Laporan Injeksi Furosemid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INJEKSI FUROSEMID



KELOMPOK 3 FARMASI VI-A Bayyinah



108102000026



Nur Ikhlas



1081020000



Siti Mardiyanti



108102000021



Dosen pembimbing



: Ibu Sabrina, S.Si, Apt



Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA APRIL 2011



1



I.



DATA ZAT AKTIF Furosemid



Sinonim



: Furosemida, Furosemidum



Struktur kimia : 4-Chloro-N-furfuryl-5-sulphamoylanthranilic acid. Nama Kimia



: C12H11ClN2O5S



BM



: 330,74



Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,5 % C12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. (FI Ed III) Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C 12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. (FI Ed IV) Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau; hampir tidak berasa. Kelarutan 



Menurut FI Ed III Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform, larut dalam 75 bagian etanol (95 %) dan dalam 850 bagian eter; larut dalam larutan alkali hidroksida.







Menurut FI Ed IV Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam methanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform.



Keasaman – kebasaan : pH 8,9 sampai 9,3 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik 2



Khasiat dan penggunaan : Diuretikum Jenis sterilisasi : Sterilisasi A atau C Indikasi : Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal jantung koroner dan penyakit hati, diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan hipertensi. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian  Menurut FI Ed III  Untuk anak dan bayi IV, 1 X P = 0,6 mg / kg 1 X sehari = 0,6 mg / kg  Untuk dewasa IM, 1 X P = 20 mg diberikan 2x IV, 1 X P = 20 mg diberikan perlahan-lahan 



Menurut Formularium Nasional Im; iv, 2 ml sampai 4 ml. Setelah tidak kurang dari 2 jam jika perlu dosis dinaikkan dengan 2 ml.







Menurut Martindale 35th Ed Anak dan Bayi = I.M, I.V : 1 mg/kg/dosis dengan peningkatan 1 mg/kg/dosis pada interval 612 jam sampai 6 mg/kg/dosis. Dewasa = I.M, I.V : 20-40 mg/dosis, yang mungkin diulang 1-2 kali sesuai kebutuhan dan ditingkatkan 20 mg/dosis sampai tercapai efek yang diinginkan.Interval dosis yang umum : 6-12 jam ;



Untuk edema paru-paru akut, dosis yang umum digunakan adalah 40 mg, I.V selama 1-2 menit. Jika belum tercapai respon, dosis ditingkatkan sampai 80 mg. Infus I.V kontinyu = Dosis bolus i.v adalah 0,1mg/kg diikuti dengan infus i.v kontinyu 0,1 mg/kg/hari-dosis ditingkatkan setiap 2 jam sampai maksimum 0.4 mg/kg/jam jika output urin adalah 98%. Metabolisme : melalui hati. T½ eliminasi : 0.5 -1.1 jam, sakit ginjal parah : 9 jam. Ekskresi melalui urin : (oral : 50%, i.v : 80%) selama 24 jam; feses (sebagai obat yang tidak berubah) : klirens non ginjal diperpanjang pada pasien gangguan ginjal.



4



Stabilitas Penyimpanan Furosemid injeksi harus disimpan pada suhu kamar yang terkontrol dan dilindungi dari cahaya. Pemaparan terhadap cahaya dapat menyebabkan perubahan warna. Furosemid jangan dipergunakan jika berubah warna menjadi kuning. Penyimpanan beku dapat menyebabkan pengendapan atau kristalisasi, pelarutan kembali pada suhu kamar atau penghangatan dapat dilakukan dan tidak mempengaruhi stabilitas obat. Furosemid tidak stabil pada media asam tetapi stabil pada media basa. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen lain dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik atau keadaan penurunan elektrolit parah sampai keadaannya membaik. Efek Samping Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik, hipotensi akut,serangan jantung (akibat pemberian melalui I.V atau I.M), parethesias, vertigo, pusing, kepala terasa ringan, sakit kepala, pandangan kabur, demam, tidak bisa beristirahat, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalemia, hipokloremia, alkalosis metabolik, hipokalsemia, hipomagnasemia, hiponatremia, dermatitis eksfoliatif, eritema multiform, purpura, fotosensitifitas, urtikaria, rashm pruritusm vaskulitis kutan, spasmus saluran urin, frekuensi uriner, anemia aplastik (jarang), trombositopenia, agranulositosis (jarang), anemia hemolitik, anemia, leukopenia, anemia, gangguan pendengaran (sementara atau permanen; pada pemberian I.M atau I.V). tinitus, tuli sementara (pada pemberian i.m atau i.v cepat), vaskulitis, alergi nefritis intestinal, glikosuria, penurunan kecepatan filtrasi dan aliran darah pada ginjal (karena overdiuresis), kenaikan BUN sementara. Interaksi - Dengan Obat Lain :



5



Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat meningkatkan risiko aritmia dengan obat-obat yang dapat meningkatkan interval QT, termasuk antiaritmia tipe Ia dan III, cisaprid dan beberapa kuinolon (sparfloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin). Risiko toksisitas litium dan salisilat akan meningkat dengan adanya diuretik loop. Efek hipotensi dan/atau efek lanjut pada ginjal dari inhibitor ACE dan anti inflamasi non steroid akan meningkat dengan adanya hipovolemia yang diinduksi oleh furosemida, Efek obat bloker adrenergik perifer atau bloker ganglion dapat ditingkatkan oleh furosemid. Furosemid dapat meningkatkan risiko toksisitas dengan agen ototoksik lain (aminoglikosida, cis-platinum), terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal. Efek sinergis diuretik lebih cenderung terjadi pada penggunaan bersama obat antihipertensi lain dan hipotensi dapat terjadi. Indometasin, aspirin, fenobarbital, fenitoin dan antiinflamasi non steroid dapat menurunkan efek natriuretik dan hipotensif dari furosemid. Colestipol, kolestiramin dan sukralfat akan menurunkan efek furosemid, beri jarak pemberian 2 jam. Furosemid dapat mengantagonis efek relaksan otot skeletal (tubokurarin). Toleransi glukosa dapat diturunkan oleh furosemid, perlu penyesuaian dosis obat hipoglikemik. Metformin dapat menurunkan konsentrasi furosemid. - Dengan Makanan : Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya makanan. Hindari dong quai, efedra, yohimbe, ginseng (memperparah hipotensi), bawang putih (dapat meningkatkan efek hipertensi), batasi penggunaan licorice. Natrium Klorida BM 58,44 Natrium Klorida : mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan Pemerian: Hablur heksahedral tidak bewarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P 6



Keasaman dan Kebasaan: larutan 50 g dalam 200 ml air bebas karbondioksida P, tambahkan 10 tetes larutan biru bromitimol P.Jika larutan bewarna kuning, untuk merubah menjadi warna biru diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml natrium hidroksida 0,02 N. Jika larutan bewarna hijau atau biru, untuk merubah menjadi warna kuning diperlukan tidak lebih dari 3,12 ml asam klorida 0,02 N Susut pengeringan: tidak lebih dari 0,5 % Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Khasiat dan kegunaan: sumber ion klorida dan ion natrium Natrium hidroksida Sinonim : Natrii hidroksida, Natrii Hydroxydum Struktur kimia : NaOH



BM = 40



Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5 % alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5 % Na2CO3 (FI Ed III) Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0 %. (FI Ed IV) Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida. Kelarutan 



Menurut FI Ed III Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)







Menurut FI Ed IV Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan 7



Acidum Hydrochloridum Sinonim : Asam Klorida, Hydrochloric Acid. Rukmus Struktur HCl



BM = 36,46



Asam klorida mengandung tidak kurang dari 35,0 % dan tidak lebih dari 38,0% HCl. (Farmakope Indonesia Ed III). Asam klorida mengandung tidak kurang dari 36,5 % b/b dan tidak lebih dari 38,0% b/b HCl. (Farmakope Indonesia Ed IV). Pemerian Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang. Bobot per ml Lebih kurang 1,18 g Keasaman – Kebasaan Larutan yang sangat encer masih bereaksi asam kuat terhadap Kertas Lakmus. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, gelas atau bahan inert lain pada suhu dibawah 30° C. Simpan tertutup dari konsentrasi alkalis, besi,dan cyanida harus dihindari. Inkompatibilitas Asam hidroklorida reaksi menganggu dengan asam, dengan perubahan nilai panas yang tinggi.Asam hidroklorida juga bereaksi dengan banyak besi dan hidrogen bebas. Khasiat dan Penggunaan Zat tambahan, Bahan pengasam (dapat berfungsi sebagai adjust pH) Aqua Steril Pro Injectione (aqua steril untuk injeksi) Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya. Organoleptis Bentuk :



