dingklik
2.2
Data Produk Data produk yang dibahas terdapat data peta proses operasi,
data komponen utama dan data komponen tambahan. Data produk ini dibutuhkan untuk mengetahui deskripsi komponen penyusun dari produk kursi dingklik untuk proses produksi. Berikut ini adalah data komponen yang terdiri atas peta proses operasi, komponen utama dan komponen tambahan :
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-11
Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Kursi Dingklik
Gambar diatas dapat ditemukan suatu tahapan proses operasi dari produk kursi dingklik. Data informasi yang didapat dari gambar peta proses operasi kursi dingklik yaitu suatu aktivitas operasi, jumlah operasi, waktu operasi, persentase scrap, jumlah komponen yang dibutuhkan, bahan diterima dan diminta dan juga urutan proses
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-12
operasi tiap komponen. Ringkasan untuk semua kegiatan yaitu jumlah operasi sebanyak 21 dengan waktu 12,6 menit, jumlah pemeriksaan sebanyak 16. Total seluruh kegiatan operasi dan pemeriksaan yaitu 37 dengan waktu 12,6 menit. Komponen utama dapat dijelaskan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Data Komponen Utama No. Kom p 1 2
3
4
5
Nama Komp. Papan Alas
Papan
Kaki – Kaki
Papan
Crossbar Depan
Belakang Papan
Crossbar Kiri
Kanan Papan
Crossbar Segitiga
Berat/Unit (kg)
Harga/Uni t(Rp)
29x22x2
Ukuran Terima (cm) (p×l×t)
30x23x2,1
0,653
5.000
Kayu
15x3x3
16x4x3,1
0,142
1.460
2
Kayu
23x3x3
24x4x3,1
0,203
2.100
2
Kayu
18x3x3
19x4x3,1
0,145
1.550
4
Kayu
3x3x3
4x4x3,1
0,023
808
Unit/ Assy
Tipe Bahan
1
Kayu
4
Ukuran Pakai (cm) (p×l×t)
Tabel 2.1 menjelaskan komponen utama dari produk kursi dingklik. Komponen utana dari produk tersebut yaitu papan alas sebanyak 1 unit, papan kaki-kaki sebanyak 4 unit, papan crossbar depan belakang sebanyak 2 unit, papan crossbar kiri kanan sebanyak 2 unit dan papan crossbar segitiga sebanyak 4 unit. Unit/Assy berisikan kuantitas atau jumlah dari setiap komponen misal untuk komponen papan crossbar depan belakang berjumlah 2 dan untuk komponen papan alas berjumlah 1. Tipe bahan yang digunakan untuk semua
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-13
komponen adalah kayu jati. Ukuran terima adalah ukuran yang didapat sebelum semua komponen di proses dan ukuran pakai adalah ukuran komponen yang sudah mengalami proses dan siap dipakai contoh untuk
ukuran
terima
sebelum
diproses
komponen
alas
adalah
30x23x2,1 cm setelah diproses dengan cara dipotong ukuran alas yang siap pakai menjadi 29x22x2 cm. Berat/unit adalah berat yang ditimbang per komponen dengan satuan kg untuk komponen alas memiliki berat 0,653. Harga per unit didapatkan dari ukuran pakai dibagi ukuran terima dikalikan harga bahan yang dibeli. Harga/unit untuk komponen alas adalah Rp 5.000. Selain tabel komponen utama, dalam pembuatan produk juga membutuhkan komponen tambahan. Komponen tambahan dapat dijelaskan tabel 2.2. Tabel 2.2 Data Komponen Tambahan No. Komp
Nama Komp.
Unit/Assy
2
Busa
1
1 3
Paku
22
Lem
1
Tipe Bahan
Ukuran Kemasan (cm) (p×l×t)
Unit Tersedia
Berat/Unit (kg)
Harga/Unit(Rp)
Busa
29x22x2
2
0,079
10.000
Besi Cair
5×5×2,5
50
7×7×5
1
0,287 3 gr
100
1.500
Tabel 2.2 menjelaskan komponen tambahan yang menjelaskan
komponen
penunjang
apa
saja
yang
digunakan
dalam
proses
pembuatan produk kursi dingklik. Komponen tambahan terdiri dari lem, paku dan busa yang diberikan no komponen dan simbol per komponen tambahan. Unit per assy adalah jumlah yang digunakan dalam pembuatan produk, misal untuk penggunaan lem hanya digunakan 3 gram. Tipe bahan komponen tambahan ketiganya adalah cair untuk lem, besi untuk paku dan busa untuk komponen busa. Ukuran kemasan adalah ukuran wadah dari komponen tambahan, untuk komponen paku dengan ukuran panjang 5cm, lebar 5cm dan tinggi 2,5cm. Berat per unit merupakan berat sebelum komponen tambahan itu digunakan. Harga / unit merupakan harga yang komponen tambahan yang sudah
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-14
digunakan, misal untuk harga/unit dari paku didapatkan hasil Rp 100 untuk pemakaian 1 unit.
2.3 Data Teknis Data
teknis
merupakan
suatu
data
atau
informasi
yang
berkaitan dengan data penunjang teknis. Data teknis ini berisikan tabel Jadwal Induk Produksi (JIP). Tabel mesin, tabel ukuran box dan kemasan dan tabel alat angkut. Tabel Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat dijelaskan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (Unit) Dengan Tanpa Periode Warna
Warna
1
13333
15100
2
13414
14990
3
13490
14888
4
13486
14894
5
13471
14913
6
13467
14920
7
13476
14907
8
15452
12241
9
15452
12241
10
13471
14913
11
13471
14913
12
13476
14907
Total
165459
173827
Tabel 2.3 jadwal induk produksi merupakan jadwal produksi produk untuk setiap periodenya produk dengan warna dan tanpa warna. Total jadwal produksi produksi dengan warna berjumlah 165459
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-15
selama 12 periode sedangkan total jadwal produksi produksi tanpa warna berjumlah 173827 selama 12 periode. Tabel 2.4 Data Mesin Yang Digunakan No Mesin
Nama mesin
Proses
Ukuran Mesin (M)
F1
Meja Fabrikasi
Mengukur
2x1
F2
Mesin Jigsaw
Memotong
2x1
F3
Amplas
Menghaluskan
1,5 x 1
F4
Mesin Assembling
Merakit
2x1
F5
Mesin Cat
Mengecat
2x1
Tabel 2.4 data mesin yang digunakan merupakan suatu data yang di dalamnya terdapat nomor mesin, jenis-jenis mesin dan kegunaannya beserta ukuran mesin yang digunakan. Nomor mesin F1 yaitu meja fabrikasi dan kegunannya untuk proses mengukur dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m, nomer mesin F2 yaitu mesin jigsaw dan kegunaannya untuk proses memotong dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m, nomer mesin F3 yaitu amplas dan kegunaannya untuk proses menghaluskan dan memiliki ukuran 1,5x1 m. Nomor mesin F4 yaitu mesin assembling dan kegunaannya untuk proses merakit serta memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m dan nomor mesin F5 adalah mesin cat dan kegunaannya untuk proses pengecatan dan memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m. Tabel 2,5 Tabel Harga Mesin Yang Digunakan
Tabel 2.4 merupakan tabel harga mesin yang digunakan. Mesin yang digunakan adalah meja fabrikasi memiliki jumlah 12 unit, harga satuan meja fabrikasi Rp 2.275.000 dan total biaya untuk meja fabrikasi Rp 27.300.000. Mesin jigsaw memiliki jumlah 41 unit, harga
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-16
satuan dari mesin jigsaw Rp. 290.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 11.890.000. Mesin amplas memiliki jumlah 5 unit, harga satuan dari mesin amplas Rp. 350.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 1.750.000. Mesin assembly memiliki jumlah 8 unit, harga satuan dari mesin assembly Rp. 2.275.000 dan harga total dari mesin jigsaw sebesar Rp 18.200.000 dan Mesin cat memiliki jumlah 6 unit, harga satuan dari mesin cat
Rp. 450.000 dan harga total dari
mesin cat sebesar Rp 2.700.000. Tabel 2.6 Ukuran Box Dan Kemasan
Tabel 2.6 ukuran box merupakan ukuran suatu kemasan produk. Kemasan produk pada tabel diatas memiliki panjang 0,3 meter, lebar 0,23 meter dan memiliki tinggi 0,18 meter. Tabel 2.7 Alat Angkut Yang Digunakan
Berdasarkan tabel 2.7 alat angkut diatas alat angkut manusia memiliki maksimum volume sebesar 324.000 cm 3 dan maksimum beratnya
sebesar
150 , mini forklift memiliki ongkos sebesar RP 5.737.789.439, sedangkan harga dari mesin mini forklift Rp.70.000.000
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-17
2.4 Tenaga kerja PT. Alam Sejahtera memiliki tenaga kerja yang dipekerjakan untuk menjalankan suatu aktivitas yang berada di perusahaan. PT. Alam Sejahtera mempunyai dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Gaji Tenaga Kerja Langsung Perkantoran
Berdasarkan pada tabel tenaga kerja langsung diatas dapat diketahui PT. Alam Sejahtera memliki jumlah personil tenaga kerja langsung perkantoran sebanyak 10 personil di gaji dengan sesuai UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah pah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota. PT.
Alam
Sejahtera
memiliki
UMP/UMK
sebesar
Rp
1.600.000 dan total gaji yang dikeluarkan perusahaan untuk mengaji
tenaga
kerja
langsung
perkantoran
sebesar
Rp
29.500.000 rupiah. Tenaga kerja tak langsung dapat dilihat pada tabel 2.9.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-18
Tabel 2.9 Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung Non Perkantoran
Pada
tabel
2.9
tenaga
kerja
tidak
langsung
non
perkantoran diatas dapat diketahui gaji tenaga kerja tidak langsung pada PT. Alam Sejahtera memiliki jumlah personil sebanyak 6 personil di gaji dengan sesuai UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota. PT. Alam Sejahtera memiliki UMP/UMK sebesar 1.600.000. Tenaga kerja tidak langsung memiliki total gaji sebesar Rp 9.600.000 rupiah. Tabel 2.10 Tenaga Kerja Langsung
Pada tabel 2.10 tenaga kerja langsung diatas dapat diketahui gaji tenaga kerja langsung pada PT. Alam Sejahtera memiliki jumlah
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-19
personil sebanyak 74 personil di gaji sesuai dengan UMP/UMK yang dimaksud UMP (Upah Minimum Provinsi) adalah upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi sedangkan UMP (Upah Minimum Kota/Kabupaten) adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kotadan memiliki gaji sebesar 1.600.0.000. Tenaga kerja langsung memiliki total gaji sebesar Rp 166.440.000 dan total gaji selama 12 bulan sebesar 1.997.280.000.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-20
BAB III ASPEK TEKNIS
3.1
Routing Sheet dan Multi Product Process Chart Proses operasi membutuhkan suatu dokumen utama yang
dikenal dengan nama routing sheet. Tahap awal yang harus dilakukan sebelum memulai kegiatan produksi yaitu mengidentifikasi ataupun menentukan urutan-urutan mesin/peralatan, proses dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi. Untuk mengetahui urutan jalannya proses produksi dari komponen-komponen suatu produk dapat menggunakan pola peta proses produksi. Hasil identifikasi ataupun penentuan ini biasanya disajikan dalarn bentuk apa yang dinamakan dengan routing sheet (Wignjosoebroto, 2009). Routing sheet ini merupakan hal yang sangat penting bagi kegiatan produksi, karena merupakan penentuan mutu atau kualitas produk yang akan dibuat dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan produk tersebut. Merencanakan sebuah tata letak fasilitas dan pemindahan adalah pembuatan routing sheet. Routing sheet berguna untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan/digunakan dan untuk menghitung jumlah komponen yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan (Wignjosoebroto, 2009). Routing sheet akan menyimpulkan langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah suatu bahan baku menjadi produk jadi
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-21
yang diinginkan, dimana untuk itu beberapa informasi harus menyertai di dalam langkah ini, yaitu sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2009). 1. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat. 2. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut. 3. Jenis operasi kerja dan nomor operasinya. 4. Mesin atau peralatan produksi yang digunakan. 5. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing proses operasi kerja. Tabel routing sheet terdapat kolom perhitungan untuk mencari produksi mesin perjam, % scrap, bahan yang diminta, bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, dan kebutuhan mesin teoritis dan aktual. Untuk
memperolehnya
terdapat
rumus
sebagai
berikut
(Wignjosoebroto, 2009). Produksi mesin per jam adalah kapasitas kemampuan alat yang menunjukkan jumlah unit part atau komponen yang dapat diproses oleh alat atau mesin dalam jangka waktu kerja yang tersedia. Rumus untuk menghitung produksi mesin per jam dapat dilihat pada rumus 3.1 (Wignjosoebroto, 2009). waktu kerja waktu proses kerja
.......................................3.1 Persentase scrap adalah persentase dari sisa-sisa material yang tidak digunakan dalam memproses sebuah part/komponen. Rumus persentase scrap dapat dilihat pada rumus 3.2 (Wignjosoebroto, 2009). %scrap OPC ............................................3.2 100
Bahan yang diminta adalah unit produk yang diproduksi dalam satu hari atau bahan material yang diperlukan berdasarkan kuantitas yang ditentukan. Perhitungan bahan yang diminta pertama kali
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-22
dilakukan pada proses terakhir dalam pembuatan produk, dimana jumlah produk awal diketahui berdasarkan target produksi, jika komponen yang dibutuhkan lebih dari 1 unit maka jumlah awal bahan diminta dikali dengan kuantitas komponen tersebut untuk menentukan bahan yang diminta selanjutnya, dapat digunakan dari data yang diperoleh dari bahan disiapkan sebelumnya (Wignjosoebroto, 2009). Bahan yang disiapkan adalah banyaknya material yang harus disiapkan pada awal proses dengan memperhitungkan % scrap yang terbuang
pada proses
yang
bersangkutan,
karena
bahan
yang
disiapkan akan mengalami proses penyusutan material, maka perlu memperhitungkan % scrap yang terbuang selama proses berlangsung. Rumus
bahan
yang
disiapkan
dapat
dilihat
pada
rumus
3.3
(Wignjosoebroto, 2009). Bahan yang diminta ......………….…..……....3.3 1 %scrap
Efesiensi mesin adalah tingkat produksi mesin yang digunakan dengan mempertimbangkan tingkat efesiensi rata-rata yang dimiliki perusahaan. Rumus efesiensi mesin dapat dilihat pada rumus 3.4 (Wignjosoebroto, 2009). Bahan disiapkan ..……………………………3.4 95%
Kebutuhan mesin teoritis merupakan kebutuhan mesin yang diperoleh dari hasil perhitungan tanpa pembulatan angka. Perhitungan ini dibutuhkan tingkat reabilitas (kendala mesin).
Kebutuhan mesin
aktul diperoleh dari hasil kebutuhan mesin teoritis dengan pembulatan angka. Rumus kebutuhan mesin teoritis dapat dilihat pada rumus 3.5 (Wignjosoebroto, 2009). Efisiensi Mesin …….….....3.5 (Produksi mesin/jam x reabilitas x jam kerja/hari
Multy product process chart (MPPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan
urutan-urutan
proses
untuk
masing-masing
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-23
komponen
yang
akan
di
produksi.
Pembuatan
MPPC
dilakukan
berdasarkan peta proses operasi dan routing sheet yang telah dibuat sebelumnya, apabila didefinisikan MPPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan, seperti urutanurutan
operasi,
pemeriksaan
dan
penyimpanan,
serta
dalam
menggambarkannya dipisahkan antara fabrikasi dan assembling, atau dapat di katakan MPPC adalah suatu peta yang menggambarkan jumlah pemakaian kebutuhan mesin dari routing sheet. Kegunaan MPPC yaitu menunjukan keterkaitan produksi antar komponen produk, bahan, bagian, pekerjaan atau kegiatan dan dapat juga untuk menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam perusahaan yang sudah berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru (Apple, 1990).
3.1.1 Routing sheet Berdasarkan tabel routing sheet
dapat diketahui beberapa
informasi yang dibutuhkan untuk proses produksi kursi dingklik. Tabel routing sheet
pembuatan kursi dingklik dapat dijelaskan pada tabel
3.1.
Tabel 3.1 Routing Sheet
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-24
Berdasarkan table 3.1 routing sheet untuk kolom bahan yang diminta, bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, kebutuhan mesin teoritis dan aktual diperoleh dari perhitungan masing-masing rumus. Berikut adalah contoh perhitungan pada tabel routing sheet diatas. Contoh perhitungan komponen papan alas : Kolom (1)
: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)
Kolom (2)
: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)
Kolom (3)
: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-25
Kolom (4)
: Produksi mesin / jam (O-2) komponen papan alas
=
= 60 menit / 0,46 = 130,4347 Kolom (5)
: Terdapat dalam OPC (Operation Process Chart)
Kolom (6)
: Perhitungan bahan diminta pertama kali dilakukan pada proses terakhir, dimana jumlah produk awal diketahui (berdasarkan target produksi), jika komponen yang dibutuhkan lebih dari 1 unit maka jumlah awal bahan diminta dikali dengan kuantitas komponen tersebut untuk menentukan bahan diminta selanjutnya, dapat digunakan dari data yang diperoleh dari bahan disiapkan sebelumnya.
