16 0 105 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI STASE KEPERAWATAN JIWA
NAMA
: ENI ISNA UMAMI
NPM
:18190100064
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA
LAPORAN
PENDAHULUAN
I. KASUS (MASALAH UTAMA) Defisit Perawatan Diri Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri (Tarwoto dan Wartonah,2000). Personal hygene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, dan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Poter Perry, 2005). Syndroma kurang perawatan diri adalah keadaan dimana individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktifitas diri yang meliputi makan, mandi, berdandan dan instrumental (Carpenito, 2000). II. PROSES TERJADINYA MASALAH A. Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya defisist perawatan diri dan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi klien adalah faktor perkembangan dimana
keluarga
terlalu
melindungi
dan
memanjakan
klien
sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Faktor biologis dimana penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Disamping itu ada faktor sosial yang menyebabkan klien kurang mendapat dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri di lingkungannya, situasi lingkungan mempengaruhi letihan kemampuan dalam perawatan diri. Selanjutnya faktor kemampuan realitas turun, dimana klien dengan gangguan jiwa dan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. B. Faktor Presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya motivasi, kerusakan kognitif atau preseptual, cemas, lelah atau lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes, 2009 : 59 : faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah : faktor body image dimana gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. Dan faktor sosial dimana pada masa anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. Faktor sosial ekonomi dimana personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, odol, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Faktor pengetahuan dimana pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien diabetes melitus harus menjaga kebersihan kuku kakinya. Faktor budaya dimana sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. Faktor kebiasaan sesorang dimana ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun,dll. Selanjutnya faktor kondisi fisik atau psikis dimana pada keadaan tertentu atau sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan orang lain. C. Tanda dan Gejala Menurut Depkes, 2000 : tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik :
Badan bau, pakaian kotor
Rambut dan kulit kotor
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor dan bau mulut
Penampilan rapi
2. Psikologis :
Malas, tidak ada inisiatif
Menarik diri, isolasi diri
Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina
3. Sosial :
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma
Cara makan tidak teratur, BAK/BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu.
D. Etiologi Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat diri, makan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting secara mandiri. E. Akibat
Dapat berakibat terjadinya resiko gangguan sensori persepsi : halusinasi.
Semakin sulit membina hubungan dengan orang lain
Dapat memperlambat proses penyembuhan atau pengobatan klien
Klien dapat dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat
F. Jenis-jenis defisit perawatan diri a. Kurang perawatan diri : mandi atau kebersihan adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas mandi atau kebersihan diri. b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian atau berhias adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktifitas berdandan sendiri. c. Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktifitas makan. d. Kurang perawatan diri : toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas toileting sendiri (Nurjannah,2004:79). G. Mekanisme Koping a. Regresi adalah kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan c. Isolasi diri atau menarik diri adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu yang dapat bersifat sementara atau dalam waktu yang lama. d. Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. III. A. POHON MASALAH Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi Isolasi Sosial
DPD
HDR A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI 1. Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri 2. Data yang perlu dikaji Data Subyektif
Klien mengatakan dirinya malas mandi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau menggosok gigi dan tidak mau memotong kuku.
Klien mengatakan juga tidak mau berhias, tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri.
Data Obyektif
Klien tampak kotor, rambut kotor
Badan bau
Pakaian kotor
Kuku kaki dan kuku tangan panjang dan kotor
Mulut bau
Gigi kotor
Penampilan tidak rapih
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN Defisit Perawatan Diri. V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Terlampir
Daftar Pustaka
Tarwoto dan Wartonah,2000. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Poter Perry, 2005. Diagnosa Keperawatan, “ Jakarta : EGC Carpenito, 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung