Laporan Pendahuluan Mobilisasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rino
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN MOBILISASI A. Definisi Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak dengan dengan bebas merupakan suatu berkah bagi sebagian besar orang hingga mengalami situasi dimana mobilitas mereka menjadi terbatas, atau sama sekali hilang (Vaughans, 2011:162). Mobilisasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ketempat yang lain (Suratun et.al, 2006:196). Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan



teratur



dengan



tujuan



untuk



memenuhi



kebutuhan



aktivitas



guna



mempertahankan kesehatannya (Hidayat dan Uliyah, 2014:179). B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Adapun anatomi yang dapat mendukung mobilisasi menurut Potter dan Perry( 2010: 469-473). a. Sistem rangka Rangka memberikan hubungan antara otot dan ligamen, dan menberikan sesuatu pengungkit yang dibutukan untuk bergerak dibentuk oleh 4 jenis tulang yaitu : 1)



Tulang panjang, berhubungan dengan tinggi (misalnya : tulang femur, fibula, dan tibia pada kaki) dan lebar (misalnya : tulang falanges pada jari tangan jari kaki).



2)



Tulang pendek (misalnya tulang kepala pada kaki dan tulang patela pada lutut) berada dalam bentuk kelompok, sehingga saat digabungkan dengan ligamen dan kartilago, kemungkinan gerakan pada ekstermitas.



3)



Tulang pipih, seperti beberapa tulang dibagian tengkorak dan rusuk pada dada, memberikan kontur ang struktural.



b. Tulang ireguler membentuk kolumna vertebralis dan beberapa tulang dibagian tengkorak seperti mandibula. c. Sendi Sendi adalah penghubung antara tulang. Sendi diklasifikasikan menjadi : 1)



Sendi sinostotik adalah sendi yang menghubungkan antar tulang (ikatan tulang dengan tulang). Ini adalah jenis sendi diam atau tidak ada pergerakan, jaringan tulang vang terbentuk ditulang memberikan kekuatan 1



2



dan stabillitas. Contoh : tengkorak yang peleburan sendiya terjadi diusia yang akan bertambah. 2) Sendi



kartilogo



atau



sendi



sinkondrisis,



berfungsi



menggabungkan



komponen tulang. Jenis sendi ini memungkinkan pertumbuhan tulang dan tetepa stabilitas. 3) Sendi fibrosa atau sendi sindesmosis adalah sendi yang ligamen atau membrannya menyatukan dua permukaan tulang, memungkinkan jumlah pergerakan yang terbatas. Tulang yang berpasangan pada kaki bawah (tibia dan fibula) adalah contoh dari sendi sindesmotis. 4) Sendi sinovial atau sendi nyata adalah sendi yang bebas bergerak di mana permukaan



tulang



kontigus



ditutupi



olehtulang



kartilago



artikular,



dihubungkan dengan ligamen serta diselubungi oleh membran sinovial. Penggabungan tulang radius humeral dan ulnaris oleh tulang kartilago dan ligamen membentuk sendi yang sangat penting. Jenis lan dari sendi sinovial adalah sendi bola dan kantung, misalnya sendi pinggul dan sendi engsel, contohna sendi interfalanges pada jari. d. Ligamen Ligamen berwarna putih, bercahaya, dan memiliki ikatan jaringan fibrosa fleksibel yang berikatan pada sendi dan menghubungkan tulang serta tulang kartilago. Ligamen bersifat elastis dan membantu fleksebilitas serta mendukung sendi. beberapa ligamen memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen yang berada di anatara tubuh vertebral dan ligamen, flavum mencegah tulang belakang rusak selama melakukan gerakan ke belakang. e. Tendon Tendon berwarna putih, berkilau dan memiliki ikatan jarinagn fibrosa yang menghubungkan otot pada tulang. Tendon bersifat kuat, fleksibel dan elastis serta memiliki panjang dan tebal yang berbeda beda. Tendon ini berada dekat bagian tengah kaki bagian belakang, menghubungkan otot gastronemeus dan otot soleus pada betis dengan tulang kalkaneus di belakang kaki. f. Kartilago Kartilago tidak memiliki pembuluh darah; mendukung jaringan penghubung, terutama berada pada sendi dan toraks, trakea, laring, hidung dan telinga. Fetus memiliki tulang kartilago dengan jumlah yang akan digantikan dengan tulang yang berkembang selama masa bayi. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi (penebalan) kecuali pada usia lanjut dan penyakit seperti osteoartritis. g. Otot rangka Pergerakan tulang dan sendi meliputi proses aktif yang diintergrasikan dengan hati – hati, untuk meningkatkan koordinasi. Otot rangka, karena kemampuannya



