Laporan Pendahuluan Colic Abdomen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN COLIC ABDOMEN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat



Dosen Pembimbing : Irfan Ali Rahman, S.Kep.,Ners.,M.Kep



Disusun oleh : Nurohmah Badriyah NIM. 2006277037



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2021



LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Penyakit Colic Abdomen 1. Definisi Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Abdullah & Firmansyah, 2012). Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tibatiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Manurung et al., 2020). Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2015): 1) Nyeri abdomen visera Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atauinflamasi ketika jaringan mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik. Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang merujuk padaasal organ secara embrionik. Struktur foregut seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal,



kolondesendens dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah. 2) Nyeri abdomen parietal (somatik) Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasiatau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini dipersepsikan berupa tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku padaabdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupanyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan bawahketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal). 3) Nyeri alih Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa), nyeri infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra. 2. Etiologi a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012). 1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang) 2) Karsinoma



3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus) 4) Intusesupsi 5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati) 6) Polip (perubahan pada mukosa hidung) 7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran) b. Fungsional (non mekanik) 1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak) 2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas) 3) Enteritis regional 4) Ketidakseimbangan elektrolit. 5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif) c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu : 1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app endicitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. 2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitisinfeksi, esofagitis. 3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. 4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis 5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. 6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. 7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan parudan lainnya 3. Manifestasi klinis Colic Abdomen Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Abdullah & Firmansyah, 2012). 1) Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien).



2) Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang lebihmenonjolpada obstruksi sederhana. 3) Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada perkiraanlokasidan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari, yang menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal. 4) Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan komplikasi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau iskemik). 5) Mual 6) Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal 7) Diare (temuan awal) 8) Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak adanyagerakanusus atau buang angin. 9) Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait dengan strangulasi. 10)Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu 11)Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus) 4. Patofisiologi Colic Abdomen Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan pada abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak nyamandan menimbulkan rasa nyeri. Dari hal ini sendiri dapat menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul pada pasien colic abdomen (Darsini & Praptini, 2019).



Pathway



5. Komplikasi 1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus) 2) Kolik bilier 3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang ) 6. Pemeriksaan Penunjang 1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus 2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. 3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi



atau peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus. 4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik. 7. Penatalaksanaan Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk dilakukan suction terhadap usus GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat, 2015). a. Farmakologi 1. Terapi Na + K + komponen darah 2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan 3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler 4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan 5. Antasid ( obat yang melawan keasaman ) 6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek histamine) b. Non Farmakologi 1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit 2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis 3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. 4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung 5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko 6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari klien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et al., 2016) a. Identitas Klien dan Keluarga Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan daiagnosa. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi. b. Riwayat Penyakit a) Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan (Aziz, 2013). b) Riwayat Penyakit Sekarang Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan factor yang mempengaruhi dan juga yang memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS. c) Riwayat Penyakit Dahulu Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah klien menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan saat ini. d) Riwayat Penyakit Keluarga Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit keturunan atau menular c. Pola Fungsi Kesehatan a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. b) Pola Aktivitas Latihan Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui aktivitas yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada kelemahan atau kelelahan.



c) Pola Nutrisi dan metabolic Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien selalu ingin muntah. d) Pola Istirahat dan tidur d. Pemeriksaan Fisik 1) Status kesehatan umum Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses penyakitnya, pemeriksaan tanda-tanda vital. 2) Sistem respirasi Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri hebat akan ada kemungkinan klien sesak. 3) Sistem kardiovaskuler Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit yang lainnya. 4) Sistem persyarafan Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar 5) Sistem gastrointestinal Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran terhadap makanan/ nafsu makan menurun dan muntah. 6) Sistem eliminasi Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran terhadap makanan. Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan telur. Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari ); perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi berperdarahan per rektal. Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur (25%); fistula ferienal.



C. Analisa Data No 1



2



Data Etiologi Masalah Batasan karakteristik : Obstruksi usus Nyeri Akut  Perubahan selera makan  Kolik abdomen  Perubahan tekanan darah, frekuensi  pernafasan dan jantung Peningkatan intraluminal  Mengekpresikan  perilaku (gelisah, Distensi berisi gas, merengek, menangis, cairan, dan elektrolit waspada)   Prilaku terjaga Gangguan vaskuler melindungi lokasi nyeri   Indikasi nyeri yangdapat Statis vena diatasi   Perubahan posisiyang Edema dinding usus dapat diamati   Melaporkan nyerisecara Peningkatan distensi verbal dinding usus  Gangguan pola tidur  Peningkatan tekanan intra abdomen  Nyeri Akut Batasan karakteristik : Obstruksi usus Resiko Defisit Nutrisi  Sakit perut  Kolik abdomen  Penurunan Berat badan dengan asupan makan  lumayan Peningkatan intraluminal  Diare  Distensi berisi gas,  Kehilangan rambut cairan, dan elektrolit berlebihan   Bising usus tidak ada Udara tertampung  Kurang informasi   Kurang minat Peningkatan volume padamakanan udara  Membran mukosa pucat   Ketidakmampuan Rangsangan mual mencerna makanan   Tonus otot menurun



