Laporan Pendahulan Tumor Submandibla [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR KELENJAR SUBMANDIBULA DEXTRA POST DISEKSI TUMOR SUBMANDIBULA DI RECOVERY ROOM RSUD DR SOETOMO SURABAYA



Oleh: NANANG EKO PRASETYO, Amd.Kep RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA



PELATIHAN PERAWAT ANESTESI SMF ANESTESI DAN REANIMASI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2015 1



LEMBAR PERSETUJUAN



Laporan Pendahuluan Tumor Sumandibula dextra post diseksi tumor submandibula di ruang recovery room RSUD Dr. Soetomo Surabaya.



Surabaya, Maret 2015 Penulis



Nanang Eko Prasetyo, Amd,Kep.



Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



Yeti Rohalina



Amin



Mengetahui, Kepala Ruangan



Ida Ayu



2



DAFTAR ISI



COVER LEMBAR PERSETUJUAN DAFTAR ISI BAB I (LATAR BELAKANG DAN TUJUAN) BAB II (TINJAUAN TEORI) 2.1 PENGERTIAN 2.2 PENYEBAB 2.3 TANDA GEJALA 2.4 WEB OF CAUTION 2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 2.6 PENATALAKSANAAN BAB III (KONSEP ASKEP) 3.1 PENGKAJIAN 3.1.1.Biodata 3.1.2.Keluhan utama 3.1.3.Riwayat Penyakit Sekarang 3.1.4.Riwayat Penyakit Dahulu 3.1.5.Riwayat Penyakit Keluarga 3.1.6.Pemeriksaan Fisik 3.1.7.Riwayat pre operasi 3.1.8.Riwayat durante operasi 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 3.3 RENCANA KEPERAWATAN DAFTAR PUSTAKA



1 2 3 4 6 6 7 8 12 13 14 17 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18 19 22



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelenjar liur atau sering juga kita sebut sebagai kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang memiliki saluran (duktus) untuk mengalirkan produknya. Kelenjar liur menghasilkan air liur atau saliva yang merupakan cairan yang membasahi mulut dan kerongkongan. Saliva mengandung enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan dan 3



juga mengandung antibody yang berperan dalam pencegahan terhadap infeksi. Terdapat 2 tipe kelenjar liur, yaitu kelenjar liur mayor dan kelenjar liur minor. Kelenjar liur mayor terdiri atas : 1.Kelenjar parotis Merupakan kelenjar liur yang terbesar, terletak dalam jaringan sub kutis di daerah ramus mandibula dan antero inferior terhadap telinga tengah. Normalnya kelenjar ini menghasilkan secret yang serous dan dialirkan ke rongga mulut melalui duktus Stensen. Meskipun merupakan kelenjar yang terbesar, kira-kira hanya 20% cairan saliva yang dihasilkan kelenjar ini. 2.Kelenjar submandibula Terletak di dasar mulut, superior terhadap muskulus digastrik. Sekretnya berupa campuran cairan yang serous dan mucous. Sekretnya dialirkan ke dalam rongga mulut melalui duktus Warthon. Kira-kira 70% volume saliva dihasilkan oleh kelenjar ini. 3.Kelenjar sublingual Terletak di dasar mulut anterior dari kelenjar submandibula. Sekretnya berupa cairan yang mucous. Tidak seperti kedua kelenjar mayor yang lainnya, kelenjar ini memiliki 8-20 duktus ekskretorius dan kira-kira menghasilkan 5% dari total volume saliva. Terdapat ± 600 kelenjar liur minor yang tersebar di dalam traktus aerodigestifus yang terletak di dalam lamina propria lapisan mukosa traktus ini. Diameternya ± 1-2 mm dan tidak seperti kelenjar yang lain kelenjar liur minor tidak dilapisi oleh jaringan ikat melainkan dikelilingi oleh jaringan ikat. Sebuah kelenjar liur minor kadang-kadang memiliki duktus ekskretori yang sama dengan kelenjar liur minor yang lain. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mucous (kecuali kelenjar Von Ebner). Catatan: kelenjar Von Ebner adalah kelenjar yang terletakpada papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini menghasilkan secret serous yang mengawali hidrolisis lipid yang juga merupakan komponen penting dalam pengecapan. Kebanyakan tumor kelenjar liur berasal dari kelenjar parotis (70%). Selanjutnya berasal dari kelenjar submandibula (8%) dan kelenjar liur minor (22%). Meskipun demikian 75% tumor kelenjar parotis adalah jinak,