3



berkontraksi dan relaksasi serta melekat pada rangka, akan meningkatkan kontratilitas elemen – elemen pada otot rangka. Ada 2 tipe kontraksi otot, yaitu : 1) Kontraksi isotonik atau dinamik Reaksi otot konsentrik dan ekstrensik sangat penting untuk pergerakan aktif. 2) Kontraksi isometrik (kontraksi statis) Menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot meningkat tetapi tidak memendek atau melakukan gerakan aktif pada otot. h. Sistem saraf Sistem saraf meregulasi pergerakan dan postur. Girus presentral atau strip motorik adalah area motorik volunter yang utama dan berada pada korteks serebral. Sebagian besar serat motorik menurun dari strip motorik dan melintasi medulla. Oleh karena itu serat motorik dan strip motorik kanan menginisiasi pergerakan volunter sisi tubuh bagian kiri dan serat motorik dan strip motorik kiri menginisiasi pergerakan volunter tubuh bagian kanan. C. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi Menurut Hidayat dan Uliyah (2014:180), mobilitas seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut: 1. Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampunan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari– hari. 2. Proses penyaki atau cedera Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh: orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan gerakan dalam ektermitas bagian bawah. 3. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga di pengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh : orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang melakukan aktivitas. 4. Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.



4



5. Usia dan status perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kemantangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. D. Klasifikasi Gangguan Klasifikasi Menurut Wahid (2013:9-96), klasifikasi gangguan mobilisasi yang dijabarkan definisi etiologi dan manifestasi klinisnya, adalah sebagai berikut : 1. Fraktur a. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. b.



Etiologi 1) Kekerasan langsung 2) Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring 3) Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam alur hantaran vektor kekerasan. 4) Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa



pemuntiran,



penekukan,



dan



penekanan,



kombinasi



dari



ketiganya, dan penarikan. c.



Klasifikasi fraktur Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : 1) Berdasarkan sifat fraktur a) Fraktur tertutup, bia tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih. b) Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. 2) Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur a) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui ketua korteks tulang. b) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak patah tidak melalui seluruh panampang tulang seperti :



5



(1) Hair line fracture adalah salah satu jenis fraktur yang disebabkan oleh stres yang tidak biasa atau berulang-ulang. (2) Buckle atau tarus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang sponglosa di bawahnya. (3) Green stick fracture, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. 3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma a) Fraktur transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. b) Fraktur oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk suduh terhadap sumb tulang dan merupakan akibat trauma anguasi juga. c) Fraktur spiral : fraktur yang arah garis patahnya bebentuk spiral yang di sebabkan trauma rotasi. d) Fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain. e) Fraktur avulsi : fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersiny Faktor yang mempengaruhi mobilisasi 2. Menurut Mubarak et.al (2015:278-285), kondisi patologis yang mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilisasi yaitu : a. Gangguan Pekembangan Otot 1) Distrofi otot. Distrofi otot mengacu pada berbagai penyakit yang ditandai oleh berkurangnya otot. 2) Distrofi otot Duchenne adalah penyakit terkait seks yang mewariskan melalui kromosm x dan hamper selalu terdapat pada pria. 3) Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. b. Kerusakan Sistem Saraf 1) Penyakit Parkison adalah gangguan otak prgresif yang ditandai oleh degenerasi serebrum di suatu bagian yang disebut ganglion basal. 2) Penyakit huntingan adalah penyakit degeneratif ganglion basal dan korteks serebrum yang jarang dijumpai. c. Trauma Langsung Pada Sistem Muskoloskeletal 1) Kontusio adalah cedera pada jaringan lunak. 2) Dislokasi sendi adalah permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan sistematis. 3) Fraktur tulang adalah terputusnya tulang. 4) Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang metabolic.



