Laporan Komunikasi  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai komunikasi dalam praktik Kebidanan I, maka setiap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau melakukan Praktik Belajar Lapangan. Praktik Belajar Lapangan (PBL) sendiri merupakan suatu bentuk aplikasi belajar mengajar yang dilaksanakan dilapangan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuannya secara langsung kemasyarakat dalam bentuk praktik dan dapat berdampak nyata serta pengamatan.



Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya



suatu



sumber



membangkitkan



respons



pada



penerima



melalui



penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui perantara orang ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah komunikasi tersebut. Komunikasi juga dilakukan untuk proses kesembuhan bagi pasien disebut dengan komunikasi terapeutik, komunikasi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan. Maka dari itu, mahasiswa DIII Kebidanan Tk. I melakukan kegiatan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mencapai kompetensi pembelajaran



2.



komunikasi dalam praktik



kebidanan. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan komunikasi yang baik dan benar. 1



b.



Mahasiswa mampu mengamati perbedaan praktik yang didapat dipendidikan dengan praktik yang didapat di lahan praktik.



1.3 Manfaat 1. Bagi Mahasiswa







Menambah wawasan pengetahuan mahaasiswa serta perjalanan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan dilahan praktik yaitu di Klinik Pratama Afiyah.







Observasi ketempat Bidan Praktek Mandiri bermanfaat



pada



mahasiswa untuk mengetahui keadaan bidan yang ada dilapangan, jadi mahasiswa tidak hanya tau secara teori pelayanan kebidanan yang ada dalam masyarakat, namun melihat secara yang sebenarnya dalam menghadapi pasien, pelayanan pada ibu hamil, melakukan imunisasi pada balita, KB, remaja dll. 2. Bagi Pembaca Menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca agar lebih mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi hal penting dalam melakukan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan. 3. Bagi Institusi Sebagai acuan bagi institusi untuk peningkatan mutu dan kualitas para mahasiswa dan institusi itu sendiri.



BAB II



2



TINAJUAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1



Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana bidan dan klien



memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress psikologis. Komunikasi terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian. 2.1.2 Fase-fase Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu : 1. Tahap Persiapan (Prainteraksi) Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah memahami keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh perawat dalam tahap prainteraksi adalah : a.



Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum



elangsungkan komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk melakukan pengkajian terhadap perasaannya sendiri, yaitu berkenaaan dengan kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien. b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive terhadap perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat guna memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan saling percaya dengan pasien. c.



Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut



berfungsi untuk mengetahui informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan interaksi. d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang hendak dilakukan dalam pertemuan tersebut. 2.



Tahap Perkenalan Pada



tahap



ini,



seseorang



perawat



harus



mengawalinya



dengan



memperkenalkan diri kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang sudah dibuat. 3



Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap perkenalan : a. Membina rasa saling percaya. Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien. b. Merumuskan kontrak dengan pasien. Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya supaya pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan keinginan untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri pasien. c. Menggali pikiran dan perasaan pasien. Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong



pasien



guna



mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien. Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi



adalah



memvalidasi



keakuratan



data



mengenai



rencana



yang



sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan. 3.



Tahap Kerja Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya



adalah tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi



permasalahan



yang



ada.



Perawat



dituntut



memfungsikan



kemampuannya dalam mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang baik terhadap perubahan pasien. Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk usaha untuk memadukan dan



4



menegaskan hal-hal penting dalam percakapan sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien. 4.



Tahap Terminasi Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan



pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu : a.



Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan



dengan pasien. b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu : a.



Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah



dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan. b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau tidak ? c.



Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut



bisa disebut sabagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya. d. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak dilakukan.



2.1.3



Teknik Komunikasi Terapeutik Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar



dalam melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik komunikasi terapeutik, yaitu : Ø Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. Ø Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan. Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka secaa substansia



5



teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda-beda. Berpijak pada pendapat Shives (1994), 13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi terapeutik meliputi : 1.



Mendengakan dengan penuh perhatian Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhadap pesan



verbal maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah: a. Pandang pasien saat bicara b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh kesahnya c. Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara. 2. Menunjukkan penerimaan Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala. Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah: a. Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan. b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian c. Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran pasien. 3. Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan. 4. Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien. 5. Klarifikasi Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta 6



menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien. 6.



Memfokuskan Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan



tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan. 7. Menyampaikan Hasil Observasi Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya. Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham mengenai kondisi yang diperlukan. 8. Menawarkan Informasi Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya. 9. Diam Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan. 10. Meringkas Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi. 11. Menawarkan Diri Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang terjadi, lalu menceritakan permasalahannya pada perawat. 12. Refleksi Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan



tindakan



bersama.



Dengan



demikian,



perawat



mencoba



menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan. 7



2.1.4



Tujuan komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien



kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi baban perasaan dan pkiran b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien c. Membantu memengaruhi orang lain,lingkungan fisik, dan diri sendiri 2.1.5 Sikap komunikasi terapeutik Egan (1992) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik yaitu : a. Berhadapan : Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda. b. Mempertahankan kontak mata : Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk c.



tetap berkomunikasi. Membungkuk kearah klien : Posisi ini menunjukkan keinginan



d.



untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu. Memperihatkan sikap terbuka: Tidak melipat kaki atau tangan menunjukikan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap



e.



membantu. Tetap rileks : Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon kepada pasient, meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.



8



BAB III GAMBARAN TEMPAT PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN



3.1 Profil Klinik Pratama Afiyah Klinik pratama adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dan diselenggrakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan bidan) serta dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter atau dokter spesialis). Profil Klinik Pratama Afiyah berisi tentang gambaran situasi kesehatan di Klinik Pratama Afiyah. Dalam profil ini memuat berbagai data tentang kesehatan, yang meliputi data derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Untuk menunjang berbagai program pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hal terpenting yang dilakukan pemerintah adalah mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Maka melalui surat izin dari pemerintah setempat tahun 1989 Bidan Foni Aria, A.Md.Keb, SKM mendirikan sebuah BPS (Bidan Praktek Swasta). Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat kota pekanbaru akan pelayanan kesehatan serta pengobatan umum, terutama untuk wilayah kelurahan Labuhan Baru Barat, maka



9



pada tahun 2002 berdasarkan Surat Keputusan Pemerintahan Kota Pekanbaru No. 440/441/SI-PB/IV/2002/2012 dan No. 440/441/SI-RB/XI/2007/2012 berdirilah Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah dengan seorang dokter penanggung jawab yaitu dr. Abner NT, M.Si dan konsultan yaitu dr. Triadi, SpOG. Pada tanggal 17 Oktober 2014, berdasarkan surat keputusan izin klinik No. 36/05.13/BPTPM/X/2014 Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah berganti menjadi Klinik Pratama Afiyah dengan seorang dokter penanggung jawab yakni dr. Putri Ingen Setiasih, dokter konsultan dr. Triadi, SpOG, dan seorang dokter full timer yakni dr. Silvia Feronik. Klinik Pratama Afiyah juga memiliki seorang Apoteker dan enam (6) orang tenaga medis yang ada saat ini. Dalam memberikan pelayanan terhadap pasien, Klinik Pratama Afiyah beroperasi 24 jam 7 hari dalam seminggu. Adapun visi dan misi Klinik Pratama Afiyah dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. VISI Menjadikan Klinik Pratama Afiyah yang Bermutu, Terjangkau dan Paling Diminati di wilayah Kecamatan Payung Sekaki. MISI 1. Membantu pemerintah meningkatkan derajat kesehatan, menurunkan angka 2. 3. 4. 5.



kesakitan, menurunkan angka kematian, dan meminimalkan angka kecacatan. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. Menumbuhkan kesadaran budaya hidup sehat, Menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar. Memberikan pelayanan dan konseling sesuai dengan standart operating procedur (SOP) sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pasien.



STRUKTUR ORGANISASI KLINIK



Pemilik



: Foni Aria, A.md. Keb, SKM



Dokter Penanggung Jawab



: dr. Putri Ingen Setiasih



Apoteker Penanggung Jawab : dr. Sri Hendayani, S.Si, Apt Tenaga Medis dan Para Medis : 1. dr. Silvia Feronika



10



2. Foni Aria, Amd.Keb, SKM 3. Gres Lidia Weli, Amd. Keb 4. Wiwit Nazilawati Amd. Keb 5. Sri Wahyuni Amd. Keb 6. Rija Novriani Amd. Keb 7. Febi Handayani Amd. Keb 3.1.1 Keadaan Geografis Klinik Pratama Afiyah berada dalam wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki yang terletak di jalan Fajar IV No. 1 luas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah 51, 4 Km2 dengan 182 RT dan 28 RW dengan perincian :  Kelurahan labuh baru timur 57 RT, 12 RW  Kelurahan labuh baru barat 61 RT, 14 RW  Kelurahan tampan 49 RT, 9 RW  Kelurahan air hitam 15 RT, 3 RW Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah sebagai berikut :  Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan rumbai  Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan tampan  Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten kampar  Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan senapelan dan sukajadi 3.1.2 Sarana dan Prasarana  3 Ruang Tunggu  1 Meja Resepsionis  1 Ruang Apotek  4 ruang rawat inap  2 ruang periksa  1 ruang KB  2 Ruang partus  1 mussola  1 ruang dapur  1 parkir motor  1 kamar mandi 3.2 Tahapan Kegiatan dan Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan) 3.2.1 Tahapan Kegiatan Pembagian kelompok dan pembagian tempat praktik belajar lapangan dibagi oleh kordinator mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan oleh Ibu Ani Laila pada tanggal 28 April 2015. Kemudian pada tanggal 30 April 2015, pada hari 11



pertama mahasiswa dibimbing oleh pembimbing Praktik Belajar Lapangan yaitu Ibu Melly Wardanis, 7 orang mahasiswa memulai praktik belajar lapangan di Klinik Pratama Afiyah. 7 orang mahasiswa tersebut dibagi lagi menjadi 4 kelompok dan diperbolehkan masuk kedalam ruangan pemeriksaan sebanyak 2 mahasiswa oleh pembimbing lapangan di Klinik Pratama Afiyah. Mahasiswa dapat mengamati komunikasi bidan terhadap pasien ANC, KB, Balita, dan Remaja Pada tanggal 07 Mei 2015 mahasiswa melakukan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah, 7 orang mahasiswa memulai praktik belajar lapangan di Klinik Pratama Afiyah, pada saat seorang pasien ANC datang 7 orang mahasiswa tersebut dibagi lagi menjadi 4 kelompok dan diperbolehkan masuk kedalam ruangan pemeriksaan sebanyak 2 mahasiswa oleh pembimbing lapangan di Klinik Pratama Afiyah. Mahasiswa dapat mengamati komunikasi bidan terhadap pasien KB, dan Balita Setelah mendapatkan profil dari Klinik Pratama Afiyah mahasiswa selanjutnya ditugaskan untuk membuat laporan terakhir Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah dan di seminarkan dengan pembimbing institusi. 3.2.2 Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan) Mahasiswa melakukan pengamatan pada bidan Fony di Klinik Pratama Afiyah dengan penerapan konsep observasi konseling bidan pada ibu yang mempunyai bayi dan balita.



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Berdasarkan pengamatan yang mahasiswa lakukan di Klinik Pratama Afiyah terhadap bidan Foni untuk mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan didapatkan hasil bahwa komunikasi yang dilakukan oleh bidan Foni yang bekerja 12



di Klinik Pratama Afiyah adalah baik dan sesuai dengan teori yang dibahas pada perkuliahan. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh bidan dalam melakukan komunikasi terhadap pasien berupa menyediakan lingkungan fisik yang nyaman, menyambut dengan ramah. Hal ini dibuktikan dengan ruangan tunggu yang luas, bersih, nyaman dan tidak panas. Ruangan periksa yang nyaman, tidak sempit dan tertutup sehingga dapat menjaga privasi pasien/klien. Dalam berbicara bidan selalu menghadap pada klien. Memberikan senyuman dan anggukan kepala serta ekspresi wajah yang menunjukan perhatian dan tidak memandang pasien dengan pandangan menilai. Kemudian, dalam melakukan komunikasi dan pada saat pemeriksaan tubuh dari bidan juga condong pada pasien membuktikan bidan memberikan perhatian dan menerima pasien secara penuh. Bidan juga melakukan kontak mata atau tatapan mata sesuai dengan cara yang seharusnya. Sikap bidan yang santai dan bersahabat membuat pasien menjadi lebih nyaman seperti melakukan sedikit humor dan menyesuaikan bahasa sehari-hari pasien, serta volume, intonasi, dan kecepatan bicara yang memadai dan menyesuaikan. Dalam melakukan anamnesa bidan mengajukan pertanyaan satu persatu dan mendengar aktif dengan memberi kesempatan klien menyelesaikan ucapannya. Hal ini dapat dicontohkan ketika ada pasien hamil yang menceritakan mengenai kehamilan



sebelumnya



dan



gejala



yang



dialaminya.



Kemudian



bidan



mendengarkan hingga klien selesai bercerita sambil memberikan komentarkomentar yang membuktikan bahwa bidan mendengarkan. Bidan juga memberi informasi sesuai dengan kebutuhan dan keingintahuan klien. Bidan juga memperhatikan tingkah laku verbal dan non verbal klien seperti bidan bertanya kepada klien apakah klien merasakan sakit karena bidan melihat dari raut wajah klien. Bidan melakukan klarifikasi dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan mendalam. Bidan juga sering membantu merumuskan 13



masalah dalam menyelesaikan masalah klien. Bidan juga mendengar aktif dengan melakukan refleksi perasaan dan mendiskusikan hal-hal yang menjadi keprihatinan dan perhatian terhadap pasien. Kemudian bidan merangkum pembicaraan secara tepat sesuai permasalahan dengan mengulangi garis besar apa yang menjadi masalah dan cara penyelesaian masalah klien dalam pembicaraan. Bidan mengucapkan terimakasih atas kunjungan, kepercayaan dan kerja sama klien. Adapun hal-hal yang jarang atau tidak pernah dilakukan bidan kepada klien seperti



memberikan



pujian,



menyampaikan



akan



menjaga



kerahasiaan,



mendengarkan aktif sesuai refleksi isi, menggunakan alat bantu untuk memperjelas informasi, mengecek kepahaman klien, membantu merumuskan alternatif pemecahan masalah menunjukan tempat rujukan yang perlu dihubungi dan mejelaskan kapan kunjungan ulang.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari Praktik Belajar Lapangan yang dilakukan mahasiswa DIII – Kebidanan Tk. I tidak terdapat hambatan saat melakukan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah. Namun mahasiswa tidak mencapai beberapa pencapain keterampilan mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Saat Praktik Belajar Lapangan ini mahasiswa tidak dapat mengamati pelayanan bidan terhadap ibu bersalin, konseling pada ibu nifas dan menyusui, ibu menoupause 14



dan konseling terhadap remaja. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pasien yang melakukan kunjungan dalam konteks tersebut. Mahasiswa melakukan pengamatan komunikasi dalam praktik kebidanan dalam hal pelayanan bidan kepada ibu hamil, bayi dan balita, konseling KB, dan remaja yang sakit ringan. Jadi, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Klinik Pratama Afiyah mengenai komunikasi bidan Foni terhadap pasien dapat dikategorikan baik. Hal tersebut dikarenakan komunikasi yang diberikan bersifat: 1. Bersahabat 2. Ramah 3. Sesuai dengan kebutuhan pasien 4. Bidan juga mendengarkan keluhan pasien dengan baik dan tidak membedabedakan pasien dalam memberikan pelayanan 5. Kemudian didukung juga dengan kondisi bangunan yang bagus, bersih dan nyaman. 6. Bidan juga member pemecahan masalah terhadap pasien 5.2 Saran 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam Praktik Belajar Lapangan yang dilakukan di Klinik Pratama Afiyah dan ilmu pengetahuan yang didapat di institusi pendidikan serta melaksanakan dan menerapkan komunikasi yang baik dan benar. 2. Bagi Lahan Praktik Dapat memberikan komunikasi yang lebih baik dan bersahabat kepada pasien yang datang



15