4



sedangkan 50% tumor kelenjar submandibula dan 80% tumor kelenjar minor merupakan tumor ganas. 1.2 TUJUAN 1.2.1 TUJUAN UMUM PL anestesi mengetahui apa yang dimaksud dengan tumor submandibula serta bagaimana cara penanganannya di Ruang Pulih Sadar GBPT lantai 3 RSUD



1.2.2



Dr. Soetomo Surabaya. TUJUAN KHUSUS 1 2 3 4 5 6 7



Memahami tentang pengertian tumor submandibula Memahami tentang penyebab tumor submandibula Memahami tentang tanda gejala tumor submandibula Memahami tentang WOC tumor submandibula Memahami tentang pemeriksaan diagnostik tumor submandibula Memahami tentang pelaksanaan tumor submandibula Memahami Asuhan Keperawatan dengan diagnosa tumor submandibula



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 PENGERTIAN Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat meransang terjadinya tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Syafriadi, 2008). Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Tidaklah mengherankan jika sebagian besar tumor yang terjadi di parotid adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi pada orang tua (Andirius, 2009).



5



Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008). Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis). Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008). Diseksi leher adalah tindakan untuk membuang kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya dalam rangka penatalaksanaan kanker. Jaringan-jaringan yang dibuang dipertimbangkan situasional sesuai kondisi klinis pasien, dengan berbagai pertimbangan sehingga diseksi leher ini ada berbagai macam variasi berdasarkan strukur-strukur yang dibuang. Tujuan diseksi leher adalah untuk menghilangkan sel kanker yang berada pada kelenjar limfe serta untuk melakukan diagnostik pemeriksaan kelenjar limfe yang diambil. Dari penelitian dinyatakan apabila masih didapatkan pembesaran kelenjar limfe leher pada karsinoma yang berasal dari traktus respiratorius ataupun traktus digestivus bagian atas maka akan mempengaruhi survival sampai 50 %. Hal ini merupakan tantangan bagi klinisi dengan segala pertimbangan untuk melakukan diseksi leher dengan segala konsekuensi dan kontroversi yang mengiringinya. Perkembangan teknik pembedahan, teknik diagnostik dan berbagai terapi yang mengiringi penatalaksanaan karsinoma kepala leher, maka apakah diseksi leher bisa disarankan untuk memperbaiki prognosis, morbiditas dan survival dari pasien. Problem bagi kita sebagai residen adalah kita perlu memahami anatomi, patologi dan karakteristik onkologi dari tumor untuk melakukan diagnosis diferensial dan untuk melakukan tindakan dalam hal kapan dan jenis diseksi leher apa yang tepat untuk pasien. Sampai saat ini belum ada keseragaman metode dari



6



berbagai negara tentang bagaimana rencana preoperatif yang ditetap sebagai patokan untuk diseksi leher. 2.2 PENYEBAB Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai adanya keterlibatan factor lingkungan dan factor genetic. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenar liur. kelainan genetik, misalnya monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar liur. Ada 2 teori tentang penyebab tumor, yaitu : 1. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori. 2. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma. 2.3 TANDA DAN GEJALA Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis),



pada



angulus



mandibula



(parotis



dan



submandibula),



leher



(submandibula) atau pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah bening cervikal.



7



a. Tumor-Tumor Kelenjar Liur 1. Tumor jinak a) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak): merupakan tumor tersering



pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena b) Warthin's tumor (contoh kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik papiler) tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor. c) Papiloma intraduktal berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa. Gambaran mikroskopiknya tampak dilatasi kistik duktus parsial dengan epitel kuboid. Sangat jarang terjadi pada kelenjar minor. d) Oxyphil adenoma (oncosistoma) sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan ratio 2:1. Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan berbentuk sferis. dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit. 2. Tumor Jinak Nonepitelial a) Hemangioma



Kebanyakan terajadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis. Biasanya asimptomatik, unilateral dan massa yang kompresibel. berwarna merah gelap, berlobus-lobus dan tidak berkapsul. Penanganan dengan pemberian steroid 2-4 mg/kgBB/hari. 40-60% hemengioma tidak berespon terhdap steroid. b) limfangioma (higroma kistik)



Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada anak-anak, eksisi merupakan penanganan piliha bila tumor terletak 8



pada struktur yang vital. Limfangioma jarang menimbulkan gejalagejala obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan kosmetik. c) Lipoma Jarang terjadi pada kelenjar liur mayor. tumor terdiri dari sel-sel adiposa dengan inti yang uniform. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 10:1. Pertumbuhan tumor lambat dengan diameter rata-rata 3 cm. Penanganan adalah eksisi. 3. Tumor Ganas Kelenjar Liur Mukoepidermoid karitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan mixed tumor metastasis.kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor jinak (pleomorfik adenoma).Kebanyakan terjdi pada kelenjar liur mayor. 4. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang sama. 1) epitelial-mioepitelial karsinoma 2) anaplastik small sel karsinoma 3) karsinoma yang tidak berdiferensiasi



4) limfoma non hodgin Klasifikasi regio dari kelenjar limfe leher menurut Sloan-Kettering Memorial terbagi menjadi 6 level sesuai Table 1.



