Laporan Askep Somatoform Body Image Blok 3.4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN “GANGGUAN SOMATOFORM DAN BODY IMAGE”



KELOMPOK 5 Eria Riski Artanti



15819



Tiara Sas Dhewanti



15822



Saffanah Khoirun Nisa



15863



Ayu Dwi Silvia Putri



15877



Ririn Setia R



15879



Wahyu Haryanti



15781



Lilin Krisnani



15782



Mahmasoni Masdar



15883



Ninggarwati



15884



Suci Setyaningtyas



15887



Dwi Wahyu Setiyarini



15888



Wisnu Wijaya



15890



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2016 1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang berjudul “GANGGUAN SOMATOFORM DAN BODY IMAGE” ini tepat pada waktunya. Dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas ini, kami mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ibrahim R, S.Kp., S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing 2. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas analisis jurnal ini. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya kami selanjutnya.



Penulis



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar....................................................................................................... Daftar Isi................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1.4 Manfaat...................................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara........................................................................................ 2.2 Mastektomi................................................................................................ 2.3 Indikasi Tindakan Mastektomi.................................................................. 2.4 Gambaran Diri........................................................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus......................................................................................................... 3.2 Pengkajian................................................................................................. 3.3 Asuhan Keperawatan................................................................................. 3.4 Analisa Jurnal............................................................................................ BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN Implikasi Keperawatan................................................................................... BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan................................................................................................ 5.2 Saran.......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB I



3



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit yang sering ditemukan pada wanita. Kanker payudara adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan payudara (Noviyanti FA& Purnami SW, 2012). Berdasarkan riset kesehatan dasar RI pada tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia sebesar 0,5% atau diperkirakan sebanyak 61.682 penderita. Selain itu, menurut GLOBOCAN (IARC) kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan presentase kasus baru yang tertinggi, yaitu sebesar 43,3% (Kemenkes, 2015). Dalam penatalaksanaan kanker payudara, dapat dilakukan beberapa treatment. Pada awal treatment biasanya diawali dengan terapi adjuvant yang mungkin kombinasi dari kemoterapi, terapi radiasi dan treatmen hormonal (Przezdzieck et al, 2012). Kanker payudara juga dapat dihilangkan dengan menggunakan operasi (National cencer institute, 2012). Operasi payudara dapat dilakukan sebagian atau seluruh jaringan yang dihilangkan pada satu atau dua payudara. Salah satu contoh operasi payudara adalah mastectomy (Przezdzieck et al, 2012).. Mastectomy adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara. Operasi mastectomy mempunyai beberapa dampak terhadap pasien kanker payudara. Dampak tersebut adalah survivor kanker mengalami gangguan psikologi distress yang berkepanjangan karena adanya perubahan pada penampilan fisik dan gambaran diri (Body image). Hal ini dikarenakan, kehilagan payudara berhubungan dengan identitas wanita, seksualitas, dan sense of self (Przezdzieck et al, 2012). Body image adalah gambaran mental terhadap tubuhnya. Sebanyak 33% pasien kanker payudara melaporkan masalah gangguan body image pada bulan awal setelah didiagnosis, hal ini lama kelamaan akan mengganggu kualitas hidup pasien. (Chen CL et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Montebarruci dalam Chen et al, 2012 menunjukan bahwa wanita yang menjalankan operasi mastectomy mempunyai tingkat kecemasan dan ketidakpuasaan yang tinggi terhadap body image. Sebagai bagian dari petugas kesehatan, perawat diharapkan mampu untuk mengenal gejala dari body image disorder. Sehingga perawat dapat menentukan dan merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk menghindari efek jangka panjang yang ditimbulkan dari body image disorder. 1.2 Rumusan Masalah 4



1. Bagaimana tanda dan gejala dari body image disorder? 2. Bagaimana efek jangka panjang yang ditimbulkan dari body image disorder? 3. Bagaimana asuhan keperawatan (diagnosis, intervensi, dan outcome) pada pasien dengan body image disorder? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari body image disorder. 2. Untuk mengetahui efek jangka panjang yang ditimbulkan dari body image disorder. 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan (diagnosis, intervensi, dan outcome) pada pasien dengan body image disorder. 1.4 Manfaat Dari hasil laporan jurnal dan asuhan keperawatan ini, manfaat yang dapat diambil yaitu: 1. Bagi mahasiswa keperawatan Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang body image disorder, termasuk gejala, efek jangka panjang dan asuhan keperawatan dari gangguan ini. 2. Bagi perawat Sebagai bahan masukan bagi perawat mengenai treatment yang tepat untuk pasien post operasi mastektomi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