cairan jernih



Warna:



tidak bewarna



Bau:



tidak berbau



Buku pembanding: Endotoksin BPFI 8



Endotoksin Bakteri tidak boleh lebih dari 0,25 unit Endotoksin FI per ml, menggunakan Endotoksin BPFI sebagai pembanding. Klorida Pada 20ml zat uji dalam tabung pembanding warna tambahkan 5 tetes asam nitrat P, dan 1ml perak nitrat LP, dan campur perlahan terjadi kekeruhan dalam waktu 10menit yang tidak lebih keruh dari 20ml Air dengan kemurnian tinggi seperti yang tertera pada pereaksi dalam wadah yang mengandung 10µg Cl (0,5 bpi) diamati dengan arah tegak lurus tabung dengan dasar gelap dan cahaya yang masuk dari samping. Sterilitas memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastic, tidak lebih besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaikny adari kaca Tipe 1 atau tipe II (Farmakope Indonesia edisi IV hal 112-113) Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf) Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan



II.



FORMULASI INJEKSI FUROSEMID BERDASARKAN FORNAS, hal 134.



FUROSEMIDI INJECTIO (Injeksi Furosemida) Komposisi. Tiap ml mengandung : Furosemidum



10 mg



Aqua Pro Injectione hingga



1 ml



9



Penyimpanan. Dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Dosis. Im; iv, 2 ml sampai 4 ml. Setelah tidak kurang dari 2 jam jika perlu dosis dinaikkan dengan 2ml. Catatan



III.







Ditambahkan Natrium Hidroksida secukupnya hingga pH 8,9 sampai 9,3.







Disterilkan dengan Cara Sterilisasi A atau C.



TAK TERSATUKAN ZAT AKTIF (OTT) 



Larutan furosemid untuk injeksi bersifat alkali dan sebaiknya tidak dicampur atau diencerkan dengan injeksi glukosa atau larutan asam lainnya.







Injeksi furosemid dilaporkan secara visual tidak cocok dengan injeksi diltiazem hydrochloride, dobutamine hydrochloride, dopamine hydrochloride, labetalol hydrochloride,



midazolam



hydrochloride,



milrinone



lactate,



nicardipine



hydrochloride, dan vecuronium bromide. 



tidak cocok juga dengan larutan nutrisi parenteral, dengan cisatracurium besilate, levofloxacin, phenylephrine. dan dengan vasopressin



IV.



USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN Menggunakan vial berwarna gelap karena pemaparan terhadap cahaya dapat menyebabkan perubahan warna.



V.



ALAT dan CARA STERILISASI Nama alat Spatel logam Pinset logam Batang pengaduk Kaca arloji Cawan penguap Gelas ukur



Jumlah 2 1 1 2 1 2 10



Cara sterilisasi Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C Autoklaf (115 - 116 ⁰ C)



Waktu 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit



Pipet tetes tanpa karet Karet pipet Corong gelas dan kertas saring lipat terpasang Kapas Jarum suntik (spuit) Erlenmeyer Beacker glass Ampul



VI.



2 2 1



Autoklaf (115 - 116 ⁰ C) Rebus Autoklaf (115 - 116 ⁰ C)



30 menit 30 menit 30 menit



1 3 2 2



Autoklaf (115 - 116 ⁰ C) Autoklaf (115 - 116 ⁰ C) Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C Oven 170⁰ C



30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit



FORMULA AKHIR R/ Furosemidum



10 mg



Aqua Pro Injectione hingga



1 ml



Dibuat Injeksi Furosemid No II Volume yang dibuat untuk 1 vial = (n x V’) + (2 x 3) = (2 x 5,3) + 6 = 16,6 mL ≈ 25 mL Penimbangan bahan  Furosemid = (10 mg/1 ml) X 25 mL = 250 mg = 0,25 gram  NaOH 3,56% = _3,56 gram = _X_ 100ml



35ml



x = 1,2 gram artinya ditimbang 1,2 gram NaOH kemudian dilarutkan dengan API ad 35 ml, NaOH yang dipakai untuk melarutkan furosemid yaitu sebanyak 10 ml.  API yang ditambahkan = 25 ml – (0,25 gram + 10 ml) = 14, 75 ml



Persyaratan sediaan parenteral (Termasuk injeksi) : 11



1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat secara kimiawi dan sebagainya. 2. Penggunaan wadah yang cocok , sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya ineraksi antara bahn obat dengan material dinding wadah. 3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. 4. Bebas kuman. 5. Bebas Pirogen. 6. Isotonis. 7. Isohidris. 8. Bebas partikel melayang. Perhitungan pada preformulasi menggunakan ampul 2 ml dan NaCl Dibuat Injeksi Furosemid No II Volume yang dibuat = (n + 2) V’ + (2 x 3) = (2 + 2) 2,15 + (2 x 3) = (5) 2,15 + 6 = 10,75 + 6 = 14,6 mL ≈ 20 mL Penimbangan bahan  Furosemid = (10 mg/1 ml) X 20 mL = 200 mg = 0,2 gram  NaOH untuk melarukan furosemid = 10 ml x 0,2 gram = 2 ml  NaCl untuk zat pengisotonis = ∆Tf ∆Tf



= Liso x Berat x 1000 BM x V = 2 x 0,2 x 1000 330,74 x 20 12



∆Tf ∆Tf



=



400____ 6614,8 = 0,0605



Tonisitas (metode turunnya titik beku): W = 0,52 – a b = 0,52 – (0,0605 x 1) 0,58 = 0,79 gram NaCl dalam 100 ml Keterangan: W



= jumlah (gram) bahan pembantu isotonic dalam 100 ml larutan



a



= turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai



untuk larutan 1% b/v b



= turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotoni



(teori sediaan dan teori analisis bab injeksi h.19) Jadi NaCl yang ditambahkan untuk volume sediaan 20 ml adalah: _0,79_= __X__ 100 20 100 X = 15,8 X = 0,158 gram NaCl  API yang ditambahkan = 20 ml – (0,2 gram + 2 ml + 0,158 gram) = 17, 642 ml



Alasan – alasan :



♫ Zat aktif mudah larut dalam NaOH sehingga dapat dipakai sebagai Sediaan Parentral Volume kecil karena akan dibuat sediaan injeksi dan larutan bersifat larutan sejati.



♫ IM Karena pemberian secara IM merupakan pemberiaan yang tepat untuk sediaan kerja diperlambat yang dibuat dengan pembawa air. Pemberian secara IM digunakan untuk larutan maksimal 5 ml yang disuntikkan pada daerah gluteal (di atas pantat). pada sediaan IM sebaiknya isotonis, kadang dibuat hipertonis untuk mempermudah absorpsi jaringan. 13



digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan efek obat yang tidak terlalu cepat tapi berlangsung lebih lama dibandingkan efek dari intravena.



♫ Autoklaf filtrasi Autoklaf Larutan disterilkan dengan cara otoklaf (121˚C selama 15 menit



Tetap memakai formula pada fornas dan tidak menambah zat tambahan lain seperti: 



Zat pengawet: pengawet tidak diperlukan karena sediaan dilakukan sterilisasi akhir.







Pengatur tonisitas; biasanya ditambahkan zat pengisotoni yaitu dengan tujuan mencegah ketidakseimbangan elektrolit, mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, hemolisa sel darah, dan mengurangi sakit pada daerah injeksi. Seharusnya pada formula ini ditambahkan zat pengisotoni. Akan tetapi pada praktiknya kami tidak menggunakan NaCl sebagai zat pengisotonis karena pada praktikum ini tonisitas belum diperlukan, hanya evaluasi kejernihan dan pH sediaan.Antioksidan: digunakan untuk melindungi zat yang peka terhadap oksidasi, tetapi vitamin B6 tidak terlalu peka terhadap oksidasi sehingga tidak diperlukan antioksidan hanya pada penyimpanannya diletakkan pada wadah berwarna gelap.







Pengatur pH (dapar): tujuan digunakannya yaitu untuk meningkatkan stabilitas obat; mengurangi



rasa



nyeri,



iritasi,



nekrosis



saat



penggunaannya;



menghambat



pertumbuhan mikroorganisme. Untuk sediaan parenteral volume kecil, dapar dapat dibuat bila pH stabilitas sediaan berada dalam rentang; iv (pH 3-10,5), rute lain (pH 4-9). pH sediaan diusahakan mendekati pH darah yaitu 7,4. Akan tetapi karena larutan furosemid stabil pada pH 8 – 9,3. Untuk itu ditambahkan zat tambahan untuk adjust pH, disini kami menggunakan HCl 0,1 M dan HCl pekat.



VII.



CARA KERJA



Pembuatan Aqua Pro Injectione a) Aqua bidestilata di panaskan diatas waterbath di dalam erlenmeyer sampai air mendidih. Setelah air mendidih kemudian dipanaskan lagi selama 40 menit. 14



b) Setelah 40 menit lalu diangkat kemudian di dinginkan. API digunakan untuk membuat sediaan larutan steril. Pembuatan Sediaan 1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. 0,25 gram furosemid dan 1,2 gram NaOH di timbang dengan kaca arloji. Semua bahan dan peralatan dipindahkan ke white area melalui passbox. 3. Buat NaOH 3,56%, yaitu dengan melarutkan 1,2 gram NaOH dengan 30 ml API pada beaker glass, aduk ad larut. Kemudian 5 ml API untuk membilas kaca arloji. 4. Larutkan 0,25 gram furosemid dengan 7 ml NaOH 3,56% dalam beaker glass, kemudian bilas kaca arloji dengan 3 ml NaOH. 5. Tambahkan 12 ml API sedikit demi sedikit, kemudian lakukan cek pH kembali dengan kertas indicator (pH sediaan = 14), kemudian di tambahkan 2 ml HCl 0,1 M dan 1 ml HCl pekat (pH sediaan = 9). 6. Masukkan kertas saring ke dalam corong kemudian basahi kertas saring dengan sedikit API, kemudian dilakukan penyaringan dengan erlemeyer dan corong + kertas saring yang telah dibasahi. 7. Mengisi sediaan kedalam vial, dengan setiap vial sebanyak 5,3 ml menggunakan spuit 8. Ditutup vial dengan tutup vial yang sudah disediakan. 9. Disterilkan sediaan dalam Autoklaf pada suhu 115-116⁰ C selama 30 menit. 10. Dilakukan evaluasi terhadap sediaan dan wadah.



VIII.



IX.



ETIKET



DATA PENGAMATAN 



pH sediaan sebelum ditambah HCl = 14







pH sediaan setelah tercampur semua = 9 15



X.







Uji Kejernihan = Larutan agak jernih, ada sedikit partikel yang melayang.







Larutan homogen dan berwarna jernih.



PEMBAHASAN Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melaui kulit atau selaput lendir. Sebagian besar pembawa parenteral adalah air karena secara kimia air mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi yang lebih mudah untuk melarutkan elektrolit (ion-ion) dan ikatan hidrogen yang memungkinkan larutan bukan air akan larut seperti alkohol, aldehid, keton atau amina. Air juga digunakan pada pencucian, pembilasan dan pada proses sterilisasi. Suplai air harus menjamin kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan mulai dari proses awal hingga akhir. Untuk kepentingan farmaseutik, air perlu perhatian khusus seperti kontaminasi elektrolit, zat organik, partikel, gas terlarut (CO2) dan mikroorganisma. Air untuk injeksi harus memiliki kemurnian yang tinggi dan bebas pirogen. Untuk itu, API yang kami gunakan dilakukan dengan proses pendidihan yaitu aquabidest dimasukkan kedalam Erlenmeyer tutup dengan kaca arloji, kemudian dipanaskan pada penangas setelah mendidih hitung selama 30 menit. Dosis kami buat adalah 10 mg/ml yang dibuat untuk 5 ml, yaitu dengan menimbang furosemid 0,25 gram. Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan parenteral volume kecil yaitu sediaan injeksi dengan pelarut larut air dan sebagai zat aktifnya yaitu furosemid dengan rute IM. Dimana pada pemberian IM sebaiknya isotonis, kadang dibuat sediaan hipertonis untuk mempermudah absorpsi jaringan, volume yang disuntikkan 5 ml di daerah gluteal. Proses pencampuran dilakukan dengan membuat NaOH 3,56% yaitu dengan melarutkan 1,2 gram NaOH dengan 35 API. Kemudian mencampurkan 7 ml API dengan 0,25 gram furosemid hingga larut dan kemudian 3 ml API digunakan untuk membilas kaca arloji. Kemudian dilakukan pengecekan pH. Pada saat pengerjaan terdapat kendala yang kami temukan karena pH sediaan = 14 sedangkan pH stabilitas furosemid = 9. Kami menggunakan HCl 0,1 M sebagai adjust pH sebanyak 2 ml. Akan tetapi HCl 0,1 M tidak cukup efektif untuk 16



