13 0 497 KB
LAPORAN HEMATOLOGI ”PEMERIKSAAN EVALUASI MORFOLOGI LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT”
OLEH :
Nama
: KOMANG WAHYU JUNYATMIKA
NIM
: P07134018 101
Kelas
: 2B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS 2020
I.
TUJUAN 1. Mahasiswa
dapat
membuat
preparat
apusan
darah
dengan
menggunakan zat warna Wright-Giemsa 2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil preparat apusan darah 3. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi sel darah putih (Leukosit) 4. Mahasiswa dapat menghitung jenis sel darah putih (Leukosit)
II.
METODE Metode yang digunakan adalah Metode Apusan (Blood Smear).
III.
PRINSIP Prinsip sediaan apus yaitu uatu apusan-darah tipis dibuat dengan meletakkan setetes (kecil saja) darah pada kaca objek, diratakan sedemikian sehingga terbentuk apusan yang tipis (hanya selapis). Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang bersifat asam akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis, demikian pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunkana prinsip Romanowsky yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari Azure B (trimethylthionin) yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang bersifat asam seperti yang dianjurkan oleh The International Council for Standardization in Hematology (ICSH), dan pewarna Romanowsky yang dianjurkan adalah pewarna kombinasi Wright-Giemsa dan May GrunwaldGiemsa (MGG).
IV.
DASAR TEORI Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai alat untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan protein pernafasan yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen
yang disebabkan oleh
hemoglobin. Dalam darah juga terdapat kandungan seperti air, protein,
mineral dan garam. Selain itu darah juga dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga memiliki peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah merah, sel darah putih serta kepingan darah (Hiremath, P.S., Bannigidad, P., Geeta, S, 2010) Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari susunan sel darah manusia yang memiliki peranan utama dalam hal sistem imunitas atau membunuh kuman dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah manusia. Sel darah putih atau yang juga dapat disebut dengan leukosit. Leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Wiyanti, A, 2013). Lekosit (White Blood Cell ) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagaipenyakit infeksisebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putihtidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapatmenembus dinding kapiler/diapedesis (Gandosoebrata, 2010). Menurut (Riswanoto, 2013) nilai normal Lekosit, yaitu: •
Dewasa : 4.000-11.000/µl;
•
Neonatus (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/µl;
•
Anak umur 1 tahun : 6.000-18.000/µl;
•
Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/µl;
•
Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/µl
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%)(Hoffbrand,2012). Sediaan apus darah tepi merupakan suatu pemeriksaan untuk menghitung jenis dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan apus darah tepi adalah slide yang salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah dan diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau wright, kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Preparat terlebih dahulu difiksasi menggunakan methanol kemudian dilakukan pengecatan giemsa (Houwen, Berend 2000).
V.
ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Mikroskop binokuler b. Kaca objek 25 x 75 mm (harus sudah dibilas sampai bersih dan kalau perlu, dibersihkan lagi dengan kain/lap lembut yang dibasahi etanol atau eter) c. Pipet Pasteur d. Rak pengecatan e. Gelas ukur 50 ml atau 100 ml f. Gelas piala atau botol yang berisi air bersih (air dari keran) g. Timer h. Rak untuk mengeringkan kaca objek i. Syringe j. Holder k. Tourniquet l. Tabung vakum yang berisi antikoagulan EDTA m. Gabus n. Pensil 2. Bahan a. Darah vena dengan antikoagulan EDTA b. Alkohol swab dan Hevavix c. Tissue d. Metanol absolut dengan kadar air kurang dari 4%, disimpan dalam botol yang tertutup rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara e. Zat warna Wright. Zat warna Wright 1 gr dan Metanol absolut 600 ml. Penambahan alkohol sedikit demi sedikit, sambil dikocok dengan baik dengan bantuan 10-20 butir gelas. Tutup rapat untuk mencegah penguapan dan disimpan ditempat yang gelap selama 23 minggu dengan sering-sering dikocok dan saring sebelum dipakai f. Larutan dapar pH 6,4 g. Zat warna Giemsa
VI.