5



2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Pengertian Kanker payudara adalah tumor ganas yang terdapat di sel-sel payudara, yang dapat tumbuh menjadi jaringan atau menyebar ke area tubuh yang lain. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi dapat terjadi juga pada pria (American Cancer Society, 2016). 2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM American Joint Committee on Cancer (2002) adalah sebagai berikut :



Gambar 2.1 Stadium TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC 2002 (dikutip dari PERABOI, 2010)



6



Gambar 2.2 Stadium TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC 2010 (dikutip dari Kemenkes, 2015)



2.1.3 Screening (Penapisan Kanker Payudara) Skrining pada kanker payudara merupakan prioritas kedua dari program penanggulangan kanker dari WHO yaitu deteksi dini kanker. Metode yang digunakan dalam skrining yaitu : -



Mamografi dan ultrasonografi Mamografi dilakukan secara periodik dengan interval tertentu dan USG melengkapi pemeriksaan mamografi karena USG memberikan hasil yang lebih akurat.



-



MRI (Magnetic Resonance Imaging) 7



MRI digunakan terutama untuk wanita dnegan familial cancer -



SADARI (periksa payudara sendiri) dan pemeriksaan fisik oleh dokter Prosedur tersebut merupakan suatu usaha untuk mendeteksi payudara pada stadium yang lebih awal, terutama digunakan pada tempat dimana skrining masal untuk payudara belum tersedia. SADARI direkomendasikan untuk dilakukan setiap bulan, tujuh hari setelah menstruasi bersih (PERABOI, 2010).



2.1.4 Terapi Terapi yang dapat dilakukan oleh pasien kanker payudara diantaranya adalah 1. Pembedahan. Pembedahan dilakukan terutama untuk kanker payudara stadium awal. Beberapa jenis tipe pembedahan adalah mastektomi radikal, mastektomi radikal modifikasi (Patey), mastektomi radikal modifikasi (Uchinclos dan Maaden), mastektomi simpel dan Breast Conserving Surgery (BCS). 2. Radioterapi Radioterapi adalah terapi loko regional ataupun terapi dengan sinar x. radioterapi dapat dilakukan sebagai radioterapi sebelum pembedahan, sesudah pembedahan, dan saat paliatif. 3. Kemoterapi Kemoterapi adalah terapi yang diberikan sebagai kombinasi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum pembedahan, sesudah pembedahan, sebagai terapi terapeutik dan sebagai anti angiogenesis. 4. Terapi biologis Terapi biologis adalah terapi target molekul atau terapi imunologi. 5. Terapi hormonal Terapi hormon diberikan pada penderita kanker payudara dengan reseptor hormonal yang positif terutama estrogen reseptor dan progesteron reseptor positif. Pemberian terapi hormonal dapat bersifat aditif (memberikan terapi hormonal tambahan) dan ablative (menghilangkan sumber hormon tertentu) (PERABOI, 2010). 2.2 Mastektomi 2.2.1 Pengertian Mastektomi



8



Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami kanker payudara yang memiliki kontraindikasi untuk dilakukannya breast conserving therapy (BCT) atau kepada pasien yang diindikasikan untuk dilakukannya mastektomi (Devita et al, 2008). Menurut American Cancer Society (2015) pengertian mastektomi adalah prosedur



pembedahan



yang



melakukan



pengangkatan



payudara



sevara



keseluruhan, termasuk semua jaringan pada payudara dan jaringan lain disekitar jaringan payudara. 2.2.2



Jenis Mastektomi Beberapa jenis dari mastektomi diantaranya adalah sebagai berikut: 2.2.2.1 Mastektomi total atau Sederhana (Total or simple Mastectomy) Mastektomi total (sederhana) adalah prosedur mastektomi dimana dilakukan pengangkatan seluruh bagian payudara, termasuk puting, areola, dan sebagian besar kulit di atasnya (Johns Hopkins Medicine, 2015). 2.2.2.2 Mastektomi Modifikasi Radikal (Modified Radical Mastectomy) Mastektomi Modifikasi Radikal adalah prosedur mastektomi dimana dilakukan



pengangkatan seluruh payudara, termasuk puting,



areola, kulit di atasnya, dan lapisan atas otot-otot dada. Selain itu, dapat dilakukan pengangkatan beberapa kelenjar getah bening di bawah lengan yang biasa disebut kelenjar getah bening aksila. Dalam beberapa kasus pembedahan mastektomi, bagian dari otot dinding dada juga dapat diangkat (Johns Hopkins Medicine, 2015). Pembedahan mastektomi jenis ini digunakan sebagai pengobatan bagi kanker payudara yang invasive (Brunner and Suddarth, 2014). 2.2.2.3 Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy) Mastektomi Radikal merupakan prosedur mastektomi yang banyak dilakukan dibandingkan dengan jenis pembedahan mastektomi yang lain dan dianggap sebagai operasi standar. Prosedur mastektomi jenis ini merupakan pengangkatan seluruh payudara, termasuk puting, areola, kulit di atasnya, kelenjar getah bening di bawah lengan, dan otot-otot dada. Namun, saat ini prosedur pembedahan jenis ini jarang dilakukan dan umumnya hanya disarankan ketika kanker payudara telah menyebar ke otot-otot dada (Johns Hopkins Medicine, 2015). 9



Beberapa prosedur pembedahan mastektomi baru mungkin dapat menjadi pilihan tambahan sebagai prosedur pembedahan pada pasien yang terdiagnosa kanker payudara. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah prosedur ini efektif sebagai jenis pembedahan yang lebih standar bagi penderita kanker payudara yang dapat sepenuhnya menghilangkan atau mencegah kembalinya kanker payudara. Beberapa jenis prosedur batu pembedahan mastektomi adalah sebagai berikut : 2.2.2.4 Skin - Sparing Mastectomy Skin Sparing Mastectomy merupakan salah satu jenis pembedahan baru mastektomi. Dalam prosedur ini jaringan payudara, puting dan areola diangkat, tetapi sebagian besar kulit di atas payudara disimpan. jenis operasi tampaknya mirip dengan pembedahan mastektomi jenis modified radical mastectomy dalam hal efektivitas bagi banyak perempuan. Prosedur mungkin tidak cocok untuk tumor yang berukuran besar atau dekat permukaan kulit (Johns Hopkins Medicine, 2015). 2.2.2.5 Nipple - Sparing Mastectomy Prosedur ini memiliki kemiripan dengan prosedur skin – sparing mastectomy, dan kadang-kadang disebut sebagai "total skin-sparing mastectomy”. Semua jaringan payudara, termasuk saluran yang ada sampai ke puting dan areola diangkat, akan tetapi kulit puting dan areola yang diawetkan. Jaringan di bawah dan di sekitar puting dan areola secara hati-hati dipotong dan diperiksa oleh ahli patologi. Jika tidak ada sel-sel kanker payudara ditemukan dekat dengan puting dan areola, mereka dapat disimpan. Jika tidak, maka Nipple-sparing mastectomy tidak dianjurkan (Johns Hopkins Medicine, 2015). Ketika prosedur mastektomi dengan berbagai jenis dilakukan sehingga terjadi pengangkatan pada semua atau sebagian besar jaringan payudara,



operasi



rekonstruksi



payudara



dapat



dilakukan



untuk



membangun kembali payudara. Rekonstruksi dapat dilakukan pada saat mastektomi atau di lain waktu (Johns Hopkins Medicine, 2015). 2.3 Indikasi Tindakan Mastektomi Indikasi saat ini untuk mastektomi setiap kanker tidak cocok untuk breast conserving surgery (BCS), berdasarkan: 10



1. Rasio ukuran tumor ke payudara besar 2. Tumor multisenter 3. Respon yang tidak cukup apabila menggunakan kemoterapi neoadjuvant atau terapi 4. 5. 6. 7.



endokrin Peradangan pada kanker payudara Mikroklasifikasi yang tak tentu/ secara luas dan ganas Kehamilan dini Kekambuhan lokal setelah melakukan BCS (American Society of Breast Surgeons, 2014).



2.4 Gambaran Diri Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu gambaran diri, peran, ideal diri, identitas, harga diri. Gambaran diri adalah sikap individu berupa persepsi terhadap ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang dapat berubah sesuai pengalaman setiap individu (Stuart and Sundeen, 1995 dalam Muhith, 2015). Ada empat aspek dalam gambaran diri, yaitu: 1. Perceptual Cara seseorang memandang tubuhnya tidak selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, seseorang merasa dirinya gemuk tetapi kenyataannya underweight. 2. Affective Seseorang mungkin menyukai atau tidak menyukai penampilannya. Pengalaman perasaan puas atau kecewa yang berhubungan dengan penampilan, berat badan dan ukuran tubuh. 3. Cognitive Cara seseorang berpikir tentang dirinya. Beberapa orang berpikir bahwa mereka akan lebih menarik jika kurus, beberapa yang lain mereka terlihat lebih baik jika berotot. 4. Behavioural Ketika seseorang tidak menyukai tubuhnya, mereka mungkin akan melakukan perilaku yang kurang baik, seperti olahraga yang berlebihan atau mengurung diri karena merasa dirinya jelek (NEDC, 2015). Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian karena memahami diri sendiri dapat mempengaruhi gambaran diri menjadi positif, negatif atau kombinasi keduanya. Gambaran diri positif terbentuk ketika seseorang dapat menghargai tubuhnya dan menyadari bahwa setiap orang memiliki penampilan yang berbeda sesuai dengan karakter masing-masing. Orang dengan gambaran diri positif umumnya memiliki level kesehatan fisik dan psikologi yang lebih tinggi dan dapat lebih mengembangkan diri. 11



Gambaran diri yang positif mempengaruhi harga diri, penerimaan diri dan keseimbangan pola hidup (NEDC, 2015). Gambaran diri negatif adalah keyakinan bahwa orang-orang disekitarnya hanya tertarik dengan bentuk tubuh tertentu, merasa malu, tidak nyaman dan aneh pada tubuhnya sendiri. Hal ini terjadi karena pengaruh jenis kelamin, bullying, media masa, dikelilingi oleh orang-orang yang fokus dengan penampilan, kegemukan dan orientasi seksual pada laki-laki (NEDC, 2015). Selain itu juga dapat disebabkan oleh stresor berupa operasi seperti masektomi (Keliat, 1994 dalam Muhith, 2015). Gambaran diri negatif atau sering disebut gangguan citra tubuh memiliki tanda dan gejala, sebagai berikut (Muhith, 2015): 1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah atau akan terjadi, 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh, 4. Persepsi negatif pada tubuh, 5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, 6. Mengungkapkan keputusasaan, 7. Mengungkapkan ketakutan. Cognitive Behavioral Therapy, sebuah terapi yang bisa diaplikasikan pada gambaran diri negatif. Sebuah pendekatan dimana mengakui pikiran irasional, dianalisis, dan direstrukturisasi untuk berbicara lebih rasional. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan citra tubuh berupa mendiskusikan perubahan bentuk dan fungsi tubuh, mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki individu diluar perubahan yang terjadi (Muhith, 2015). Selain itu, tari dan terapi gerakan sering digunakan untuk mengembangkan kepercayaan yang lebih besar dan apresiasi dari tubuh seseorang (EDH, 2016).



12



13



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus Ny. M (31 tahun) sudah menikah dan saat ini H+7 post-mastectomy. Saat dilakukan interview untuk mengkaji aspek psikologinya didapatkan bahwa menurut Ny M, payudara merupakan bagian dari citra tubuh wanita yang membuat wanita merasa cantik. Namun, tindakan mastectomy yang telah dilakukan, ia merasa sudah tidak menjadi wanita yang utuh dan lebih menyembunyikan area dadanya karena merasa tidak percaya diri. Ia berusaha menerima keaadaanya dengan berkata “aku tidak buruk” secara berulang-ulang, tetapi tetap saja ia belum bisa menerima keadaannya saat ini, dan kadang-kadang ia mengatakan kata-kata yang buruk pada dirinya sendiri. Ny M sering menghindari cermin dan kegiatan yang bisa mengekspos bagian tubuhnya (seperti: berenang, senam, dan berjemur di pantai). Padahal itu merupakan kegiatan-kegiatan yang ia senangi dan sering ia lakukan bersama teman-temannya. Bahkan pikiran-pikiran buruknya telah menghentikannya untuk berhubungan intim dengan pasangannya. Selain itu, ia merasa tidak nyaman dengan orang lain yang ingin tahu keadaan kesehatannya. Apalagi ketika orang melihat salah satu payudaranya yang hilang. “aku merasa memiliki harga diri yang rendah dan waktu luangku lebih banyak kuhabiskan di rumah” merupakan kalimat terakhir yang ia sampaikan saat dilakukan interview.



3.2 Pengkajian No. 1.



Data Data Objektif Berdasarkan pengkajian Ny menghindari kaca dan kegiatan yang mekeksoos tubuhnya seperti berenang, senam dan berjemur di pantai Data Subjektif



Problem



Etiologi



Gangguan citra diri Prosedur Definisi : pembedahan kebingungan dalam gambaran mental dari fisik seseorang Domain 6: self perception



Symptom -tidak ada bagian tubuh tertentu -menghindari melihat



Diagnosa Gangguan citra diri berhubungan dengan prosedur pembedahan



tubuh -perubahan keterlibatan sosial 14



Ny M merasa sudah tidak Kelas 3 : bodymenjadi wanita yang utuh dan image memilih untuk menyembunyikan area dadanya karena tidak percaya diri. 2.



Data Objektif : Data subjektif 1. Ia merasa sudah tidak



-takut reaksi dari orang lain - menyembunyikan bagian tubuh tertentu



Harga diri rendah



Gangguan



1.Kemampuan yang



Harga diri rendah



situasional (00120)



fungsional



rendah dalam



situasional



tubuh



menerima situasi baru



berhubungan dengan



menjadi wanita yang utuh dan Definisi : lebih memilih untuk Perkembangan



2.mengucapkan hal-



menyembunyikan area



persepsi negatif



hal yang buruk



dadanya karena merasa tidak



dari harga diri



tentang dirinya



percaya diri. 2. dia mengatakan belum bisa



sebagai respon dari



menerima keadaannya 3. dia merasa memiliki harga



(spesifik)



diri rendah



gangguan fungsional tubuh



situasi khusus



Domain 6 : Persepsi diri Kelas 2 : Harga diri



Data objektif:3 .



Data subjektif:



ia merasa tidak nyaman dengan orang lain yang ingin



Gangguan interaksi sosial Definisi: ketidakcukupan atau terlalu banyak kuantitas



Masalah konsep diri



-Ketidaknyamanan berada dalam situasi sosial -disfungsi interaksi dengan orang lain



Gangguan interaksi sosial Berhubungan dengan Masalah konsep diri



15



4 .



tahu keadaan kesehatannya. Apalagi ketika orang melihat salah satu payudaranya yang hilang



atau kualitas dari hubungan sosial Domain: 7 role relationship Kelas: 3 role performance



Data objektif:Data subjektif: Ia



Disfungsi seksual Definisi : Keadaan di mana pengalaman individu mengalami perubahan dalam fungsi seksual selama fase respon seksual keinginan, eksitasi, dan / atau orgasme, yang dipandang sebagai memuaskan, tidak menguntungkan, atau tidak adekuat. Domain:8 seksualitas Kelas: 2 fungsi seksual



mengatakan bahwa pikiranpikiran buruknya telah menghentikannya untuk berhubungan intim dengan pasangannya



-Ketidakpuasan dengan hubungan sosial



Perubahan fungsi tubuh



-perubahan aktifitas sosial -pembatasan hubungan seksual -penurunan keinginan hubungan seksual



Disfungsi seksual berhubungan dengan Perubahan fungsi tubuh



3.3 Asuhan Keperawatan: 16



No.



Diagnosa



Perencanaan NOC



Keperawatan 1.



Gangguan citra diri berhubungan dengan prosedur pembedahan



Evaluasi NIC



Setelah dilakukan tindakan Tindakan



dapat S : Ny M nengatakan sudah dapat keperawatan diharapkan dilakukan untuk mencapai menerima citra dirinya O : Ny M sudah bisa melakukan dalam waktu 7x24 jam tujuan yang telah ditentukan kegiatan seperti berenang, senam dan klien mampu memenuhi dengan penerapan NIC: berjemur indikasi pada label NOC :



a. Body



a. Body image Indikasi: -



-



-



Gambaran internal diri dari skor 1(tidak positif) menjadi level 4(sering positif)



enhancement -



image A : klien bisa menerima intervensi keperawatan dengan baik



P: menaikan skala Outcome sampai menentukan harapan pada skala tertinggi citra



diri



klienberdasarkan status -



Puas dengan fungsi tubuh dari skor 2(jarang positif) ke level 4(sering positif) Penyesuaian tubuh karena pembedahan dari skala 1 (tidak positif) menjadi



yang



perkembangannya membantu klien mendiskusikan perubahan



-



disebabkan



oleh



penyakit



atau



pembedahan



jika



dibutuhkan memonitor



klien



apakah bisa melihat 17



3(kadang positif)



area dari tubuh yang -



berubah menentukan persepsi pasien dan keluarga dari perubahan body image dan realitas



b. Self esteem -



Meyakinkan



klien



mengidentifikasi kekuatan -



Membantu



pasien



mengidentifikasi respon positif dari orang lain



18



2.



Harga diri rendah situasional berhubungan gangguan fungsional tubuh



Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan konsultasi



6



yang



dapat S : Ny. M mengatakan sudah



sesi dilakukan untuk mencapai menerima kekurangan diri



diharapkan tujuan yang telah ditentukan



klien mampu memenuhi dengan penerapan NIC: indikasi pada label NOC : b. Self Esteem (Harga diri) Indikasi: -



(Peningkatan harga diri) -



-



-



A : Ny. M sudah tidak mengalami harga diri rendah situasional P : dampingi pasien untuk lebih meningkatkan harga diri dan mempertahankannya



kekuatan



Bantu



pasien



menentukan



tujuan



yang realistik untuk mencapai harga diri



Mengucapkan keadaan diri*



Perkuat



meningkat



pribadi pasien



Dihargai orang



bahwa menerima



Monitor pernyataan harga diri pasien



lain* -



esteem



enhancement



Menerima kekurangan diri*



-



Self



Level percaya diri meningkat*



-



1.



O : level percaya diri Ny. M



yang lebih tinggi. -



Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang



*1( never positive) ke



akan meningkatkan



3(sometime positive)



harga diri 19



-



Tunjukkan kepercayaan mengenai kemampuan untuk



pasien



mengatasi



situasi



3. Coping Enhancement (



Peningkatan



Koping) -



Dukung pasien akan harapan



yang



realistik sebagai cara terkait -



perasaan tak berdaya Sediakan suasana yang



-



dengan



mendukung



keadaan pasien Dampingi pasien mengklarifikasi konsep-konsep yang 20



-



salah Dampingi



pasien



untuk menyelesaikan -



masalah Sediakan



pilihan



yang



realistik



tentang



-



aspek



perawatan



yang



benar Dampingi



pasien



untuk mengidentifikasi strategi yang positif untuk



menerima



kekurangannya. 3.



Gangguan Interaksi sosial berhubunga n dengan Masalah konsep diri



Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan



yang



dapat S : Ny. M mengatakan sudah nyaman



diharapkan dilakukan untuk mencapai dengan keadaannya dan lingkungan



klien mampu memenuhi tujuan yang telah ditentukan indikasi pada label NOC :



dengan penerapan NIC:



a. Ketrampilan



a. Modifikasi perilaku



interaksi sosial Indikasi :



-Bantu mengidentifikasi



sosialnya saat ini.



O : Ny. M sudah bisa melakukan aktifitas untuk berinteraksi dengan orang lain.



pasien A : Ny. M tidak mengalami gangguan masalah dalam interaksi sosial



dari kurangnya ketrampilan 21



P : dampingi klien untuk



-Menunjukkan perilaku sosial.



mempertahankan hubungan interaksi



asertif



-Membantu klien



mengidentifikasi b. Keterlibatan social kemungkinan tindakan dan Indikasi : konsekuensi dari hubungan -Mengidentifikasi hambatan interpersonal/ sosialnya.



sosialnya



yang menyebabkan gangguan interaksi sosial



-Membantu pasien mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam hubungan interpersonal.



a. Peningkatan sosialisasi - Mendukung klien untuk mau berbagi masalah dengan orang lain -Mendukung klien untuk merubah lingkungan seperti keluar untuk jalan-jalan atau melihat film -



Memfasilitasi



masukan 22



dari klien dan perencanaan untuk aktifitas dimasa depan



4.



Disfungsi sexual berhubungan dengan Perubahan fungsi tubuh



Definisi : Keadaan di mana pengalaman individu mengalami perubahan dalam fungsi seksual selama fase respon seksual keinginan, eksitasi, dan /



Setelah dilakukan tindakan Tindakan



dapat S: Ny M menyatakan bahwa ia masih keperawatan diharapkan dilakukan untuk mencapai memiliki perasaan enggan untuk berhubungan seksual. klien mampu memenuhi tujuan yang telah ditentukan O: Ny M tampak enggan dan indikasi pada label NOC : dengan penerapan NIC: menyesal ketika ia berkonsultasi mengenai hubungan seksualnya. a. Fungsi seksual c. Konseling seksual -



Indikasi: Dapat



ekspresi kepuasan terhadap tubuh dari skala 2 (Rarely ( Often Demonstrated )



Menghindari keengganan



menunjukkan



demonstrated) ke skala 4



yang



-



A: disfungsi seksual masih dialami untuk oleh Ny M.



menampilkan bagian P: Perlu dilakukan evaluasi terkait intervensi yang telah dilakukan selama tubuh yang berubah ini dan masih perlu melakukan asuhan Mendorong pasien keperawatan untuk diagnosa disfungsi seksual. untuk mengatakan ketakutan bertanya



dan tentang 23



atau orgasme, yang dipandang sebagai memuaskan, tidak menguntungka n, atau tidak adekuat.



fungsi seksual



24



3.4 Analisis Jurnal 3.4.1 Identitas Jurnal Judul Jurnal Utama



: Effects of cognitive behavioral counseling on body



Penulis



Image following mastectomy : Simin Fadaei 1, Mojgan Janighorban 2, Tayebe Mehrabi



Tahun Terbit Tempat Terbit



3



, Sayed Ahmad Ahmadi



4



, Fariborz



Mokaryan 5, Abbas Gukizade 6 : 2011 : Iran



Tujuan jurnal : menguji keefektifan behavoral cognitive conseling terhadap gambaran citra tubuh pada pasien kanker payudara dan telah dilakukan mastektomi, di Iran. Penelitian ini menggunakan disain quasi-experiment trial, yang dilakukan pada tahun 2008-2009 .Penelitian dilakukan pada dua bulan pertama setelah dilakukannya mastektomi hingga enam bulan.



Hal tersebut didasarkan pada teori yang



menyebutkan bahwa selama dua bulan pertama posmastektomi, pasien mengalami gambaran yang tidak komplit terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Selanjutnya dalam enam bulan pertamanya pasien dengan gambaran diri positif maupun negatif akan memiliki status psikosipiritual yang tidak stabil (Sheard dan Maguire, 1999; dalam Fadaei et al, 2011).



Partisipan dari penelitian ini berjumlah 72 orang dan dibagi menjadi dua grup, yang mana 32 orang diperlakukan sebagai kelompok intevensi (diberi konselingi: Ellis rational emotive behavior therapy (REBT)), dan 40 orang sebagai kelompok kontrol (tidak diberi konseling). Kesemua partisipan adalah mereka yang mengalami kanker payudara dan telah dilakukan treatment operasi (mastektomi).



3.4.2



Metode konsultasi: Ellis rational emotive behavior therapy (REBT)



25



Konsultasi dilakukan oleh psikoterapi menggunakan Ellis rational emotive behavior therapy (REBT). Metode ini umumnya dilakukan sebanyak lima hingga 30 sesi. Setiap sesi maksimal akan menghabiskan waktu kurang dari 90 menit dan metode ini umum dilakukan selama 22 hari hingga 18 bulan. Namun, pada penelitian ini konsultasi dilakukan dalam enam sesi selama tiga minggu. Konsultasi yang dilakukan pada keenam sesi itu meliputi: logical treatment, latihan relaksasi otot, dan pemecahan masalah. Selain itu, pasien juga diberi tugas rumah yang harus mereka kumpulkan pada sesi berikutnya. 3.4.3



Hasil dan Pembahasan



Sebelum dan setelah dilakukan penelitian, pasien dikaji status gambaran dirinya dengan menggunakan Body Image Scale (BIS). Sebelum dilakukan uji coba, skor gambaran diri pasien pada kedua grup tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu pada kelompok intervensi (16.97 ± 5.44) dan kelompok kontrol (15.95 ± 4.66), dengan (t = 0.86; P = 0.395). Selanjutnya, setelah dilakukan uji coba pada kedua grup didapatkan hasil: 1) Tidak ada perbedaan yang signifikan BIS sebelum (15.95 ± 4.66) dan sesudah (17.18 ± 5.27) uji coba pada kelompok kontrol. 2) Pada kelompok intervensi ditemukan bahwa terdapat nilai perbedaan yang signifikan antara sebelum (16.97 ± 5.44) dan sesudah intervensi (9.03 ± 6.11) dengan (t = 12.41, P < 0.001). Hasil tersebut menggambarkan bahwa, konsultasi merupakan suatu cara yang dapat membantu pasien untuk menerima (memiliki koping positif) terhadap kanker, yang mana terbukti dapat mengurangi stres baik karena penyakitnya maupun 26



treatment nya. Selain itu, hal tersebut sekaligus membuktikan bahwa macam-macam intervensi psikososial seperti support group, intervensi edukasi, patient discussion groups, interpersonal relationships, maupun cognitive-behavioral therapy merupakan intervensi yang dapat mengurangi distres setelah terdiagnosa kanker payudara dan setelah diberi treatment seperti mastektomi (Fadaei et al, 2011; Meyer dan Mark, 1995; dalam Fadaei et al, 2011).



27



BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN Berdasarkan asuhan keperawatan dan pembahasan, dapat dilakukan beberapa implikasi keperawatan sebagai berikut : a. b. c. d.



Perawat mendorong pasien untuk meningkatkan self esteem (harga diri). Perawat mendampingi pasien untuk membangun kembali citra positif tentang dirinya. Perawat membantu pasien dalam memperbaiki hubungan sosialnya. Perawat memberikan dorongan psikologis kepada pasien post-mastectomy melalui konseling (behavioural cognitive conseling).



BAB V 28



PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pasien post-mastectomy berpeluang untuk mengalami gangguan gambaran citra diri. Penerapan behavioural cognitive conseling dinilai efektif pada pasien post-mastectomy. Setelah dilakukan konseling, koping pasien terhadap permasalahan gangguan gambaran citra diri menjadi lebih positif. Evidence based yang ada juga menyimpulkan bahwa terapi psikososial sangat efektif untuk mengurangi stres pada pasien post-mastectomy berkaitan dengan gangguan gambaran citra diri. 5.2 Saran a. Perawat sebaiknya peka dengan kondisi psikologis pasien pasca tindakan mastectomy. b. Perawat dapat memberikan berbagai variasi terapi psikososial untuk diterapkan pada pasien yang mengalami permasalahan gangguan gambaran citra diri post-mastectomy terutama penerapan behavioural cognitive conseling.



DAFTAR PUSTAKA



29



American Cancer Society. Surgery to Remove Breast Cancer. 2016 [Online] Available at : http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-treating-surgery [Accessed 29 February 2016]. Chen CL, Liao MN, Chen SH, Chan PL, dan Chen SC. (2012). Body Image and Its Predictors in Breast Cancer Patients Receiving Surgery. Cancer Nursing TM,



35(5) ; 10-16. DOI:



10.1097/NCC.0b013e3182336f8b Devita, V.T., Theodore S. Lawrence, Steven A. Rosenberg. 2008. Cancer Principle and Practice of Oncology, 8th edition. Vol 2 Hlm 1628. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Eating Disorder Hope. [Online] Available at: http://www.eatingdisorderhope.com/information/body-image [Accessed 1 March 2016]. Fadaei S, Janighorban M, Ahmadi S A, Mokaryan T, Gukizade A. 2011. Effects of cognitive behavioral counseling on body Image following mastectomy. J Res Med Sci / August 2011; Vol 16, No 8. Johns Hopkins Medicine. Mastectomy. 2012 [Online] Available at : http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/test_procedures/gynecology/mastectomy_9 2,P07782/ [Accessed 29 February 2016]. Kementrian Kesehatan Indonesia. (2015). Stop kanker. Jakarta; Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker : Kanker Payudara. Hlm. 5 dan 7. Jakarta: Bhakti Husada Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi. National Care Institute. (2012). Surgery Choices For Women with DCIS or Breast Cancer. USA; Depatemen pelayanan dan pendidikan Amerika. National Eating Disorders Collaboration, Fact Sheet Body Image, 2015 [Online] Available at: http://www.nedc.com.au/files/Resources/Body%20Image%20Fact%20Sheet.pdf [Accessed 29 February 2016]. Novianti FA dan Purnami SW. (2012). Analisis diagnosis pasien kanker payudara menggunakan regresi logistik dan support vector machine(SVM) berdasarkan hasil mamografi. Jurnal sains dan seni ITS, 1(1) ; 147-152.



30



Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi (PERABOI). 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta: CV Sagung Seto. Przezdziecki A, Sherman KA, Baillie A, Taylor A, Foley E, dan Bilinsk KS. (2012). My changed body: breast cancer, body image, distress and self-compassion. Psycho-Oncology. DOI: 10.1002/pon Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Janice L. Hinkle, Kerry H. Cheever. 2011. Brunner& Suddarth Textbook of Medical-surgical nursing, 13th edition. Hlm 1695. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins The American Society of Breast Surgeons. Performance and Practice Guidelines for Mastectomy. 2014 [Online]. Availbale at: https://www.breastsurgeons.org/new_layout/about/statements/PDF_Statements/Performan cePracticeGuidelines_Mastectomy.pdf [Accessed 29 February 2016].



31