9



Level II



Level V



Level I



Level IV



Level 3 Gambar 1. Kelompok kelenjar limfe leher dan kemungkinan letak lesi primernya



Tabel 1. Klasifikasi regio kelenjar limfe menurut Sloan-Kettering Memorial Level



Lymph Node Group



I



Submental and submandibula nodes



II



Upper jugular nodes



III



Middle jugular nodes



IV



Lower jugular nodes



V



Posterior triangle nodes



10



VI



Anterior compartment lymph nodes



2.4 WOC (WEB OF CAUTION) Tumor submandibula Diseksi submandibula Diskontinuitas jaringan tubuh



Produksi sekret pada jalan nafas berlebih



Perubahan anatomi tubuh



Menimbulkan rangsangan nyeri



Kemampuan batuk aktif menurun



Gangguan citra tubuh



Otak menerima sinyal rangsangan nyeri dari saraf tepi



Penumpukan sekret di jalan nafas



Menimbulkan persepsi nyeri



Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas



Gangguan rasa nyaman 11



2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. X foto polos X foto mandibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor mendekati tulang Sialografi, dibuat bila diagnosis banding kista parotis/submandibula X foto thorax, untuk mencari metastase jauh 2. Imaging CT Scan/MRI pada tumor yang mobilitasnya terbatas, untuk mengetahui luas ekstensi tumor lokoregional. CT Scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui perluasan ke orofaring. Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas untuk deteksi metastase jauh 3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti dahar , urine, SGPT/SGOT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan kesiapan operasi. 4. Pemerikasaan Patologi a. FNA Belum merupakan pemeriksaan yang baku b. Biopasi insisional Dikerjakan ada tumor ganas yang inoperabel c. Biopasi eksisional i. Pada tumor parotis yang poerabel dilakukan parotidektomi ii.



superfisial Pada tumor submandibula yang operabel dilakukan eksisi



iii.



submandibula Pada tumor sublingual dan kelenjar air liur minor yang operabel



dilakukan eksisi luas (minimal 1 cm dari batas tumor) d. Pemeriksaan potong beku Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional (ad.3) e. Pemeriksaan spesimen operasi Yang harus diperiksa lihat Laporan Patologi Standar



12



Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk memastikan penyebab benjolan leher ini adalah FNAB, CT-scan, endoscopy. Biopsi eksisional sebaiknya dilakukan hanya bila benjolan ini masih menetap dalam 4-6 minggu setelah pemberian antibiotika apabila dalam pemeriksaan kita belum dapat memastikan diagnosis. Dalam membedakan adenopati ini jinak atau ganas sebenarnya sulit dipastikan dengan Pemeriksaan sitopatologi (FNAB). Frozen Section bisa dilakuakan setelah dilakukan diseksi leher untuk memastikan apakah benjolan tersebut adalah masih mengandung sel ganas. 2.6 PENATALAKSAAN Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar air liur adalah pembedahan. Radioterapi sebagai terapi adjuvan paska bedah hanya dilakukan atas indikasi, atau diberikan pada tumor kelenjar air liur yang inoperabel. Kemotarapi hanya diberikan sebagai adjuvan, meskipun masih dalam penelitian dan hasilnya belum memuaskan. A. Tumor Primer a. Tumor Operabel i. Terapi utama (pembedahan) 1. Tumor parotis a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada : tumor jinak parotis lobus superfisialis b. Parotidektomi total, dilakukan pada : i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n VII ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada : Tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim dan mengenai n VII d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada : ada metastase k.g.b leher yang masih operabel. 2. Tumor gl. Submandibula Eksisi gl.submandibula --> Periksa potong beku • Bila hasil potong beku jinak --> operasi selesai • Bila hasil potong beku ganas -->deseksi submandibula --> potong beku o Bila metastase k.g.b (-) --> op selesai 13