 Mengeluh gangguan sensasi rasa  Kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan Batasan karakteristik :  Mengekpresikan karena perubahan dalam peristiwa hidup  Gelisah  Insomnia  Kontak mata kurang  Mengintai, tampak waspada, ketakutan, wajah tegang  Tremor, suara gemetar, anoreksia  Peningkatan nadi, peningkatan nafas, pupil melebar  Anoreksia, mual,diare,  Gangguan tidur



3



Muntah  Gangguan pemenuhan nutrisi Obstruksi usus  Kolik abdomen  Perubahan status kesehatan  Defisit informasi  Ansietas



Ansietas



D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077) 2) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake inadekuat (D.0032) 3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan wajah tampak tegang, dan gelisah (D.0080) E. Perencanaan No



1



Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Hasil (SIKI) (SDKI) (SLKI) Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri (L.08066) (I.08238) (D.0077) Observasi Setelah dilakukan  Identifikasi



lokasi



tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun   Kriteria Hasil:  Keluhan nyeri menurun dari skala 1 menjadi skala 4  Meringis dari menurun dari skala 2 menjadi skala 4  Gelisah menurun dari skala 2 menjadi skala 4  Kesulitan tidur menurun dari skala 2 menjadi skala 4



karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri  Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik  Berikan tekhnik nonfrmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis, hypnosis, akupresur, terapi music, terapi pijat, aromaterapi, tekhnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin)  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruanganan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi  Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri  Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (Darsini & Praptini, 2019)



2



Resiko defisit nutrisi (D.0032)



Status (L.03030)



Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119) Observasi Setelah dilakukan  Identifikasi status nutrisi tindakan keperawatan  Identifikasi alergi dan diharapkan intoleran makanan



3



Ansietas (D.0080)



ketidakasupan nutrisi  Identifikasi makanan membaik dengan yang disukai kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient  Nyeri abdomen dari  Monitor asupan skala 2(cukup makanan meningkat) menjadi  Monitor berat badan 4(cukup menurun)  Monitor hasil  Nafsu makan dari pemeriksaan lab skala 2(cukup Terapeuik memburuk) menjadi  Lakukan oral hygiene 4(cukup membaik) sebelum makan, jika perlu  Fasilitasi menentukan pedoman diet(mis. Piramida makanan)  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Berikan makanan tinggi seratuntukmencegah konstipasi  Berikan makanan tinggi protein dan kalori  Berikan suplemen makan, jika perlu Edukasi  Anjurkan posisi duduk  Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi  Kolaborasi pemeberiana medikasi sebelum makan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jumlah nutrien yang dibutuhkan, jika perlu Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314) Observasi (L.09093) Setelah dilakukan  Identifikasi saat tingkat



tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun Kriteria Hasil:  Konsentrasi dari skala 3 (sedang) menjadi 4 (cukup membaik)  Perilaku gelisah dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi 4 (cukup menurun)  Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dari skala 3 (sedang) menjadi 5 (menurun)



ansietas berubah  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan  Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik  Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan  Pahami situasi yang membuat ansietas  Dengarkan dengan penuh perhatian  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Edukasi  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami  Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien  Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan  Latih teknik relaksasi



F. Implementasi Dan Evaluasi Diagnosa Nyeri akut



Implementasi  Mencatat keluhan nyeri, termasuk lokasi, frekuensi  Mengobservasi TTV  Mengajarkan teknik distraksi dna relaksasi nafas dalam  Mengatur posisi klien  Melakukan kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian terapi obat  Melakukan pendidikan kesehatan Resiko  Mengidentifikasi input dan defisit output nutrisi  Mengidentifikasi perlunya penggunaan NGT  Memonitor BB  Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Melakukan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi yang baik  Mengkolaborasikan dengan ahli gizi Implementasi dan Evaluasi



Evaluasi S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang O:  Skala nyeri berkurang  TTV normal  Wajah klien tampak tenang A : Masalah teratasi P : hentikan intervensi S : Klien mengatakan sudah makan O:  BB dalam rentang normal  Porsi makanan dihabiskan  Nafsu makan bertambah A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi



Implementasi merupakan penerapan intervensi pada klien secara nyata dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara sistematis. Di tahap ini perawat akan melakukan implementasi yang sesuai dengan intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah klien Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat membandingkan antara hasil akhir yang telah diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Selanjutnya taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan intervensi keperawatan ditetapkan



Daftar Pustaka Abdullah, M., & Firmansyah, M. A. (2012). Diagnostic approach and management of acute abdominal pain. Acta Medica Indonesiana, 44(4), 344–350. Darsini, & Praptini, I. (2019). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Dengan Kolik Abdomen. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan, 59–62. Mala, J., Keperawatan, A., & Waluyo, N. (2016). Pengelolaan Nyeri Akut pada Ny. M dengan Kolik Abdomen di Ruang Bougenvile RSUD Pandan Arang Boyolali. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo. Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa. JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250. https://doi.org/10.30865/jurikom.v7i2.2086 Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain Di Igd Rsud Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 11–17. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.Jakarta. DPP PPNI