Laporan Pendahuluan Bronkopneumonia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Mitha
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA



A. Konsep Dasar Bronkopneumonia 1. Definisi Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan Sukarmin, 2009). 2. Etiologi Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain : 1) Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella 2) Virus : Legionella Pneumoniae 3) Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans 4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru 5) Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015).



3. Manifestasi klinis Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut Wijayaningsih (2013), ialah : 1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas 2) Demam (39°C-40°C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk. 4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. 5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare. 6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing. 7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius. 8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelectasis absorbsi. 4. Patofisiologi Sebagian



besar



penyebab



dari



bronkopneumonia



ialah



mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat



membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah GI. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen ( Nurarif dan Kusuma, 2013)



5. Pathway



6. Penatalaksanaan Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan keperawatan dan medis 1) Asuhan keperawatan a)



Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas



b)



Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi



c)



Memberikan kompres untuk menurunkan demam



d)



Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan



e)



Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs



f)



Monitor tanda-tanda vital



g)



Kolaborasi pemberian O2



h)



Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi



2) Medis a) Farmakologi Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab. b) Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bebercak-bercak. b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit. c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang berhubungan dengan oksigen. d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015). 1. Pengkajian Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan



dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara lain 1) Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun. 2) Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas. 3) Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare. 4) Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang. 5) Pemeriksaan fisik : a)



Inspeksi.



Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas. b)



Palpasi



Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret. c)



Perkusi



Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun untuk kasus bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup. d)



Auskultasi



Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura. 6) Penegakan diagnosis : Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian besar lobus. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien, keluarga, rekammedis, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (suara, dkk, 2013). Masalah keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) : 1). (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas. 2).



(D.0003)



Gangguan



pertukaran



gas



berhubungan



dengan



ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler. 3). (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan) 4). (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan. 5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing, ketidaknyamanan.



6). (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan lingkungan 3. Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,2012). No



Diagnosa



1



(D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas .



Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan : Jalan nafas paten



Kriteria hasil : 1. Mampu melakukan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan Batasan karakteristik dsypneu (mampu : mengeluarkan sputum,  Suara nafas mampu bernafas dengan tambahan mudah, tidak ada pursed  Perubahan lips). frekuensi nafas 2. Jalan nafas bersih (klien  Perubahan irama tidak merasa tercekik, irama nafas nafas, frekuensi pernafasan  Sianosis dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).  Mengeluh sesak 3. Mampu mengidentifikasi nafas dan mencegah faktor yang  Batuk tidak efektif dapat menghambat jalan  Sputum berlebihan nafas.  gelisah



Intervensi 1.1 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning 1.2 Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction O2 dengan 1.3 Berikan menggunakan nasal kanul untuk memfasilitasi suction 1.4 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam 1.5 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 1.6 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 1.7 Monitor respirasi dan status O2 1.8 Lakukan fisioterapi dada bila perlu



2.



(D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler



Batasan karakteristik :  Irama pernafasan tidak teratur  pH darah arteri abnormal  pernafasan cuping hidung  gelisah  takikardi  hiperkapnea  hipoksia  samnollen  gangguan penglihatan  sianosis (pada neonates saja)



3



(D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).



Tujuan : Pertukaran gas efektif Kriteria hasil : 1. mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 2. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan 3. mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 4. tanda-tanda vital dalam rentang normal - N :75-160x/menit - RR :21-30x/menit 4. - T : 36-37oC



Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi



Kriteria hasil : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 3. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi Batasan karakteristik 4. Menujukkan peningktan : fungsi pengecapan dari menelan dan tidak terjadi  Diare penurunan berat badan yang  Kram abdomen berarti.  Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal  Kehilangan rambut berlebih  Kurang makan  Bising usus



2.1 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2.2 Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction 2.3 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 2.4 Monitor respirasi dan status O2 2.5 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal 2.7 Monitor suara nafas, seperti dengkurMonitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot 2.8 Auskultasi suara nafas, catat areapenurunan / tidak adanya ventilasi dansuara tambahan 2.9 Observasi sianosis khususnya membrane mukosa 2.10 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, iramadan denyut jantung 3.1 Kaji adanya alergi makanan 3.2 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 3.3 Anjurkan pasien untuk menigkatkan Fe 3.4 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 3.5 Berikan substansi gula 3.6 Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 3.7 Monitor adanya penurunan BB dan gula darah 3.8 Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan



hiperaktif  Membrane mukosa pucat  Ketidakmampuan menghabiskan makanan  Kekuatan otot menurun



4



(D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan



ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan. Batasan karakteristik :



5



 Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas  Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas  Sesak setelah beraktivitas  Menyatakan merasa letih  Menyatakan merasa lemah  Ketidaknyam anan setelah beraktivitas Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing, ketidaknyamanan



Tujuan : Mampu melakukan aktivitas tanpa disertai peningkatan tanda-tanda vital Kriteria hasil : 1. Mampu melakukan aktivitas fisik tanpa di sertai peningkatan tekanan darah 2. Mampu melakukan kativitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri 3. Tanda-tanda vital normal 4. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat 5. Sirkulasi status baik 6. Status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat



Tujuan : Rasa cemas anak dapat berkurang atau hilang Kriteria Hasil



ahli gizi) 3.9 Monitor intake nuntrisi 3.10 Informasikan pada klien dan keluargatentang manfaat nutrisi 3.11 Anjurkan banyak minum 3.12 Monitor turgor kulit 3.13 Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht 3.14 Monitor mual dan muntah 3.15 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 3.16 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang ````````dibutuhkan. 4.1 Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mamou dilakukan 4.2 Monitor respon fisik, emosi,social, dan spiritual 4.3 Sediakan penguatan yang positif 4.4 Bantu pasien/` keluarga untuk mengidentifikasi kekuragan saat beraktivitas 4.5 Bantu pasie untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 4.6 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai



5.1 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan 5.2 Jelaskan prosedur dan aktivitas lain sebelum memulai 5.3 Jawab pertanyaan dan



1. Anak istirahat dengan Batasan karakteristik tenang : 2. Anak mendiskusikan  Gelisah prosedur dan aktivitas  Kontak mata buruk tanpa bukti  Kesedihan yang kecemasan mendalam  Ketakutan  Wajah tegang  Menangis  Peningkatan denyut nadi  Marah bila disentuh (D.0106) Gangguan Tujuan : tumbuh kembang b.d Pertumbuhan dan terpisah dari orang tua, perkembangan anak sesuai keterbatasan lingkungan dengan usianya Batasan Karakteristik  Gangguan pertumbuhan fisik  Penurunan waktu respon  Terlambat dalam melakukan keterampilan umum kelompok usia  Afek datar  Ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan usia  Lesu/tidak bersemangat



Kriteria Hasil : 1. Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya 2. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan. 3. Keluarga mampu mendapatkan sumbersumber sarana komunitas. 4. Kematangan fisik : perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan dengan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. 5. Kematangan fisik : perubahan fisik normal pada pria yang terjadi dengan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. 6. Status nutrisi seimbang



jelaskan tujuan aktivitas 5.4 Anjurkan orang terdekat bagi anak untuk tetap bersama anak sebanyak mungkin 5.5 Melakukan terapi bermain



6.1 6.2



6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9



Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal. Berikan perawatan yang konsisten. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil. Berikan instruksi berulang dan sederhana. Dorong anak melakukan perawatan sendiri. Manajemen perilaku anak yang sulit. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok. Ciptakan lingkungan yang aman.



4. Implementasi Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah



rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008). Ada 3 tahap implementasi : 1. Fase orentasi Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri. 2. Fase kerja Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan masalah kesehatanya. 3. Fase terminasi Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan yang sudah direncanakan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien. Jenis-jenis evaluasi menurut (suara, dkk, 2013) : 1). Evaluasi Formatif



Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon klien segera setelah tindakan. Biasanya digunakan dalam catatan keperawatan. 2). Evaluasi Sumatif Menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisa status kesehatan klien dalam satu periode. Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan menilai apakah hasil yang telah diterapkan tercapai