o Bila metastase k.g.b (+) --> RND 3. Tumor glandula sublingual atau kelenjar air liur minor Eksisi luas (1 cm dari tepi tumor). Untuk tumor yang letaknya dekat sekali dengan palatum, misalnya palatumdurum, ginggiva, eksisi luas disertai tulang di bawahnya.) ii. Terapi tambahan Radioterapi paskabedah diberikan pada tumor ganas kelenjar liur dengan kriteria : a. High grade malignancy b. Masih ada residu makroskopis dan mikroskopis c. Tumor menempel pada saraf (n fasialis, n lingualis, hipoglosus, dan accecorius) d. Setiap T3, T4 e. Karsinoam residif f. Karsinoma parotis lobus profundus Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberian penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila dikerjakan tandur saraf.  Radioterapi lokal dilakukan pada lapanganoperasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu. Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade malignancy. b. Tumor inoperabel i. Terapi utama Radioterapi : 65-70 Gy dalam 7-8 minggu ii. Terapi tambahan Kemoterapi : 1. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma) a. Adriamisin 50 mg/ m2 iv pada hari 1 b. 5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu c. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari 2 2. Untuk jenis carcinoma sel skuamous ( squamous cell carcinoma, mucoepidemoid carcinoma) a. Methotrexate 50 mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu b. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari 2



14



c. Metastase kelenjar getah bening (N) i. Terapi utama 1. Operabel : deseksi leher radikal (RND) 2. Inoperabel : redioterapi 40 Gy/+ kemoterapi preoperatif, kemudian dievaluasi a. Menjadi operabel --> RND b. Tetap inoperabel --> radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy ii. Terapi tambahan Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy d. Metastasis jauh (M) Terapi paliatif : kemoterapi i. Untuk jenis adenkarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma) 1. Adriamisin 50 mg/m2 iv pada hari 1 2. 5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu 3. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2 ii. Untuk jenis karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma, mucoeidemoid carcinoma) 1. Methotrexate 50 mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu 2. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN 3.1.1 BIODATA Berisi biodata pasien. 3.1.2 KELUHAN UTAMA 15



Pada pasien post diseksi submandibula sering muncul keluhan nyeri post operasi dan gangguan jalan nafas bahkan hingga muncul keluhan sesak nafas. 3.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Perlu dikaji sejak kapan keluhan muncul,ada rasa nyeri atau tidak.Ada gangguan bernafas atau tidak. 3.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Dikaji ada riwayat penyakit-penyakit lain sebelumnya,seperti DM, hipertensi maupun asma. 3.1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Dikaji adanya keturunan penyakit tumor pada keluarga untuk mendeteksi adanya faktor genetik. 3.1.6 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Adakah anemia,ikterus, periksa tanda-tanda vital. Pemeriksaan persistem B1 BREATH Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret karena operasi di daerah dekat saluran nafas. B2 BLOOD Kemungkinan terjadi gangguan hemodinamik jika terjadi banyak perdarahan. B3 BRAIN Kesadaran komposmentis sampai koma bisa terjadi akibat pemberian obatobatan anestesi dan tindakan operasi. B4 BLEDDER Produksi urine bisa normal, tetapi jika pasien sudah dehidrasi berat bisa terjadi anuria. B5 BOWEL Inspeksi : tampak normal Auskultasi : terdengar suara bising usus normal Palpasi : turgor kulit menurun jika terjadi kekurangan cairan akibat puasa lama dan perdarahan. Perkusi : tidak ada distensi abdomen B6 BONE Pada kasus post operasi diseksi submandibula tidak ditemukan kelainan tulang, terjadi kelemahan gerak ekstremitas jika terganggu keseimbangan elektrolit tubuh. 3.1.7 RIWAYAT PRE OPERASI



16



Pada kasus tumor submandibula dengan rencana operasi diseksi submandibula perlu diketahui adanya penyulit hemodinamik dan gangguan hormonal atau tidak. 3.1.8 RIWAYAT DURANTE OPERASI Perlu dikaji obat-obatan anestesi yang digunakan selama operasi,jumlah perdarahan dan balance cairan. 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan diseksi submandibula, menurunya kemampuan batuk, penumpukan produksi sekret pada jalan napas. 2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan nyeri diskontinuitas jaringan tubuh. 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi tubuh. 3.3 RENCANA KEPERAWATAN 1. Diagnosa Keperawatan : Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan diseksi submandibula, menurunya kemampuan batuk, penumpukan produksi sekret pada jalan napas. Tujuan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka setelah 30 menit. Kriteria hasil: Bunyi napas vesikuler, sesak (-), sianosis (-), frekwensi napas 16 – 20 x / menit, pasien dapat mengeluarkan secret secara optimal, kemampuan batuk +, ronchi (-). RENCANA TINDAKAN RASIONAL Awasi frekwensi atau kedalaman 1. Perubahan pada pernapasan,



1.



pernapasan, auskultasi bunyi napas.



adanya ronchi, mengi diduga adanya



Selidika kegelisahan, dispnea dan



retensi sekret.



sianosis. 2.



Posisi pasien ditinggikan 30 – 45 0



2.



Memudahkan keluar



drainase



sehingga



pernapasan



sekret dan



ekspansi paru baik. 3.



Hisap selang laringektomi. Catat 3. jumlah, warna, konsistensi secret.



4.



Dorong batuk efektif dan napas 4. dalam.



mencegah



sekresi



menyumbat



saluran pernapasan. Memobilisasi membersihkan



secret jalan



napas



untuk dan 17



membantu 5.



Observasi jaringan sekitar luka post



operasi.



Awasi



adanya



mencegah



komplikasi



pernapasan. 5.



Perdarahan yang terus-menerus / tak terkontrol dapat menyebabkan



perdarahan dan rawat luka post



terganggunya



operasi (terutama stoma) dengan



system



pernapasan



pasien, perawatan luka secara intensif



prinsip steril.



dengan prinsip steril akan mencegah terjadinya infeksi dan perlengketan stoma yang dapat menggangu jalan napas pasien. 6.



Peningkatan



vital



sign



6. Observasi vital sign. meningkatkan terjadinya komplikasi. 2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tubuh. Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 1 jam. Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang Ekspresi wajah rileks TD dalam batas normal 100-120/60-80 mmHg Nadi 60-100 x/menit



1.



RENCANA TINDAKAN Observasi tanda-tanda vital pasien.



1.



RASIONAL Peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi menandakan adanya nyeri.



2.



Kaji



skala



nyeri,lokasi



dan 2.



penyebab.



Untuk mengetahui terapi apa yang tepat



untuk



diberikan



kepada



pasien. 3.



Ajarkan



teknik



mengurangi 3.



nyeri,antara lain teknik relaksasi



Pasien dapat mengurangi nyeri secara mandiri.



dan distraksi. 4.



Kolaborasi penberian analgetik.



4.



Pemberian analgetik yang tepat dapat mengurangi nyeri secara cepat.



18



3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi tubuh. Tujuan: Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri. Kriteria hasil : Menunjukan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh dengan partisipasi aktifitas perwatan diri dan interaktif positif dengan orang lain. RENCANA TINDAKAN RASIONAL 1. Diskusikan arti kehilangan atau 1. Alat dalam mengidentifikasi atau perubahan dengan pasien.



mengartikan



masalah



memfokuskan



perhatian



untuk dan



intervensi secara konstruktif. 2.



3.



Catat bahasa tubuh non verbal, 2. Dapat menunjukkan depresi atau perilaku negatif atau bicara sendiri.



keputusasaan,



Kaji pengrusakan diri atau perilaku



pengkajian lanjut atau intervensi



bunuh diri.



lebih intensif.



Catat



reaksi



emosi,



kebutuhan



untuk



contoh 3. Pasien dapat mengalami depresi



kehilangan, depresi, marah.



cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan



4.



Susun



batasan



pada



perilaku



maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. 5.



Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, psikologis,



contoh



ahli



pekerja



konseling keluarga.



terapi sosial,



waktu untuk membaik. 4.Penolakan



dapat



penurunan



harga



mengakibatkan diri



dan



mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru. 5.Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan



kecendrungan



untuk



menolak dari atau isolasi pasien dari kontak social. 19



DAFTAR PUSTAKA 1. Myers EN, Gastman`BR, Neck Dissection: An Operation in Evolution, Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2003;129:14-25. 2. Schwetschenau E, The Adult Neck Mass. Am Fam Physician 2002;66:8318 3. Muller CD, Neck Dissection: Classification, Indications and Techniques, Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology 4. Werning



J,



Modified



Radical



Neck



Dissection,



cited



from



http://www.emedicine.com/ent/topic748.htm



5. Dickenson E, The voice center ; neck dissection : the operation cited from web.comhem.se/jupiter/neckad.htm 6. Sanderson RJ, Montague ML, Surgical management of head and neck malignancy, Surg J R Coll Surg Edinb Irel, 2 February 2004, 7-14 7.



S



h a h a A



R



,



N



d



i



s



s



e



c



t



i



o



o



p



e



r



a



t



i



o



n



e



v



o



l



u



t



i



o



n



e n



c



k



: i



,



a



n



n World Journal of



Surgical Oncology 2005, 3:22 8. Tesseroli M, Calabrese L, Discontinuous vs. In-continuity Neck Dissection in Carcinoma of the Oral Cavity. Experience of two Oncologic Hospitals, Acta Otorhinolaryngology Italia 26, 350-355, 2006



20