Laporan Anther Sabili Fix Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Mattjik, 2005). Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan dapat dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Tidak heran jika impor bibit dalam bentuk flask sempat membanjiri nurserynursery di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, dan publik, salah satu penyebab lambatnya perkembangan teknologi ini adalah adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang sangat mahal untuk membangun sebuah laboratorium kultur jaringan, dan hanya cocok atau feasible untuk perusahaan (Winarto,2007). Kultur anther merupakan teknik yang telah dikembangkan pada beberapa tanaman untuk mendapatkan galur murni melalui produksi tanaman haploid ganda. Saat ini kultur anther merupakan salah satu dari teknik-teknik kultur jaringan dan merupakan teknik yang sangat menjanjikan untuk pemuliaan tanaman dan telah diaplikasikan secara meluas pada tanaman serealia dan beberapa tanaman lain. Teknik ini memberi peluang mendapatkan tanaman homozigot murni atau homozigot haploid ganda yang dapat digunakan sebagai tetua persilangan maupun tanaman donor untuk tujuan produksi benih dalam waktu yang lebih singkat (Zulkarnain,2009). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1.



Bagaimana cara pembuatan media Murrashige and Skoog (MS)?



2.



Bagaimana teknik isolasi dan inokulasi anther bunga terong ungu (Solanum malongena L.) pada media Murrashige and Skoog (MS)?



3.



Bagaimana pengaruh perbedaan kadar ZPT pada media Murrashige and Skoog (MS) terhadap kultur anther bunga terong ungu?



C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelian ini adalah sebagai berikut: 1.



Mengetahui cara pembuatan media Murrashige and Skoog (MS).



2.



Mengetahui teknik isolasi dan inokulasi anther bunga terong ungu (Solanum mengolena L.)pada media Murrashige and Skoog (MS).



3.



Mengetahui pengaruh perbedaan kadar ZPT pada media Murrashige and Skoog (MS) terhadap kultur anther bunga terong ungu



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Solanum melongena L. Tanaman terong ungu (Solanum melongena L.) adalah tanaman setahun berjenis perdu, pohon dengan percabangan rendah dan tingginya dapat mencapai 1 m diatas permukaan tanah. Menurut Samadi,2001 klasifikasi tanaman terong (Solanum melongena L.) sebagai berikut: Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum melongena L.



a) Morfologi tanaman terong ungu menurut Subhan dkk, 2005 sebagai berikut: a. Batang Batang terong ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi batang tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada jenis varietasnya. Permukaan batang, cabang, ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus, membentuk percabangan dikotom. b. Daun Bentuk daun terong terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai.



Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5 –8 cm. Lebar helaian daun 7 –9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 -20 cm. Bagun daun berupa belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh. c. Bunga Bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang sari dan Putik), bunga seperti ini sering dinamakan bunga sempurna, perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga. Mahkota bunga berjumlah 5 - 8 buah dan akan digugurkan sewaktu buah berkembang. Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun bintang. Benang sari berjumlah 5 – 6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak dalam satu lingkaran bunga yang letaknya menonjol di dasar bunga. b) Syarat tumbuh tanaman Terong (Solanum melongena L.) Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat keasamaan yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5,5 - 6,7, namun tanaman terung masih toleran terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu 5,0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5,0 akan menghambat pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi tanaman. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki ratarata temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur panen menjadi lebih pendek (Samadi, 2001). Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi. Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan bertopografi datar mempunyai umur panen yang lebih pendek dibandingkan dengan terung yang dibudidayakan di dataran tinggi.



B. Kultur Jaringan Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur jaringan adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat sama seperti induknya (Zulkarnain, 2009). Kultur jaringan (tissue culture) adalah suatu teknik mengisolasi bagian-bagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma, tepung sari, ovari dan sebagainya), ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri, akhirnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang mempunyai sifat sama seperti induknya dalam suatu lingkungan yang aseptik (bebas hama dan penyakit). Selanjutnya teknik ini juga disebut kultur in vitro (in vitro culture) yang artinya kultur di dalam wadah gelas. Dasar pengembangan kultur jaringan adalah totipotensi. Totipotensi merupakan potensi suatu sel untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Setiap sel akan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan utuh apabila ditempatkan pada kondisi yang sesuai (Kumar dkk, 2011). Darmono,2003 menyatakan pada proses dediferensiasi, sel yang dewasa mampu kembali mengalami peremajaan, sel-sel diinduksi untuk membelah secara intensif, dan mempunyai pertumbuhan dan potensi pembelahan yang tinggi. Proses dediferensiasi sel terjadi dari sel eksplan yang sudah terdiferensiasi, sehingga sel kembali muda (juvenile) dan dapat kembali bersifat meristematik dan determinan. Pembentukan kalus ini dapat teijadi jika sel-sel pada eksplan kompeten. Menurut (Nurtjahjaningsih, 2009) pada kultur in vitro, pada tahap pertama yang terjadi adalah sel pada jaringan eksplan harus memiliki sifat kompeten, dimana kompeten merupakan kemampuan dari sel atau jaringan untuk merespon sinyal dari zat pengatur tumbuh yang ditambahkan, sehingga sel atau jaringan dapat berkembang. Sel yang kompeten mampu memberikan tanggapan terhadap signal lingkungan atau hormonal yang ada pada media kultur. Tahapan kultur jaringan meliputi inisiasi, multiplikasi, perpanjangan dan induksi akar (pengakaran), dan aklimatisasi. Kegiatan inisiasi meliputi persiapan eksplan, sterilisasi eksplan hingga mendapatkan eksplan yang bebas dari mikroorganisme kontaminan. Multiplikasi merupakan tahap perbanyakan eksplan dengan subkultur



