Laporan Ikhtiologi Morfometrik Dan Meristik Pada Ikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari berbagai kepulauan yang memiliki Sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah dan luas dalam bidang perikanan dan kelautan, dalam pemanfaatannya kegiatan masyarakat yang melakukan kegiatan dalam bidang perikanan belum terlalu maksimal, mengingat belum ada potensi dari masyarakatdalam pengolahan Sumberdaya Perikanan. Perikanan merupakan suatu ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu terapan yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritime yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus di kaji dan dikembangkan baik yang mengenai anatomi, morfologi ataupun fisiologi (Murniyati,2002). Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda tergantung dari spesies dan dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik. Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi, dan lebar badan, tinggi danpanjang sirip, dan diameter mata. (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999)



2



Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah centimeter (cm) atau millimeter (mm). Ukuran-ukuran ini disebut ukuran mutlak. Untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan jangka sorong (calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi hanyalah merupakan ukuran perbandingan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami susunan, ukuran dan jarak baris pada seluruh bagian tubuh ikan, dengan memahami cara perhitungan morfometrik dan meristik pada tubuh ikan. 1.3 Manfaat Adapun manfaat yang penulis dapatkan dari praktikum ini adalah penulis bisa mengetahui tentang perhitungan morfometrik dan meristik pada tubuh ikan secara akurat berdasarkan hasil pengamatan langsung.



3



II. TINJAUAN PUSTAKA



Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu Agnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (Pulungan, 2014). Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur,jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan mempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya dapat saling berbeda (Sharifuddin, 2011). Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran bagian-bagian tertentu



tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan



penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 2003). Meskipun mempunyai bentuk yang berbeda namun ada satu pola dasar yang sama yaitu ”kepala – badan – ekor” pada umumnya simetris bilateral. Bidang dan arah pada pada anatomi ikan terdapat dalam buku terminologi “Nomina Anatomica



4



Veterinaria”. Terminologi yang menyangkut bidang dan arah pada anatomi manusia berbeda dengan yang diterapkan pada ikan atau hewan lain. (Manda et al, 2005). 2.1 Ikan Patin Jenis ikan patin di Indonesia di antaranya Pangasius poluranodo (ikan juaoro), Pangasius macronema (ikan rius, riu, lancang), Pangasius micronemus (wakal, riu scaring) Pangasius nasutus (pedado) dan Pangasius nieuwenhuisil (lawang)(Arie,2009). Ikan patin (Pangasius Pangasius) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35 - 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan



ini.



Ikan patin (Pangasius Pangasius) berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebaga peraba. Menurut Djariah (2001), ikan patin (Pangasius Pangasius) memerlukan



5



sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan omnivora, tetapi cenderung ke arah karnivora. Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, dialam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan daun – daunan yang ada diperairan. Apabila dipelihara dikolam, ikan patin tidak menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Jangkaru, Z (2004) dalam Buku Budidaya Ikan di Jaring Terapung, Cholik et al (2004) yang menyatakan bahwa ikan patin (Pangasius hypothalamus) sangat tanggap terhadap pakan buatan .Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan dengan kandungan protein 28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3 kali per hari, untuk mempercepat pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan rucah 10 % dari bobotnya dan diberikan 2 kali seminggu. (Sumber SNI : 01-6483.1-2000. Menganai Manajemen Pakan Ikan Patin, Bogor.



6



III. METODE PRAKTIKUM



3.1.Waktu dan Tempat Praktikum Ikhtiologi mengenai Morfometrik Tubuh Ikan dilakukan pada hari Senin, 30 April 2018, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Praktikum ini berlangsung didalam Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan adalah nampan yang digunakan untuk meletakkan ikan sample, penggaris 30 cm yang digunakan untuk mengukur ukuran morfometrik ikan sampel, serbet, buku penuntun praktikum untuk membantu praktikan agar lebih mudah melaksanakan praktikum, alat-alat tulis untuk menggambar ikan sampel. Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah beberapa jenis ikan air laut dan air tawar di antaranya adalah ikan Patin (Pangasius pangasius). 3.3. Metode Praktikum Metode yang digunakan dalam praktikum ikhtiologi ini adalah pengamatan secara langsung di laboratorium dengan menggambarkan ikan yang dilihat berdasarkan hasil pengukuran morfometrik kedalam buku gambar sesuai dengan objek yang di praktikumkan. 3.4. Prosedur Praktikum Pertama setiap praktikkan mengukur SL, TL, HDL dan BDH pada bagian tubuh ikan. Lalu gambarkan pada buku gambar sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Kemudian lakukan pengukuran morfometrik pada semua bgian tubuh



7



ikan yang sudah ditentukan berdasarkan petunjuk yang ada. Setelah itu tuliskan hasilnya dalam bentuk tabel persen. Lalu berikan keterangan pada bagian tubuh ikan yang sudah digambar. Kemudian buat klasifikasi dan deskripsi dari jenis ikan yang telah di gambar tersebut pada buku gambar.