Kolom (7)
: Bahan yang disiapkan (O-2) komponen papan alas
=
=
= 767.3360
Kolom (8)
: Efisiensi mesin (O-2) komponen papan alas =
= = 807.7221
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-26
Kolom (9)
: Jumlah Mesin Teoritis (O-2) komponen papan alas =
=
Kolom (10)
= 0.9312
: Jumlah kebutuhan mesin aktual = 0.9312 ≈ 1
Berdasarkan tabel 3.1 routing sheet dapat diketahui beberapa informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan proses produksi kursi dingklik. Informasi yang didapat yaitu urutan proses produksi, jumlah produksi mesin/jam, persentase % scrap, jumlah bahan yang diminta dan bahan yang disiapkan, efisiensi mesin, jumlah kebutuhan mesin teoritis dan kebutuhan mesin aktual. Jumlah produksi mesin/jam proses memotong papan alas adalah 130,4348 unit/jam, yang mengartikan bahwa dalam kurun waktu selama satu jam mesin dapat menghasilkan jumlah produksi sebanyak 130,4348 unit. Persentase % scrap dari proses memotong papan alas adalah 0,0750 yang didapat dari peta proses operasi sebelumnya yang sudah dibuat. Bahan yang diminta adalah target unit setelah di proses, dengan acuan jumlah produksi perhari 676 unit. Bahan yang disiapkan untuk proses memotong papan alas dengan nilai persentase scrap 0,0750 adalah sebesar 767,3360. Hasil efisiensi mesinnya yaitu sebesar 807,7221. Efisiensi mesin menggunakan 95% karena 5% sisa dari keseluruhan digunakan untuk waktu pengaturan atau setting mesin. Jumlah kebutuhan mesin teoritis untuk proses memotong papan alas yaitu sebesar 0,9312 unit dengan nilai reabilitas 95% dan jam kerja perhari nya selama 7 jam. Hasil mesin aktual didapat dari pembulatan keatas dari hasil mesin teoritis yaitu sebesar 1 unit.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-27
3.1.2 Multi Produk Process Chart
MPPC atau multi product process chart untuk proses produksi kursi dingklik dapat dilihat urutan proses produksinya dan mengetahui jumlah kebutuhan mesin teoritis dan mesin aktual. Jumlah mesin aktual dari mppc didapat dari pembulatan
jumlah mesin teoritis pada routing sheet. MPPC pembuatan kursi dingklik dapat dijelaskan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 MPPC
Kolom jumlah mesin teoritis didapat dari routing sheet dengan menjumlah mesin teoritis pada setiap proses yang sama. Berikut adalah contoh perhitungannya. Contoh perhitungan pada meja fabrikasi
Jumlah Mesin Teoritis = 0,4858 + 3,6736 + 0,9774 + 0,9145 + 5,0818 = 11,1331 Unit
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-28
Jumlah Mesin Aktual
= 11,1331
12 Unit
Berdasarkan hasil MPPC untuk proses produksi kursi dingklik dapat dilihat urutan proses produksinya dan mengetahui jumlah kebutuhan mesin teoritis dan mesin aktual kebutuhan mesin untuk meja fabrikasi yang digunakan dalam proses mengukur seluruh komponen produk kursi dingklik sebanyak 12 unit
mesin.
Kebutuhan
mesin
potong
sebanyak
41
unit.
Kebutuhan mesin ampelas sebanyak 5 unit. Kebutuhan meja assembly sebanyak 8 unit. Kebutuhan mesin cat sebanyak 6 unit. 3.2
Luas Lantai Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan
yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan. Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan
semua
fasilitas
pendukungnya.
Luas
lantai
ini
didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan, berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai Receiving (gudang bahan baku) model tumpukan dan rak (Elib Unikom, 2017). Luas lantai gudang bahan baku (receiving) adalah luas lantai yang digunakan untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan digunakan dalam produksi. Luas lantai gudang bahan baku (receiving) ini terdiri dari model tumpukan dan model rak (Elib Unikom, 2017). Luas
lantai
mesin
(fabrikasi
dan
assembling)
juga
perlu
diperhitungkan dalam perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan. Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai mesin diperoleh dari Multi Product Process Chart (MPPC) antara lain yaitu nama mesin atau peralatan, jumlah peralatan dan ukuran peralatan. Luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowance.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-29
Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang (Elib Unikom, 2017). Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang jadi (shipping) antara lain adalah nomor komponen, nama komponen dan tipe barang jadi. Langkah-langkah perhitungan luas lantai barang jadi adalah sebagai berikut (Elib Unikom, 2017). 1. Tentukan ukuran kemasan yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan untuk tempat produk jadi perusahaan. 2. Tentukan produk jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk periode tertentu, berdasarkan produk per jam dari perusahaan. 3. Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi perperiode tertentu. 4. Tentukan luas lantai yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume kemasan. 5. Tentukan allowance. 6. Tentukan total luas lantai. Perhitungan luas perkantoran terlebih dahulu harus diketahui bagian bagian dari perkantoran dan pelayanan pabrik. Bagian umum merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik, misalnya tool room (tempat penyimpanan peralatan), tool crib (tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan yang rusak), ruang rapat, ruang tunggu dan sebagainya.
Bagian
produksi
merupakan
bagian
yang
melayani
organisasi produksi, misalnya teknik industri (standar kerja, metode, material handling, proses), quality control (receiving, in process, finished good), plann engineering. Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau menangani kebutuhan orang. Misalnya fasilitas kesehatan, kantin, wc, daerah taman, lapangan parkir, telepon umum dan lain-lain. Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas fisik bangunan, peralatan, utilitas, dan sebagainya. Misalnya fasilitas pemasaran, pembangkit tenaga, garasi,
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-30
pemadam kebakaran, bengkel peralatan dan sebagainya (Elib Unikom, 2017). Besarnya luas lantai fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan produksi. Sebagai contoh apabila sebuah perusahaan manufaktur yang berskala besar yang mempunyai hasil limbah dan tidak dapat didaur ulang langsung, maka diperlukan suatu fasilitas khusus untuk mengatasi permasalahan ini. Selain itu juga diperlukan fasilitas-fasilitas
penunjang
lainnya,
seperti
areal
pertambangan,
daerah parkir, daerah kantin dan lain sebagainya. Tetapi dilain hal, penentuan jumlah dan jenis fasilitas yang diperlukan ini haruslah dilakukan suatu prioritas terhadap alternatif-alternatif yang ada. Dan tidak perlu dilupakan satu hal bahwa lokasi atau adanya fasilitas ini bukanlah merupakan faktor yang mutlak harus ada dalam suatu perusahaan baik dari segi kuantitas maupun jenis fasilitasnya (Elib Unikom, 2017). Ketentuan-ketentuan dalam pemilihan fasilitas layanan harus disesuaikan
dengan
kondisi
manajemen
perusahaan
yang
direncanakan. Dalam arti bahwa dalam perusahaan besar jelas memiliki jenis dan ukuran fasilitas yang berbeda dengan perusahaan kecil (Elib Unikom, 2017).
3.2.1 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Perhitungan luas lantai bahan baku terbagi menjadi dua, yaitu luas bahan baku model tumpukkan dan luas bahan baku model rak. Perhitungan dari luas lantai bahan baku model tumpukan untuk produk kursi dingklik dapat dijelaskan pada table 3.2.
Tabel 3.2 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Tumpukan
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-31
Contoh perhitungan pada komponen papan alas: Volume Komponen
= (p x l x t) = (0,3 x 0,23 x 0,021) = 0,001449 m3
Luas Komponen
=pxl = 0,3 x 0,23 = 0,069 m2
Produk/minggu
= Jumlah produksi/hari x HK/mgg x Kuantitas = 676 x 5 x 1 = 3380 unit
Volume total
= Volume komponen x Produk/minggu = 0,001449 x 3380 = 4,89762 m3
Kap. vol./tumpukan
= (Pproduk x Lproduk) x Ttumpukan) = 0,3 x 0,23 x 0,6 = 0,0414 m3
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-32
Jumlah tumpukan
=
=
= 118,3
= 119 tumpukan
Luas lantai
= Luas komponen x Jumlah tumpukan = 0,069 x 119 = 8,211 m2
Kelonggaran 150%
= Luas lantai x 150 % = 8,211 x 150 % = 12,3165 m2
Total Luas Lantai tumpukan
= Luas lantai + kelonggaran 150 % = 8,211 + 12,3165 = 20,5275 m2
Berdasarkan perhitungan luas lantai model tumpukan dapat diketahui komponen papan alas yang digunakan pada produksi kursi dingklik sebanyak 1 unit. Volume komponen merupakan besarnya komponen papan alas yang didapat dari perkalian antara panjang dikali lebar dan dikali dengan tingginya, maka diketahui volume komponen sebesar 0,001449 m3. Luas komponen yaitu ukuran luas dari sebuah komponn yang didapat dari hasil perkalian antara panjang dan lebarnya, maka diketahui luas komponen dari papan alas adalah sebesar
0,069
m 2.
Produksi/minggu
merupakan
hasil
produksi
komponen papan alas dalam kurun waktu selama lima hari kerja dalam satu minggu dengan perhitungan dari banyaknya produksi/hari dikali
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-33
dengan hari kerja dan banyaknya kuantitas papan alas maka didapat hasil sebanyak 3380 unit. Volume total dari komponen papan alas adalah
hasil
dari
perkalian
antara
volume
komponen
dengan
banyaknya jumlah produksi selama seminggu dalam kurun waktu lima hari kerja dengan hasil yaitu 4,89762 m3. Kapasitas vol/tumpukan pada komponen papan alas didapat dengan hasil sebesar 0,0414 m 3 yang didapat dari hasil perkalian dengan tinggi tumpukan yaitu 0,6 meter. Jumlah tumpukan adalah banyaknya tumpukan yang ada pada luas lantai ini dengan jumlah tumpukan sebanyak 119 tumpukan. Luas lantai pada model tumpukan ini adalah luas lantai yang didapat dari hasil perkalian antara jumlah tumpukan dengan luas komponen dengan hasil sebesar 8,211 m2. Kelonggaran yang diberikan untuk komponen papan alas adalah sebesar 150 %, hal ini dikarenakan ukuran
dari
kemasan
papan
alas
yang
kecil,
sehingga
tidak
membutuhkan alat pengangkut khusus. Kelonggaran diberikan untuk jalur
pejalan
kaki
atau
karyawan
dan
memudahkan
proses
pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai komponen papan alas adalah sebesar 12,3165 m2, sehingga total luas lantai untuk komponen papan alas, yaitu seluas 20,5257 m 2. Total luas lantai gudang bahan baku yang diperlukan adalah seluas 41, 2765 m2. Tabel 3.3 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Rak
Contoh perhitungan pada komponen papan kaki-kaki: Luas Kemasan
=pxl
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-34
= 0,16 x 0,02 = 0,0032 m2 Unit/hari
= Unit pemakaian / kemasan x Jumlah produk/hari = 4 x 676 = 2704 unit
Unit/minggu
= Unit/hari x Hari kerja/minggu = 2704 x 5 = 13.520 unit
Kemasan Tersedia
=
=
= 3380 Kemasan Luas Lantai Maksimal
= Luas kemasan x Kemasan tersedia = 0,0032 x 3380 = 10,816 m2
Kelonggaran 150% = Luas lantai maksimal x 150% = 10,816 x 150% = 16,224 m2 Total Luas Lantai
= Luas lantai maksimal + kelonggaran 150% = 10,816 + 16,224 = 27,04 m2
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-35
Berdasarkan
perhitungan
luas
lantai
rak
dapat
diketahui
komponen papan kaki-kaki yang digunakan pada produksi kursi dingklik sebanyak 13.520 unit buah dengan jumlah kemasan sebanyak 3380 kemasan. Luas kemasan merupakan besarnya kemasan dari komponen papan kaki-kaki yang didapat dari perkalian antara panjang dengan lebar, maka diketahui luas kemasanya sebesar 0,0032 m 2. Unit/hari adalah banyaknya papan alat yang tersedia di gudang dalam 1 hari, yaitu 2704 unit, sedangkan unit/minggu adalah banyaknya papan kaki-kaki yang tersedia di gudang dalam 1 minggu, yaitu sebanyak 13.520 unit. Luas lantai maksimal untuk komponen papan alas adalah 10,816 m2. Perhitungan banyaknya kemasan yang tersedia dalam 1 minggu ini didasarkan oleh periode penerimaan bahan baku atau material, yaitu setiap 1 minggu dan kapasitas maksimum dari lahan. Kelonggaran yang diberikan untuk komponen papan papan kakikakai adalah sebesar 150 %, hal ini dikarenakan ukuran dari kemasan papan
kaki-kaki
yang
kecil,
sehingga
tidak
membutuhkan
alat
pengangkut khusus. Kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau
karyawan
dan
memudahkan
proses
pengangkutan
atau
pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai komponen papan kaki-kaki sebesar 16,224 m2, sehingga total luas lantai bahan baku model rak untuk komponen papan kaki-kaki yaitu seluas 27,04 m 2. Total luas lantai gudang bahan baku yang diperlukan oleh PT. Alam Sejahtera adalah seluas 165,199 m2.
3.2.2 Luas Lantai Mesin dan Peralatan Perhitungan dari luas lantai mesin dan peralatan. Perhitungan luas lantai mesin dan peralatan dilakukan untuk mengetahui seberapa luas lantai yang diperlukan oleh perusahaan untuk meletakkan mesinmesin produksi. Perhitungan luas lantai mesin dan peralatan dalam proses produksi kursi dingklik dapat dijelaskan pada tabel 3.4.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-36
Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin dan Peralatan
Contoh perhitungan pada meja fabrikasi: Luas Mesin
=p´l = 2 ´ 1 = 2 m2
Luas seluruh mesin
= jumlah mesin ´ luas mesin = 12 ´ 2 = 24 m2
Kelonggaran
= luas seluruh mesin ´ 200 % = 24 ´ 200 % = 48 m2
Total luas lantai departemen
= luas seluruh mesin + toleransi bahan + kelonggaran = 24+ 39,9775 + 48 = 111.9775 m2
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-37
Tabel perhitungan luas lantai mesin dan peralatan menunjukkan informasi-informasi berupa jumlah mesin yang digunakan, jumlah mesin ini didapat dari tabel MPPC yang telah dibuat sebelumnya, untuk meja fabrikasi
yang
digunakan
sebanyak
12 unit.
Luas mesin
merupakan ukuran luas dari mesin yang digunakan yang merupakan hasil perkalian antara panjang dan lebar dari mesin tersebut. Luas mesin untuk meja fabrikasi adalah sebesar 2 m 2. Luas seluruh mesin merupakan luas dari keseluruhan mesin yang digunakan berdasarkan jumlah mesinnya. Luas seluruh mesin untuk meja fabrikasi adalah seluas 24 m 2. Toleransi bahan merupakan besarnya kelonggaran yang diberikan untuk penyimpanan sementara dari
bahan
yang
akan
diproses.
Toleransi
bahan
ini
didapat
berdasarkan nilai kelonggaran terbesar dari perhitungan luas lantai bahan baku. Toleransi bahan untuk meja fabrikasi sampai dengan meja assembly bernilai sama, yaitu 39,9775 m2. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai mesin dan peralatan adalah 200 % dengan hasil sebesar
48
m2.
Kelonggaran
ini
diberikan
karena
beberapa
pertimbangan, dimana agar jarak antara mesin dan peralatan tidak saling berdekatan, memberi ruang untuk perpindahan material dari satu proses ke proses berikutnya, memberikan ruang untuk operator, jalur pejalan kaki atau karyawan, serta jalur untuk alat pengangkut yang akan memindahkan produk yang telah selesai diproses. Total luas lantai departemen merupakan total luas lantai dari setiap mesin. Total luas lantai untuk meja fabrikasi adalah sebesar 111,9775 m2, sehingga total luas lantai keseluruhan untuk mesin dan peralatan adalah seluas 660,3875 m2.