(pemindahan eksplan dalam media baru yang berisi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)) secara berulang-ulang untuk mempertahankan stok bahan tanaman (eksplan). Pengakaran merupakan



kegiatan



terakhir



sebelum



planlet



dipindahkan



ke



kondisi



luar



pemindahan/pengadaptasian planlet dari kondisi in vitro ke kondisi luar/lapangan (Kumar dkk, 2011). C. Manfaat Kultur Jaringan Menurut Darmono (2003) manfaat yang bisa didapatkan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut : a. Bibit dapat diperbanyak dalam jumlah besar dan relatif cepat. b. Bibit unggul, cepat berbuah serta tahan hama dan penyakit. c. Seragam atau sama dengan induknya, tetapi dapat juga menimbulkan keberagaman. d. Efisiensi tempat dan waktu. e. Tidak tergantung musim, dapat diperbanyak secara kontinyu. f. Untuk skala besar biaya lebih murah. g. Cocok untuk tanaman yang sulit beregenerasi. h. Menghasilkan tanaman bebas virus. i. Menghasilkan bahan bioaktif/metabolit sekunder tanpa menanam di luar atau di lapang. j. Kultur jaringan sesuai dengan program pemuliaan konvensional seperti penyelamatan embrio. k. Produksi bahan-bahan sekunder dapat melalui kultur sel, jaringan, danorgan, misalnya produksi papain dari pepaya. l. Proses tukar-menukar plasma nutfah menjadi lebih mudah. m. Plasma nutfah bisa disimpan dalam bentuk sel-sel yang kompeten dalam regenerasi. D. Syarat Kultur Jaringan Tanaman a. Adanya media kultur Penamaan media biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media berisi komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya berbeda dalam besar kadarnya



untuk setiap persenyawaan. Media kultur jaringan mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh dan bahan organik kompleks (Zulkarnain, 2009). Berbagai macam komposisi media yang dapat digunakan, tetapi yang paling banyak digunakan adalah media MS (Murashige Skoog) dengan berbagai modifikasi komposisi dan kombinasinya (Abbas, 2011). b. Eksplan Eksplan merupakan suatu bagian dari tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur (Nursyamsi, 2010). Untuk teknik kultur jaringan, semua bagian tanaman yang dapat diperoleh dan bebas mikroorganisme dapat dicoba sebagai eksplan, walaupun demikian tidak semua jaringan tanaman mudah ditumbuhkan. Tipe eksplan merupakan faktor yang penting dalam mengoptimalkan pelaksanaan kultur jaringan. Tipe eksplan seperti tunas pucuk, tunas ketiak (aksilar), akar, mata tunas, daun, embrio, dan bakal biji akan memberikan perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan eksplan (Jabeen dkk, 2005). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kandungan hormon pada masing-masing bagian eksplan (Kumar dkk, 2011). Varietas eksplan juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi regenerasi eksplan (Michel dkk,2008). Hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan eksplan untuk kultur adalah ukuran eksplan, umur fisiologinya, dan organ yang menjadi sumber bahan tanaman(Michel



dkk,2008).



Ukuran



eksplan



mempengaruhi keberhasilan



pertumbuhan planlet. Tunas dengan ukuran besar lebih tahan pada saat dipindahkan ke dalam kondisi kultur, pertumbuhannya lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak mata tunas aksilar. Adapun kelemahannya adalah sulit mendapatkan kultur yang aseptik dan memerlukan bahan tanaman yang lebih banyak. c. Unsur Hara yang dibutuhkan 1. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)



Zat pengatur tumbuh (ZPT) penting ditambahkan ke dalam medium untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. ZPT yang telah banyak digunakan untuk kultur jaringan adalah kelompok auksin, sitokinin dan giberelin. Sitokinin merupakan hormon yang berperan untuk pembelahan sel, dominasi apikal dan diferensiasi tunas. Pemberian sitokinin ke dalam medium menyebabkan pembelahan sel dan diferensiasi tunas adventif dari kalus menjadi organ. Jenis sitokinin yang banyak digunakan pada kultur jaringan adalah BAP, 2- ip dan kinetin (Kamal dkk, 2007). Auksin dapat membantu dalam perpanjangan batang, internode, tropism, apikal dorman, absisi dan perakaran. Dalam kultur jaringan auksin digunakan untuk pembelahan sel dan dideferensiasi akar. Jenis auksin yang banyak digunakan adalah IBA, NAA, NOA, 2,4,5-T, p- CPA dan 2,4-D(Kamal dkk, 2007). Giberelin terdiri dari banyak jenis (± 20) yang diketahui, tetapi



yang umum digunakan adalah GA3. Giberelin dilaporkan



menstimulasi pertumbuhan planlet secara normal. Faktor yang paling bervariasi dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman adalah ZPT seperti auksin dan sitokinin baik dari jenisnya maupun komposisi dan konsentrasinya (Naughmouchi dkk. 2008).



