Laporan Pendahuluan Waham Tari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM



Disusun Oleh : GAMATARI SUBPRABA PURNAMA SARI SN202010



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



A. MASALAH UTAMA Perubahan isi pikir : waham B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Waham adalah suatu kenyakinan yang dipertahankan secara kuat, terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2017) Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi adalah kenyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan Sudden, 2017) 2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala 1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan 2) Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan 3) Takut, kadang panik 4) Tidak tepat menilai lingkungan / realitas 5) Ekspresi tegang, mudah tersinggung 3. Penyebab Terjadinya Masalah a. Faktor Predisposisi 1) Genetis :diruturunkan, adanya abnomalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif 2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan cortec limbic 3) Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamine ,serotonin, dan glutamat 4) Virus: paparan virus influenza pada trimester III 5) Psikologis :ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli b. Faktor Presipitasi



1) Proses pengelolahan informasi yang berlebihan 2) Mekanisme pengantaran listrik yang abnormal 3) Adanya gejala pemicu 4. Akibat Terjadinya Masalah Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala: 1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurugaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 2) Klien tampak tidak mempunyai orang lain 3) Curiga 4) Bermusuhan 5) Merusak (diri, orang lain, lingkungan) 6) Takut, sangat waspada 7) Tidak dapat menilai lingkungan atau lingkungan 8) Ekspresi wajah tegang 9) Mudah tersinggung.



C. Pohon Masalah Kerusakan Resiko tinggi mencederai diri, (Effect) komunikasi verbal



orang lain dan lingkungan



Perubahan isi pikir: waham



(CoreProblem)



Gangguan konsep diri Harga diri rendah (Cause) D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan : a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Kerusakan komunikasi : verbal c. Perubahan isi pikir : waham d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 2. Data yang perlu dikaji : a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1). Data subjektif Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri 2). Data objektif Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.



b. Kerusakan komunikasi : verbal 1). Data subjektif Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik 2). Data objektif Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang c. Perubahan isi pikir : waham 1). Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. 2). Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung. d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 1). Data subjektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri 2). Data objektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup E. Diagnosa Keperawatan 1) Perubahan isi pikir : waham 2) Gagguan konsep diri : harga diri rendah F. Rencana Keperawatan Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal



Tujuan khusus : 1.



Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan : a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat). b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien. c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian. d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri



2.



Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Tindakan : a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri). d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.



3.



Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Tindakan : a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari. b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).



c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin). e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. 4.



Klien dapat berhubungan dengan realitas Tindakan : a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu). b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien



5.



Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan : a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek



samping minum obat.



b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,



dosis, cara dan waktu).



c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar. 6.



Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan : a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat. b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga



Diagnosa II: gangguan konsep diri : harga diri rendah Tujuan umum Kien dapat mengendalikan waham. Tujuan khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.



a.Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: 1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. a.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. b.Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. c.Utamakan memberi pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan hara diri rendah. b. Bantu keluarga memberiakan dukungan selama klien dirawat. c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah



DAFTAR PUSTAKA Aziz, F dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. (2017) Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 . Jakarta: EGC Fitria, Nita. (2010).Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika Santosa, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika Stuart, G.W, dan Sudden, S.J 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama.



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) WAHAM Masalah Utama : Waham A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan, takut, kadang panik, tidak tepat menilai lingkungan/realitas, ekspresi tegang, mudah tersinggung, dan mendominasi pembicaraan 2. Diagnosa



Keperawatan



:



Gangguan Proses Pikir: Waham B. STRATEGI PELAKSANAAN 1. Tindakan keperawatan untuk pasien a. Tujuan 1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap 2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar 3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan 4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar b. Tindakan keperawatan 1) Membina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d) Membuat kontrak topik, membuat waktu dan tempat stiap kali bertemu 2) Membantu orientasi realitas a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien b) Meyakinkan pasien berada dalm keadaan aman



c) Mengobservasi waham terhadap aktivitas sehari-hari d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberi dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakanan dan orientasi seuai dengan realitas. e) Memberikan pujian jika penampil 3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/ emosional yang tidak terpenuhi sehingga tidak menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah. 4) Meningkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien. 5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang di miliki 6) Memban melakukan kemampuan yang dimiliki 7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum 8) Melatih minum obat yang benar SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Fase Orientasi: “Selamat pagi, perkenalkan nama saya Sofiana Purnamasari, Saya suka dipanggil Sofi, saya Mahasiswa dari Stikes Cendekia Utama Kudus, saya yang akan merawat anda hari ini. Nama anda siapa?, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Nn.M rasakan sekarang?” “Berapa lamaNn.M mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Nn.M?” Fase Kerja: “Saya mengerti Nn.M merasa bahwa Nn.M adalah seorangPresiden, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena Nn.M secara nyata bukan seorang Presiden, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus Nn.S?”



“Tampaknya Nn.M gelisah sekali, bisa mbk ceritakan apa yang Nn.M rasakan?” “O... jadiNn.M merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri Nn.Msendiri?” “Siapa menurut Nn.M yang sering mengatur-atur diriNn.M?” “Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya Nn.M, juga kakak dan adik Nn.M yang lain?” “Kalau Nn.M sendiri inginnya seperti apa?” “O... bagus Nn.M sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri” “Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut Nn.M” “Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mbk ingin ada kegiatan diruangan ini ya?” Fase Terminasi: “Bagaimana perasaan Nn.M setelah berbincang-bincang dengan saya?” ”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus” “Bagaimana kalau jadual ini Nn.M coba lakukan, setuju Nn.M?” “Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?” “Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernahNn.M miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?” SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya Fase Orientasi : “Selamat pagi Nn.M, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!” “Apakah Nn.M sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Nn.M?” “Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Nn.M tersebut?” “Berapa lama Nn.M mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?” Fase Kerja : “Apa saja hobby Nn.M? Saya catat ya Nn.M, terus apa lagi?” “Wah.., rupanya Nn.M pandai bernyanyi ya, tidak semua orang bisa bernyanyi seperti itu lho Nn.M”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien). “Bisa Nn.M ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar bernyanyi, siapa yang dulu mengajarkannya kepada Nn.M, dimana?” “Bisa Nn.M peragakan kepada saya bagaimana bernyanyi yang baik itu?” “Wah..baik sekali nyanyinya”



“Coba kita buat jadual untuk kemampuan Nn.M ini ya, berapa kali sehari/seminggu Nn.M mau bernyanyi?” “Apa yang Nn.M harapkan dari kemampuan bernyanyi ini?” “Ada tidak hobi atau kemampuan Nn.M yang lain selain bermain catur?” Fase Terminasi : “Bagaimana perasaan Nn.M setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan Nn.M?” “Setelah ini coba Nn.M lakukan latihan bernyanyi sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?” “Besok kita ketemu lagi ya Nn.M?” “Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Nn.M minum, setuju?” SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar Fase Orientasi : “Selamat pagi Nn.M!” “Bagaimana M sudah dicoba latihan bernyanyinya? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang Nn.M minum?” “Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?” “Berapa lama Nn.Mmau kita berbicara? 20 atau 30 menit? Fase Kerja : “Nn.M berapa macam obat yang diminum tiap Jam berapa saja obat diminum?” “Nn.M perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ diminum 2X sehari jam 1 siang dan 8 malam gunanya agar lebih tenang, yang kuning ini namanya THPdiminum 2X sehari jam 7 pagi dan jam 5 soregunanya agar rileks, mengurangi otot kaku dan menurunkan cairan saliva dan yang biru ini namanya HLP diminum 2X sehari jam 7 pagi dan jam 5 soregunanya agar berfikir lebih jernih, tenang dan tidak gugup”. “Bila nanti setelah minum obat mulutNn.M terasa kering, untuk membantu mengatasinya mas bisa banyak minum ”. “Sebelum minum obat ini Nn.M dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama Nn.M tertulis disitu, berapa dosis atau butir



harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Nn.M tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”. Fase Terminasi : “Bagaimana perasaan Nn.M setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang Nn.M minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan Nn.M Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat” “Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Nn.M!” “Nn.M, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?” “Sampai besok.” 2.



Tindakan keperawatan untuk keluarga Tujuan : a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya. c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal Tindakan : a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah. b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien c. Diskusikan dengan keluarga tentang: 1) Cara merawat pasien waham dirumah 2) Follow up dan keteraturan pengobatan 3) Lingkungan yang tepat untuk pasien. d. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)



e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera f. Latih cara merawat g. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien. Fase Orientasi : “Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Sofiana Purnamasari, suka dipanggil Sofi. Saya yang merawat Nn.M selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah Nn.M dan cara merawat Nn.M di rumah?” “Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang ruang tamu ini?” “Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit” Fase Kerja : “Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan Nn.M ini?yang terjadi pada Nn.M ini merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama, “Bapak/Ibu mengerti Nn.M merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.” “Kedua, bapak dan ibu harus lebih sering memuji Nn.M jika ia melakukan hal-hal yang baik.” “Ketiga, hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan Nn.M” “Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan Nn.M tentang kebutuhan yang diinginkan Nn.M, misalnya, “Bapak/Ibu percaya Nn.M punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. Nn.M punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak) “Keempat katakan,“Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian) “Pak, bu, Nn.M perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ diminum 2X sehari jam 1 siang dan jam 8 malam gunanya agar lebihtenang, yang kuning ini namanya THP diminum 2X sehari jam 7 pagi



dan jam 5 soreguanya supaya rileks, mengurangi otot kaku dan menurunkan cairan saliva dan yang biru ini namanya HLP diminum 2Xsehari jam 7 pagi dan jam 5 sore gunanya agar pikiran tenang, berfikir lebih jernih dan lebih tidak gugup.jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Nn.M kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Nn.M sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian. Fase Terminasi : “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat Nn.M di rumah?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat Nn.M sesuai dengan pembicaraan kita tadi” “Jam berapa bapak dan ibu bisa ?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu” SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien Fase Orientasi : “Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi” “Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?” “Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?” “Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke Nn.M ya?” “Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?” Fase Kerja : “Sekarang anggap saya Nn.M yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila Nn.M sedang dalam keadaan yang seperti ini” “Bagus, betul begitu caranya” “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki Nn.M. Bagus!” “Sekarang coba cara memotivasi Nn.M minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal?” “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat Nn.M” “Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada Nn.M?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)



Fase Terminasi : “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat Nn.M?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk Nn.M” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat Nn.M sampai bapak dan ibu lancar melakukannya” “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik sayatunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”



SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan pasien Fase Orientasi : “Selamat pagi pak, bu, karena Nn.M rencana mau pulang, bagaimana kalau kita berbincang tentang perawatan lanjutan untuk Nn.M?” “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini” “Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan administrasi di depan.”



Fase Kerja : “Pak/Bu, ini jadwal Nn.M yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira- kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan Nn.M, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya Nn.M mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol ke rumah sakit ya” Fase Terminasi : “Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?” “Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami!”