3.2.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi Perhitungan luas lantai produk jadi merupakan perhitungan untuk besarnya lahan yang dibutuhkan untuk menyimpan produk jadi. Berikut ini adalah perhitungan luas lantai produk kursi dingklik.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-38
Tabel 3.5 Luas Lantai Gudang Barang Jadi
Volume Produk
=p×l×t = 0,29 × 0,22 × 0,17 = 0,010846 m3
Luas Produk
=p×l = 0,29 × 0,22 = 0,0638 m2
Produk/minggu
=
=
Volume Total
= 3380 unit
= volume produk × produksi/minggu = 0,010846 ´ 3380 = 36,65948 m3
Kap Vol/Tumpukan = p ´ l ´ tinggi tumpukan = 0,29 ´ 0,22 ´ 0,6 = 0,03828 m3
Jumlah Tumpukan
=
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-39
=
= 957,6667 = 958 tumpukan = luas produk ´ jumlah tumpukan
Luas Lantai
= 0,0638 ´ 958 = 61,1204 m2 Kelonggaran 200 %= luas lantai ´ 200 % = 61,1204 ´ 200 % = 122,2408 m2 Total Luas Lantai
= luas lantai + kelonggaran = 61,1204 + 122,2408 = 183,3612 m2
Berdasarkan perhitungan luas lantai produk jadi dapat diketahui volume dari produk jadi, volume untuk produk kursi dingklik dengan pajang 0,29 m, lebar 0,22 m, dan tinggi 0,17 m, didapatkan hasil sebesar 0,010846 m3. Luas untuk produk kursi dingklik sebesar 0,0638 m2, hasil ini didapat dari perkalian antara panjang dan lebar produk. Produk/minggu merupakan banyaknya produk yang dapat diproduksi oleh perusahaan dan disimpan dalam gudang selama 1 minggu, yaitu sebanyak
3380
unit.
Perhitungan
banyaknya
produk/minggu
ini
didasarkan oleh periode penerimaan bahan baku atau material yaitu setiap 1 minggu, kapasitas maksimum dari lahan dan karakteristik bahan atau material. Volume total adalah volume keseluruhan dari produk jadi yang disimpan dalam gudang selama 1 minggu, yaitu sebesar
36,65948
m3.
Kapasitas
volume/tumpukkan
merupakan
volume dari produk kursi dingklik untuk setiap tumpukannya adalah
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-40
sebesar 0,03828 m3, sedangkan jumlah tumpukkan produk kursi dingklik adalah sebanyak 958 tumpukkan. Luas lantai yang dibutuhkan untuk produk kursi dingklik tanpa kelonggaran yaitu sebesar 61,1204 m2. Kelonggaran yang diberikan adalah sebesar 200 %, kelonggaran ini diberikan karena ukuran dari produk kursi dingklik lumayan besar, sehingga
membutuhkan
alat
pengangkut
dari
ruang
produksi.
Kelonggaran diberikan untuk tempat berjalan pekerja, jalur alat pengangkut produk, memberi ruang untuk memudahkan proses pemindahan atau pengambilan produk, dan memberikan ruang antar tumpukan produk agar tidak rusak, maka kelonggaran untuk luas lantai produk kursi dingklk adalah sebesar 122,2408 m2, sehingga total luas lantai produk kursi dingklik sebesar 183,3612 m2. Total luas lantai yang diperlukan untuk gudang produk jadi PT. Alam Sejahtera adalah sebesar 183,3612 m2.
3.2.4 Luas Lantai Perkantoran dan Fasilitas Luas lantai perkantoran dan fasilias yang akan dijelaskan yaitu ruang yang tersedia diperkantoran dan fasilitas dan ukuran ruang yang tersedia diperkantoran dan fasilitas
pada PT. Alam Sejahtera. Luas
lantai perkantoran dan fasilitas yang ada pada PT. Alam Sejahtera dapat dijelaskan pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Luas Lantai Perkantoran
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-41
Berdasarkan tabel 3.6 luas lantai perkantoran menunjukkan informasi-informasi berupa jumlah ruangan yang digunakan, luas ruangan yang dibutuhkan pada PT. Alam Sejahtera. Jumlah ruangan pada luas lantai perkantoran terdapat 13 ruangan yang diantaranya terdiri dari ruang direktur, manajer pemasaran, manajer produksi, manajer keuangan, manajer purchasing, sekretaris, manajer HRD, lobby & receptionist, staff, toilet, office boy, pantry, dan juga meeting room. Ruang direktur sebanyak 1 ruangan yang artinya untuk direktur perusahaan membutuhkan ruang direktur sebanyak 1 ruangan dengan ukuran panjang 7m dan ukuran lebar 5m sehingga perusahaan membutuhkan luas 35m untuk ruang direktur. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai perkantoran adalah sebesar 100 %, hal ini dikarenakan ukuran dari ruangan yang kecil. kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau karyawan dan memudahkan proses pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-42
perkantoran adalah sebesar 283 m2, jadi total luas lantai yang diperlukan untuk perkantoran PT. Alam sejahtera sebesar 566 m 2. Tabel 3.7 Luas Lantai Fasilitas
Berdasarkan
tabel
3.7
luas
lantai
fasilitas
menunjukkan
informasi-informasi berupa jumlah ruangan yang digunakan, luas ruangan yang dibutuhkan pada PT. Alam Sejahtera. Ruang klinik sebanyak
1
ruangan
yang
artinya
untuk
klinik
perusahaan
menyediakan ruang klinik sebanyak 1 ruangan dengan ukuran panjang 5m dan ukuran lebar 3m sehingga perusahaan membutuhkan total luas 15m untuk ruang klinik. Kelonggaran yang diberikan untuk luas lantai fasilitas adalah sebesar 100 %, hal ini dikarenakan ukuran dari ruang yang kecil. Kelonggaran diberikan untuk jalur pejalan kaki atau
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-43
karyawan dan memudahkan proses pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai perkantoran adalah sebesar 732 m2, jadi total luas lantai yang diperlukan untuk perkantoran PT. Alam Sejahtera sebesar 1098 m2. Tabel 3.8 Ringkasan Luas Lantai
Berdasarkan
tabel
3.8
ringkasan
informasi-informasi
luas
lantai
yang
luas akan
lantai
menunjukan
dibuat
perusahaan.
Ringkasan luas lantainya yaitu terdiri dari luas lantai bahan baku, luas lantai mesin dan peralatan, luas lantai barang jadi, luas lantai perkantoran dan luas lantai fasilitas. Total luas lantai yang diperlukan perusahaan untuk
membangun pabrik atau perusahaan seluas
2714,22395 m2.
3.3
Biaya Penanganan Material
Ongkos material handling merupakan ongkos yang keluar karena adanya suatu aktivitas dari suatu mesin ke mesin lainnya dari suatu departemen ke departemen yang lain dalam satuan tertentu. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan penanganan material antara lain adalah (Elib Unikom, 2017): 1. Kontemporer, yaitu perpindahan barang dari suatu tempat ketempat yang lain. 2. Konvensional, yaitu perpindahan barang dari suatu tempat ketempat yang lain secara individu. Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-44
3. Progresif, yaitu perpindahan barang dari semua sumber dan perpindahan semua barang dalam pabrik secara diam.
Perhitungan ongkos material handling dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor tersebut antara lain adalah alat angkut yang
digunakan,
jarak
pengangkutan,
dan
cara
dalam
mengangkut. Hal-hal yang harus harus diperhatikan dalam menentukan jenis alat angkut yaitu dari berat material, bentuk dan jenis dari material yang akan diangkut serta sifat dari material itu sendiri. Beberapa jenis alat angkut yang umum digunakan antara lain sebagai berikut (Elib Unikom, 2017): 1. Alat angkut dengan tenaga manusia (0 – 15 kg) 2. Alat angkut dengan tenaga walky pallet (16-50 kg) 3. Alat angkut dengan lift truck (lebih dari 50 kg) Material handling yaitu sebagaii ilmu dan seni yang meliputi penanganan
(handling),
atau pengepakan
pemindahan
(packaging),
(moving),
penyimpanan
pembungkusan
(storing)
sekaligus
pengendalian atau pengawasan (controlling) dari bahan atau material dengansegala bentuknya (Apple, 1990).
Material
handling
adalah
suatu
penanganan
material
dengan jumlah yang tepat, kondisi yang baik, material yang sesuai, pada tempat yang cocok dan pada waktu yang tepat dan posisi yang benar dan urutan yang sesuai.
Material handling
cost adalah ongkos yang harus dikeluarkan untuk penanganan material (Jurnal UAI, 2017). Material Handling merupakan salah satu jenis transportasi pengangkutan yang dilakukan dalam perusahaan industri, yang berarti memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi yang lain (Wignjosoebroto, 2003).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-45
Tujuan dari adanya perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Sritomo, 2003): 1. Menjaga
atau
mengembangkan
kualitas
produk,
mengurangi
kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap material. 2. Meningkatkan produktivitas. 3. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja. 4. Mengurangi bobot mati. 5. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas. 6. Sebagai pengawasan persediaan. Dasar
utama
yang
menjadi
pertimbangan
dalam material
handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (Sritomo, 2003): 1. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen fabrikasi menuju departemen assembling. 2. Pemindahan bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis departemen yang lainnya. 3. Pemindahan
bahan
dari
departemen assembling menuju
departemen assembling. 4. Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju
gudang
barang jadi (Shipping).
Pemindahan material merupakan penentuan cara terbaik untuk memindahkan suatu material dari satu tempat proses produksi
ke tempat
yang
lain.
Menekan
ongkos
produksi
merupakan suatu langkah untuk mencari ongkos
material
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-46
handling terkecil. Penekanan ongkos produksi tersebut dapat dilakukan
dengan
cara
menghapus
langkah
transportasi,
mekanisasi dan meminimumkan jarak. Tujuan dari pemindahan material antara lain adalah meningkatkan kapasitas, mengurangi ongkos, memperbaiki pelayanan kepada konsumen, memperbaiki kondisi kerja, dan lain sebagainya (Elib Unikom, 2017). Perhitungan jarak antar stasiun merupakan salah satu hal yang harus ditentukan dalam menghitung ongkos material handling. Rumus untuk menghitung jarak antar stasiun kerja adalah sebagai berikut (Elib Unikom, 2017): ..... …………….3.6 1 1 LuasDepartemenA LuasDepartemenB 2 2 Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah tata letak yang mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan satusatunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Suatu perencanaan
tata
letak
fasilitas
atau
pabrik,
aktivitas
dalam
pemindahan bahan material merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan material
tersebut
dapat
ditentukan
dengan
terlebih
dahulu
memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu kegiatan operasi, kemudian hal yang harus diperhatikan adalah tipe Lay Out yang akan digunakan. Lay-out by product yaitu penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk yang
akan
merupakan
dibuat
pada
penempatan
satu
departemen.
mesin-mesin
yang
Lay-out sama
By
Process
pada
satu
departemen (Wignjosoebroto, 2003). Masalah tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya
operasi
peralatan
agar
penempatan
departemen
dapat
menimbulkan total biaya penanganan material yang minimum. Oleh karenanya dalam perancangan sistem penanganan material, harus
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-47
diketahui panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan (Elib Unikom, 2017).
3.3.1 Biaya Penanganan Material Komponen Utama Perhitungan mengenai ongkos material handling dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Ongkos material handling dibagi
menjadi
tiga,
yaitu
untuk
komponen
utama,
komponen
tambahan dan barang jadi, sebelum melakukan perhitungan biaya penanganan
material
komponen
utama
terlebih
dahulu
harus
melakukan perhitungan BPM setiap alat angkut yang digunakan. Perhitungan BPM (Biaya Penanganan Material) Perhitungan Alat Angkut (Manusia, Walking Pallet dan Mini Fofklift) Contoh Perhitungan Alat Angkut (Manusia)
Biaya Operator
=
=
= Rp 114.000 BPM/m
= Biaya Operator / Jarak Tempuh per hari = 114.000 / 76,46352 = Rp 1.490,90703
Contoh Perhitungan Alat Angkut (Mini Forklift):
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-48
Depresiasi
=
=
= Rp 57.142,857
Biaya Operator
=
=
= Rp 114.000 Jarak Tempuh
=
= 69,3136 m
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-49
Biaya BBM
=
=
= Biaya BBM = Y.B = 0,2432 x 8.300 = Rp 2.018,6066
=
= Rp 100,9303
Biaya Perawatan
=
=
Total Biaya
= Rp 100.000
= Depresiasi + Biaya Operator + Biaya BBM Biaya Perawatan = Rp 57.142,857 + Rp 114.000 + Rp 100,9303 + Rp100.000 = Rp 271.243,7875
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-50
BPM/m
=
=
= Rp 5.738,00017 Contoh Perhitungan Alat Ang kut (Walking Pallet):
Depresiasi
=
=
= Rp 4.081,6327
Biaya Operator
=
=
= Rp 114.000 Biaya BBM
= Rp 0
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-51
Biaya Perawatan
=
= Rp10.000 Total Biaya
= Depresiasi + Biaya Operator + Biaya BBM Biaya Perawatan = Rp 4.081,6327 + Rp 114.000 + Rp 0 + Rp 10.000 = Rp 128.081,6327
BPM/m
=
=
= Rp 1.936,86038 Biaya penanganan material pada komponen utama yang terdiri dari papan alas, papan kaki-kaki, papan crossbar depan belakang, papan crossbar kiri kanan, papan crossbar segitiga. Perhitungan biaya penanganan material komponen utama dapat dijelaskan pada tabel 3.9.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-52
Tabel 3.9 Perhitungan BPM Komponen Utama
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-53
Nilai yang diperoleh untuk mengisi kolom pada tabel 3.8 dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.9 : Kolom 1, 2, 3 dan 4 dapat diketahui dari data komponen utama, data komponen tambahan dan MPPC Kolom 5 (Kuantitas/Hari)
= Kuantitas Komponen x Jumlah Produk/Hari = 1 x 676 = 676 unit
Kolom 6 (Volume/Produk) = (p x l x t) x Kuantitas/hari = (30 x 23 x 2,1) x 676 = 979.524 cm3 Kolom 7 (Berat Bentuk)
= Berat Komponen – (Berat
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-54
Komponen x %Scrap) = 0,653 – (0,653x0%) = 0,653 kg Kolom 8 (Berat Total)
= Berat Bentuk x Kuantitas/Hari = 0,653 x 676 = 441,428 kg
Kolom 9(Alat Angkut)
= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 1.358,084 kg = Menggunakan mini forklift karena berat total seluruhnya lebih dari 150 kg.
Kolom 10 (Frekuensi/Hari) =
=
= 0,6925 ≈ 1
BPM/m
=
=
= Rp 5.738,00017
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-55
Kolom 12
=
(Jarak antar departemen) = = 12,47556 m Kolom 13 (Total BPM)
= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 1 x 5.738,00017 x 12,47556 = Rp 71.582,7635
Perhitungan diatas merupakan perhitungan untuk komponen papan alas kursi dingklik. Jumlah komponen per hari adalah 676 unit. Volume komponen yang akan dibawa sebesar 979.524 cm 3 dengan berat total 0,653 kg. Berat total satu buah komponen papan alas yang akan diangkut sebesar 441,428 kg . Alat angkut yang digunakan adalah mini forklift karena berat total komponen utama sebesar 1.358,084 dan lebih dari 150 kg. Frekuensi pengangkutan per hari sebanyak 1 kali yang berarti komponen utama hanya diangkut sebanyak 1 kali. Biaya Penanganan Material (BPM) sebesar Rp 5.738,00017 per meter yang berarti komponen utama yang diangkut oleh mini forklift harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.738,00017 per meternya untuk setiap komponen utama. Jarak antar departemen sebesar 12,47556 meter yang berarti seberapa jarak tempuh alat angkut untuk memindahkan komponen utama dari receiving ke meja fabrikasi . Total BPM yang didapatkan sebesar Rp 71.582,7635 yang berarti besar biaya penanganan material perpindahan dari departemen receiving sampai departemen meja fabrikasi.
3.3.2 Biaya Penanganan Material Komponen Tambahan Perhitungan mengenai biaya penanganan material dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-56
bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Biaya penanganan material dibagi menjadi tiga, yaitu untuk komponen utama, komponen tambahan dan barang jadi. Perhitungan biaya penanganan material komponen tambahan dapat dijelaskan pada table 3.10.