6



5) Penyakit paget adalah suatu gangguan tulang. E. ROM dan kekuatan otot 1. Menurut Hidayat dan Uliyah (2014 : 185), pengkajian tentang gerak (Range



Off



Montion-ROM)



dilakukan



pada



daerah



seperti



bahu,siku,lengan,panggul,dan kaki. a. Bahu Addukasi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap posisi yang paling jauh. Derajat rentang normal addukasi yaitu 180. b. Siku Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan dan kearah atas menuju bahu. Derajat rentang normal fleksi pada siku yaitu 150 . c. Pergelangan tangan 1)



Fleksi : tepuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan bawah. Derajat rentang normalnya yaitu 80-90.



2)



Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. Derajat rentang normalnya yaitu 80-90.



3)



Hipertensi : tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh mungkin. Derajat rentang normalnya yaitu 70-90.



4)



Abduksi : tekuk pergelangan tangan kesisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap keatas. Derajat rentang normalnya yaitu 020.



5)



Adduksi : tekuk pergelangan tangan kekelingking, telapak tangan menghadap keatas. Derajat rentang normalnya yaitu 30-50.



d. Tangan dan jari 1)



Fleksi : buat kepalan tangan. Derajat rentang normalnya yaitu 90.



2)



Ektensi : luruskan jari. Derajat rentangnya yaitu 90.



3)



Hipertensi : tekuk jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin. Derajat rentang normalnya yaitu 30.



4)



Abduksi : kembangkan jari tangan. Derajat rentang normalnya yaitu 20.



5)



Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi. Derajat rentang normalnya yaitu 20.



d.



Kekuatan otot dan gangguan koordinasi Menurut Hidayat dan Uliyah ( 2014 : 186), dalam mengkaji kekutan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan sebagai berikut :



7



1) Skala 0 dengan presentase kekuatan normal 0 memiliki karakteristik paralisis sempurna. 2) Skala 1 dengan presentase kekuatan normal 10 memiliki karakteristik tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat. 3) Skala 2 dengan presentase kekuatan normal 25 memiliki karakteristik gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan. 4) Skala 3 dengan presentase kekuatan normal 50 memiliki karakteristik gerakan normal melawan gravitasi. 5) Skala 4 dengan presentase kekuatan normal 75 memiliki karakteristik gerakan penuh yang norml melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal. 6) Skala 5 dengan presentse kekuatan normal 100 memiliki karakteristik kekuatan normal gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh. F. Pengkajian Menurut Suratun et.al (2006:15-18) perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikologi pasien. Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat bantu yang di gunakan (misalnya, kursi roda, tongkat, walker) dan nyeri (jika ada nyeri tetapan lokasi, lama, dan fokus pencetus) kram atau kelemahan. Pengkajian perlu diakukan secara sistematis, teliti, dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan obyektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. 1. Data demografi Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien. 2. Riwayat perkembangan Data ini untk mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua. 3. Riwayat sosial Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar terusmenurus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehtannya dapat dipengaruhi. 4. Riwayat penyakit keturunan



8



Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misalnya, penyakit diabetus militus yang merupakan



predisposisi



penyakit



sendi



degeneratif;



tbc,artritis,riketsia,



osteomielitis). 5. Riwayat diet Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. 6. Riwayat kesehatan masa lalu Data ini meliputi kondisi kesehatanindividu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakkan tulang rawan, riwayar artritis, dan osteomielitis. 7. Riwayat kesehatan sekarang Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala, timbulnya gejala mendadak atau perlahan, timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada tidakya gangguan pada sistem lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan. 8.



Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Jika mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas saat pemeriksaan gerakan atau berjalan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fugsional. Teknik inspeksi dan palpasi di lakukan untuk mengevalusi integritas tulang, postur tubuh, fungsi tubuh, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Dasar pengkajian adalah perbandingan simetris bagian tubuh. Kedalamanan pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan. Pemeriksa harus melakukan eksplorasi lebih jauh. Hasil pemeriksaan fisik harus didokumentasikan dengan cermat dan informasi tersebut diberitahukan kepada dokter yang akan menentukan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut.