PROSEDUR KERJA 1. Cara Membuat Sediaan Apus 1) Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai “kaca penghapus” sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan sedian apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek 2) Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2–3 mm dari ujung kaca objek. Kaca penghapus diletakkan dengan sudut 30–45 derajat terhadap kaca objek didepan tetes darah 3) Kaca penghapus ditarik ke belakang sehingga tetes darah, ditunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut 4) Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3–4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan 5) Apusan darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada bagian tebal apusan dengan pensil kaca 2. Cara Pewarnaan Kombinasi Wright-Giemsa a. Meneteskan larutan Wright ke atas preparat sampai semua apusan tergenangi, lalu biarkan selama 2-3 menit b. Menambahkan larutan Giemsa yang telah diencerkan dengan larutan dapar pH 6,4 atau 6,8 (1 : 4) sampai apusan tergenangi semua, lalu dibiarkan selama 15 menit c. Preparat dibilas dengan air kemudian dikeringkan di udara 3. Pengamatan Preparat a. Diletakkan sediaan apusan yang telah dibuat dan diwarnai diatas meja mikroskop
b. Diamati pada apusan zona V (zona regular), pembesaran 100x dengan oil imersi c. Diamati apusan yaitu estimasi jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
VII.
NILAI RUJUKAN 1. Estimasi Jumlah 20 – 30 sel/Lp 2. Hitung jenis
Eosinofil
:1–3%
Basofil
:0–1%
Neutrofil Batang : 2 – 6 %
Neutrofil Segmen : 50 - 70 %
Limfosit
: 20 – 40 %
Monosit
:2–8%
VIII.
HASIL PENGAMATAN Preparat Mahasiswa Nama
: I Gst Ayu Redina Matua Dewi
Umur
: 19 thn
Jenis kelamin : Perempuan
1. Estimasi jumlah Hasil pengamatan : Lapang Pandang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Jumlah
Hasil
25
28
29
17
22
23
29
34
20
17
244
8
9
Rumus
𝐿𝐸𝑈𝐾𝑂𝑆𝐼𝑇
= 𝐿𝐴𝑃𝐴𝑁𝐺 𝑃𝐴𝑁𝐷𝐴𝑁𝐺 =
244 10
= 24 𝑆𝑒𝑙/𝐿𝑝
Hasil setelah diamati dan dihitung 24 Sel/Lp
2. Hitung Jenis Leukosit Lp Sel
1
2
3
4
5
6
7
10
%
Basofil
0%
Eosinofil
0%
Stab/Batang
II
I
Segmen
IIII
IIII
Limfosit
II
II
Monosit Jumlah
I IIII IIII
II IIII III
III
II
IIII I IIII I I
I
10
III I
I 10
III
II
I
IIII
IIII
II
IIII
I
II 10
Hasil setelah di amati dan dihitung
Basofil
:0 %
Eosinofil
:0%
Neutrofil Batang
: 19 %
10
10
10
10
10
10
I
19%
IIII I
65%
I
12%
I
4%
10
100
Neutrofil Segmen
: 69 %
Limfosit
: 12 %
Monosit
:4%
Hasil Hitung Leukosit Manual
Neotrofil Batang
Neotrofil Segmen
Otomatik ( Hematologi Analyzer)
Limfosit
Monosit
IX.
PEMBAHASAN Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari susunan sel darah manusia yang memiliki peranan utama dalam hal sistem imunitas atau membunuh kuman dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah manusia. Sel darah putih atau yang juga dapat disebut dengan leukosit. Leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Wiyanti, A, 2013). Lekosit (White Blood Cell ) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagaipenyakit infeksisebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putihtidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan
dapatmenembus
dinding
kapiler/diapedesis
(Gandosoebrata, 2010). Menurut (Riswanoto, 2013) nilai normal Lekosit, yaitu:
Dewasa : 4.000-11.000/µl;
Neonatus (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/µl;
Anak umur 1 tahun : 6.000-18.000/µl;
Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/µl;
Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/µl Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan
apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%)(Hoffbrand,2012). Leukosit merupakan kelompok dari beberapa jenis sel. Leukosit dibedakan menjadi: Granulosit (Leukosit granuler/ polimorfonuclear) dan Agranulosit (Leukosit nongranuler/ mononuclear) a) Granulosit Paling banyak terdapat dalam darah, sekitar 75%. Terdapat butir spesifik yang mengikat zat warna dan sitoplasma. 1) Sel neutrofil
Jumlahnya paling banyak sekitar 60-70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 dalam darah normal. (Subowo, 2009). Neutrofil merupakan garis terdepan pertahanan tubuh selama infeksi akut karena mempunyai kemampuan fagositosis. Neutrofil berespon lebih cepat terhadap inflamasi dan sisi cidera jaringan dibanding dengan jenis leukosit yang lain. Neutrofil yang belum matang disebut dengan batang dan dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut, sedangkan yang sudah matang disebut segmen (Kee, 2008) 2) Sel eosinofil Jumlah sel eosinofil sebanyak 1-3% dari seluruh leukosit atau 150450 buah per mm3 darah. Sel eosinofil berkaitan dengan peristiwa alergi dan sering ditemukan dalam jaringan yang mengalami reaksi alergi atau radang kronis. Hitung jenis eosinofil meningkat selama alergi disebabkan oleh parasitik. (Kee, 2008; Subowo, 2009). 3) Sel basofil Jumlah sel basofil sekitar 0,5% sehingga sangat sulit ditemukan pada sediaan apus. Ukurannya 10-12 µm. Sitoplasmanya mengandung bahan-bahan diantaranya histamin yang berperan dalam proses alergi atau anafilaksis (Subowo, 2009). Hitung basofil meningkat pada masa penyembuhan. Pada peningkatan steroid, hitung basofil akan menurun (Kee, 2008) b) Agranulosit 1) Limfosit Jumlah limfosit sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Limfosit dapat berperan dalam sistem imunologik, dikenal dengan nama sel imunokompeten dan dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T (Subowo, 2009). Peningkatan jumlah limfosit (limfositosis) terjadi pada infeksi krinis dan virus (Kee, 2008). 2) Monosit Berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Monosit memiliki diameter terbesar yaitu 12-15µm. Monosit adalah pertahanan baris kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Sel ini lebih kuat daripada
neutrofil dan dapat mengonsumsi partikel debris yang lebih besar. (Kee, 2008). Monosit mampu bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan pengikat dan monosit berubah menjadi makrofag atau selsel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik. Selain berfungsi sebagai fagositosis sel makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun (Subowo, 2009)
X.
SIMPULAN Pada praktikum ini dilakukan estimasi jumlah dan hitung jenis leukosit atas nama I Gst Ayu Redina Matua Dewi ,berjenis kelamin perempuan dan umur 19 thn, didapatkan hasil kesan jumlah yaitu 24 leukosit/lapang pandang. Sedangkan hitung jenis didapatkan hasil yaitu Basofil 0%, Eosinofil 0%, Neutrophil batang 19%, Neutrophil segment 65%, limfosit 12% dan monosit 4%. Dapat disimpulkan bahwa pada estimasi jumlah yaitu nomal sedangkan pada hitung jenis yaitu Basofil normal, Eosinofil dibawah normal, Neotrofil batang diatas normal, Neotropil segmen normal, Limfosit dibawah normal (Limpopenia) dan Monosit normal.
DAFTAR PUSTAKA Hiremath, P.S., Bannigidad, P., Geeta, S. 2010. Automated Identification and Classification of White Blood Cells (Leukocytes) in Digital Microscopic Images. IJCA Special Issue on “Recent Trends in Image Processing and Pattern Recognition” RTIPPR, 2010 Halaman 59. Dept. of Computer Science, Gulbarga University, Gulbarga, Karnataka, India. Hoffbrand,A.V.2012.Kapita Selekta Hematologi edisi keempat. Jakarta: EGC Houwen, Berend. 2000. Blood Film Preparation and Staining Procedures. Loma Linda University School of medicine, California. Riswanto. 2013.Pemeriksaan Laboratorium Hematologi . Yogyakarta: Alfamediadan Kanal Media. Wiyanti, A, 2013, Multilayer Perceptron Network Clasification Of White Blood Cell's Components With Multilayer Perceptron Network, Jurnal Digilib ITS, Surabaya.