2. Senyawa Organik Senyawa organik merupakan sumber nitrogen yang pada umumnya tanaman yang dikultur secara in vitro mampu menyintesis vitamin meskipun jumlahnya tidak mencapai optimal. Penggunaan medium cair pada tempat kultur yang statis dalam kultur jaringan tanaman akan menyebabkan eksplan tenggelam dan mati karena kekurangan oksigen. Untuk menghindari hal-hal itu, media kultur jaringan perlu dipadatkan dengan menggunakan agar. Agar merupakan polisakarida yang diperoleh dari rumput laut, media yang padat dapat memudahkan dalam penanaman eksplan. Pemadataan



media



kultur



banyak digunakan karena dapat mempertahankan kultur agar tetap hidup. Meskipun demikian agar bukan merupakan bahan nutrisi media. Konsentrasi agar yang umum digunakan adalah 0,8-1,0% jika konsentrasi terlalu tinggi akan menyebabkan media terlalu padat dan nutrien tidak dapat berdifusi dengan eksplan (Abbas, 2011). 2. Senyawa Anorganik Senyawa anorganik sangat penting untuk kehidupan tanaman contohnya Mg adalah bagian dari klorofil, Ca adalah unsur pokok dari dinding sel, N adalah bagian yang penting dari asam amino, vitamin, protein dan asam nukleat. Fe, Zn dan Mo merupakan bagian dari enzim tertentu. Disamping C, H dan O terdapat 12 unsur yang esensial untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrogen, fosfor, sulfur, kalsium, potasium, magnesium, besi, mangan, tembaga, seng, boron dan molibdenum. Enam unsur dari yang pertama termasuk unsur makro dan yang lainnya adalah unsur mikro (Michel dkk,2008). d. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman Menurut …. kegunaan tiap-tiap unsur yang dibuuhkan tanaman tersebut adalah sebagai berikut: a) Unsur Nitrogen (N) Kegunaan Nitrogen bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, pembentukan hijau daun, dan pertumbuhan vegetatif tanaman sebab unsur N dapat membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik yang lain. b) Unsur Fosfor (P) Unsur



P



terutama



dibutuhkan



tanaman



untuk



pembentukan



karbohidrat. Maka, unsur P dibutuhkan secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, pembungaan, pemasakan buah dan biji. c) Unsur Kalium (K) Unsur K berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman, karena dapat menguatkan serabut-serabut akar sehingga daun, bunga, dan buah tidak



mudah gugur. Di samping itu, unsur K juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan. d) Unsur Sulfur (S) Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar, membantu pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan ketahanan tanaman terjamin. e) Unsur Kalsium (Ca) Unsur Ca terdapat pada batang dan daun tanaman yang berfungsi merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merasang pembentukan biji karena unsur Ca bersama Mg akan memproduksi cadangan makanan. f) Unsur Magnesium (Mg) Dengan menambahkan unsur Mg maka kandungan fosfat dalam tanaman meningkat. Kegunaan fosfat sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein, maka pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan terbentuk karbohidart, lemak serta minyak. g) Unsur Besi (Fe) Pemberian unsur Fe juga berfungsi sebagai penyangga yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman, pernafasan dan pembentukan hijau daun. h) Unsur Sukrosa Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2%-5% merupakan sumber karbon. Penggunaaan sukrosa di atas kadar 3% menyebabkan terjadinya penebalan dinding sel. Pengaruh rangsangan dari gula terhadap pertumbuhan ditentukan juga oleh cara sterilisasinya. Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi dapat memberikan pengaruh baik atau buruk terhadap pertumbuhan, tergantung dari gula yang digunakan dalam medium tersebut. i) Unsur Glukosa dan Fruktosa



Glukosa dan Fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat merangsang pertumbuhan beberapa jaringan. Peemilihan gula dan konsentrasi yang akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan di kulturkan dan tujuan yang ingin dicapai. j) Unsur Mio-inositol Penambahan mio-inositol pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila mio-inositol diberikan bersama dengan auksin, kinetin dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus. k) Unsur Vitamin Vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan antara lain Tiamin, Piridoksin, dan asam nikotonat. Fungsi tiamin adalah untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim daalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi. Asam nikotinat penting dalam reaksi-reaksi enzimatik, sebagai prekursor dari beberapa alkaloid. Pemberian vitamin C bertujuan untuk mencegah terjadinya pencoklatan pada permukaan irisan jaringan. Vitamin yang sering ditambahkan dalam medium kultur jaringan adalah niasin, glisin, piridoksin HCl, tiamin HCl, mio-inositol, asam folat, sianokobalamin, riboflavin, iotin, kolin klorida, kalsium pentetonat, piridoksin fosfat, nikotinamida. l) Unsur Asam-asam Amino Asam amino berperan penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi kalus. Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda. Asparagin dan glutamin berperan dalam metabolisme asam amino, karena dapat menjadi pembawa dan sumber amonia untuk sintesis asam-asam amino baru dalam jaringan.



e. Kondisi tanaman induk



Tanaman induk yang sehat akan menghasilkan klon (hasil perbanyakan mikropropagasi) yang sehat. Oleh karena itu perlu diketahui kondisi tanaman induk sebelum mengambil jaringannya untuk kultur jaringan. f. Tempat tumbuh tanaman Tanaman yang berada di dalam greenhouse akan menghasilkan cabang yang lebih panjang daripada tanaman yang berada di tempat terbuka karena kemungkinan terjadinya etiolasi. Etiolasi terjadi karena cahaya yang diterima tanaman di dalam greenhouse lebih terbatas dibandingkan dengan tanaman di tempat terbuka. Pada tanaman tertentu, panjang hari dan suhu juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ-organ tertentu sehingga cahaya yang terbatas dan suhu di dalam greenhouse yang berbeda dengan di luar akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. E. Faktor lingkungan yang mempengaruhi media tanam Menurut Tina, 2005Faktor yang dapat mempengaruhi media tanam adalah sebagai berikut: a. Kelembaban Kelembaban relatif (RH) lingkungan biasanya mendekati 100%. RH sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. b. Keasaman (pH) Keasaman (pH) adalah suatu larutan menyatakan kadar dari ion H dalam larutan. Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif sempit dengan titik optimal antara pH 5-6. c. Temperatur Temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimal umumnya adalah berkisar di antara 20°-30°C. Sedangkan temperatur optimum untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitar 25°C. Faktor lingkungan, di samping faktor media tanam yang cocok, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi d. Cahaya Intensitas cahaya rendah dapat meningkatkan embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari



kalus tembakau pada intensitas yang rendah. Pada intensitas tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat gelap. e. ZPT Menurut Umami (2012), salah satu faktor yang dapat berpengaruh adalah ZPT. ZPT merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit yang dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan. Auksin dan sitokinin merupakan ZPT yang sering dipakai dalam kultur jaringan untuk inisiasi kalus F. Kultur Anther Kultur anther adalah metode untuk mendapatkan tanaman haploid atau tanaman homozygote dapat dilakukan dengan cara in vitro yaitu dengan menggunakan serbuk sari (pollen) atau kepala sari (anther). Haploid dapat dipakai untuk mempelajari atau mendeteksi interaksi gen, estimasi variasi genetic, deteksi linkage, dan lain-lain (Tina, 2015). Kultur anther menghasilkan tanaman haploid melalui induksi embryogenesis dari pembelahan berulang mikrospora/polen tanaman donor antera yang berasal dari persilangan tetua yang memiliki karakter yang diinginkan (Herawati,2008). Saat ini kultur anther merupakan salah satu dari teknik-teknik kultur jaringan dan merupakan teknik yang sangat menjanjikan untuk pemuliaan tanaman dan telah diaplikasikan secara meluas pada tanaman serealia dan beberapa tanaman lain. Menurut Amrullah (2014), keuntungan yang didapat melalui kultur anther diantaranya : 1. Tanaman haploid sangat penting bagi pemulia tanaman, yaitu untuk memperpendek masa pemuliaan tanaman. 2. Karena hanya ada 1 set kromosom, maka mudah digunakan untuk mengidentifikasi mutasi resesif. 3. Dapat menghasilkan homozygote double haploid (diploid) atau poliploid dengan diberi colchicin untuk inbreeding dengan hasil hibrida unggul (super).



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Rangkaian penelitian kultur jaringan tanaman dilakukan pada 15 September 201 di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung C9 FMIPA Unesa. B. Variabel Penelitian Variabel Kontrol



: jenis dan ukuran anther bunga batavia (Jatropha



integerrima) Variabel Manipulasi



: kadar zat pengatur tumbuh (ZPT) pada media MS



Variabel Respon



: kecepatan pertumbuhan anther bunga terong ungu.



C. Definisi Operasional Variabel Variabel manipulasi adalah variabel yang didesign berbeda sehingga



akan



mempengaruhi hasil dari pengamatan yang dilakukan yaitu diantaranya adalah Kadar zat pengatur tumbuh (ZPT) pada media Murashige dan Skoog (MS) adalah kadar pemberian ZPT (NAA:2,4-D:BAP) pada media Murashige dan Skoog dengan rincian perlakuan A (1 ppm: 2 ppm: 3 ppm), B (3 ppm: 2 ppm: 1 ppm), dan C (2 ppm: 2 ppm: 2 ppm). Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat sama, pada praktikum kali ini jenis bunga terong ungu (Solanum mengolena L.) adalah bunga yang diambil dari satu tumbuhan dengan waktu pemetikan bunga secara bersamaan. Ukuran anther bunga terong ungu (Solanum mengolena L.) adalah satu anther bunga terong ungu (Solanum mengolena L.) yang di potong kedua ujung nya dengan ukuran yang hampir sama. Variabel respon merupakan hasil dari perlakuan variabel kontrol dan manipulasi., yaitu diantaranya, Kecepatan pertumbuhan anther bunga kupu-kupu adalah perbedaan pertumbuhan anther bunga terong ungu (Solanum mengolena L.) pada perbedaan kadar ZPT media Merashige dan Skoog selama 14 hari.



D. Metode a) Alat untuk pembuatan media sederhana 



Botol kultur



75 buah (3 buah per orang)







Timbangan digital



1 buah







Autoklaf







Gelas ukur







Beaker glass 1000 ml



5 buah







Pengaduk



2 buah







pH meter



1 buah







Magnetic stirer



2 buah



1 buah 1 buah



b) Alat pembuatan stok hormon 



Timbangan digital



1 buah







Beaker glass



3 buah







Pipet tetes



1 buah







Botol kaca



3 buah







Lemari es



1 buah







Magnetic stirrer



1 buah



c) Alat proses inokulasi anther bunga terong ungu 



Laminar Air Flow (LAF)