8



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Adapun Klasifikasi Ikan Patin sebagai berikut : Kingdom



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Pisces



Ordo



: Siluriformes



Subordo



: Siluriodea.



Famili



: Pangasidae.



Genus



: Pangasius



Spesies



: Pangasius Pangasius Untuk Morfologi Ikan Patin (Pangasius pangasius) dapat dilihat pada



Lampiran 1.



Tabel 1. Morfometrik Ikan Patin (Pangasius pangasius) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Nama Pengukuran Panjang Total (PT) Panjang Baku Panjang Kepala bagian Dorsal Panjang Kepala bagian Lateral Panjang Pre Dorsal Panjang Pangkal Ekor Dorsal Panjang Pangkal Ekor Anal Panjang Anal-Pelvik Tinggi Kepala di Mata Tinggi Kepala di Tengkuk Tinggi Badan di Pelvik Tinggi Badan di Awal Dorsal



(Cm) 32 28,6 5,5 7,3 5,8 4 1,3 3,4 2,4 4,7 6,5 7,9



9



13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25



Tinggi Badan di Akhir Anal Tinggi Batang Ekor Tinggi Dasar Ekor Diameter Bola Mata Panjang Dasar Sirip Pectoral Panjang Dasar Sirip Dorsal Panjang Dasar Sirip Pelvik Panjang Dasar Sirip Anal Panjang Sungut Panjang jari sirip D Terpanjang Panjang jari sirip P Terpanjang Panjang Cuping Sirip Ekor Atas Panjang Cuping Sirip Ekor Bawah



3 2,6 2,1 0,8 4,6 2,3 1,2 8,9 2,5 2 4,2 5,9 5,2



Tabel 2. Tabel Meristik tubuh Ikan Patin (Pangasius pangasiu) No. 1. 2. 3. 4. 5.



Nama Perhitungan Jumlah jari-jari sirip dorsal Jumlah jari-jari sirip pectoral Jumlah jari-jari sirip ventral Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari sirip caudal



Nilai DI,8,6 PII,0,14 VII,2,16 A,1,29 CXI,3,8



4.2 Pembahasan Patin merupakan salah satu jenis ikan dari kelompok lele-lelean. Panjang patin dewasa mencapai 120 cm. Ukuran tubuh seperti ini merupakan ukuran tubuh yang tergolong besar bagi ikan jenis lele-lelean. Bentuk tubuhnya memanjang dengan warna dominan putih berkilauan seperti perak dan dibagian pungungnya berwarna kebiruan. Kilau warna keperkan tubuhnya sangat cemerlang ketika masih kecil, sehingga banyak orang yang memeliharanya di akuairum sebagai ikan hias. Warna keperakan ini akan semakin memudar setelah patin semakin besar. Sama seperti ikan lele-lelean lainnya, patin tidak memiliki sisik alias bertubuh licin. Bentuk kepalanya relatif kecil. Mulutnya terletak di ujung kepala sebelah bawah. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi



10



sebagai alat pencari pakan dan alat peraba saat berenang. Di bagian punggungnya terdapat sirip dengan sebuah jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil. jarijari lunaknya berjumlah 6-7 buah ,bentuk sirip ekornya simetris bercagak. Di sirip dada terdapat 12-13 jari – jari lunak dan satu buah jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sementara itu, di sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak.



11



V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1.Kesimpulan Dari hasil hasil praktikum dapat disimpulkan bagian perhitungan data morpometrik setiap jenis ikan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis ikan, habitat dan faktor lingkungan dimana ikan itu hidup. Dari sampel ikan semuanya memiliki linnea lateralis, tetapi ada yang tidak sempurna. Pada pehitungan sisik tidak ditemukan pada ikan yang tidak memiliki sisik seperti patin. 5.2.Saran Agar pratikum ikhtiologi ini dapat berjalan dengan lancar dan baik maka diharapkan para asisten untuk dapat mendampingi pratikan pada saat melakukan pratikum, agar apabila terjadi kekeliruan maka dapat langsung dibantu oleh asisten.



12



DAFTAR PUSTAKA



Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra Emulsi. Makassar. Irfan. 2009. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung. 21 hal. Khairuman dan Suhenda D. 2002. Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 89 hal. Lahiank .2011. Dunia Ikan. Armico,Bandung. 190 hal. Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta. Rahardjo. 2001. Icthiology. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 halaman. Sulistiyono. 2005. Morfologi Dasar Ikan. Mandala Pratama: Yogyakarta.



13



LAMPIRAN



14



Lampiran 1. Morfologi Ikan Patin (Pangasius pangasius)



15



Lampiran 1. Alat – alat yang digunakan pada praktikum



Pensil



Pena



Penghapus



Serbet



Nampan



Penggaris



Penuntun praktikum



Buku Praktikum