Tabel 3.10 BPM Komponen Tambahan
Nilai yang didapatkan untuk mengisi kolom pada tabel 3.10 dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.10 : Kolom 1, 2, 3 dan 4 dapat diketahui dari data komponen utama, data komponen tambahan dan MPPC Kolom 5 (Jumlah pcs)
= Kuantitas komponen x jumlah produk
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-57
= 8 x 676 = 5.408 pcs
Kolom 6 (Kemasan/hari)
=
=
= 109 pcs Kolom 7 (Volume/kemasan)
= (p x l x t) x kemasan/hari = (5 x 5 x 1)x 109 = 2.725 cm3
Kolom 8 (Berat kemasan)
= Jumlah unit 1 kemasan x Berat 1 komponen tambahan = 50 x 0,005 = 0,25 kg
Kolom 9 (Berat total)
= Kemasan/hari x Berat kemasan = 109 x 0,25 = 27,25 kg
Kolom 10 (Alat angkut)
= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 95,609 kg = Menggunakan walking pallet karena jumlah berat total seluruh antara 1 kg sampai 50 kg.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-58
Kolom 11 (Frekuensi/hari) =
=
= 0,014 ≈ 1 kali
BPM/m
=
=
= Rp 1.936,86038 Kolom 13
=
(Jarak antar departemen)
=
= 66,12848 Kolom 14 (Total BPM)
= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 1 x 1.936,86038 x 66,12848
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-59
= 128.081,63277 Contoh perhitungan diatas adalah untuk komponen tambahan yaitu paku, lem, dan busa. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 1 adalah 5.408 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 1 adalah sebanyak 109 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.725 cm 3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 27,25 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 2 adalah 4.056 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 2 adalah sebanyak 98 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.050 cm3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 20,5 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 3 adalah 4.056 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 2 adalah sebanyak 98 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.050 cm 3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 20,5 kg. Jumlah komponen per hari dari komponen paku dengan jenis material besi untuk perakitan 4 adalah 5.408 pcs. Kemasan per hari komponen paku untuk perakitan 1 adalah sebanyak 109 pcs. Volume kemasan paku sebesar 2.725 cm3 dengan berat kemasan 0,25 kg. Berat total dari paku sebesar 27,25 kg. Jumlah komponen per hari dari lem dengan jenis material cair untuk perakitan 5 adalah 676 pcs. Kemasan per hari lem untuk perakitan 5 adalah sebanyak 1 botol. Volume kemasan lem sebesar 245 cm3 dengan berat kemasan 0,03 kg. Berat total dari lem sebesar 0,03 kg. Jumlah komponen per hari dari busa dengan jenis material busa untuk perakitan 5 adalah 676 pcs. Kemasan per hari lem untuk perakitan 5 adalah sebanyak 1 botol. Volume kemasan lem sebesar 1.176 cm3 dengan berat kemasan 0,079 kg. Berat total dari lem sebesar 0,079 kg. Alat angkut yang digunakan yaitu walking pallet karena berat total komponen sebesar 95,069 kg karena berat total seluruh
komponen
berada
dalam
range
21-150
kg.
Frekuensi
pengangkutan per hari sebanyak 1 kali. Biaya penanganan material sebesar Rp 1.936,86038 per meter. Jarak antar departemen sebesar
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-60
66,12848
meter.
Total
BPM
yang
didapatkan
sebesar
Rp
128.081,63277. Biaya
penanganan
material
perpindahan
dari
departemen
receiving sampai departemen pengecatan pada komponen cat
3.3.3 Biaya Penanganan Material Produk Jadi Perhitungan mengenai biaya penanganan material dilakukan pada setiap komponen berdasarkan urutan aktivitas pemindahan bahan dari suatu departemen ke departemen lain. Biaya penanganan material dibagi menjadi tiga, yaitu untuk komponen utama, komponen tambahan dan barang jadi. Perhitungan biaya penanganan material produk jadi dapat dijelaskan pada tabel 3.11. Tabel 3.11 BPM Produk Jadi
Nilai yang didapatkan untuk mengisi kolom pada tabel 3.10, dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah perhitungan tabel 3.11 : Kolom 1, 2, 3, 4 dan 5 dapat diketahui berdasarkan proses produksi masing-masing kelompok Kolom 6 (Volume produk total)
= (p x l x t) x Kuantitas/hari = (29 x 22 x 17) x 676 = 7.331.896 cm3
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-61
Kolom 6 (Volume kemasan total)= (p x l x t) x Kemasan/hari (untuk p, l, dan t sudah diTambah allowance 0,5 cm) = (29,5 x 22,5 x 17,5) x 676 = 7.852.163 cm3 Kolom 7 (Berat produk akhir)
= Berat produk + (berat komponen tambahan x kuantitas komponen tambahan dalam 1 produk) = 1,1183986 + 0,25 = 1,3673986 kg
Kolom 8 (Berat produk total)
= Berat produk x kemasan/hari = 1,1183986 x 676 = 756,03745 kg
Kolom 8 (Berat total)
= (Berat produk Akhir + 0,25) x Kemasan/hari = 1,3673986 x 676 = 924,36145 kg
Kolom 9 (Alat Angkut)
= Sesuai dengan data penunjang = Jumlah berat total seluruh 756,03745 kg = Menggunakan mini forklift karena berat total
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-62
seluruhnya lebih dari 150 kg.
Kolom 10 (Frekuensi/hari)
=
= 7.331.896 / 3.375.000 = 2,1724 ≈ 3 kali
Kolom 11 (BPM/m)
=
=
= Rp 12.305,20698 Kolom 12
=
(Jarak antar departemen)
=
= 9,9807 m Kolom 13 (Total BPM)
= Frekuensi/Hari x BPM/m x Jarak = 3 x 12.305,20698 x 9,9807 = Rp 368.443,7378
Contoh perhitungan diatas adalah untuk produk jadi. Produk per hari sebanyak 676 unit. Volume produknya sebesar 7.331.896 cm 3 dengan berat bentuk 1,3673986 kg. Berat total sebesar 924,36145 kg. Alat angkut yang digunakan adalah mini forklift karena berat total komponen
utama
sebesar
924,36145
kg
dan
lebih
dari
150
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-63
kg.Frekuensi
pengangkutan
per
hari
sebanyak
3
kali.
Biaya
penanganan material sebesar Rp 12.305,20698 per meter. Jarak antar departemen sebesar 9,9807 meter. Total BPM yang didapatkan sebesar Rp 368.443,7378.
3.4
Alokasi Layout Melakukan
suatu
perencanaan
tata
letak
fasilitas/pabrik,
aktivitas dalam pemindahan bahan material (material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan material tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu kegiatan operasi, kemudian hal yang harus
diperhatikan
adalah
tipe
layout
yang
akan
digunakan
(Wignjosoebroto, 2009). Macam-macam tipe layout yaitu,
layout by product adalah
penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk yang akan dibuat pada satu departemen. Keuntungan menggunakan tipe layout by product yaitu, pergerakan material tidak terlalu besar, jika pergerakan material tidak terlelu besar, maka ongkos material handling kecil, keseimbangan lintasan akan mudah dilakukan atau mudah diawasi, ruangan untuk masing-masing mesin atau stasiun kerja relatif kecil, dan waktu penyelesaian produk bisa lebih cepat. Kerugian menggunakan tipe layout by product yaitu, jika terjadi kerusakan pada satu mesin akan menyebabkan kerusakan pada satu sistem, tingkat fleksibelitas pada masing-masing departemen kecil, dan tingkat bottle neck (penumpukan) akan terjadi lebih besar jika salah satu mesin lambat (Wignjosoebroto, 2009) Layout by process adalah penempatan mesin-mesin yang sama pada satu departemen, keuntungan menggunakan layout by process yaitu, pemakaian mesin-mesin dapat direncanakan dengan lebih baik terhadap perubahan produk dan dengan mudah dapat dirubah
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-64
urutannya,
mudah
menjaga
kontinyuitas
produksinya,
bila
ada
kerusakan mesin, kekurangan bahan, pekerja tidak masuk, dan yang terakhir mendorong pekerja untuk berproduksi lebih banyak. Kerugian dari layout by process adalah perencanaan dan penjadwalan produksi menjadi lebih rumit, memerlukan pemindahan barang yang lebih banyak, pergerakan material lebih besar, maka material handling pun besar, dibutuhkan tempat yang besar untuk masing-masing stasiun kerja,
memerlukan
pekerjaan,
waktu
tenaga
kerja
pembuatan
terlatih produk
untuk
macam-macam
relatif
lebih
lama
(Wignjosoebroto, 2009). Pola aliran digunakan untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi terdiri dari lima kategori. Pola aliran tersebut yang terdiri dari Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai jika proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.2 (Wignjosoebroto, 2009).
Gambar 3.2 Pola Aliran Straight Line
Pola aliran zig-zag atau s-shaped sangat baik diterapkan jika aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Arah aliran bahan akan dibelokan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.3 (Wignjosoebroto, 2009).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-65
Gambar 3.3 Pola Aliran Zig-zag
Pola aliran u-shaped ini akan dipakai jika dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka aliran u-shaped ini akan tidak efisien. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.4 (Wignjosoebroto, 2009).
Gambar 3.4 Pola Aliran U-shaped
Pola aliran bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan jika dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Aliran ini baik dipakai apabila departemen penerimaan material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.5 (Wignjosoebroto, 2009).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-66
Gambar 3.5 Pola Aliran Circular
Pola ini jarang dipakai karena pada umumnya pola ini digunakan untuk perpindahan bahan secara mekanis dan keterbatasan ruangan. Dalam keadaan tersebut, pola ini memberi lintasan terpendek dan berguna banyak pada area yang terbatas. Pola aliran ini dapat dilihat pada gambar 3.6 (Wignjosoebroto, 2009).
Gambar 3.6 Pola Aliran Odd Angle
From
to
chart
(FTC)
merupakan
penggambaran
tentang
beberapa total OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik menuju pabrik lainnya. Sehingga dari peta ini dapat dilihat ongkos material handling
secara
keseluruhan,
mulai
dari
gudang
bahan
baku
(receiving) menuju pabrikasi, assembling dan terakhir gudang barang jadi (shipping) (Elib Unikom, 2017).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-67
Inflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang masuk dari suatu departemen ke departemen lainnya. Outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari suatu departemen ke departemen lainnya. Referensi perhitungan inflow-outflow dari OMH dan FTC, yaitu ongkos yang dibutuhkan untuk material handling dari satu mesin ke mesin lainnya dan sebaliknya (Elib Unikom, 2017). Tabel
skala
prioritas
(TSP)
adalah
suatu
tabel
yang
menggambarkan urutan prioritas antar departemen/mesin dalam suatu lintas atau layout produksi. Referensi TSP didapat dari perhitungan inflow dan outflow, dimana prioritas diurutkan berdasarkan harga koefesien
ongkosnya.
Tujuan
pembuatan
TSP
adalah
untuk
meminimkan ongkos, untuk mengoptimalkan layout dan untuk memperkecil jarak perpindahan (Elib Unikom, 2017).
3.4.1 Form to Chart (FTC) Form to chart adalah salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi juga penggambaran tentang berapa total OMH dari suatu bagian aktivitas satu ke aktivitas lainnya dalam pabrik (Sritomo, 2002). Perhitungan pertama yang dilakukan untuk menentukan form to chart (FTC) dari proses produksi kursi dingklik dapat dijelaskan pada table 3.12. Tabel 3.12 From To Chart (FTC)
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-68
Berdasarkan tabel From to Chart (FTC) diatas menginformasikan bahwa terdapat ongkos yang dibutuhkan untuk perpindahan material dari mesin satu ke mesin berikutnya. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen receiving (R) ke meja fabrikasi (F1) adalah sebesar Rp. 71582,1363. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen meja fabrikasi (F1) ke mesin potong (F2) adalah sebesar Rp. 122.723,3097. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen mesin potong (F2) ke mesin serut (F3) adalah sebesar Rp. 71192,0241. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen mesin serut (F3) ke departemen 49585,6952.
Ongkos
assembly (A1) adalah sebesar Rp.
perpindahan
material
yang
terdapat
dari
departemen assembly (A1) ke mesin pengecatan (F4) adalah sebesar Rp. 368443,7378. Ongkos perpindahan material yang terdapat dari departemen pengecatan (F4) ke shipping (S) adalah sebesar Rp. 445257,7618. Ongkos-ongkos ini kemudian dijumlahkan, dimana hasil penjumlahan ongkos per baris menunjukkan total ongkos yang keluar dari mesin. Tabel 3.13 From To Chart Inflow
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diketahui nilai koefisien ongkos yang masuk ke dalam tiap mesin atau departemen. Contoh Perhitungan untuk mencari koefisien ongkosnya adalah sebagai berikut :
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-69
FTC Inflow
=
Dari R ke F1 =
=1 Berdasarkan
tabel
From
to
Chart
(FTC)
Inflow
diatas
menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang masuk dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga ongkos di meja fabrikasi dengan ongkos yang masuk ke meja fabrikasi biayanya sama. Hasil dari mesin potong, mesin serut, dan juga pada shipping sama semuanya yaitu 1 yang berarti ongkos yang masuk ke bagiannya masing-masing
biayanya
sama.
Koefisien
dari
bagian
assembly
berbeda dengan yang lainnya, pada bagian receiving ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,721. Koefisien dari bagian mesin serut ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,279. Hasil ongkos tersebut kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang masuk di meja assembly berbeda dan tidak sama dibandingkan dengan ongkos yang lainnya. Tabel 3.14 From To Chart Outflow
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-70
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diketahui nilai koefisien ongkos yang keluar dari tiap mesin atau departemen. Contoh Perhitungan untuk mencari koefisien ongkosnya adalah sebagai berikut :
FTC Outflow =
Dari R ke F1 =
Berdasarkan
= 0,583
tabel
From
to
Chart
(FTC)
Outflow
diatas
menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang keluar dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,583. Koefisien ongkos yang keluar dari meja fabrikasi (F1) ke bagian mesin potong (F2) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,724. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin potong (F2) ke bagian mesin serut (F3) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,436. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin serut (F3) ke bagian assembly (A1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,135. Koefisien ongkos yang keluar dari assembly (A1) ke bagian
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-71
pengecatan (F4) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,827. Hasil ongkos yang kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang keluar dari masing-masing mesin atau bagian lebih mahal dibandingkan dengan ongkos di mesin atau bagian yang bersangkutan dan sebaliknya koefisien ongkos bernilai lebih dari 1 hal itu menunjukkan bahwa harga ongkos yang keluar di bagiannya masing-masing lebih murah.
3.4.2 Tabel Skala Prioritas (TSP) Tabel skala prioritas berfungsi untuk membantu dan menentukan kegiatan yang harus diletakan pada satu tempat maka digunakan derajat kedekatan. Pengisian derajat kedekatan berdasarkan angkaangka atau koefisien dari from to chart inflow dan from to chart outflow dengan range nilai untuk masing-masing derajat kedekatan (Apple, 1990). Tabel skala prioritas untuk pembuatan produk kursi dingklik adalah sebagai berikut : Tabel 3.15 Skala Prioritas (TSP)
Tabel skala prioritas merupakan tabel from to chart yang terpilih berdasarkan koefisien ongkos yang terkecil antara from to chart inflow dan from to chart ouflow. Tabel skala prioritas adalah penjelasan mengenai urutan prioritas antar departemen atau mesin dalam suatu layout produksi. Pengisian tabel skala prioritas didapat dari hasil perhitungan antara from to chart inflow dan outflow berdasarkan nilai
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-72
koefisien
ongkos
yang
terkecil.
Tabel
diatas
juga
menunjukkan
kedekatan antar departemen satu dengan yang lainnya.
3.4.3 Activity Relationship Diagram (ARD) Activity relationship diagram adalah diagram hubungan antara aktivitas
departemen
atau
mesin
berdasarkan
tingkat
prioritas
kedekatan yang bertujuan untuk meminimalkan ongkos handling. Berikut ini adalah activity relationship diagram untuk proses produksi kursi dingklik.
F4
Gambar 3.7 Pola Aliran U-Shape
Pola aliran bahan yang digunakan pada tempat ini adalah jenis pola aliran U-Shape. Urutan pola aliran ini diketahui dari Tabel Skala Prioritas (TSP). Nilai yang diambil adalah nilai dari From To Chart (FTC) Outflow, karena memiliki koefisien terkecil. Berdasarkan TSP, diketahui bahwa dari ruang R memilki 2 prioritas, yang artinya ruang R harus berdekatan dengan A1 dan F4 agar proses produksi lebih efisien dan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi tenaga, ekonomi, maupun waktu.
Keuntungan
menggunakan
pola
aliran
U-Shape
karena
meningkatkan pemanfaatan fasilitas transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material dan produk jadi dan aliran perpindahan bahan relatif panjang.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-73
BAB IV ASPEK FINANSIAL
4.1
Tabel Investasi Awal Aspek finansial yaitu aspek yang terdapat dalam studi
kelayakan bisnis yang digunakan untuk menganalisis berapa besarnya
biaya
investasi
dan
modal
kerja,
serta
tingkat
pengembalian investasi yang diperlukan untuk mejalankan suatu bisnis. Bisnis yang berorientasi pada keuntungan memerlukan aspek finansial untuk megetahui berapa tingkat keuntungan suatu bisnis secara finansial. Tujuan dari aspek finansial adalah untuk mengetahui kesiapan modal yang akan digunakan untuk
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-74
menjalankan suatu bisnis dan berapa besarnya keuntungan yang dihasilkan dari suatu bisnis akan dijalankan (Prastowo, 2013). Investasi adalah mengorbankan uang sekarang untuk uang di masa yang akan datang. Pengertian ini mengandung dua atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko serta tenggang
waktu.