menurunkan pH, sehingga kami menggunakan HCl pekat juga untuk adjust pH dan barulah pH sediaan akhir didapatkan yaitu pH = 9. Seharusnya pH sediaan mendekati pH darah = 7,4 dan pH > 9 dapat menyebabkan nekrosis pada jaringan tetapi kami menggunakan pH stabilitas zat aktif agar dapat memberikan efek farmakologi yang optimal dan mencegah terjadinya penguraian zat. Setelah didapatkan pH yang sesuai, maka larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah dipasang pada corong dan ditampung pada erlenmeyer yang lain. Jika dihitung tonisitas sediaan kami menggunakan metode Liso dan metode turunnya titik beku dan didapatkan sediaan kami bersifat hipotonis. Sehingga diperlukan NaCl sebagai zat pengisotoni karena bila larutan parenteral memiliki tekanan osmosa lebih rendah dari tekanan osmosa plasma darah (hipotonis) sel darah akan mengembang dan akhirnya pecah karena masuknya air ke dalam sel (hemolisa); karena sediaan parenteral intramuskular harus dibuat seisotonis mungkin dan larutan hipotonis tidak boleh digunakan. Sediaan yang sudah jadi di dalam erlenmeyer kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam 2 buah vial menggunakan spuit 6 ml yang masingmasing vial mempunyai volume 5,3 ml dan ditutup dengan tutup karet vial. Pada praktikum sebenarnya sediaan yang dibuat memang untuk 5 ml dan 0,3 ml merupakan volume berlebih yang direkomendasikan dari farmakope, karena pada saat pengambilan larutan dari vial biasanya masih ada cairan yang tersisa, sehingga dengan adanya volume berlebih ini diharapkan pada saat pengambilan larutan tetap 5 ml. Kemudian dilakukan evaluasi kejernihannya secara visual, dan didapatkan cairan injeksi berwarna jernih dan ada sedikit partikel yang melayang karena kurang bersihnya vial dan sisa-sisa tissue yang melayang. Sediaan injeksi furosemid yang kami gunakan disterilisasi dengan sterilisasi akhir menggunakan autoklaf dan tidak harus dengan cara filtrasi karena tidak ada data ketidakstabilan pada suhu 121˚C selama 15 menit. Seharusnya sebelum proses pencampuran, seluruh alat dan bahan harus disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing alat, namun karena keterbatasan waktu maka sterilisasi awal untuk alat dan bahan didispensasi.



17



XI.



KESIMPULAN • Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang pemberiannya disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. ( Farmakope Indonesia III, hal 13 ) • Volume yang dimasukkan ke dalam ampul adalah 5,3 ml yaitu dari volume awal yang seharusnya 5 ml kemudian ditambahkan dengan volume berlebih sebanyak 0,3 ml maka menjadi 5,3 ml. • Setelah dilakukan cek pH dan evaluasi terhadap kejernihan sediaan, diketahui bahwa larutan yang dihasilkan mempunyai pH 9, larut dengan homongen dan agak jernih, ada sedikit partikel yang melayang pada larutan karena kurang bersihnya vial dan sisa-sisa tissue yang melayang.



XII.



DAFTAR PUSTAKA 



American Pharmaceutical Asosiation. Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi V. London: The Pharmaceutical Press, 1994







Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twentyeight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.







Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta.







Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta.







Departemen Kesehatan RI, 1978. Formularium Nasional, edisi II, Jakarta.







Suryani, Nelly M.Si, Apt. dan Sulistiawati, Farida M.Si, Apt..2007. Penuntun Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta : UIN Press



18