5 0 866 KB
LAPORAN KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT
Pembimbing: dr. Setia Budi, Sp. OG
Disusun oleh: Nalendra Diwala Narayana 03015129
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 25 JANUARI – 5 MARET 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus berjudul “PREEKLAMPSIA BERAT”
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Periode 25 Januari – 5 Maret 2021
Disusun oleh : Nalendra Diwala Narayana 03015129
Jakarta, 26 Februari 2021 Mengetahui
Dokter Pembimbing dr. Setia Budi, Sp. OG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Preeklampsia Berat”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan Studi Pendidikan Profesi Dokter Universitas Trisakti di RSAL Dr. Mintohardjo. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Setia Budi, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan saran dalam penulisan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dokter Ilmu Kebidanan dan Kandungan Studi Pendidikan Profesi Dokter Universitas Trisakti di RSAL Dr. Mintohardjo dan teman-teman sesama Co-Assisten yang turut serta memberikan bantuan, doa, dan membatu kelancaran dalam penyusunan. Penulis sadar bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kesulitan dan kekurangan dalam pembahasan materi ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Terlepas dari segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
Jakarta, 26 Februari 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN KASUS..........................................................................2 2.1 Identitas Pasien 2 2.2 Anamnesis
2
2.3 Pemeriksaan Fisik
4
2.4 Pemeriksaan Penunjang7 2.5 Resume
9
2.6 Diagnosis Kerja 9 2.7 Tatalaksana
10
2.8 Prognosis 10 2.9 Follow Up10 BAB III ANALISA KASUS.................................................................................12 BAB IV TINJAUAN PUSTAKA........................................................................14 4.1.
Definisi
14
4.2.
Epidemiologi
14
4.3.
Faktor Risiko
14
4.4.
Patofisiologi15
4.5.
Perubahan sistem dan organ pada preeklampsia
4.6.
Diagnosis
4.7.
Penatalaksanaan
4.8.
Pencegahan 29
4.9.
Komplikasi 32
20
22 24
BAB V KESIMPULAN........................................................................................33 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34 iii
iv
BAB I PENDAHULUAN Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dan disertai dengan proteinuria.1,2,3 Trias utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi.6 Hipertensi pada kehamilan yang mencakup preeklampsia dan eklampsia, hipertensi kehamilan dan hipertensi kronis mempengaruhi 10% dari semua wanita hamil diseluruh dunia.4 Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas meternal dan perinatal diseluruh dunia, mempengaruhi 5-7% ibu hamil dan menyebabkan 70.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin diseluruh dunia setiap tahunnya.5 Hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan .6 Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen sampai 50 persen.7 Penyebab preeklamsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti sehingga penyakit ini disebut dengan “The Disease of Theories”. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak ada satupun teori teori tersebut yang dianggap mutlak benar.1 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi dalam kehamilan yaitu primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur 35 tahun, riwayat keluarga pernah preeklampsia/eclampsia, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, dan obesitas. 1,8,9 Berdasarkan pendahuluan
diatas,
maka
penulis
tertarik
untuk
membahas
mengenai
preeklampsia berat.
1
BAB II LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN Jl. Bendungan Hilir 17A Jakarta Pusat 10210 Nama Mahasiswa
:
Nalendra Diwala Narayana
NIM
:
030.15.129
Dokter Pembimbing
:
dr. Setia Budi, Sp.OG
1. IDENTITAS PASIEN Nilai: .................... Nama lengkap
: Ny. M
Usia
: 32 tahun
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Jakarta Utara
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Menikah
DPJP
: dr. Setia Budi, Sp.OG
Nama Suami/Usia
: Tn. A/31 th
Pendidikan/Pekerjaan
: SD/Buruh
2.2 Anamnesis Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis dengan pasien Kamis, 18 Februari 2021 pukul 09.00 WIB. Keluhan Utama Pasien datang ke IGD dengan G3P2A0 usia kehamilan 30 minggu dengan PEB.
2
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD Kebidanan RSAL Dr. Mintohardjo, G3P2A0 usia kehamilan 30 minggu dengan PEB. Pasien mengeluh nyeri kepala dan pandangan kabur sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai dengan nyeri ulu hati dan kedua kaki bengkak. Keluhan mual muntah, mulas, keluar air-air dan lendir darah disangkal. Pasien mengatakan gerak janin aktif. Pasien mengaku hamil 7 bulan dengan hari pertama haid terakhir pada 10 Juli 2020, taksiran partus 17 April 2021, dan umur kehamilan 30 minggu. Pasien melakukan asuhan antenatal setiap bulan di bidan sebanyak 7 kali. Pasien mendapatkan vaksin TT pada kehamilan sebanyak 1 kali pada kehamilan ini. Pasien sudah melakukan USG sebanyak 1 kali di bidan saat usia kehamilan 5 bulan, dengan hasil dikatakan janin tunggal hidup dengan kondisi baik. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan sebelumnya, riwayat penyakit hipertensi sebelum kehamilan dan saat kehamilan sebelumnya, alergi, asma, diabetes melitus dan penyakit jantung disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga Terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga yaitu ibu pasien, yang diderita saat usia tua dan tidak pernah mengalami hipertensi saat hamil. Saudara perempuannya tidak memiliki riwayat hipertensi dalam kehamilan. Riwayat Menstruasi Pasien haid pertama kali pada usia 15 tahun, siklus haid tidak teratur, tanggal haid selalu maju sekitar 5-7 hari, durasi sekitar 4 hari per siklus, dan nyeri haid setiap hari pertama haid.
3
Riwayat Pernikahan Pasien menikah 1 kali pada saat usia 18 tahun. Riwayat Obstetri G3P2A0 No.
Jenis
Tempat
Penolong
Umur
Berat
Jenis
Penyulit
kelamin
bersalin
Lahir
Persalinan
1.
L
Bidan
Bidan
18 tahun
3000g
Spontan
Tidak ada
2.
P
Bidan
Bidan
12 tahun
3000g
(2001) Spontan
Tidak ada
(2007)
3.
Hamil kini Riwayat Kontrasepsi Pil KB, berhenti 8 bulan sebelum hamil. 2.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum dan tanda vital
Kesan Sakit
Tampak sakit sedang
Kesadaran
Compos mentis GCS: 15 (E: 4, M:6, V:5)
Tanda Vital
TD : 160/100 mmHg HR : 82 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,4°C SpO2 : 99%
Status Generalis
Kepala
Normosefali
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) 4
Hidung
Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga
Liang telinga lapang, nyeri tekan (-/-), sekret (-)
Mulut
Sianosis (-), bibir pucat (-)
Leher
KGB dan tiroid tidak membesar dalam batas normal
Thoraks
Inspeksi Bentuk dinding dada: • Efloresensi bermakna (-) • Simetris kanan/kiri saat inspirasi maupun ekspirasi • Retraksi sela iga (-) • Iktus cordis tidak tampak Palpasi Paru: vokal fermitus kanan/kiri sama kuat Jantung: Iktus kordis teraba pada ICS IV 2 cm medial garis midklavikularis sinistra Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Batas paru hepar sulit dinilai
Batas paru-jantung kanan: ICS V linea para sternalis dextra
Batas paru-jantung kiri: ICS IV linea midclavicularis sinistra
Batas paru atas-jantung: ICS II linea parasternalis sinistra Auskultasi
Paru: suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing-/-
Jantung : S1 S2 irama reguler, murmur (-), gallop (-)
5
Abdomen
Inspeksi
TFU 17 cm
Terdapat striae gravidarum Auskultasi
Bising usus terdengar 2x/menit
Venous hump (-), Arterial bruit (-) Perkusi
Sulit dinilai karena hamil Palpasi
Buncit gravid
Nyeri tekan (-)
Pembesaran hepar dan lien sulit dinilai Inspeksi Vagina/Uretra tenang, perdarahan aktif (-) Inspeksi
Terdapat oedem pada kedua tungkai
Tidak didapatkan adanya efloresensi yang bermakna
Genitalia Ekstremitas
Palpasi
Status Obstetrik
Akral teraba hangat
Oedem (+) pada kedua tungkai
CRT positif 1. Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu dibawah ini:1,3
Trombositopeni: Trombosit < 100.000 / mikroliter Gangguan ginjal: Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Gangguan Liver: Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen 22
Edema Paru Gejala Neurologis: Stroke, nyeri kepala, gangguan visus Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV) Diagnosis preeklampsia berat dipenuhi jika diagnosis preeklampsia terpenuhi dan didapatkan salah satu kondisi klinis dibawah ini:1,3,10
Hipertensi: Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama
Trombositopeni: Trombosit < 100.000 / mikroliter Gangguan ginjal: Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Gangguan Liver: Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
Edema Paru Gejala Neurologis: Stroke, nyeri kepala, gangguan visus seperti scotoma dan pandangan kabur
Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Proteinuria lebih dari 5 gram/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula Glisson Preeklampsia berat dibagi menjadi preeklampsia berat tanpa dan dengan impending eclampsia. Disebut sebagai impending eclampsia jika disertai dengan gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntahmuntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.1
23
Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat.3 IV.7. Penatalaksanaan IV.7.1.
Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa Penderita preeklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring, miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan, karena penderita preeklamsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oligouria. Oleh karena itu, monitoring input cairan (oral/infus) dan output cairan (urin) menjadi sangat penting. Cairan yang diberikan dapat berupa:1 1. 5% ringer-dexrose/cairam garam faal dengan jumlah tetesan < 125cc/jam atau 2. Infus dextrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer laktat (60-125 cc per jam) 500cc. Dilakukan pemasangan kateter foley untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi jika produksi urin 80 mmHg
•
Proteinuria (dipstick > +l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300/24 jam.
b. Pencegahan sekunder preeklampsia3,4,10 1. Pembatasan garam, pemberian vitamin C dan E, dan istirahat dirumah tidak direkomendasikan. 2. Penggunaan aspirin Penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia, persalinan preterm, kematian janin atau neonatus dan bayi kecil masa kehamilan, sedangkan untuk pencegahan sekunder berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia, persalinan preterm < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 gram. Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu. 3. Suplementasi kalsium Suplementasi kalsium berhubungan dengan penurunan kejadian hipertensi dan preeklampsia, terutama pada populasi dengan risiko tinggi untuk mengalami preeklampsia dan yang memiliki diet asupan rendah kalsium. Suplementasi ini tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada populasi yang memiliki diet kalsium yang adekuat. Tidak ada efek samping yang tercatat dari suplementasi ini. •
Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah
•
Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium (minimal 1g/hari) direkomendasikan sebagai prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya preeklamsia. IV.9. Komplikasi
31
1. Gangguan kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau non kardiogenik, depresi atau arrest pernapasan, cardiac arrest, iskemia miokardium.1 Kejadian hipertensi kronis secara signifikan meningkat 5,2 kali lipat pada wanita yang memiliki hipertensi gestasional, 3,5 kali lipat setelah preeklamsia ringan, dan 6,4 kali lipat setelah preeklamsia berat. Risiko untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan tromboemboli vena meningkat dikemudian hari dan juga berhubungan dengan adanya penyakit komorbid lain seperti sindrom metabolik, diabetes, obesitas, dislipidemia, dan aterosklerosis.2 2. Gangguan neurologis: perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retinae detachment, kebutaan.1 Hampir semua wanita dengan eklampsia memiliki beberapa area edema perivascular multifokal, dan sekitar seperempatnya juga memiliki area infark serebral. Wanita dengan eclampsia juga dapat mengalami gangguan fungsi kognitif secara subjektif, gangguan pemusatan perhatian, dan gangguan penglihatan.2 3. Gangguan ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.1 Preeklampsia dikaitkan dengan peningkatan risiko empat kali lipat untuk terjadinya gagal ginjal. Wanita dengan preeklampsia juga memiliki resistensi vaskular dan renovascular yang lebih tinggi dan penurunan aliran darah ginjal.2 4. Gastrointestinal-hepatik: subcapsular hematoma hepar, rupture kapsul hepar.1 5. Hematologik: DIC, trombositopenia, hematoma luka operasi.1 6. Janin: IUGR, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress napas, kematian janin intrauterin, sepsis, dan cerebral palsy.1
32
BAB V KESIMPULAN Preeklamsia
merupakan
salah
satu
penyumbang
mortalitas
serta
morbiditas maternal dan perinatal terbesar. Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan atau diatas usia kehamilan 20 minggu disertai dengan adanya gangguan organ. Preeklampsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, hal yang sering menjadi faktor risiko antara lain nulipara, kehamilan ganda, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, punya riwayat keturunan, obesitas dan penyakit kronis seperti hipertensi, dan diabetes mellitus (DM). Preeklamsia dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Berbagai komplikasinya dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin yang dapat terjadi seperti edema paru, cardiac arrest, iskemia miokardium, kebutaan, gagal ginjal akut, IUGR, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress napas, kematian janin intrauterin, dan cerebral palsy. Deteksi dini preeklampsia akan memberikan kesempatan untuk melakukan manajemen klinis yang tepat, diikuti dengan identifikasi komplikasi lebih awal sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
33
DAFTAR PUSTAKA 1. Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadi T, Wikniosastro GH. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2014. 2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY (eds). Williams Obstetrics. 24rd ed. New York: McGraw Hill. 2014. 3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. 4. World Health Organization. WHO recommendations for prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia. Geneva: WHO. 2011 5. Rana S, Lemoine E, Granger JP, Karumnchi SA. Compendium on the pathophysiology and treatment of hypertension: Preeclampsia pathophysiology, challenges, and perspectives. Circ Res. 2019;124:1095-112. 6. Nursal DGA, Tamela P, Fitrayeni. Faktor risiko kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2016;10:38-44 7. Djannah
SN,
Arianti
IS.
Gambaran
epidemiologi
kejadian
preeklampsia/eclampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 20072009. Buletin penelitian sistem kesehatan. 2010;13:378-85. 8. Fatmawati L, Sulistyono A, Notobroto H. Pengaruh status kesehatan ibu terhadap derajat derajat preeclampsia/ Eklampsia in Gresik District. Buletin Penelitian sistem kesehatan. 2017;20(2):52-58 9. Juliantari KB. Karakteristik Pasien Ibu hamil dengan preeclampsia di RSUP Sanglah Denpasar. E-jurnal Medika. 2017; 6(4) :1-9 10. Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington: ACOG. 2013.
34