1 buah







Botol selai



1 buah







Cawan petri steril



2 buah







Pinset



1 buah







Gagang scalpel + mata pisau



1 buah







Wadah pembuangan



2 buah



1. Bahan a) Bahan untuk pembuatan media sederhana 



Akuades



1000 ml







Gula sukrosa



20 gram







Mio-inisatol



100 mg







Thiamin-HCl



0,1 mg







Piridoksin-HCl



0,5 mg







Glisin



2 mg







Asam nikotinat



0,5 mg







Stok A, B, dan G



masing-masing 20 ml







Stok C, D, dan F



masing-masing 5 ml







HCl 1 M



secukupnya







KOH 1 M



secukupnya







NAA



secukupnya







BAP



secukupnya







2,4 D



secukupnya







Agar-agar sachet



3 bungkus







Spet 10 ml



6 bungkus







Kertas label



secukupnya







Alumunium foil



2 gulung



b) Bahan untuk pembuatan stok hara medium MS 



Akuades







Stok hara medium MS



900 ml



 NH4NO3



82,5 g/l



 KNO3



95,0 g/l



 CaCl2.2H2O



88,0 g/l



 KH2PO4



34,0 g/l



 MnSO4.2H2O



3,38 g/l



 MgSO4.7H2O



74,0 g/l



 CuSO4.5H2O



0,005 g/l



 ZnSO4.7H2O



1,725 g/l



 a2EDTA.2H2O  FeSO4.7H2O



1,865 g/l 1,390 g/l



c) Bahan untuk pembuatan stok hormon 



NAA



0,19 gram







Akuades



200 ml







NaOH 1M



secukupnya







BAP



0,22 gram







HCl 1 M



secukupnya



d) Bahan untuk inokulasi kultur anther tanaman lili











Bunga terong yang masih kuncup



3 buah







Fungisida



secukupnya







Air



secukupnya







Alkohol 96% dalam botol selai kecil



secukupnya







Alkohol 70% dalam botol spray



secukupnya







Kertas saring



2 potong







Alumunium foil



secukupnya







Akuades steril



2 botol







Tisu



secukupnya







Alkohol 70%



secukupnya







Bayclin 5%



secukupnya



Bayclin 10%



secukupnya



Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ZPT



Perlakuan A



B



C



NAA



1 ppm



3 ppm



3 ppm



BAP



4 ppm



2 ppm



1 ppm



2,4 D



3 ppm



1 ppm



2 ppm



Keterangan: 1 ppm = 0,5 mL 2 ppm = 1,0 mL 3 ppm = 1,5 mL 4 ppm = 2,0 mL



1. Prosedur 1) Cara Pembuatan Stok Hara Medium MS a. Pembuatan Stok Larutan Hara Makro (Stok A, B, C, D) 1)



Stok A dan B dibuat dalam 100 mL dibuat dengan cara menimbang dan melarutkan haramakro dalam 50 mL aquades



2)



Ditambah kan aquades hingga volumenya 100 mL, kemudian dituang kedalam botol plastic dan disimpan dalam lemaries



3)



Stok C dan D dibuat dalam 50 mL di buat dengan cara menimbang dan melarut kan hara makro dalam 25 mL aquades



4)



Ditambah kan aquades hingga volumenya 50 mL, kemudian dituang ke dalam botol plastic dan disimpan dalam lemaries



b. Pembuatan Larutan Stok Hara Mikro (Stok E dan F) 5)



Stok E dan F dibuat dalam 25 mL, dibuat dengan cara menimbang dan melarutkan hara mikro dalam 12,5 mL aquades



6)



Ditambah kan aquades hingga volumenya 25 mL, kemudian dituang ke dalam botol plastic dan disimpan dalam lemaries



c. Pembuatan Stok Zat Besi (Stok G) 7)



Stok G di buat dalam 50 mL di buat dengan cara menimbang dan melarut kanion besi kedalam 25 mL aquades



8)



Ditambah kan aquades hingga volumenya 50 mL, kemudian dituang kedalam botol plastic 330 mL dan disimpan dalam lemari es



1. Cara Pembuatan Medium MS a. Aquades dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL sebanyak 500 mL kemudian ditambahkan gula sukrosa sebanyak 20 g sambil di aduk sampai semua larut b. Ditambahkan Mio-inositol sebanyak 100 mg, thiamin-HCl sebanyak 0.1 mg, piridoksin-HCl sebanyak 0.5 mg, glisin sebanyak 2 mg, dan asam nikotinat sebanyak 0.5 mg. c. Dimasukkan stok A, B, dan G masing-masing sebanyak 20 mL, kemudian ditambahkan stok C, D, E, dan F masing-masing sebanyak 5 mL. d. Ditambahkan aquades hingga volume nya mencapai 900 mL.



e. pH diukur berkisar 5.8 dengan menggunakan



pH meter. Jika terlalu basa,



ditambahkan HCl 1 M. Jika terlalu asam, ditambahkan KOH 1 M. f. Ditambahkan aquades ke dalam larutan hingga volume nya mencapai 1000 mL. g. Dituangkan larutan kedalam panci, kemudian ditambahkan agar batangan (8 g/L). h. Media kemudian dipanas kan dengan kompor gas sambal diaduk hingga agar-agar larut dan homogen. i. Setelah larut, media dituang kan kedalam beaker glass 1000 mL, lalu ditambahkan NAA dan BAP serta 2,4 D ke dalam media sesuai konsentrasi. j. Media dimasukkan kedalam botol kultur yang telah disterilisasi, dengan volume tiap botol 15 mL dan diberi label nama. k. Botol kultur ditutup dengan aluminium foil, kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada tekanan 1,5 kg/cm2dan suhu 121oC selama ±15 menit. l. Botol kultur dikeluarkan dari autoklaf dan di inkubas iselama 3 hari, jika tidak terjadi kontaminasi, media siap digunakan. 2) Kultur anther 1. Persiapkan alat dan bahan untuk sterilisasi anther bunga terong ungu laminar air flow 2. “Pre-Treatment” dilakukan pada bunga terong ungu. 3. Sterilkan bunga dadap merah yang masih kuncup dengan merendam secara berurutan di alcohol 70% selama 2 menit, kemudian melanjutkan dengan bayclin/kunclin 20% selama 20 menit. Sesudah itu mencuci dengan menggunakan aquades steril sebanyak 3-5 kali 4. Setelah dibilas, pindahkan kuncup bunga dadap merah dalam cawan petri yang dilapisi kertas saring steril 5. Untuk memudahkan proses isolasi atau penanaman anther dadap merah dalam media, potong kurang lebih 1/3 anther dadap merah dengan jepit bagian ujung anther bunga. Lakukan pemotongan anther di permukaan media kultur, kemudian ketuk jepitan di biji cangkir sehingga anther jatuh ke permukaan media 6. Satu media kultur bisa berisi 2-3 kepala anther 7. Tutup botol kultur dengan menggunakan alumunium foil dan sterilkan 8. Inkubasi botol kultur anther pada ruangan kultur di keadaan gelap.