G. Diagnosa Keperawatan Menurut Hidayat dan Uliyah (2014:187-188), contoh diagnosa keperawatan untuk klien dengan masalah mobilisasi :



9



1.



Hambatan mobilitas fisik



2.



Hambatan mobilitas berkursi roda



3.



Hambatan kemampuan berpindah



4.



Hambatan berjalan



5.



Risiko cedera



6.



Risiko jatuh



7.



Penurunan curah jantung



8.



Intoleransi aktivitas



9.



Risiko intoleran



10. Ketidakefektifan pola nafas Diagnosa keperawatan utama untuk klien yang mengalami masalah mobilisasi menurut Herdman dan Kamtisuru (2015:232) meliputi : 1.



Hambatan mobilitas fisik a.



Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebuh ekstermitas secara mandiri dan terarah.



b.



Batasan Karakteristik 1) Dispnea setelah beraktivitas 2) Gangguan sikap berjalan 3) Gerakan lambat 4) Gerakan spastik 5) Gerakan tidak terkoordinasi 6) Instabilitas postur 7) Kesulitan membolak-balik posisi 8) Keterbatasan rentang gerak 9) Ketidaknyamana 10) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan 11) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus 12) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar 13) Penurunan waktu reaksi 14) Tremor akibat bergerak



c. Faktor yang berhubungan 1)



Agens farmaseutikal



2)



Ansietas



3)



Depresi



4)



Disuse



5)



Fisik tidak bugar



6)



Gangguan fungsi kognitif



10



7)



Gangguan metabolisme



8)



Gangguan neuromuskular



9)



Gaya hidup kurang gerak



10) Indeks masa tubuh diataspersentil ke-75 sesuai usia 11) Intoleransi aktivitas 12) Kaku sendi 13) Keengganan memulai pergerakan 14) Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat 15) Kerusakanintegritas struktur tulang 16) Keterlambatan perkembangan 17) Kontraktur 18) Kurang dukungan lingkungan 19) Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik 20) Malnutrisi 21) Nyeri 22) Penurunan kekuatan otot 23) Penurunan kendali otot 24) Penurunan ketahanan tubuh 25) Penurunan massa otot 26) Program pembatasan gerak 2. Intoleransi aktivitas a. Definisi Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin dilakukan. b. Batasan karakteristik 1.



Dispnea setelah beraktivitas



2.



Keletihan



3.



Ketidaknyamanan setelah beraktivitas



4.



Perubahan elektrokardiogram (EKG)



5.



Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas



6.



Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas



c. Faktor yang berhubungan 1.



Gaya hidup kurang gerak



2.



Imobilitas



3.



Ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan oksigen



4.



Tirah baring



H. Perencanaan



11



a. NOC : Ambulasi (Moorhed et.al, 2013:75-76) Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu ketempat yang lain secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu. Tujuan : pasien mampu melakukan ambulasi yang optimal sampai pada tanggal........ Indikator : No 1 2 3 4



indikator Menopang berat badan Berjalan dengan langkah



1



2



3



4 √



yang



efektif Berjalan mengelilingi kamar Berjalan dengan kecepatan



sedang 5 Berjalan dengan pelan Keterangan :



5 √



√ √ √



1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu b.



NIC 1 : Terapi latihan : Ambulasi (Bulechek et.al, 2013:438-439) Definisi : peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga atau mengembalikan fungsi tubuh otonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari penyakit atau cidera. Aktivitas : 1)



Beri pasien pakaian yang tidak mengekang



2)



Sediakan tempat tidur berketinggian rendah yang sesuai



3)



Bantu pasien untuk duduk disisi tempat tidur untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh



4)



Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi sesuai kebutuhan



5)



Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan



6)



Bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan



7)



Intruksikan pasien/caregiver mengenai pemindahan dan teknik ambulasi yang aman



8)



Monitor penggunaan kruk pasien atau keseimbangan



9)



Monitor penggunaan kruk pasien atau alat bantu berjalan lainnya



10) Dorong pasien untuk mempertahankan dasar dukungan yang luas, jika diperlukan 11) Monitor respon pasien pada latihan keseimbangan c.



NIC 2 : Terapi Latihan : Keseimbangan (Bulechek et.al, 2013:438)



12



Definisi : Penggunaan keseimbangan postur dan pergerakkan spesifik untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan keseimbangan. Aktivitas : 1)



Kolaborasi dengan terapis fisik, okupasional, dan terapis rekreasi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan, yang sesuai



2)



Evaluasi fungsi sensorik (misalnya., penglihatan, pendengaran, dan propriosepsi)



3)



Berikan kesempatan untuk mendiskusikan faktor faktor yang mempengaruhi ketakutan akan jatuh



4)



Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan



5)



Intruksikan pasien mengenai pentingnya terapi pelatihan dalam menjaga dan meningkatkan keseimbangan.



6)



Bantu dengan program penguatan pergelangan kaki dan berjalan



7)



Sediakan alat alat bantu (misalnya, tongkat, walker, bantal, atau bantalan) untuk mendukung pasien dalam melakukan latihan



8)



Bantu pasien untuk berpartisipasi dalam latihan peregangan sambil peregangan sambil berbaring, duduk, atau berdiri



9)



Dorong pasien untuk memperrahankan dasar dukungan yang lua jika diperlukan



10) Monitor respon pasien pada latihan keseimbangan d. NOC : Toleransi terhadap aktivitas (Moorhed et.al, 2013:582) Definisi : Respon fisiologis terhadap pergerakkan yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari-hari. Tujuan : pasien mampu bertoleransi terhadap aktivitas secara optimal sampai pada tanggal....... Indikator : No 1



Saturasi



indikator oksigen



1 ketika



2



beraktivitas Kemudahan



3



beraktivitas Tekanan darah sistolik ketika



4 5



beraktivitas Jarak berjalan Kemudahan dalam melakukan



bernafas



2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu



3



4



5



 



ketika



aktivitas hidup harian (skala 1-5) Keterangan : 1. Sangat terganggu



2



  



13



5. Tidak terganggu e. NIC 1 : terapi aktivitas (bulechek et.al, 2013:143) Definisi : Peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi, sosial dan spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi aktivitas kelompok. Aktivitas : 1)



Berkolaborasi dengan (ahli) terapi fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan



2)



Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya., bekerja) dan aktivitas-aktivitas yang disukai



3)



Bantu klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan pada saat mengakomodasi aktivitas yang diinginkan



4)



Instruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan terkait peran dalam beraktivitas secara fisik, sosial, spiritual dan kognisi.



5)



Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok maupun terapi, jika memang diperlukan



6)



Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi



7)



Berikan aktivitas yang memenuhi komponen memori dan emosi (misalnya, aktivitas religious tertentu) untuk klien demensia, dengan cara yang tepat



8)



Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat



9)



Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas



10) Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien terhadap pencapaian tujuan (yang diharapkan). f.



NIC 2 : Manajemen Energi (Bulechek et.al, 2013:177-178) Definsi : Pengaturan energi yang digunakan untuk menangani atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi. Aktivitas : 1)



Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan



2)



Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui Sumber energi yang adekuat



3)



Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari makanan.



4)



Monitor Sumber kegiatan olahraga dan kelelahan emosional yang dialami pasien



5)



Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara bergantian



6)



Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat



7)



Monitor pemberian dan efek obat stimulan dan depresan



14



8)



Anjurkan aktivitas fisik (misalnya, ambulasi, ADL) sesuai dengan kemampuan (energi) pasien



9)



Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas pasien



10) Instruksikan pasien/orang yang dekat dengan pasien mengenai tekhnik perawatan diri yang memungkinkan penggunaan energi sehemat mungkin (monitor diri dan teknik untuk melakukan aktivitas sehari hari)



DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), edisi 6., Elsevier Global Rights, United kingdom. Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika, Jakarta. Herdman, T. Heather, Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan, Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. EGC, Jakarta. Moorhead, sue, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), edisi 5. United Kingdom, Elsevier Global Right. Mubarak, Wahid Iqbal, et. al. 2015. Ilmu Keperawatan Dasar. Salemba Medika, Jakarta. Potter, A. Patricia dan Anne G. Perry. 2010. Foundamental Keperawatan. Jogjakarta, Jakarta. Suratun,et.all. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskoloskeletal. EGC, Jakarta. Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. KDT, Yogyakarta. Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Trans Info Media, Jakarta.