Mengorbankan
uang
yaitu
menanamkan
sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (Koesamir, 2012). Ada empat faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi, yaitu (Binus, 2016): 1. Modal yaitu berapa banyak dana yang diperlukan untuk melakukan investasi sampai perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang melebih dari investasi yang dikeluarkan. 2. Tingkat pengembalian yaitu berapa persen tingkat keuntungan yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. 3. Tingkat resiko yaitu berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian
yangdapat
mengurangi
jumlah
modal
bahkan
menghabiskan modal perusahaan. Arus dana yaitu seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas secara fisikyang dapat ditarik dari modal yang sudah disetor. Biaya
ivestasi
awal
merupakan
biaya
awal
yang
dikeluarkan untuk awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Berikut merupakan tabel 4.1 biaya investasi awal dari PT. Alam Sejahtera. Tabel 4.1 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-75
Tabel 4.2 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera (Lanjutan)
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-76
Tabel 4.3 Biaya Investasi Awal PT. Alam Sejahtera (Lanjutan)
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-77
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-78
Berdasarkan tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.3 telah didapatkan biaya investasi awal yang dimiliki oleh PT. Alam Sejahtera. Berikut merupakan contoh perhitungan dari investasi awal. Tanah
= Ringkasan Luas Lantai Produksi + Luas Lantai Perkantoran + Luas Lantai Fasilitas = 1050,22395 + 566 + 1098 = 2714,22395 m2
Bangunan tertutup
= Luas Lantai Produksi + Luas Lantai Perkantoran + Luas Lantai Fasilitas (Tertutup) = 1050,22395 + 566 + 121 = 1737,22395 m2
Bangunan terbuka
= Tanah - Bangunan Tertutup = 2174,22395 – 1737,22395 = 977 m2
Jumlah mesin
= Berdasarkan MPPC
Umur (Tahun)
= Bangunan (50 tahun), mesin (10 tahun), ..,.peralatan pabrik (1-5 tahun)
Total Harga
= Jumlah x Harga/ Unit
(Contoh: Tanah)
= 2174,22395 x 68.965,52 = Rp 187.187.858,62
Nilai Sisa
=
(Contoh: Bangunan Tertutup) = = Rp17.372.239,50
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-79
Nilai susut/tahun
=
(Contoh: Bangunan Tertutup) = = Rp17.024.794,71 Total Investasi Awal
= Penjumlahan Total Harga
Modal Sendiri (75%)
= Rp1.739.086.033,62 = Total Investasi awal x 75% = Rp1.739.086.033,62 x 75% = Rp1.304.314.525,21
Modal Pinjam (25%)
= Total Investasi awal x 25% = Rp1.739.086.033,62 x 25% = Rp 434.771.508,40
Berdasarkan tabel 4.1 hingga 4.3 terdapat komponen biaya investasi berisi hal-hal yang berhubungan dengan pendirian suatu perusahaan seperti tanah, bangunan tertutup, bangunan terbuka, serta peralatan kebutuhan baik produksi, kebutuhan perkantoran serta kebutuhan fasilitas. Tanah memiliki luas sebesar 2714,22395 m2, bangunan tertutup memiliki jumlah luas tanah sebesar 1737,22395 m2 serta bangunan terbuka memiliki jumlas luas tanah sebesar 977 m 2. Luas bangunan tertutup merupakan area luas tanah yang meliputi luas lantai pabrik, luas lantai perkantoran, serta luas lantai fasilitas dalam area tertutup. Luas bangunan terbuka merupakan area luas tanah terbuka yang meliputi taman, parkiran, pembuangan limbah dan sebagainya. Peralatan pendukung seperti kebutuhan produksi, kebutuhan perkantoran serta kebutuhan fasilitas yang lain terdiri dari satuan unit maupun set, seperti 12 unit meja fabrikasi, 1 unit meja direktur, meja pantry 2 unit dan sebagainya. Harga per unit Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-80
menunjukkan harga dari setiap unit tanah, bangunan, dan peralatan pendukung produksi, fasilitas, serta perkantoran. Harga per unit dari bangunan tertutup sebesar Rp 68.965,52 dan dengan total biaya sebesar Rp 187.187.858,62 dan sebagainya. Umur ekonomis merupakan periode waktu dari suatu peralatan atau aset yang diharapkan dapat berfungsi secara ekonomis. Aset atau unit yang telah melewati umur ekonomis tersebut perlu mengalami pergantian dikarenakan sudah tidak layak untuk digunakan. Umur ekonomis dari bangunan tertutup dan terbuka selama 50 tahun, umur ekonomis mesin selama 10 tahun, dan umur ekonomis peralatan pabrik selama 1 sampai 5 tahun. Nilai sisa merupakan perkiraan harga dari suatu komponen setelah digunakan sesuai dengan umur ekonomisnya. Suatu barang akan menurun nilainya apabila setelah melewati umur ekonomisnya
dikarenakan
kondisi
barang
yang
menurun
performanya dan kualitasnya. Nilai sisa dari bangunan tertutup sebesar
Rp17.372.239,50
tanah
tidak
memiliki
nilai
sisa
dikarenakan tidak mempunyai umur ekonomis. Nilai susut merupakan nilai depresiasi dari suatu komponen per tahun seiring berkurangnya umur ekonomis dari komponen tersebut. Komponen tanah tidak memiliki nilai susut per tahun karena nilai tanah cenderung tetap atau naik sedangkan nilai susut bangunan tertutup sebesar Rp17.024.794,71. Total harga untuk komponen biaya investasi yang perlu dikeluarkan oleh PT. Alam Sejahtera dalam mendirikan suatu usaha sebesar Rp1.739.086.033,62. total biaya merupakan total harga yang perlu dikeluarkan oleh investor untuk mendirikan suatu
perusahaan.
Modal
sendiri
merupakan
modal
yang
dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri dengan persentase 75%
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-81
dari total biaya sehingga besar biaya yang harus dikeluarkan investor PT. Alam Sejahtera sebagai investasi awal sebesar Rp1.304.314.525,21. Modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dengan melakukan peminjaman bank sebesar 25% dari total harga untuk membuat suatu perusahaan, sehingga modal yang
dipinjam
perusahaan
kepada
Bank
sebesar
Rp
434.771.508,4. 4.2
Biaya Modal Kerja Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan
untuk
memperoleh
dana
baik
hutang,
saham
preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan (Ismawati, 2010). Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting didalam perusahaan selain aktiva tetap. Tersedianya modal yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergatung dari tipe aktiva lancar yang dimiliki perusahaan seperti kas, piutang dan efek (Binus, 2016). Modal kerja adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan (Binus, 2016). Pengertian
modal
kerja
ada
dua,
yakni
sebagai
berikut
(Jumingan, 2006): 1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancer terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). 2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal bruto (gross working capital).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-82
Biaya modal kerja merupakan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan proses produksi berdasarkan komponen biaya serta tenaga kerja yang ada dalam investasi awal. Berikut merupakan gambar 4.4 biaya modal kerja dari PT. Alam Sejahtera. Tabel 4.4 Biaya Modal Kerja PT. Alam Sejahtera
Berdasarkan tabel 4.4 biaya modal kerja dapat diketahui jumlah modal kerja yang dimiliki oleh PT. Alam Sejahtera untuk produksi
setiap
tahunnya.
Berikut
merupakan
contoh
perhitungan dari modal kerja. PBB Tanah
= Investasi awal tanah x 5% = Rp 187.187.858,62 x 5% = Rp9.359.392,93
Bangunan Tertutup
= Investasi bangunan tertutup x 5% = Rp868.611.975 x 5% = Rp43.430.599
Penyusutan
= Nilai penyusutan pada investasi awal
(terdapat pada tahun 1-5)
= Rp62.299.731,11
Tenaga Kerja Tak Langsung = TK TL Perkantoran x 12
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-83
Perkantoran
= Rp31.400.000 x 12 = Rp376.800.000
Biaya Bahan Langsung Lotting
= Kuantitas x Target Produksi x Hari Kerja = 1 x 676 x 245 =165.620
(Contoh: Papan Alas)
= Biaya Komponen x (Lotting) = Rp5000 x 165.620 = Rp828.100.000
Biaya Bahan Tak Langsung Lotting
= Kuantitas x Target Produksi x Hari Kerja = 4 x 676 x 245 = 662.480
(Contoh: Papan Kaki-Kaki)
= (Lotting x harga) + (Kemasan/Hari) x Hari Kerja x 1000 = (662.480 x 1460) + 676 x 245 x 1000 = Rp1.132.840.800
Biaya Overhead Pabrik
= Rp75.000.000 x (10% x Rp 75.000.000)
(Contoh: Tahun 2)
= Rp82.500.000
Gaji Tenaga Kerja Langsung = Total Gaji Tenaga Kerja Langsung x 12 = Rp166.440.000 x 12 = Rp 1.997.280.000 Gaji Tenaga Kerja Tak
= Rp115.200.000 x 12
Langsung Non Perkantoran = Rp 1.382.400.000 Total Modal Kerja
= Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun 1
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-84
= Rp112.789.992 + Rp 12.265.993.563 = Rp12.378.783.555 Modal Sendiri
= (Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun1) x75% = Rp12.378.783.555 x 75% = Rp9.284.087.666
Modal Pinjaman
=(Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun 1) x25% = Rp12.378.783.555 x 25% = Rp3.094.695.889
Biaya modal kerja merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi. Biaya modal kerja terdiri dari biaya pra-investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya pra-investasi yaitu biaya yang harus dikeluarkan pendirian
oleh
perusahaan
perusahaan
sebelum
dengan
biaya
melakukan investasi pra-investasi
sebesar
Rp60.000.000. Biaya tetap adalah biaya pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Biaya tetap terdiri dari pajak bumi, bangunan untuk tanah dan bangunan tertutup, biaya penyusutan, serta biaya tenaga kerja tak langsung perkantoran. Biaya bangunan untuk tanah sebesar Rp9.359.392,93 dan biaya bangunan untuk bangunan
tertutup
sebesar
Rp43.430.599.
biaya
tersebut
didapat dari investasi awal yang dikali dengan 5% yang artinya untuk tahun 0 sampai dengan tahun 5. Biaya penyusutan mempunyai nilai sebesar 62.299.731,11 yang telah didapat dari tabel
investasi
awal.
biaya
tenaga
kerja
tak
langsung
perkantoran mempunyai biaya sebesar Rp476.800.000 yang Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-85
telah didapat dari biaya tenaga kerja tak langsung perkantoran selama satu tahun. Biaya variabel adalah biaya yang dapat dipengaruhi oleh perubahan volume produksi serta sifatnya yang berubah-ubah. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan langsung, biaya bahan tak langsung, biaya overhead, biaya untuk tenaga kerja langsung dan biaya untuk tenaga kerja tak langsung non perkantoran. Biaya bahan langsung merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk komponen utama dengan nilai sebesar Rp828.100.000 untuk komponen papan alas yang artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan komponen papan alas. Biaya
bahan
tak
langsung
merupakan
biaya
yang
harus
dikeluarkan untuk komponen tambahan dengan nilai sebesar Rp1.132.840.800 untuk komponen papan kaki-kaki yang artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan komponen papan kaki-kaki. Biaya overhead adalah biaya variabel produksi selain dari biaya bahan langsung dan biaya bahan tak langsung.
Biaya
tersebut
meliputi
biaya
perbaikan
dan
pemeliharaan, biaya transportasi, biaya telpon, biaya listrik, dan sebagainya.
Biaya
overhead
pada
tahun
ke-1
sebesar
Rp75.000.000. Biaya overhead untuk tahun ke-2 sampai dengan tahun
berikutnya
mengalami
kenaikan
sebesar
10%
yang
diasumsikan naik setiap tahunnya untuk menunjang kegiatan produksi. Gaji tenaga kerja langsung mempunyai nilai sebesar Rp1.997.280.000 yang digunakan untuk membiayai gaji tenaga kerja langsung setiap tahunnya yang terdiri dari operator produksi serta operator alat angkut. Gaji tenaga kerja tak langsung
non
perkantoran
mempunyai
nilai
sebesar
Rp1.382.400.000 yang digunakan untuk membiayai gaji tenaga kerja tak langsung non perkantoran tiap tahunnya yang terdiri dari satpam, OB, dan sebagainya. Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-86
Total modal kerja mengalami kenaikan setiap tahunnya yang disebabkan oleh kenaikan biaya overhead. Total modal kerja pada tahun ke-0 sebesar Rp112.789.992 yang didapat dari biaya bahan langsung serta tak langsung namun tidak termasuk gaji tenaga kerja langsung serta tak langsung dikarenakan tahun awal belum terdapat pegawai. Modal kerja sendiri merupakan modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya modal kerja sebesar 75% yang didapat dari total biaya tahun 0 dengan tahun 1 sebesar Rp9.284.087.666. merupakan
modal
yang
diperoleh
Modal pinjaman
dengan
melakukan
peminjaman kepada Bank sebesar 25% dari total modal kerja, sehingga modal yang dipinjam perusahaan kepada Bank sebesar Rp3.094.695.889. 4.3
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi
yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan di kurang persediaan produk dalam proses akhir (Bustami, 2010). Proses pengklasifikasian biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahapan yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen yaitu biaya manufaktur beban dan beban komersial. Biaya manufaktur juga disebut sebagai biaya produksi biaya pabrik yang biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya. Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-87
produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Bustami, 2010).
1. Biaya bahan baku langsung. Biaya
bahan
baku
langsung
adalah
bahan
baku
yang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. 2. Tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. 3. Biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Harga
pokok
penjualan
adalah
seluruh
biaya
yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Terdapat manfaat dari harga pokok penjualan, yaitu sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian. Bunga bank adalah keuntungan yang diberikan oleh bank kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan persentase dan jumlah tabungan nasabah. Laba atau rugi adalah selisih jumlah antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya produksi. Depresiasi
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-88
adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi (Apple, 1990). Perhitungan
harga
pokok
penjualan
merupakan
perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui berapa harga pokok penjualan dan harga jual dari suatu produk. Berikut merupakan tabel 4.5 perhitungan harga pokok penjualan untuk produk kursi dingklik. Tabel 4.5 Perhitungan HPP Produk Kursi Dingklik
Berdasarkan tabel 4.5 harga pokok penjualan terdapat beberapa
contoh
perhitungan.
Berikut
merupakan
contoh
perhitungannya. PBB
= PBB tanah dan bangunan tertutup = Rp9.359.392,93 + Rp43.430.599 = Rp52.789.991,68
Penyusutan
= Total biaya penyusutan investasi awal = Rp62.299.731,11
Biaya bahan langsung
= Total biaya bahan langsung
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-89
= Rp3.179.904.000 Biaya bahan tak langsung
= Total biaya bahan tak langsung = Rp5.139.519.840
Biaya overhead pabrik
= Total biaya overhead = Rp75.000.000
Gaji Tenaga Kerja Tak
= Total gaji TK TL perkantoran
Langsung Perkantoran
= Rp376.800.000
Gaji Tenaga Kerja langsung
= Total gaji Tenaga Kerja langsung = Rp1.997.280.000
Gaji Tenaga Kerja Tak
= Total gaji TK TL NP
Langsung Non Perkantoran
= Rp.1.382.400.000
Biaya fabrikasi total
= PBB + penyusutan + biaya bahan langsung + biaya bahan tak langsung ....biaya overhead pabrik + gaji TK TL perkantoran + gaji TK langsung + gaji TK TL NP = Rp52.789.991,68 + Rp62.299.731,11 + Rp3.179.904.000...+ Rp5.139.519.840 + Rp75.000.000 + Rp376.800.000 + Rp1.997.280.000 + Rp.1.382.400.000 = Rp12.265.993.562.8
PPN
= 15% x Harga Pokok Penjualan
Profit
= 15% x Rp12.265.993.562.8 = Rp1.839.899.034,42 = Harga Pokok Penjualan x 30% = Rp12.265.993.562.8 x 30%
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-90
= Rp3.679.798.068,84 Harga Jual
= Harga Pokok Penjualan + PPN + Profit = Rp12.265.993.562.8 + Rp1.839.899.034,42 + Rp3.679.798.068,84 = Rp17.785.690.666
HPP/ unit
=
= = Rp74.061 Harga jual/ unit
=
= = Rp107.389 PBB
merupakan
pajak
bumi
dan
bangunan
yang
didapatkan dari hasil penjumlahan dari PBB tanah dan PBB bangunan tertutup pada tabel modal kerja dengan total biaya sebesar
Rp52.789.991,68.
Biaya
penyusutan
yaitu
nilai
depresiasi dari suatu komponen per tahun seiring berkurangnya umur ekonomis dari komponen tersebut dan diperoleh biaya penyusutan sebesar Rp62.299.731,11. Biaya bahan langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat komponen utama dengan nilai sebesar Rp3.179.904.000. Biaya bahan tak langsung yaitu
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
membuat
komponen
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-91
tambahan
serta
box
kemasan
Rp5.139.519.840. Biaya dikeluarkan
apabila
dengan
nilai
sebesar
overhead merupakan biaya yang
terjadi
pengeluaran-pengeluaran
tidak
terduga sebuah perusahaan dengan nilai sebesar Rp75.000.000. Biaya gaji tenaga kerja tak langsung perkantoran yaitu biaya untuk bagian perkantoran dengan hasil sebesar Rp376.800.000. Biaya gaji tenaga kerja langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bagian produksi seperti operator mesin serta operator alat angkut dengan nilai sebesar Rp1.997.280.000. Biaya gaji tenaga kerja tak langsung non perkantoran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bagian seperti satpam, sebagainya fabrikasi
dengan
total
nilai
merupakan
sebesar biaya
office boy dan
Rp1.382.400.000. yang
dibutuhkan
Biaya untuk
menunjang seluruh kegiatan produksi dengan nilai sebesar Rp12.265.993.562,8. Harga pokok penjualan merupakan biaya yang dihabiskan untuk memproduksi produk kursi dingklik dengan nilai sebesar Rp12.265.993.562,8. Harga jual merupakan harga penjualan dari produk kursi dingklik dimana mencakup biaya harga pokok penjualan, PPN, serta Profit yang dimiliki perusahaan selama 1 tahun
dengan
nilai
sebesar
Rp17.785.690.666.
Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai suatu barang yang dijual oleh produsen ke konsumen dengan nilai sebesar Rp1.839.899.034.42. Profit yang didapat dengan 30% sebesar Rp3.679.798.068,84. Harga Pokok Penjualan (HPP) per unit sebesar Rp74.061 merupakan biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli produk kursi dingklik. Harga jual per unit kursi dingklik adalah sebesar Rp107.389 dengan profit yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 30%.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-92
4.4
Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang merupakan pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang. Pengambilan
keputusan
penggunaan
hutang
perlu
dipertimbangkan biaya tetap yang timbul akibat dari hutang tersebut,
yaitu
berupa
bunga
hutang
yang
menyebabkan
semakin meningkatnya laverage keuangan (Munawir, 2004). Perhitungan angsuran pokok dan bunga bank digunakan untuk mengukur banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap tahunnya untuk melunasi hutang pinjaman dengan bunga sebesar 11%. Berikut merupakan tabel 4.6 perhitungan angsuran pokok dan bunga bank. Tabel 4.6 Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank
Berdasarkan tabel 4.6 perhitungan angsuran pokok dan bunga bank terdapat beberapa contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Hutang bank
= Pinjaman bank investasi awal + pinjaman bank modal ...kerja = Rp434.771.508,40+ Rp3.094.695.889 = Rp3.529.467.397
Angsuran Pokok
Hutang Bank Awal
= Rencana Pengembalian Pinjaman
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-93
= Bunga bank
=Rp705.893.479
= Hutang bank x 11% =
Rp702.893.479
x
11%
=
Rp388.241.414 Hutang Bank Tahun 1
= Hutang Bank Awal – Angsuran Pokok Tahun = Rp3.529.467.397 – Rp705.893.479 = Rp2.823.573.918
Pembayaran bank
= Angsuran pokok + bunga bank = Rp705.893.479 + Rp388.241.414 = Rp1.094.134.893
Hutang bank merupakan jumlah hutang yang dimiliki perusahaan yang berasal dari modal pinjaman investasi awal dan modal pinjaman pada modal kerja dimana hutang bank pada tahun ke-0 sebesar Rp3.529.467.397. Angsuran pokok dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 sama yaitu sebesar Rp705.893.479 dimana biaya tersebut merupakan biaya yang harus diangsur oleh pihak perusahaan kepada pihak bank dengan perkiraan pengembalian pinjaman bank selama 5 tahun. Bunga bank dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 sama yaitu 11% dengan biaya yang didapat pada tahun ke-1 sebesar Rp388.241.414 dimana menujukkan banyaknya jumlah kenaikan biaya dari pinjaman pada satu tahun ke tahun lainnya. Jumlah bunga bank dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 semakin kecil
dikarenakan
hutang
yang
dimiliki
oleh
perusahaan
mengalami penurunan. Pembayaran ke bank merupakan total biaya angsuran pokok dan bunga bank setiap tahun yang harus dibayarkan
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-94
perusahaan kepada bank agar dapat melunasi hutangnya selama 5 tahun dengan pembayaran ke bank pada tahun k-1 sebesar Rp1.094.134.893. 4.5
Proyeksi Analisis Rugi Laba Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh
akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada posisi ini sudah menjadi kebiasaan penambahan daftar ketiga (daftar surplus). Daftar
ketiga yaitu daftar surplus atau kemungkinan terjadi
defisit, biasanya disajikan dalam laporan perubahan modal (Munawir, 2000). Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2000). Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Standar Akutansi Keuangan, 1994). Proyeksi analisis rugi laba merupakan perhitungan yang digunakan untuk menganalisis tingkat keuntungan dan kerugian
yang
akan
diperoleh
oleh
perusahaan.
Berikut
merupakan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba. Tabel 4.7 Proyeksi Analisis Rugi Laba PT. Alam Sejahtera
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-95
Berdasarkan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba terdapat beberapa
contoh
perhitungan.
Berikut
merupakan
contoh
perhitungannya. Total penjualan
= Harga jual tabel harga pokok penjulan = Rp17.785.690.666
Biaya produksi
= Total modal kerja tahun 0 + tahun 1 = Rp112.789.992 + Rp12.265.993.563 = Rp12.378.783.554
Pendapatan kotor
= Total penjualan – biaya produksi = Rp17.785.690.66 Rp12.378.783.554 = Rp5.406.907.112
Penyusutan biaya investasi
= Penyusutan investasi awal = Rp62.299.731,11
Pendapatan (sebelum bunga+pajak)
=Pendapatan kotor – Penyusutan biaya ...Investasi =Pendapatan kotor – Penyusutan biaya ...Investasi = Rp5.406.907.112– Rp62.299.731,11 = Rp5.344.607.381
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-96
Pembayaran ke bank
= Tabel angsuran pembayaran ke bank = Rp1.094.134.893
Pendapatan (sebelum pajak) = Pendapatan (sebelum bunga + pajak) –...Pembayaran ke bank = Rp5.344.607.381– Rp1.094.134.893 =Rp4.250.472.488 Pajak Penghasilan (30%)
=Pendapatan (sebelum pajak) x 30% = Rp4.250.472.488 x 30% = Rp1.275.141.746
Pendapatan Bersih (Setelah Pajak) = Pendapatan (sebelum pajak) – Pajak ....Penghasilan (30%) = Rp4.250.472.488 – Rp1.275.141.746 = Rp2.975.330.742 Profit on Sales (%)
=
Pendapatan Bersih (Setelah Pajak) Total Penjualan
= Total
nilai
penjualan
= 0,167
setiap
tahunnya
sama
karena
diasumsikan jumlah produk yang diproduksi setiap tahunnya sama dengan nilai sebesar Rp17.785.690.666. Biaya produksi merupakan biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel pada modal kerja dimana biaya tahun ke-1
sampai
tahun
ke-5
sama
dengan
nilai
sebesar
Rp12.378.783.554. Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari
total
penjualan
dan
biaya
produksi
tanpa
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-97
mempertimbangkan biaya penyusutan, biaya angsuran ke bank, dan pajak penghasilan, pendapatan kotor dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 sebesar Rp5.406.907.112. Nilai penyusutan didapat dari perhitungan investasi awal yaitu sebesar Rp62.299.731,11. Pendapatan (sebelum bunga dan pajak) merupakan pendapatan yang didapat oleh perusahaan berdasarkan hasil perhitungan selisih antara pendapatan kotor dengan penyusutan investasi awal dengan nilai sebesar Rp5.344.607.381. Pembayaran ke bank merupakan biaya yang telah di dapat dari tabel sebelumnya dengan nilai sebesar Rp1.094.134.893 untuk tahun ke-1. Pendapatan (sebelum pajak) merupakan pendapatan yang didapat oleh perusahaan sebelum ada pertambahan pajak dengan nilai sebesar Rp4.250.472.488 untuk tahun ke-1. Pajak penghasilan merupakan pajak yang harus dibayarkan oleh
perusahaan
sebesar
30%
berdasarkan
tarif
pajak
penghasilan (PPh) 21 pasal 17 ayat 1 bahwa penghasilan tahunan diatas Rp500.000.000 dikenai pajak sebesar 30% dengan nilai sebesar Rp1.275.141.746 untuk tahun ke-1 dimana pajak penghasilan selalu bertambah untuk setiap tahunnya. Pendapatan bersih setelah pajak merupakan pendapatan yang telah didapat setelah ada pertambahan pajak dengan nilai sebesar Rp2.975.330.742 dimana pendapatan bersih selalu bertambah untuk setiap tahunnya. Profit on sales merupakan persentase keuntungan yang didapat oleh perusahaan dengan nilai sebesar 0,167 untuk tahun ke-1 dimana setiap tahun semakin meningkat yang disebabkan oleh
semakin
kecilnya
bunga
bank
yang
dibebankan
ke
perusahaan. 4.6
Perhitungan Aliran Kas Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-98
Aliran kas adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar atau setara kas. Dengan kata lain dalam Laporan Aliran kas akan memberikan informasi tentang berapa jumlah kas yang tersedia untuk menjalankan aktivitas. Terdapat 3 proyeksi aliran kas yaitu (Abdurrahman, 2013): 1. Aliran Kas Positif Digambarkan dengan asumsi bahwa aliran kas yang masuk lebih besar dibandingkan aliran kas keluar. Aliran kas positif ditandai dengan adanya jumlah kas yang tersedia pada akhir suatu periode akuntansi lebih besar dibandingkan dengan jumlah kas yang masuk dengan yang keluar. Suatu unit bisnis yang berada pada posisi ini akan mempunyai prospek keuangan yang sehat untuk masa yang akan datang. 2. Aliran Kas Tetap Digambarkan dengan adanya aliran kas yang masuk sama besar dengan jumlah kas yang keluar. Jadi jumlah kas yang tersedia pada akhir periode akuntansi akan sama besar dengan jumlah kas awal. Pada posisi ini akan mempunyai prospek keuangan yang boleh dikatakan masih optimis untuk masa yang akan datang. 3. Aliran Kas Negatif Dalam kondisi ini digambarkan dengan aliran kas masuk yang lebih kecil dari aliran kas yang keluar. Hal ini mengakibatkan semakin lama jumlah persediaan kas awal akan semakin menurun, sehingga ini menjadi masalah yang serius dan dapat berbahaya untuk masa yang akan datang. Proyeksi aliran kas menunjukkan banyaknya aliran uang yang masuk dan keluar dari perusahaan atau pemasukan serta pengeluaran perusahaan. Berikut merupakan perhitungan aliran kas.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-99
4.6.1 Inicial Cash Flow (ICF) Initial cash flow merupakan langkah awal dalam proyeksi aliran kas. Initial cash flow dipengaruhi biya investasi awal dan modal kerja. Rumus yang digunakan dalam perhitungan initial cash flow ditunjukkan pada rumus (Apple,1990): Initial cash flow = Biaya investasi awal + Biaya modal 4.1
……
Initial cash flow (ICF) merupakan banyaknya biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahap awal mendirikan suatu perusahaan yang ada kaitannya dengan biaya investasi. Berikut merupakan perhitungan ICF. ICF
= Total biaya investasi awal + modal kerja (Tahun 0 +
Tahun 1) = Rp1.739.086.033,62 + Rp112.789.991,68 + Rp 12.265.993.563 = Rp14.117.869.589 Nilai dari initial cash flow sebesar Rp14.057.869.590 dimana nilai tersebut merupakan nilai yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memulai kegiatan produksinya. 4.6.2 Operational Cash Flow (OCF) Operational cash flow merupakan bentuk cash flow yang menyajikan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi produksi. Operational cash flow diperngaruhi oleh laba setelah pajak, penyusutan dan bunga. Berikut ini adalah rumus untuk perhitungan operational cash flow (Apple, 1990): Operational cash flow = Laba setelah pajak + Penyusutan + Bunga (1pajak)
…….4.2
Operational cash flow (OCF) merupakan perhitungan
aliran kas yang berhubungan dengan kegiatan operasional
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-100
produksi. Berikut merupakan tabel 4.6 perhitungan OCF pada PT. Alam Sejahtera selama 5 tahun. Tabel 4.8 Operational Cash Flow
Berdasarkan
tabel
4.8
perhitungan
OCF
terdapat
contoh
perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Pendapatan setelah pajak
= Berdasarkan tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba = Rp2.975.330.742
Penyusutan
= Berdasarkan tabel 4.3 investasi awal = Rp62.299.731,11
Bunga (1-Pajak 30%)
= Bunga bank pada tabel proyeksi pembayaran.angsuran pokok dan bunga bank x 70% = Rp388.241.414 x 70% = Rp271.768.989,57
OCF
= Pendapatan setelah pajak + penyusutan +.bunga (1- pajak 30%) = Rp2.975.330.742 + Rp62.299.731,11 + Rp271.768.989,57 = Rp3.309.399.462,18
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-101
Pendapatan setelah pajak didapatkan dari pendapatan bersih yang terdapat pada tabel 4.7 proyeksi analisis rugi laba dengan nilai sebesar Rp2.975.330.742 untuk tahun ke-1. Penyusutan didapatkan dari tabel 4.1 investasi awal yaitu sebesar Rp62.299.731,11 untuk tahun ke-1 sampai tahun ke-5. Bunga didapatkan dari bunga bank pada tabel angsuran pokok
yang
dikalikan
dengan
70%
dengan
nilai
sebesar
Rp271.768.989,57. Nilai OCF merupakan biaya yang dibutuhkan selama proses produksi
pada
tahun
ke-1
membutuhkan
biaya
sebesar
Rp3.309.399.462,18 dimana setiap tahun nilainya sama karena jumlah produksi setiap tahunnya sama. 4.6.3 Terminal Cash Flow (TCF) Terminal
cash
flow
merupakan
langkah
akhir
dalam
memproyeksikan perkiraan aliran kas, yang dipengaruhi oleh modal kerja dan nilai sisa. Berikut ini adalah perhitungan dari terminal cash flow (Apple, 1990): Terminal cash flow = Modal kerja (Tahun 0 + Tahun 1) + Nilai
……….
4.3 Terminal cash flow adalah aliran kas yang merupakan nilai sisa pada akhir proyek yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut merupakan perhitungan TCF. TCF
= Modal Kerja (Tahun ke 0 + Tahun ke 1) + Total Nilai Sisa (Residu) = (Rp112.789.991,68 + Rp 12.265.993.563) +
Rp103.796.093,3 = Rp12.482.579.648 Nilai TCF didapat dengan memperhitungkan modal kerja tahun awal dan pertama dengan nilai sisa pada investasi awal.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-102
TCF yang dihasilkan sebesar Rp12.482.579.648 dimana hasil kas yang diperoleh dari nilai sisa pada proyek, dan akan menjadi aset perusahaan. 4.7
Penilaian Tingkat Kelayakan Investasi Penilaian tingkat kelayakan investasi dapat dilakukan
menggunakan 3 metode, antara lain payback period, net present value, dan Internal rate of return. Berikut merupakan penilaian tingkat kelayakan investasi. 4.7.1 Payback Period (PP) Payback period merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh benefit dan depresiasi untuk mengembalikan investasi. Benefit dalam hal ini dapat ditinjau dari segi benefit itu saja, atau benefit
dikurangi
pengembalian
cost,
pinjaman
yaitu (kredit)
surplus. yang
Beberapa
cara
dipergunakan
untuk
membiayai pembangunan suatu proyek. Ditinjau dari segi si peminjam uang, tentu dia menghendaki agar pengembalian pinjaman itu tiap-tiap periode (tahun) maksimal sebesar surplus yang akan diperolehnya dari proyek yang bersangkutan tiap-tiap periode. Berikut ini adalah perhitungan dari terminal cash flow (Apple, 1990): Payback Period
= n Tahun +
x 12
…………
4.4 Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis pengembalian modal dalam batas kurun waktu tertentu. Berikut merupakan tabel payback period. Tabel 4.9 Proyeksi Tingkat Kelayakan Investasi
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-103
Berdasarkan tabel 4.9 tingkat kelayakan investasi terdapat contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Hasil tahun ke-1 = ICF – OCF = Rp14.117.869.589 – Rp3.309.399.462 = Rp10.808.470.127 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai ICF yang berasal dari tabel cash flow, sedangkan OCF didapat berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. ICF tahun kelima bernilai negatif dikarenakan perusahaan sudah mendapatkan modal kembali di tahun ke-4. Payback Period
= 4 Tahun +
x 12 bulan
= 4 Tahun +
x12 bulan
= 4 Tahun + 2 Bulan + 16 Hari Perhitungan payback period yaitu periode atau waktu yang diperlukan perusahaan agar dana dapat diperoleh kembali seluruhnya yaitu selama 4 tahun 2 bulan 16 hari. 4.7.2 Net Present Value (NPV) Net
present
value
(NPV)
adalah
metode
yang
mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow. Kriteria keputusan dari metode NPV adalah jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima dan jika NPV bertanda negatif Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-104
(NPV < 0), maka rencana investasi ditolak. Kelebihan metode NPV antara lain adalah memperhitungkan nilai waktu dari uang, memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek dan memperhitungkan nilai sisa proyek. Kekurangan dari metode NPV antara lain adalah manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek, jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik, dan derajat kelayakan tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
arus
kas,
melainkan
juga
dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek. Berikut adalah rumus untuk net present value (Apple, 1990): NPV = 4.5
………………………..
Net Present Value arus kas yang diperoleh dari selisih
aliran kas yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. Berikut ini adalah perhitungan NPV. Keterangan : n
= 1,2,3, .... n (menunjukkan tahun)
F
= pendapatan bersih setelah pajak
I
= 11%
NPV = = F1(P/F,11%,1)+F2(P/F,11%,2)+F3(P/F,11%,3)+F4(P/F,11%,4)+ ...F5(P/F,11%,5) =Rp2.975.330.742
(0,900901)
+
Rp3.029.684.539
(0,811622) + Rp3.084.038.337 (0,731191) + Rp3.138.392.135 (0,658731) + Rp3.192.745.933 (0,593451) Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-105
= Rp2.680.478.440 + Rp2.458.958.625 + Rp2.255.021.076 + Rp2.067.356.190 + Rp1.894.738.267 = Rp11.356.552.598 Berdasarkan nilai NPV yang dihasilkan yaitu sebesar Rp11.356.552.598 dan dapat disimpulkan nilai NPV>0. Nilai NPV lebih dari 0 memiliki arti bahwa proyek investasi yang akan dilakukan dapat diterima atau dijalankan. 4.7.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal (Binus, 2016). Internal Rate Of Return merupakan suatu metode untuk mencari suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Berikut ini adalah perhitungan IRR. ICF
: Rp14.117.869.589
OCF : Rp3.309.399.462,18 TCF
: Rp12.482.579.648
N
: 5 tahun
Mencari NPV + NPV + (21 %)
= -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F, i%, n) = - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18 (2,925984) + Rp12.482.579.648 (0,385543) = - Rp14.117.869.589 + Rp9.683.249.876 + Rp4.812.571.205
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-106
= Rp377.951.492 Mencari NPV NPV + (22 %)
= -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F,i%, n) = - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18 (2,86364) + Rp12.482.579.648 (0,369999) = - Rp14.117.869.589 + Rp9.476.928.676 + Rp4.618.541.987 = -Rp22.398.926
IRR
= = 0,22 + 0,0094 = 0,2294 = 22,94% Keterangan : i1
= Tingkat bunga atas
i2
= tingkat bunga bawah
NPV 1= nilai NPV atas (+) NPV 1= nilai NPV bawah (-) Berdasarkan nilai IRR yang dihasilkan yaitu 22,94% dapat disimpulkan nilai IRR lebih dari suku bunga yang digunakan yaitu 11% dan nilai tersebut dapat dikatakan proyek investasi yang akan dilakukan dapat dijalankan.
4.8
Perhitungan Break Event Point Break even point adalah salah satu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan dan merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, menafsirkan data dan Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-107
distribusi untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan (Grill, 2003). Break Event Point merupakan suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Berikut ini merupakan tabel 4.10 perhitungan BEP. Tabel 4.10 Perhitungan Break Event Point
Berdasarkan tabel tabel 4.10 perhitungan BEP terdapat contoh perhitungan. Berikut merupakan contoh perhitungannya. Fixed cost
= biaya tetap tahun ke 1 = Rp491.889.722,791
Variable cost
= total modal kerja tahun 1 – biaya tetap tahun
1 = Rp12.265.993.563 – Rp491.889.722,791 = Rp11.774.103.840,209 Produk/tahun
= target produksi x Hari Kerja = 676 x 245 = 165.620 unit
Harga Jual/ Unit
= didapat dari perhitungan HPP = Rp107.389
BEP (Rp)
=
=
BEP (Unit)
= Rp1.455.289.378
=
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-108
= = 13.552 unit Berdasarkan perhitungan BEP diatas, diketahui bahwa perusahaan harus menjual 13.552 unit kursi dingklik untuk hasil penjualan tersebut
Rp1.455.289.378 merupakan
pada
kondisi
tahun
dimana
pertama. perusahaan
Kondisi tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian.
BAB V
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-109
ANALISIS AKTIVITAS DAN PERENCANAAN TATA LETAK
5.1
Activity Relationship Diagram (ARC) Activity Relationship Chart (ARC) atau peta hubungan
keterkaitan hubungan
kegiatan antara
adalah
peta
fasilitas-fasilitas
yang yang
menggambarkan ada
pada
sebuah
perusahaan. Activity Relationship Chart adalah yang teknik ideal untuk digunakan dalam merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang berkaitan (Apple, 1990). Langkah-langkah pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) yang pertama adalah mengidentifikasi seluruh fasilitas kerja atau departemen yang akan diatur penempatannya serta dituliskan daftar urutannya dalam peta, yang kedua adalah melakukan
survei
kepada
karyawan,
yang
ketiga
adalah
mendefinisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya berdasarkan derajat kedekatan hubungan beserta alasannya (Wignjosoebroto, 2003). Terdapat teknik analisa dalam penggunaan ARC yang dikemukakan hubungan kepentingan
oleh
antar
Richard aktivitas
hubungan
Muthe,
yang
ditunjukkan
antar
aktivitas
pertama dengan tersebut
adalah tingkat yang
dikonversikan dalam bentuk huruf dan warna. Teknik yang kedua adalah pemberian kode terhadap alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan dalam penyusunan ARC. Dijelaskan pada gambar 5.1 kedua teknik analisa dalam penggunaan ARC (Sapta, 2017).
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-110
Gambar 5.1 Teknik Analisa Penggunaan ARC
Activity relationship chart terbagi menjadi dua yaitu ARC produksi
dan
ARC
fasilitas
dan
perkantoran.
Dibawah
ini
merupakan ARC yang dibuat untuk PT. Alam Sejahtera.
Gambar 5.2 Activity Relationship Chart Produksi PT. Alam Sejahtera
Berdasarkan gambar 5.2 ARC produksi PT. Alam Sejahtera diatas, terdapat beberapa derajat hubungan pada ARC produksi yaitu hubungan mutlak didekatkan, hubungan sangat penting untuk didekatkan, hubungan biasa atau umum untuk didekatkan, Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-111
dan yang terakhir adalah hubungan yang tidak dikehendaki untuk didekatkan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing hubungan. Hubungan yang mutlak didekatkan dapat dilihat antara bagian receiving dengan bagian meja fabrikasi, bagian meja fabrikasi dengan
dengan bagian
bagian
pemotongan,
penghalusan,
bagian
bagian
pemotongan
penghalusan
dengan
assembly, assembly dengan bagian pengecatan . Hubungan yang mutlak didekatkan tersebut disebabkan karena pada saat adanya proses produksi menggunakan catatan yang sama, menggunakan ruangan yang sama, adanya hubungan pribadi atau personal, adanya hubungan kertas kerja yang digunakan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah urutan aliran kerja yang berhubungan
dengan
melakukan
kerja
yang
sama
dan
menggunakan peralatan yang sama. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan terjadi antara bagian receiving dan fabrikasi dengan pemotongan. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan tersebut disebabkan karena material yang masuk ke akan
langsung
pemotongan dan
diproses
di
bagian
bagian
fabrikasi
receiving
dan
bagian
juga bertujuan untuk meminimumkan jarak
aliran produksi yang akan dilalui oleh material. Hubungan yang biasa untuk didekatkan salah satunya terjadi antara bagian fasilitas dengan bagian receiving, walaupun bagian fasilitas tidak berhubungan langsung dengan bagian receiving namun, hubungan yang biasa didekatkan disebabkan karena
operator
di
bagian
receiving
kemungkinan
akan
memanfaatkan fasilitas jika ada keperluan, misalnya operator ingin ke WC atau operator ingin makan, namun karena tingginya aktivitas bongkar muat barang menggunakan kendaraan truk
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-112
dapat membuat kegaduhan yang dapat mengganggu pejalan kaki yang keluar masuk di bagian fasilitas. Berikut adalah Activity relationship chart (ARC) pada bagian perkantoran dan fasilitas.
Gambar 5.3 Activity Relationship Chart Perkantoran dan Fasilitas PT. Alam Sejahtera
Berdasarkan gambar ARC fasilitas dan perkantoran PT. Alam Sejahtera diatas, terdapat beberapa derajat hubungan pada ARC perkantoran dan fasilitas yaitu hubungan mutlak didekatkan, hubungan yang sangat penting untuk didekatkan, hubungan penting untuk didekatkan, hubungan biasa, hubungan Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-113
tidak penting, yang terakhir adalah hubungan yang tidak dikehendaki untuk didekatkan. Berikut merupakan penjelasan dari setiap
hubungan yang terdapat pada ARC fasilitas dan
perkantoran PT. Alam Sejahtera. Hubungan yang mutlak didekatkan yang diberi kode warna merah terdapat antara ruang direktur dengan keempat ruangan manajer dan sekertaris. Hubungan yang mutlak didekatkan disebabkan derajat hubungan pribadi antara direktur dengan manajer dan sekertaris untuk melakukan komunikasi terhadap aktivitas-aktivitas
penting
seperti
pemasaran,
produksi,
keuangan dan purchasing. Hubungan kertas kerja juga menjadi pertimbangan
karena laporan dari manajer setiap departemen
kepada direktur, urutan aliran kerja juga menjadi salah satu alasan
kedekatan,
dimana
laporan
dari
sekertaris
harus
diserahkan kepada direktur yang mempunyai komunikasi secara personal atau pribadi. Hubungan yang sangat penting untuk didekatkan yang diberi kode warna kuning salah satunya terjadi antara keempat manajer dengan sekertaris yang menjelaskan hubungan antar keempat manajer dan sekertaris didekatkan adalah hubungan kertas kerjadan aliran kerja juga menjadi pertimbangan karena laporan dari manajer setiap departemen kepada direktur tidak bisa langsung diserahkan kepada direktur melainkan harus diserahkan kepada sekertaris terlebih dahulu yang dilakukan secara personal atau pribadi. Hubungan yang penting untuk didekatkan yang diberi kode warna hijau salah satunya terjadi antara pos satpam dengan tempat parkir motor dan mobil yang menjelaskan hubungan antara pos satpam
dan tempat parkir mobil dan motor
didekatkan adalah menggunakan tenaga kerja yang sama yang
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-114
mengartikan selain untuk menjaga keamanan pabrik, satpam juga menjaga keamanan motor dan mobil para karyawan yang bekerja dipabrik serta satpam bisa menjadi pemarkir mobil atau motor karyawan. Hubungan biasa atau umum yang diberi kode warna biru salah satunya terjadi antara ruang direktur dengan masjid. Alasan hubungan yang biasa atau umum ini disebabkan karena jika direktur ingin beribadah di masjid biasanya dilakukan secara personal. Hubungan yang tidak penting yang diberi kode warna putih salah satunya terjadi antara lobby dan receptionist dengan area loading barang. Kedua tempat ini tidak penting untuk didekatkan karena tidak ada alasan kedekatan antara keduanya. Hubungan yang tidak dihendaki yang diberi kode warna coklat salah satunya terjadi antara toilet dengan pantry. Kedua tempat ini tidak dikehendaki kedekatannya karena toilet dapat memberi
bau
yang
tidak
enak
yang
dapat
mengganggu
karyawan atau orang yang sedang makan atau melakukan aktivitas di pantry. 5.2
Area Allocation Diagram (AAD) Area Alocation Diagram (AAD) atau diagram alokasi area
merupakan gambaran layout secara keseluruhan. AAD juga menggambarkan hubungan kedekatan antar bagian dengan skala ukuran luas lantai yang sebenarnya (Wignjosoebroto, 2006). Tujuan dari pembuatan AAD adalah merancang ruang produksi yang efisien menjadi sebuah sistem yang teritegrasi, mengatur
posisi
stasiun
dalam lantai produksi
dengan
kedekatan
yang
telah
kerja
yang
memperhatikan
ditentukan
oleh
ARD,
efisien hubungan
menunjukan
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-115
keterkaitan suatu fasilitas yang satu dengan yang lainya berdasarkan alasan yang ada. AAD merupakan suatu alat bantu yang
paling
sebenarnya, dan
dekat
dengan
tata
nantinya akan
letak
memuat
pabrik
yang
fasilitas-fasilitas
yang diperlukan dalam mendukung sistem produksi. Beberapa keuntungan dari pembuatan AAD adalah memudahkan proses tata letak, meminimumkan pemakaian ruangan, pembagian wilayah
yang
sistematis
juga
jelas,
menerjemahkan
perkiraan area kedalam suatu pengaturan pendahuluan yang dapat dilihat, memberikan perkiraan luas total yang mendekati keadaan sebenarna, sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Binus, 2009). Area allocation diagram berisi dua layout yaitu layout perkantoran dan layout produksi. Dibawah ini merupakan AAD yang dibuat untuk PT. Alam Sejahtera.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-116
Gambar 5.4 Area Allocation Diagram PT. Alam Sejahtera
Gambar 5.4 diatas adalah template 2 dimensi PT. Alam Sejahtera. Template 2D diatas memberikan informasi berbagai informasi mulai dari tata letak kantor dan fasilitas didalamnya, tata
letak
produksi
beserta fasilitas produksi
serta
aliran
materialnya, dan tata letak pelayanan seperti tempat parkir, klinik, tempat makan. Area Sejahtera
alocation dibuat
diagram
untuk
pada
perusahaan
mengetahui
PT.
Alam
pemanfaatan
area
perkantoran dan area proses produksi dari hasil kesimpulan pada ARC, dimana terdapat kepala kop pada bagian atas AAD dimana yang isinya adalah logo perusahaan dan nama perusahaan. Bagian tengah berisi tentang AAD dari area perkantoran dan area
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-117
produksi.
Area
perkantoran
digunakan
untuk
proses
dokumentasi, dimana terdapat kode ruang O-1 sampai kode ruang O-14 sebagai contoh ruang direktur utama mempunyai kode ruang O-1. Ruangan yang telah dialokasikan mempunyai ukuran panjang x lebar sebagai contoh untuk ruang direktur utama mempunyai ukuran panjang 7m x lebar 5m. Area perkantoran
mempunyai
kedekatan
dengan
area
produksi
sehingga jarak antar keduanya dekat. Area produksi mempunyai 6 departemen, yaitu kode R adalah departemen receiving atau gudang bahan baku yang diberi warna merah. Ruang receiving juga mempunyai ukuran panjang 16,20m x lebar 12,80m, kode F1 adalah departemen meja fabrikasi yang diberi warna hijau, kode F2 adalah mesin potong, kode F3 adalah departemen mesin serut, kode A1 adalah departemen meja assembly yang diberi warna biru, kode F4 adalah departemen mesin cat yang diberi warna hijau, dan kode S adalah departemen shipping atau gudang barang jadi yang diberi warna ungu. Bagian bawah area alocation diagram terdapat sebuah rangkuman mengenai kode yang dimiliki setiap ruang. 5.3
Template Template merupakan gambar lanjutan yang lebih jelas dan
lebih detail dari AAD dalam perancangan tata letak pabrik. Template berguna dalam mengembangkan alternatif-alternatif yang dapat diterapkan untuk pengaturan mesin atau peralatan produksi (Wignjosoebroto, 2003). Terdapat berbagai informasi yang dapat diketahui dari template yaitu, tata letak kantor dan peralatannya, tata letak pelayanan yang ada di pabrik (mushola, jalan, tempat parkir kendaraan bermotor, gudang, pelayanan kesehatan), tata letak
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-118
bagian produksi (receiving, fabrikas, assembling, shipping), aliran setiap material mulai dari receiving hingga shipping, distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah mesin yang dibutuhkan pabrik (Unikom, 2011). 5.3.1
Template 2D Template 2 dimensi memberikan gambaran yang jelas dari
fasilitas yang terdapat pada PT. Alam Sejahtera. Dibawah ini merupakan gambaran template 2D PT. Alam Sejahtera.