9. Lakukan pengamatan pada kultur anther setiap hari dan catat hasilnya pada tabel hasil pengamatan



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Pembuatan Media MS a. Hasil Pada praktikum pembuatan media Murashige dan Skoog (MS), dihasilkan sebanyak 69 media yang baik (tidak mengalami kontaminan) dimana pada setiap perlakuan menggunakan media sebanyak 1 media dan total media yang diberi perlakuan sebanyak 3 media. Perlakuan yang diberikan pada media yaitu diantaranya sebagai berikut: 1. Media A berisi ZPT berupa NAA sebanyak 1ppm, BAP sebanyak 2ppm, dan 2,4D sebanyak 3ppm. 2. Media B berisi ZPT berupa NAA sebanyak 3ppm, BAP sebanyak 2ppm, dan 2,4D sebanyak 1ppm. 3. Media C berisi ZPT berupa NAA sebanyak 3ppm, BAP sebanyak 1ppm, dan 2,4D sebanyak 2ppm. Pembuatan media ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan media MS dengan penambahan konsentrasi ZPT yang berbeda-beda. b. Pembahasan Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh media kultur jaringan yang merupakan tempat tumbuh bagi eksplan. Media tersebut harus mengandung semua zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media dasar MS (Murashige dan Skoog) yang merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan dalam kultur jaringan. Saat ini sudah banyak penelitian dengan menggunakan media MS yang dimodifikasi. Modifikasi media dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan hara yang tepat bagi eksplan untuk tumbuh dan berkembang pada media kultur jaringan dan terbebas dari kontaminasi. Menurut Umami (2012), salah satu faktor yang berpengaruh adalah ZPT. ZPT merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit yang dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan.



Auksin dan sitokinin merupakan ZPT yang sering dipakai dalam kultur jaringan untuk inisiasi kalus. Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) merupakan auksin sintetik yang sangat efektif untuk induksi pertumbuhan kalus dan untuk memproduksi metabolit sekunder (Herawati,2008), sedangkan Benzyl Adenin (BA) merupakan sitokinin sintetik yang sering dikombinasikan dengan auksin. Kombinasi ZPT yang ditambahkan ke dalam media tanam merupakan faktor utama penentu keberhasilan kultur in vitro. ZPT yang digunakan pada media diantaranya adalah: 1. Sitokinin merupakan hormon yang berperan untuk pembelahan sel, dominasi apikal dan diferensiasi tunas. Pemberian sitokinin ke dalam medium menyebabkan pembelahan sel dan diferensiasi tunas adventif dari kalus menjadi organ. Jenis sitokinin yang banyak digunakan pada kultur jaringan adalah BAP, 2- ip dan kinetin (Kamal dkk, 2007). 2. Auksin dapat membantu dalam perpanjangan batang, internode, tropism, apikal dorman, absisi dan perakaran. Dalam kultur jaringan auksin digunakan untuk pembelahan sel dan dideferensiasi akar. Jenis auksin yang banyak digunakan adalah IBA, NAA, NOA, 2,4,5-T, pCPA dan 2,4-D(Kamal dkk, 2007). 3. Giberelin terdiri dari banyak jenis (± 20) yang diketahui, tetapi yang umum digunakan adalah GA3. Giberelin dilaporkan menstimulasi pertumbuhan planlet secara normal. Faktor yang paling bervariasi dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman adalah ZPT seperti auksin dan sitokinin baik dari jenisnya maupun komposisi dan konsentrasinya (Naughmouchi dkk. 2008). Selain ZPT yang diperlukan tanaman yang terdapat pada media adalah agar dan glukosa. Agar merupakan polisakarida yang diperoleh dari rumput laut, media yang padat dapat memudahkan dalam penanaman eksplan. Pemadataan media kultur banyak digunakan karena dapat mempertahankan kultur agar tetap hidup. Agar dibutuhan untuk memadatkan media, supaya eksplan tidak



tenggelam saat proses pengkulturan yang dapat menyebabkan eksplan kekurangan oksigen hingga akhirnya eksplan mati. Meskipun demikian agar bukan merupakan bahan nutrisi media. Konsentrasi agar yang umum digunakan adalah 0,8-1,0% jika konsentrasi terlalu tinggi akan menyebabkan media terlalu padat dan nutrien tidak dapat berdifusi dengan eksplan (Abbas, 2011). Sedangkan glukosa sangat dibutuhkan oleh tanaman karena glukosa dapat merangsang pertumbuhan beberapa jaringan. Pemilihan gula dan konsentrasi yang akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan di kulturkan dan tujuan yang ingin dicapai.



B. Hasil dan Pembahasan Kultur Anther (Solanum melongena L.) Tabel 1.Hasil pengamatan inokulasi kultur anther Solanum mengolena L. pada media MS No.



