Laporan Crs Otitis Eksterna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Anatomi Telinga



Gambar 2.1 Anatomi telinga



2.1.1 Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut.



Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi1. 2.1.2 Telinga Tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan : - Batas luar



: Membran timpani



- Batas depan



: Tuba eustachius



- Batas bawah



: Vena jugularis (bulbus jugularis)



- Batas belakang



: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis



- Batas atas



: Tegmen timpani (meningen / otak )



- Batas dalam



: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis



horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap bundar (round window) dan promontorium. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu



lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah1.



Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani1.



2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti1.



2.2 Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan



proses



depolarisasi



sel



rambut,



sehingga



melepaskan



neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis1,2. Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan ganggan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea. Sumbatan Tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah dan akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugularis berupa aneurisma akan menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut jantung1.



2.3



Otitis Eksterna



2.3.1



Definisi Otitis Eksterna Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang



disebabkan oleh bakteri, dapat terlokalisir atau difus dan nyeri pada telinga. Terdapat beberapa penyebab dari timbulnya otitis eksterna yaitu kelembapan, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor penyebab tersebut dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang mengakibatkan edema dari epitel skuamosa sehingga keadaan ini mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.3 2.3.2



Epidemiologi Otitis Eksterna Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai



disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerahdaerah yang panas dan lembab, jarang pada iklim sejuk dan kering. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai Januari 2000 sampai Desember 2000 di poliklinik THT RS. dr. H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta.4 2.3.3



Etiologi Otitis Eksterna Otitis



eksterna



terutama



disebabkan



oleh



infeksi



bakteri,



yaitu



staphylococcus aureus, staphylococcus albus, dan escherichia coli. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum dan aspergilosis), alergi, dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat juga disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.5,6



Gambar 2. Infeksi jamur



Gambar 3. Infeksi virus (herpes zoster)



Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu : a. Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur untuk tumbuh. b. Derajat keasaman (pH) liang telinga, dimana PH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna. PH asam memproteksi terhadap kuman infeksi. c. Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan lidi kapas atau benda lainnya. d. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang telinga sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai swimmer's ear. e. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manikmanik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas. f. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut). g. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal (nikel). h. Penyakit psoriasis i. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala. j. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien diabetes.



k. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat tersebut tidak dibersihkan dengan baik. 6,7 Otitis eksterna kronik dapat disebabkan : 



Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.







Trauma berulang.







Benda asing.







Alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid.7



2.3.4



Patogenesis Otitis Eksterna Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan



dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.5,6,8 Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman



dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.7 Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh: a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.5,6,8 2.3.5



Manifestasi Klinis Otitits Eksterna



Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telinga tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.9 Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). 



Otalgia



Otalgia merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta. Keluhan ini bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit tidak enak, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini



tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga. Juga makin nyeri ketika pasien sedang mengunyah.5,9,6,8 



Rasa penuh pada telinga



Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. 



Gatal-gatal



Gatal-gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu otalgia pada otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak pada telinga.9 



Pendengaran berkurang atau hilang



Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu, peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.9 Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejalagejala klinis berikut: 1. Deskuamasi. 2. Tinnitus.



3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore). Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin). 4. Demam. 5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut. 6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga. 7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.9,6 2.3.6 Klasifikasi Otitis Eksterna Otitis eksterna diklasifikasikan atas :5,6 1) Otitis eksterna akut : a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul) b. Otitis eksterna difus 2) Otitis eksterna kronik



2.3.6.1 Otitis Eksterna Akut (OEA) 2.3. 6.1 Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul) Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen sehingga membentuk furunkel. Gambar 4. Otitis eksterna akut Gambar 5. Otitis eksterna kronis Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.5,6 Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga luar liang telinga.5,6 Beberapa furunkel mungkin bersatu membentuk karbunkel jika infeksi berlanjut tidak diterapi, akan timbul selulitis dan mungkin limfadenitis regional. Furunkulosis sering bersama-sama dengan Otitis Eksterna Difusa (OED). Pada kasus berat, edema dapat menyebar ke sulkus post aurikular menyebabkan daun telinga terdorong ke depan. Kesulitan mendiagnosa timbul apabila liang telinga bengkak keseluruhan yang menghalangi pemeriksaan membrana timpani. Keadaan ini harus dibedakan dari mastoiditis akuta, pembengkakan dan tenderness dapat menyebar ke daerah post aurikula.7,6



Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep, seperti polymyxin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol. Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.5 2.3.6.2 Otitis Eksterna Difus (OED) Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian dalam. OED dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear), telinga perenang (swimmer ear), karena merupakan suatu problema umum dibagian otologi yang didapat pada 5–20 % penderita yang berobat ke dokter di daerah-daerah tropis dan subtropis pada musim panas. Otitis eksterna difusa merupakan komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan dapat dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.6 Diduga bahwa suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi dan kontaminasi kulit (kolonisasi) dengan basil gram negatif merupakan tiga faktor terpenting yang menunjang didalam hal patogenesis otitis eksterna difusa. Berdasarkan kepustakaan bahwa peningkatan yang cepat dari insiden otitis eksterna terjadi apabila suhu menaik pada lingkungan yang kelembaban relatif tinggi. 5,7,6 Tidak adanya serumen didalam liang telinga luar bisa merupakan suatu keadaan predisposisi untuk terjadinya infeksi telinga. Telah dikemukakan bahwa serumen dari telinga penyebab terjadinya lapisan asam yang bersifat anti bakteri yang dianggap berguna untuk mempertahankan telinga yang sehat.7



Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut, pada suatu penelitian multisenter yang melibatkan 239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%, sedang 27%, ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.8 Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.5 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak



merupakan tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.8 Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.8 Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga terasa nyeri, terasa penuh, pendengaran berkurang, dan gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit liang telinga hiperemis, dan edema dengan batas yang tidak jelas, adanya sekret yang berbau dan tidak mengandung musin.10 Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.8 Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang mudah dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang telinga dimasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sistemik.5



Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan 3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke dalam liang telinga deengan forsep bayonet atau forsep buaya. Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4 jam. Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh empat jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48 jam, edema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat langsung masuk ke dalam telinga.5,8 Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat (cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.8



Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam 34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya air, busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat membersihkan telinganya dengan alkohol.8 Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi proses inflamasi.6 2.3.6.3 Otitis Eksterna Kronik/Malignan 



Definisi Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan



ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.5 Otitis eksterna malignan adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus PH serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna malignan.5 Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.5 2.3



Gejala Klinis



Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi yang tumbuh secara cepat. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. 1 Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.8 2.3.7



Diagnosis Diagnosis dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan status generalis dan status lokalis telinga, serta pemeriksaan penunjang jika



9.1



dibutuhkan. Anamnesis  Apakah pasien memilik nyeri telinga?  Nyeri telinga dirasakan sejak kapan?  Apakah pasien merasakan nyeri saat membuka mulut?  Apakah ada riwayat keluarnya cairan dari liang telinga?  Apakah terjadi ganguan pendengaran?  Apakah ada kebiasaan menkorek liang telinga?  Apakah ada riwayat trauma atau luka pada liang telinga?  Apakah ada riwayat benda asing di telinga?  Apakah pasien memiliki riwayat penyakit kulit tertentu di telinga?  Apakah pasien sering memakai jilbab yang ketat?  Apakah ada kebiasaan menggunakan head set atau alat bantu 



dengar? Apakah pasien memiliki riwayat air masuk ke liang telinga atau







kondisi lain yang menyebabkan liang telinga menjadi lembab? Apakah ada riwayat penyakit diabetes atau penyakit imunocomprommised lainnya?



9.2



society) Pemeriksaan Status Generalis



(buku hijau, Canadian pediatric



Pemeriksaan untuk menilai keadaan Umum, kesadara, tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh, 9.3 Pemeriksaan Status Lokalis Telinga 1. Pemeriksaan Telinga  Inspeksi, palpasi, perkusi  Aurikula  Apakah terdapat kelainan kongenital?  Apakah terdapat trauma?  Apakah terdapat tanda-tanda radang?  Apakah terdapat nyeri tarik?  Apakah terdapat nyeri tekan tragus?  Daerah mastoid  Apakah terdapat kelainan congenital?  Apakah terdapat tanda radang?  Apakah terdapat sikatrik  Apakah terdapat nyeri tekan mastoid?  Apakah terdapat nyeri ketok mastoid?  Otoscopy  Liang telinga  Apakah terdapat kelainan congenital ( stenosis kanal dan     



exostosis) Apakah cukup lapang atau sempi? Apakah hiperemis? Apakah terdapat edema? Apakah terdapat massa? Apakah terdapat serumen? Bagaimanakah bau, warna,



jumlah, jenis serumen?  Membran Timpani  Apakah membrane timpani utuh?nilai warna dan reflex  



cahaya. Apakah terdapat retraksi, bulging, atrofi membrane timpani? Apakah terdapat perforasi? Bagaimanakah jumlah, jenis,



kwadran dan pinggir membrane timpani?  Tes Penala  Tes Rinne  Positif  Negative  Tes Weber  Lateralisasi ke sisi yang sehat  Lateralisasi ke sisi yang sakit  Tes Swabach  Normal



2. 



















 Memanjang  Memendek Pemeriksaan Hidung Inspeksi  Apakah terdapat deformitas?  Apakah terdapat Kelainan kongenital?  Apakah terdapat trauma?  Apakah terdapat tanda-tanda radang?  Apakah terdapat massa? Palpasi  Sinus paranasal  Apakah terdapat nyeri tekan sinus paranasal?  Apakah terdapat nyeri ketok sinus paranasal? Rinoskopi Anterior  Vestibulum  Apakah vibrise normal atau tidak?  Apakah terdapat tanda-tanda radang?  Kavum Nasi  Apakah sempit, cukup lapang, dan lapang?  Apakah terdapat secret?  Dimanakah lokasi dan jenis secret?  Berapakah jumalah secret?  Bagaimanakah bau secret?  Konka inferior (ukuran, permukaan, warna, edema)  Konka media (ukuran, permukaan, warna, edema)  Septum  Apa cukup lurus atau mengalami deviasi?  Bagaimanakah permukaan, warnannya?  Apakah terdapat spina, Krista,abses dan perforasi?  Massa Pemeriksaan Orofaring dan Mulut  Apakah terdapat Trismus?  Apakah uvula simetris atau tidak?  Apakah ada kelainan pada palatum mole?  Bagaimanakah warna dan permukaan dinding faring?  Apakah tonsilnya normal atau tidak?  Apakah daerah peritonsilnya normal atau tidak?  Apakah terdapat tumor atau tidak?  Apakah terdapat kelainan pada gigi?  Apakah terdapat kelainan pada lidah? Pemeriksaan Kelenjar Getah bening  Inspeksi  Dimanakah lokasi pembesaran kelenjar getah bening?  Bagaimankah bentuk dan jumah pembesaran kelenjar getah bening?  Palpasi







Bagaimankah bentuk, konsistensi, ukuran dan mobilitas kelenjar getah bening? 1,10



Diagnosis otitis eksterna dapat ditegakkan jika, 1. Onset gejala cepat (umunya dalam 48 jam) dalam 3 minggu terakhir 2. terdapat gejala tidak enak di telinga, gatal, nyeri telinga (otalgia), rasa penuh di telinga dan demam dengan ada atau tidaknya gangguan pendengaran, atau ada atau tidaknya nyeri saat mengunyah 3. Adanya tanda-tanda inflamasi nyeri tekan tragus / nyeri tekan auricular atau edema / eritema pada liang telinga dengan ada atau tidaknya keluar cairan dari telinga (otohrea), eritema membrane timpani, selulitis pada liang telinga atau limfadenopati. 9,10 Diagnosa otitis eksterna sirkumskripta ditegakkan jika ditemukan ada furunkle di sepertiga luar liang telinga, nyeri yang hebat yang tidak sebanding dengan besarnya furuncle, ada nyeri ketika mengunyah, dan terjadi gangguan fungsi pendengaran jika furunkle besar menyumbat liang telinga.1 Diagnosa otitis eksterna difusa ditegakkan jika terdapat hiperemis dan edema pada duapertiga dalam liang telinga, dan adanya gejala-gejala penyerta seperti nyeri tekan tragus, liang telinga sempit, terkadang disertai pembesaran kelenjar getah bening regional dan sekret yang tidak mengandung musin yang keluar pada otitis media. 2.3.8



Diferensial Diagnosis Beberapa kondisi yang menyerupai otitis eksterna adalah







Otitis media akut







Otitis media supuratif kronik







Dermatitis kontak







Eczema







Miringitis







Otomikosis







Dan lain-lain



2.3.9



Tata Laksana



2.3.9.1 Otits Eksterna Akut



BAB 3 ILUSTRASI KASUS



IDENTITAS PASIEN Nama



: Nn. YS



Umur



: 21 tahun



Jenis Kelamin : Perempuan Alamat



: Pasar Baru, Padang



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Mahasiswa



ANAMNESIS Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poli THT RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 9 Februari 2016 dengan:



Keluhan Utama : Nyeri telinga kanan yang semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu Keluhan tambahan : Nyeri telinga yang menjalar ke dahi sejak 2 hari yang lalu



Riwayat penyakit sekarang :



♦ Nyeri telinga kanan yang semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu, awalnya pasien mengeluhkan telinga kanan gatal dan dikorek dengan menggunakan cutton bud pada 4 hari yang lalu, keesokan harinya telinga kanan pasien terasa nyeri. ♦ Nyeri dirasakan menjalar ke dahi sejak 2 hari yang lalu. ♦ Pasien mengeluhkan telinga berdengung sejak 3 hari yang lalu. ♦ Pasien



mengeluhkan



pendengaran



di



telinga



kanan



berkurang



dibandingkan dengan telinga kiri sejak 2 hari yang lalu. ♦ Nyeri telinga kanan juga dirasakan saat pasien mengunyah. ♦ Pasien tidak mengeluhkan demam, batuk dan flu. ♦ Riwayat keluar cairan di telinga tidak ada. ♦ Riwayat telinga berair sebelumnya (-). ♦ Riwayat trauma pada telinga (-) ♦ Nyeri pada dahi dan wajah (-) ♦ Nyeri tenggorok (-)



Riwayat penyakit dahulu : ♦ Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya ♦ Riwayat bersin-bersin pagi hari (-), karena debu, bulu binatang atau makanan (-), riwayat asma bronkial (-)



Riwayat penyakit keluarga : ♦ Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama



Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan : ♦ Pasien seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di padang, pasien memiliki kebiasaan memakai headset saat mendengarkan musik.



PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum



: Tampak sakit sedang



Kesadaran



: Composmentis cooperative



Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Frekuensi nadi



: 72 x/menit



Frekuensi nafas



: 20 x/menit



Suhu



: 37,3 0C



Pemeriksaan Sistemik Kepala



: tidak ada kelainan



Mata: Konjungtiva



: anemis (-)



Sklera



: ikterik (-)



Toraks: Jantung Paru



: diharapkan dalam batas normal : diharapkan dalam batas normal



Abdomen



: diharapkan dalam batas normal



Ekstremitas



: deformitas (-), edema (-)



Status Lokalis THT Telinga Pemeriksaan



Kelainan



Dekstra



Sinistra



Daun Telinga



Kelainan



Tidak ada



Tidak ada



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak cukup lapang Sempit Hiperemis Ada Tidak ada Tidak ada Kekuningan Banyak Lunak



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Putih mutiara Positif Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Putih mutiara Positif Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Tanda Radang Fistel Sikatrik Nyeri tekan Nyeri Ketok Rinne Schwabach



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Positif Tidak ada Positif Sama dengan



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Negatif Sama



pemeriksa Lateralisasi kearah



pemeriksa



Weber Kesimpulan



yang sakit (kanan) Tuli konduktif



Kongenital Trauma Radang Kelainan Metabolik Nyeri Tarik Nyeri Tekan Tragus Liang dan Dinding Cukup Lapang Sempit Telinga Hiperemis Edema Massa Sekret/Serumen Bau Warna Jumlah Jenis Membran Timpani Utuh Warna Refleks Cahaya Bulging Retraksi Atrofi Perforasi Jumlah Perforasi Jenis Kuadran Pinggir Gambar Membran Timpani Mastoid



Tes Garpu Tala



Audiometri Timpanometri



Hidung



telinga kanan Tidak dilakukan Tidak dilakukan



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada kekuningan Sedikit lunak



dengan



Pemeriksaan Hidung Luar



Kelainan Deformitas Kelainan Kongenital Trauma Radang Massa



Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Dekstra Ada



Sinistra Tidak ada



Sinus Paranasal Pemeriksaan Nyeri tekan (dahi)



Rinoskopi Anterior Vestibulum Cavum nasi Secret



Konka inferior



Konka media



Septum



Massa



Vibrise Radang Cukup lapang Sempit Lapang Lokasi Jenis Jumlah Bau Ukuran Warna Permukaan Edema Ukuran Warna Permukaan Edema Cukup lurus/ deviasi Permukaan Warna Spina Krista Abses Perforasi Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Warna Konsistensi Mudah Digoyang Pengaruh Vasokonstriktor



Ada Tidak ada Cukup lapang



Ada Tidak ada Cukup lapang



Tidak ada



Tidak ada



Eutrofi Merah muda Licin Tidak ada Eutrofi Merah muda Licin Tidak ada Cukup lurus



Eutrofi Merah muda Licin Tidak ada Eutrofi Merah muda Licin Tidak ada Cukup lurus



Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada



Gambar



Rinoskopi



Anterior



Rinoskopi Posterior (Nasofaring) (tidak dilakukan pemeriksaan) Pemeriksaan Koana



Mukosa



Konka inferior Adenoid Muara tuba eustachius Massa



Post Nasal Drip



Kelainan Cukup lapang Sempit Lapang Warna Edema Jaringan granulasi Ukuran Warna Permukaan Edema Ada/tidak Tertutup secret Edema mukosa



Dekstra



Sinistra



Dekstra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Simetris Merah muda Tidak ada



Sinistra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Simetris Merah muda Tidak ada



Lokasi Ukuran Bentuk Permukaan Ada/tidak Jenis



Gambar



Orofaring dan Mulut Pemeriksaan Trismus Uvula Palatum mole +Arkus Faring



Kelainan Edema Bifida Simetri/tidak Warna Bercak/eksudat



Dinding faring Tonsil



Peritonsil Tumor



Gigi Lidah



Warna Permukaan Ukuran Warna Permukaan Muara kripti Detritus Eksudat Warna Edema Abses Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Konsistensi Karier/Radiks Kesan Warna Bentuk Deviasi Massa



Merah auda Tidak bergranul T1 Merah muda Licin Tidak ada Tidak ada Tidak ada Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Higiene mulut baik Merah muda Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada



Merah muda Tidak bergranul T1 Merah muda Licin Tidak ada Tidak ada Tidak ada Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Higiene mulut baik Merah muda Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada



Gambar orofaring



Laringoskopi Indirek (tidak dilakukan pemeriksaan) Pemeriksaan



Epiglottis



Aritenoid



Ventrikular Band Plika Vokalis



Kelainan



Dekstra



Sinistra



Subglotis/trakhea Sinus piriformis Valekule



Gambar



Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher -



Inspeksi: tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening



Pemeriksaan laboratorium: -



RESUME



1.



Anamnesis -



Nyeri telinga kanan sejak 3 hari yang lalu yang semakin meningkat. Nyeri menjalar ke bagian dahi pasien yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu. Nyeri telinga kanan akan semakin terasa disaat pasien mengunyah makanan.



-



4 hari yang lalu telinga kanan terasa gatal dan pasien mengoreknya dengan menggunakan cutton bud.



-



Telinga kanan berdengung sejak 3 hari yang lalu.



-



Pendengaran pada telinga kanan berkurang sejak 3 hari yang lalu.



-



pasien memiliki kebiasaan memakai headset ketika mendengarkan musik.



2. Pemeriksaan fisik Telinga kanan: nyeri tekan tragus (+), liang dan dinding telinga sempit, hiperemis, udem. 3. Diagnosis Utama Otitis eksterna sirkumskripta 4. Diagnosis Tambahan



:-



5. Diagnosis Banding



:



Otitis Eksterna Difus, Otitis Eksterna Kronik, Otitis media Akut 6. Pemeriksaan Anjuran



:-



7. Terapi



:



tampon yang diberikan antibiotik neomisin dan kortikostreoid tetes. Oral : ibuprofen 8. Terapi Anjuran



:-



9. Prognosis - quo ad vitam - quo ad sanam -



: Bonam : Bonam



10. Nasehat -



jaga higiene telinga jangan mengorek telinga jaga jangan sampai masuk air ke telinga. jaga keadaan telinga agar tidak lembab.



BAB 4 DISKUSI



DAFTAR PUSTAKA



1.



Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran Akibat Obat ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2012.



2.



Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier



3.



Oghalai, J.S. Otitis Eksterna. http://www. bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm



4.



Surbakti R : Uji Coba Banding Klinik Pemakaian Larutan Burrowi Saring(Aluminium Acetate Solution) dan Tetes Telinga Campuran Antibiotika (Framycetine, Gramicidin) dan Steroid Pada Otitis Eksterna Akut, Tesis, FK.USU / RS. H. Adam Malik Medan, 1996: 1 -73.



5.



Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.



6.



Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.78-84.



7.



Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs. com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada tanggal : 9 Februari 2016.



8.



Susana. 2009. Nyeri Telinga. Di unduh dari: http://www.ssmedika.com/ index.php? option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:telinga&It emid=61. Di Akses pada tanggal : 9 Februari 2016.



9.



Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Di unduh dari: http://www.usudigitallibrary.com. Di Akses pada tanggal : 9 Februari 2016.



10. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar. 1992