Gambar 5.5 Template 2D PT. Alam Sejahtera
Gambar 5.5 diatas adalah template 2 dimensi PT. Alam Sejahtera dengan skala 1 : 100. Template 2D diatas memberikan informasi berbagai informasi mulai dari tata letak kantor dan fasilitas didalamnya, tata letak produksi beserta fasilitas produksi serta aliran materialnya, dan tata letak pelayanan seperti tempat parkir, klinik, tempat makan.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-119
Tata
letak
perkantoran
dilambangkan
dengan
warna
kuning, dimana pada tata letak perkantoran PT. Alam Sejahtera terdiri dari 14 ruangan. O-1 merupakan ruang direktur yang dilengkapi dengan perlengkapan kerja dan fasilitas kantor yaitu komputer dan telepon. Ruang O-2 merupakan ruang manajer pemasaran, ruang O-3 merupakan ruang manajer produksi. O-4 merupakan ruang manajer keuangan. O-5 merupakan ruang manajer purchasing. O-6 merupakan area sekertaris
yang
dilengapi dengan fasilitas kantor. O-7 merupakan ruangan manajer HRD, semua ruangan manajer dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-8 merupakan area lobby dan receptionist yang dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-9 merupakan ruang staff yang dilengkapi dengan fasilitas kantor. O-10 merupakan ruang toilet wanita dan O-11 merupakan ruang toilet laki-laki yang masing-masing berisi satu unit wc duduk dan satu unit wastafel. O-12 merupakan ruang office boy yang dilengkapi dengan 1 set meja
beserta
kursinya,
serta
tersedia
fasilitas
peralatan
kebersihan yang digunakan untuk bersih-bersih kantor. O-13 merupakan ruang pantry yang dilengkapi dengan sebuah 2 set meja makan beserta kursinya, 1 set kitchen set, kipas angin, dispenser, dan terdapat satu buah alat pemadam kebakaran. Tata letak area produksi terdiri dari 7 ruangan yang ditandai dengan simbol pada setiap ruangan tersebut serta terdapat arus perpindahan material. Simbol R menunjukkan gudang receiving yang dilambangkan dengan warna merah. F1 menunjukkan departemen pengukuran yang menggunakan 12 unit meja fabrikasi, F2 menunjukkan departemen pemotongan yang menggunakan 41 unit mesin potong, F3 menunjukkan departemen penghalusan yang menggunakan 5 unit mesin serut. F1, F2, dan F3 dilambangkan dengan warna hijau yang tergabung
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-120
kedalam
kelompok
fabrikasi.
A1
menunjukkan
departemen
assembling dengan 8 unit meja assembling yang dilambangakan dengan warna biru, F4 menunjukkan departemen pengecatan yang menggunakan 6 unit mesin cat, dan yang terakhir adalah simbol S yang menunjukkan ruang shipping yang dilambangkan dengan warna ungu. Informasi yang didapat dari keterangan aliran material yang ada yaitu, terdapat dua aliran pada proses produksi, yang pertama adalah aliran material komponen tambahan yaitu papan kaki-kaki, papan crossbar kiri kanan, papan crossbar segitiga, paku, lem, dan cat. Aliran yang kedua adalah aliran komponen utama yaitu papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa, dimulai dari receiving, papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa menuju area pengukuran yang dilambangkan dengan panah berwarna kuning, setelah diukur papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa ke area pemotongan yang dilambangkan dengan panah berwarna orange, kemudian papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa yang telah dipotong dibawa ke area penghalusan yang dilambangkan dengan panah warna merah, dari area penghalusan papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa dibawa menuju area assembly untuk dirakit dengan komponen tambahan yang dilambangkan dengan panah warna hitam. Hasil barang yang keluar dari proses assembly langsung menuju area pengecatan yang dilambangkan dengan panah warna abu-abu, setelah melalui proses pengecatan komponen papan alas, papan crossbar depan belakang, dan busa tersebut dibawa ke area shipping dan dilambangkan dengan panah berwarna cokelat.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-121
Fasilitas yang tersedia pada PT. Alam Sejahtera diantaranya adalah instalasi air dan listrik sebagai fasilitas penunjang operasional pabrik, penempatan kedua fasilitas ini adalah di area belakang pabrik dan penempatan dilakukan secara terpusat guna menghemat peralatan yang harus disediakan pada kedua tempat tersebut. Fasilitas lain seperti klinik, kantin, taman, masjid, dan toilet umum ditempatkan diantara area perkantoran dan produksi agar antara kedua pekerja yaitu pekerja perkantoran dan pekerja produksi memiliki jarak akses yang relatif sama kepada fasilitas tersebut. Fasilitas lainnya adalah area parkir, terdapat tiga jenis area parkir yaitu parkir motor, parkir mobil. Fasilitas pembuangan limbah ditempatkan didekat area produksi agar memudahkan proses pembuangan atau pengangkutan sisa scrap dari ruang pembuangan scrap. 5.3.2
Template 3D Template 3 dimensi merupakan gambaran proyeksi pabrik
yang akan didirikan dari template 2 dimensi yang telah dibuat. Template 3 dimensi terbagi menjadi dua template yaitu tanpa atap dan dengan atap. Dibawah ini merupakan gambaran template 3D PT. Alam Sejahtera tanpa atap.
Gambar 5.6 Template 3D PT. Alam Sejahtera Tanpa Atap
Berdasarkan gambar 5.6, terdapat tampilan proyeksi pabrik tanpa
penggunaan
atap
sehingga
dapat
terlihat
fasilitas
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-122
pelengkap pekerjaan maupun fasilitas pelengkap bangunan pabrik. Gambar diatas menunjukkan pada gedung perkantoran terdapat berbagai macam fasilitas, diantaranya adalah meja, kursi, komputer, dan peralatan kerja. Bangunan fasilitas pabrik seperti musholla didalamnya terdapat karpet musholla, pada bangunan kantin juga terdapat meja dan kursi sebagai tempat karyawan makan, meja dan kursi juga tersedia pada pos satpam. Gambar selanjutnya adalah template 3D dengan atap.
Gambar 5.7 Template 3D PT. Alam Sejahtera Dengan Atap
Berdasarkan Gambar 5.7 diatas diketahui bahwa maket tersebut menunjukan tampak bangunan yang lebih nyata dengan adanya atap pabrik.
Dari gambar diatas dapat diketahui
bangunan-bangunan yang memiliki atap yaitu gedung produksi, perkantoran, mushola, toilet umum, kantin, klinik, instalasi listrik dan air, pos satpam dan tempat pembuangan scrap. Sedangkan yang fasilitas yang tidak memiliki atap adalah area parkir mobil, taman, jalan, dan area loading barang yang diberi warna cokelat. Area hijau seperti taman dan pohon sekitar pabrik dibuat tanpa penggunaan atap.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-123
BAB VII PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-124
Kesimpulan
berdasarkan
dari
beberapa
tujuan
dalam
pendahuluan laporan akhir, pembahasan dapat menjawab tujuan penulisan laporan akhir Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 dalam
bentuk
kesimpulan.
Berikut
merupakan
kesimpulan-
kesimpulan dalam laporan akhir Praktikum Perancangan Teknik Industri 4. 1. Kesimpulan untuk modul modul routing sheet dan multi product process chart. a. Jumlah produksi mesin/jam proses memotong papan alas adalah 130,4348 unit/jam, yang mengartikan bahwa dalam kurun waktu selama satu jam mesin dapat menghasilkan jumlah produksi sebanyak 130,4348 unit. Persentase % scrap dari proses memotong papan alas adalah 0,0750 yang didapat dari peta proses operasi sebelumnya yang sudah dibuat. Bahan yang diminta adalah target unit setelah di proses, dengan acuan jumlah produksi perhari 676 unit. Bahan yang disiapkan untuk proses memotong papan alas dengan nilai persentase scrap 0,0750 adalah sebesar 767,3360. Hasil efisiensi mesinnya yaitu sebesar 807,7221. Efisiensi mesin menggunakan 95% karena 5% sisa dari keseluruhan digunakan untuk waktu pengaturan atau setting mesin. Jumlah kebutuhan mesin teoritis untuk proses memotong papan alas yaitu sebesar 0,9312 unit dengan nilai reabilitas 95% dan jam kerja perhari nya selama 7 jam. Hasil mesin aktual didapat dari pembulatan keatas dari hasil mesin teoritis yaitu sebesar 1 unit. b. Jumlah mesin teoritis pada meja fabrikasi dibutuhkan
sebanyak
11,1331
yang
dengan jumlah mesin
aktual sebanyak 12 unit mesin, mesin teoritis pada jigsaw yang dibutuhkan sebanyak 40,4117 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 41 unit, mesin teoritis pada ampelas yang
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-125
dibutuhkan sebanyak 4,7374 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 5 unit, mesin teoritis pada meja assembly yang dibutuhkan sebanyak 7,4912 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 8 unit, mesin teoritis pada pengecatan yang dibutuhkan sebanyak 5,8139 dengan jumlah mesin aktual sebanyak 6 unit, dengan total kebutuhan mesin teoritis sebanyak 69,5873 unit dan mesin a ktual sebanyak 72 unit mesin. 2. Kesimpulan untuk modul luas lantai. a. Luas lantai gudang bahan baku model tumpukan sebesar 41,2765 m2, luas lantai gudang bahan baku model rak sebesar 165,19875 m2, luas lantai untuk mesin dan peralatan sebesar 660,3875 m2, luas lantai gudang barang jadi sebesar 183,3612 m2. b. Luas lantai perkantoran sebesar 566 m2, luas lantai fasilitas sebesar 1098 m2. c. Total keseluruhan luas lantai yaitu sebesar 2714,22395 m2 . 3. Kesimpulan untuk material handling cost a. Alat angkut yang digunakan untuk material utama adalah mini forklift, untuk material tambahan adalah walking pallet dan manusia, dan untuk produk jadi digunakan mini b.
forklift. Ongkos biaya penanganan material pada komponen utama yaitu sebesar Rp 71.584,7635 pada departemen receiving
ke
meja
fabrikasi,
Rp
122.727,8136
pada
departemen fabrikasi ke pemotongan, Rp 71.194,6369 pada
departemen
pemotongan
ke
penghalusan,
Rp
49.587,5150 pada departemen penghalusan ke perakitan dengan alat angkut yang digunakan adalah mini forklift. Ongkos biaya penanganan material komponen tambahan sebesar Rp 128.081,6327 pada departemen receiving ke perakitan dengan alat angkut walking pallet dan Rp Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-126
133.999,9995 pada departemen receiving ke pengecatan dengan alat angkut manusia. Ongkos biaya penanganan material produk jadi yaitu sebesar Rp 368.443,7378 pada departemen
perakitan
ke
pengecatan
dan
Rp
445.257,7618 pada departemen pengecatan ke shiping dengan alat angkut yang digunakan adalah mini forklift. 4. Kesimpulan untuk modul from to chart, tabel skala prioritas, dan activity relationship diagram yaitu. a. FTC From to Chart (FTC) Inflow menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang masuk dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga ongkos di meja fabrikasi dengan ongkos yang masuk ke meja fabrikasi biayanya sama. Hasil dari mesin potong, mesin serut, dan juga pada shipping sama semuanya yaitu 1 yang berarti ongkos yang masuk ke bagiannya masing-masing biayanya sama. Koefisien dari bagian assembly berbeda dengan yang lainnya, pada bagian
receiving
ke
assembly
ongkos
pemindahan
material yang masuk sebesar 0,721. Koefisien dari bagian mesin serut ke assembly ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,279. Hasil ongkos tersebut kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa harga ongkos yang masuk di meja assembly berbeda dan tidak sama dibandingkan dengan ongkos yang lainnya. From to Chart (FTC) Outflow menunjukkan bahwa koefesien ongkos yang didapatkan berdasarkan arah aliran produksi dimulai dari receiving sampai dengan shipping. Koefisien ongkos yang keluar dari receiving (R) ke bagian meja fabrikasi (F1)
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-127
pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,583. Koefisien ongkos yang keluar dari meja fabrikasi (F1) ke bagian mesin potong (F2) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,724. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin potong (F2) ke bagian mesin serut (F3) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 1,436. Koefisien ongkos yang keluar dari mesin serut (F3) ke bagian assembly (A1) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,135. Koefisien ongkos yang keluar dari assembly (A1) ke bagian pengecatan (F4) pada proses produksi kursi dingklik adalah sebesar 0,827. b. Tabel skala prioritas merupakan tabel from to chart yang terpilih berdasarkan koefisien ongkos yang terkecil antara from to chart inflow dan from to chart outflow. Tabel skala prioritas adalah penjelasan mengenai urutan prioritas antar
departemen
atau
mesin
dalam
suatu
layout
produksi. Pengisian tabel skala prioritas didapat dari hasil perhitungan antara from to chart inflow dan outflow berdasarkan nilai koefisien ongkos yang terkecil. Tabel skala c.
prioritas
juga
menunjukkan
kedekatan
antar
departemen satu dengan yang lainnya. Pola aliran bahan yang digunakan pada tempat ini adalah jenis pola aliran U-Shape. Urutan pola aliran ini diketahui dari Tabel Skala Prioritas (TSP). Nilai yang diambil adalah nilai dari From To Chart (FTC) Outflow, karena memiliki koefisien terkecil. Berdasarkan TSP, diketahui bahwa dari ruang R memilki 2 prioritas, yang artinya ruang R harus berdekatan dengan A1 dan F4 agar proses produksi lebih efisien dan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi tenaga, ekonomi, maupun waktu. Keuntungan menggunakan pola aliran U-Shape karena
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-128
meningkatkan pemanfaatan fasilitas transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material dan produk jadi dan aliran perpindahan bahan relatif panjang. 5. Kesimpulan untuk aspek finansial a. Total
biaya
investasin
awal
yaitu
sebesar
Rp
1.739.086.033,62 dan modal kerja yang dibutuhkan yaitu ada dua diantaranya adalah modal kerja sendiri sebesar Rp 9.284.087.666 dan modal kerja pinjaman sebesar Rp 3.094.695.889 b. Biaya penjualan produk kursi dingklik yaitu sebesar Rp 107.389 dan presentase keuntungan sebesar 30 % c. Perusahaan akan balik modal pada tahun ke 4 dalam rincian selama empat tahun dua bulan enam belas hari. d. Tingkat kelayakan investasi berdasarkan nilai internal rate of return sebesar 22,94 % dan dapat disimpulkan nilai IRR lebih dari suku bunga yang digunakan yaitu 11% dan nilai tersebut dapat dikatakan proyek investasi yang akan dilakukan dapat dijalankan. 6. Kesimpulan untuk ARC, AAD, dan Template d.
Derajat kedekatan antara aktivitas departemen satu dengan departemen yang lain antara ruang produksi dengan ruang perkantoran serta ruang fasilitas dan ruang perkantoran dapat dilihat pada gambar 5.2 dan gambar
5.3. e. Tata letak pada bagian produksi dan perkantoran dapat f.
dilihat pada gambar 5.4. Gambaran detail dari tata letak fasilitas perusahaan dapat dilihat pada gambar 5.5 berupa template 2D. gambar 5.6 berupa template 3D tanpa atap, dan gambar 5.7 berupa template 3D dengan atap.
7. Kesimpulan untuk pengendalian kualitas
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-129
d.
Jenis kecacatan yang paling dominan yaitu cat tidak
e.
merata dengan jumlah kecacatannya sebesar 720 unit. Keterkendalian proses produksi produk kursi dingklik dengan mernggunakan peta kendali, diagram sebab akibat, dan diagram pareto.
f.
Usulan
perbaikan
terhadap
penyebab
kecacatan
dominan pada produk kursi dingklik yaitu diagram sebab akibat dan tabel 5W+1H. Tabel 5W+1H merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan investigasi dan penelitian terhadap masalah yang terjadi dalam proses produksi
dan
tabel
yang
menjelaskan
penyebab
kegagalan yang mengakibatkan cacat nya sebuah produk dan
bagaimana
cara
untuk
mengantisipasi
masalah
tersebut. Berikut ini adalah tabel 5W 1 H. Tabel 7.1 5W+1H Material (Permukaan yang DI Cat Tidak Merata)
Tabel 7.1 menjelaskan material permukaan cat tidak merata dimana,
dan
terdapat
mengapa
5W+1H
yaitu
mendeskripsikan
apa,
mengapa,
tentang
supaya
operator pengecatan lebih terampil dalam mejalankan pekerjaannya produk, ruang
sehingga
sedangkan pelatihan,
meningkatkan
dimana kapan
kualitas
mendeskripsikan mendeskripsikan
mutu
tentang tentang
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018
VII-130
pemberian jadwal kepada operator secara berkala tiap minggu. Siapa mendeskripsikan tentang kepala bagian dan
bagaimana
mendeskripsikan
tentang
operator
diberikan pelatihan secara berkala supaya meningkatkan keterampilan operator pengecatan. 7.2
Saran Saran penyusunan laporan akhir yaitu berisikan masukan
atau ide yang sifatnya membangun. Saran
ditujukan untuk
pengerjaan laporan akhir praktikum perancangan teknik industri 4 karena sangat membutuhkan ketelitian dalam perhitungan. Perhitungan pada praktikum perancangan teknik industri 4 memiliki keterkaitan antara satu dengan modul lainnya, sehingga perhitungan perlu diselesaikan dengan teliti agar tidak terjadi kekeliruan yang berkelanjutan. Perhatikan pembuatan tata letak, dalam hal ini bisa berupa produk apa yang akan dibuat dan berapa banyak. Perhatikan dalam penentuan luas lantai antar departemen, kantor, dan fasilitas sesuaikan dengan luas lahan pendirian perusahaan. Perhatikan sejumlah investasi yang akan di input, dan teliti dalam perhitungan untuk meminimalkan revisi perhitungan data.
Praktikum Perancangan Teknik Industri 4 PTA 2017/2018