1



2



3



ZPT



A



B



C



Tanggal Inokulasi



03,Okt,18



03,Okt,18



03,Okt,18



Tanggal Pengamatan 4/10/18



5/10/18



6/10/18



7/10/18



8/10/18



9/10/18



10/10/18



11/10/18



12/10/18



13/10/18



14/10/18



15/10/18



16/10/18



17/10/18



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



K



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



K



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



K



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



Keterangan : (-) : belum tumbuh



(K) : Tumbuh Kalus



(A) : Tumbuh Akar



(X): Kontaminasi



(T) : Tumbuh Tunas



(B) : Membesar



a. Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum diatas, dketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode kultur jaringan anther bunga terong ungu menggunakan media MS (Murashige dan Skoog) dimana tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara mengisolasi dan inokulasi anther bunga terong pada media MS tersebut. Kultur anther adalah metode untuk mendapatkan tanaman haploid atau tanaman homozygote dapat dilakukan dengan cara in vitro yaitu dengan menggunakan serbuk sari (pollen) atau kepala sari (anther). Haploid dapat dipakai untuk mempelajari atau mendeteksi interaksi gen, estimasi variasi genetic, deteksi linkage, dan lain-lain (Tina, 2015). Kultur anther menghasilkan tanaman haploid melalui induksi embryogenesis dari pembelahan berulang mikrospora/polen tanaman donor antera yang berasal dari persilangan tetua yang memiliki karakter yang diinginkan (Herawati,2008). Pada praktikum ini, anther yang digunakan adalah bunga terong ungu (Solanum mengolena L.) dimana di Indonesia seiring dengan pertambahan jumlah penduduk nya tentu berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan, termasuk kebutuhan vitamin dan mineral. Sayuran diketahui merupakan sumber utama vitamin dan mineral. Terong merupakan sayur yang umum dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia, selain berbagai kelompok sawi, kacang panjang, timun, tomat, dan cabai (Suharyon et al., 2010; Dasipah et al ., 2010) Kultur anther Menurut Amrullah (2014), keuntungan yang didapat melalui kultur anther diantaranya : 1. Tanaman haploid sangat penting bagi pemulia tanaman, yaitu untuk memperpendek masa pemuliaan tanaman. 2. Karena hanya ada 1 set kromosom, maka mudah digunakan untuk mengidentifikasi mutasi resesif. 3. Dapat menghasilkan homozygote double haploid (diploid) atau poliploid dengan diberi colchicin untuk inbreeding dengan hasil hibrida unggul (super). Anther yang digunakan adalah anther terong ungu yang diambil dari bunga yang masih kuncup, dimana pada saat kuncup, anther masi terselubung mahkota bunga sehingga tingkat steriltas nya tinggi. Pemilihan eksplan yang masih juvenile lebih baik



dari pada yang sudah dewasa karena yang masih muda (juvenil), terutama jaringan bunga yang masih kuncup memiliki daya regenerasi yang lebih tinggi daripada tanaman dewasa. Jaringan muda mempunyai kemampuan morfogenetik yang lebih besar daripada jaringan yang tua (Ajijah,2016). Selain itu, ukuran eksplan dari meristem sangat penting, karena ukuran meristem akan menentukan kemampuannya untuk bertahan dalam media hara. Selain itu, pengambilan ukuran juga bertujuan untuk menghilangkan penyakit sistemik seperti virus (Karjadi, 2016). Teknik pemotongan anther dilakukan setelah anther di sterilisasi, dipotong secara melintang dikedua ujungnya kemudian dikultur kedalam media MS (Custers,2001). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur anther (Chu, 1982; Hu dan Zeng, 1984; Dixon, 1985 dalam Fauziyah, 2011; Zulkarnain, 2005) diantaranya: 1. Tingkat kematangan pollen 2. Perlakuan fisisk sebelum inokulasi 3. Perlauan kimia sebelum inokulasi 4. Media tumbuh 5. Genotip tanaman donor 6. Kondisi tanaman donor 7. Lingkungan inkubasi 8. Cahaya Mekanisme pertumbuhan anther dalam media MS sama halnya dengan eksplan pada umumnya. Inisiasi akar sering kali terjadi setelah eksplan anther membentuk tunas. Hal ini disebabkan perkembangan tunas dapat mengubah kadar hormon endogen dalam tanaman pada organ yang dilukai biasanya akan terbentuk kalus sebagai respon pertama untuk menutupi luka, pembentukan kalus ini dipacu oleh keberadaan auksin yaitu NAA dan 2,4 D serta sitokinin yaitu BAP pada jaringan tersebut (Mustakim, et.al., 2015). Pada perlakuan A dengan perbandingan NAA, BAP dan 2,4 D yaitu 1:4:3 sitokinin yang lebih dominan. Pada media A, tidak ada anther bunga terong yang mengalami pertumbuhan, baik kalus, akar maupun tunas. Hal ini dkarenakan Sitokinin merupakan hormon yang berperan untuk pembelahan sel, dominasi apikal dan



diferensiasi tunas. Pemberian sitokinin ke dalam medium menyebabkan pembelahan sel dan diferensiasi tunas adventif dari kalus menjadi organ (Kamal skk, 2007). Selain itu, eksplan mengalami dorman dengan menghentikan metabolismenya dan menyesuaikan adaptasinya dengan media pertumbuhan yang baru. Dugaan lain kemungkinan adanya kesalahan dalam teknik isolasi dan inokulasi bunga dadap merah dengan perendaman larutan yang terlalu lama. Semakin singkat perendaman dengan alkohol menyebabkan planlet mudah terkontaminasi sehingga menghambat perpanjangan tunas sedangkan semakin lama perendaman dengan kloroks dan alkohol akan menyebabkan kematian pada eksplan (Ahmed, 2012).



Pada perlakuan B dengan perbandingan NAA, BAP dan 2,4 D yaitu 3:2:1 dimana konsentrasi auksin lebih tinggi dibandingkan sitokinin dan menumbuhkan 2 anther bunga terong dalam media menjadi kalus. Sama halnya pada perlakuan C dengan perbandingan NAA, BAP dan 2,4 D yaitu 3:1:2 dimana konsentrasi auksin sangat tinggi dibandingkan sitokinin dan menumbuhkan 1 anther di dalam media. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auksin dapat membantu dalam perpanjangan batang, internode, tropism, apikal dorman, absisi dan perakaran. Dalam kultur jaringan auksin digunakan untuk pembelahan sel dan dideferensiasi akar (Herawati,2008). Proses inkubasi dilakukan dalam kondisi gelap tanpa adanya cahaya yang mengenai inokulan. Hal ini dikarenakan adanya penambahan hormon auksin pada media dengan konsentrasi lebih tinggi dapat bekerja dengan baik apabila intensitas cahaya yang rendah (Kamal dkk,2007).



BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa 1. Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh media kultur jaringan yang merupakan tempat tumbuh bagi eksplan. Media tersebut harus mengandung semua zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media dasar MS (Murashige dan Skoog) mengandung unsur hara maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga media MS merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan dalam kultur jaringan. 2. Kultur anther adalah metode untuk mendapatkan tanaman haploid atau tanaman homozygote dapat dilakukan dengan cara in vitro yaitu dengan menggunakan serbuk sari (pollen) atau kepala sari (anther). Haploid dapat dipakai untuk mempelajari atau mendeteksi interaksi gen, estimasi variasi genetic, deteksi linkage, dan lain-lain. Kultur anther menghasilkan tanaman haploid melalui induksi embryogenesis dari pembelahan berulang mikrospora/polen tanaman donor antera yang berasal dari persilangan tetua yang memiliki karakter yang diinginkan. Hal hal yang mempengaruhi keberhasilan kultur adalah ukuran anther yang ditnaman,ZPT yang mendukung pertumbuhan anther, unsur-unsur hara dan mikro yang tersedia, dan kondisi lingkungan yang sesuai dengan anther. B. Saran Dalam melakukan metode kultur jaringan secara in vitro dapat dilakukan dengan cara yang aseptik dan steril. Tempat untuk inokulasi dan menginkubasi hasil kultur diupayakan dalam kondisi aseptik dengan tidak membiarkan orang-orang keluar masuk ruang laboratorium yang dapat meningkatkan sumber kontaminasi. Gunakan anther bunga yang masi kuncup dan tdak terlalu lama dalam merendaam anther pada fungisida.



DAFTAR PUSTAKA Abbas, B. 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Alfabeta.Bandung. Ahmed, A. B. A., Rao, A. S., Rao, M. V., & Taha, R. M. (2011). Effect of picloram, additives and plant growth regulators on somatic embryogenesis of Phyla nodiflora (L.) Greene. Brazilian Archives of Biology and Technology, 54(1), 7–13 Ajijah, N., Rubiyo, & Sudarsono. (2014). Pembentukan kalus dan embrio somatik kakao menggunakan thidiazuron melalui satu tahap induksi kalus. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 20(4), 179–186. Darmono, D. W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya. Dasipah E, H Budiyono, M Julaeni. 2010. Analisis perilaku konsumen dalam pembelian produk sayuran di pasar modern kota bekasi. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 1(2), 24-37 Herawati, R., Purwoko, B,S., Khumaida, N., Dewi, I.S. 2008. Pembentukan Galur Haploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-Sifat Tipe Baru melalui Kultur Antera. Bul. Agron. (36) (3) 181 – 187 (2008) Jabeen N, Chaudhry Z, Rashid H, Mirza B. 2005. Effect of genotype and explantstype on in vitro shoot regeneration of tomato (Lycopersicon esculentumMill). Pak J bot 37(4):899−903. Kamal GB, Lllich KG, Asadollah A. 2007. Effect of genotype, explant type, and nutrient medium components on canola (Brassica napus L) shoot in vitroorganogenesis. Africal Journal of Biotechnology6(7):861−867. Kumar N, Reddy MP. 2011. In vitro plant propagation: a review. Journal ofForest Science 27(2):61−72. Karjadi, Asih K. 2016. Kultur Jaringan dan Mikropropagasi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L). Artikel Ilmiah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Michel Z, Hilaire KT, Mongomake K, Georges AN, Justin KY. 2008. Effect ofgenotype, explants, growth regulators, and sugar on callus inductionincotton (Gossypium hirsutum L.). Australian Journal of Crop Science.2(1):1−9.



Naghmouchi S, Khouja ML, Rejeb MN, Boussaid M. 2008. Effect of growth regulators and explant origin on in vitro propagation of Ceratonia siliqua L.via cuttings. Biotechnol Agron Soc Environ 12(3):251−258. Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan sebagai Alternatif Perbanyakan Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Prosiding Ekspose 2010. Balai Penelitian Kehutanan Makassar Nurtjahjaningsih. 2009. Pengaruh media dasar dan zat pengatur tumbuh BAP pada perbanyakan mikro Pinus merkusii. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 3 (3):103-116. Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. Subhan, N, Nurtika dan W. Setiawati. 2005. Peningkatan Efisiensi Pemupukan NPK dengan memanfaatkan Bahan Organik Terhadap Hasil Tomat. Jurnal Hortikultura. 15(2): 91-96. Tina, L. 2015. Penuntun Praktikum Bioteknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.Medan. Winarto, B dan F. Rachmawati. 2007. Teknik Kultur Anther Pada Pemuliaan Anthurium. J. Hort. 17(2): 127-137. Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta