Laporan Ponek 2014 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



LAPORAN PROGRAM KERJA PELAYANAN OBSTETRI NEONATUS EMERGENSI KOMPREHENSIF RSUD DR. SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2014



I.



KEGIATAN POKOK DAN KEGIATAN RINCIAN A. Konsolidasi Organisasi : 1. Melakukan rapat Tim PONEK setiap bulan Pembentukan tim PONEK Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso sudah direncanakan sejak awal tahun 2014. Selama ini kegiatan PONEK sudah dilakukan hanya belum terorganisir dalam satu tim dan belum terstruktur. SK tim PONEK telah dibentuk melalui Surat Keputusan Direktur Nomor 125 A tahun 2014. Setelah tim dibentuk dilakukanlah konsolidasi organisasi yang dikoordinir oleh ketua Tim PONEK dr.Tri Wahyudi, Sp.OG (K). Adapun kegiatan konsolidasi yang dilakukan sebagai berikut : 1. Tanggal 24 November 2014 di Ruang Rapat Direktur Materi : Sosialisasi tentang kegiatan PONEK dan persiapan yang harus dilakukan RS dalam rangka mensukseskan kegiatan PONEK. 2. Tanggal 11 Desember 2014 di Ruang Pertemuan Gedung Maternal Materi : Konsolidasi internal kebidanan Kegiatan : Brain storming dengan seluruh staf IGD, kamar bersalin, dan ruang nifas terkait kegiatan Ponek yang selama ini sudah dilakukan. Dilakukan brain storming untuk mengetahui hambatanhambatan apa saja yang dihadapi oleh pelaksana pelayanan. 3. Tanggal 18 Desember 2014 di Ruang Pertemuan Gedung Maternal Materi : Pembahasan hasil brain storming internal kebidanan Kegiatan : Dibuat tabel permasalahan dan dibuat usulan pemecahan masalah dan siapa yang berwenang untuk mengatasi permasalahan tersebut. 4. Tanggal 29 Desember 2014 di Ruang Pertemua Gedung Maternal Materi : Rapat Gabungan beberapa unit pelayanan terkait PONEK (IGD, OK IGD, kamar bersalin, ruang nifas, ruang perinatologi,ICU, ICCU, Laboratorium, dan manajemen) Kegiatan : Membuat rumusan bersama mekanisme alur pasien rujukan maternal neonatal. 5. Tanggal 6 Januari 2015 Materi : Pembahasan program kerja Ponek 6. Tanggal 5 Februari Materi : Sosialisasi SPO terkait program PONEK 2. Informasi pengembangan organisasi 1 B. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Perinatal



2



1. Kesehatan Ibu a. Pelayanan ante natal care Pelayanan ante natal care dimana dilakukan juga pemantauan janin antenatal di instalasi rawat jalan. Pelayanan ANC sudah berjalan dengan lancar. Saat ini dengan adanya BPJS maka hanya pelayanan ANC risiko tinggi yang dilakukan di Poli Kebidanan rumah sakit. b. Akses masuk pasien kebidanan Membuat akses langsung masuk kamar bersalin untuk pasien-pasien kebidanan. Analisa : Akses masuk pasien kebidanan selama ini melalui ruang IGD depan, tidak ada akses langsung untuk masuk kamar bersalin. Dengan adanya gedung maternal diharapkan pelayanan kedaruratan kebidanan dapat dilakukan langsung di gedung maternal. Hanya adanya keterbatasan tidak adanya akses pintu masuk pasien langsung dari luar sehingga pelayanan kegawat daruratan kebidanan tetap dilakukan di ruang IGD depan, diperiksa oleh bidan dan dokter jaga di IGD. Rekomendasi : - Dibuat akses pintu masuk pasien rujukan luar ke kamar bersalin, dapat dibuka melalui tembok samping gedung maternal, sehingga IGD kebidanan dapat dilayani di Gedung Maternal. - Dibuat alur rujukan pasien maternal neonatal c. Pelayanan kegawat daruratan kebidanan Pelayanan kegawat daruratan kebidanan di unit emergensi dan dilanjutkan ke kamar bersalin dan bila memerlukan tindakan operatif ke instalasi bedah (OK IGD). Analisa : Beberapa masalah yang dihadapi antara lain : 1. Jumlah pasien IGD yang banyak untuk semua kasus penyakit sehingga kurang fokus terhadap kasus kebidanan. 2. Keterampilan beberapa bidan yang bertugas di IGD untuk menangani kasus kegawat daruratan masih kurang. 3. Petugas kamar operasi IGD tidak stand by (on call) 4. Petugas pada bagian penunjang medik (laboratorium, radiologi) pelayanan tidak maksimal terutama di atas jam 00.00 5. Selama ini pasien kebidanan diterima di unit gawat darurat umum, kemudian pasien dipindahkan ke kamar bersalin. Bila memerlukan tindakan operatif pasien dibawa kembali kamar operasi emergensi. Rekomendasi :  Dibuat akses langsung masuk ke ruang maternal, dengan membuat 



pintu masuk di sebelah ruang maternal Dibuat surat keputusan direktur agar bidan jaga IGD digabung dengan



bidan



kamar



bersalin



untuk



meningkatkan



kualitas



3



pelayanan agar respon time dapat tercapai. Bidan jaga IGD jadwal jaganya dikoordinir oleh kepala ruangan kamar bersalin, sehingga 



diharapkan tidak terjadi kekosongan bidan di IGD. Dilakukan pelatihan/ in house trainning untuk tenaga bidan berkaitan



dengan penanganan kegawatdaruratan kebidanan d. Pelayanan Keluarga Berencana di Instalasi rawat jalan/ rawat inap Gambar 1 Data Jumlah Akseptor KB MKJP Pasca Salin Tahun 2014 45



43



40



34



35 30 25 20



21



24 16 12 13



14



15 10



23 19



22 16 12



10



16



20 20 18



19 20 15 12 11



6



5 0



Data diolah dari Register Laporan Persalinan RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Jumlah akseptor IUD pasca salin selama tahun 2014 adalah 258 orang (7,87%), sedangkan jumlah MOW sebanyak 178 orang (5,43%) dari total seluruh persalinan yaitu 3277 orang. Dibandingkan dengan tahun 2013 jumlah akseptor IUD pasca salin menurun sangat drastis yaitu 1084 orang. Analisa : - Tingginya angka akseptor MKJP pada tahun 2013 disebabkan karena ada program Jaminan Persalinan yang dimana pengguna Jampersal ini dituntut untuk mengikuti program KB pasca salin, sedangkan saat ini pengguna BPJS tidak terlalu wajib harus -



menggunakan KB pasca salin Terbatasnya pelatihan untuk bidan mengenai pemasangan IUD pasca salin dan kurangnya pelatihan untuk bidan tentang Alat Bantu Pengambil Keputasan (ABPK) dalam keluarga berencana Rekomendasi :



-



Dibuat kebijakan oleh BPJS dan direktur RS bahwa setiap persalinan yang dilayani di RSDS harus diikuti dengan penggunaan KB pasca salin



IUD MOW



4



-



Peningkatan pelatihan bagi bidan tentang Contrasepsi Tecnology Update (CTU) dan ABPK



e. Peningkatan Kinerja Petugas Peningkatan kinerja petugas diperlukan agar pelayanan kebidanan dapat terlaksana secara optimal. Analisa : 1. Beberapa kasus di ruang emergensi (IGD) terjadi kekosongan jaga bidan pada saat pergantian jaga. 2. Petugas OK IGD tidak standby (on call) 3. Beberapa petugas laboratorium untuk pelayanan yang dilakukan di atas pk.00.00 biasa mengalami hambatan 4. Dokter spesial kebidanan tidak jaga on site Rekomendasi : 1. Dibuat surat keputusan direktur agar bidan jaga IGD digabung dengan



bidan



kamar



bersalin



untuk meningkatkan



kualitas



pelayanan agar respon time dapat tercapai. Bidan jaga IGD jadwal jaganya dikoordinir oleh kepala ruangan kamar bersalin, sehingga



f.



diharapkan tidak terjadi kekosongan bidan di IGD. 2. Petugas OK IGD harus standby 3. Peningkatan kinerja pelayanan petugas laboratorium 4. Dokter spesialis kebidanan harus jaga on site Meningkatkan ketersediaan stok darah di Bank darah Analisa : Selama ini stok darah di bank darah masih minimal, sehingga pasien yang membutuhkan transfusi harus mengambil darah di PMI, dan diperlukan waktu paling cepat 4 jam untuk memproses darah dari pengambilan sampel sampai darah siap untuk digunakan. Rekomendasi : Meningkatkan ketersediaan darah dengan membuat



kelompok



pendonor di rumah sakit maupun di luar rumah sakit. 2. Pelayanan Perinatal a. Pengembangan ruang perinatologi b. Pelayanan kedaruratan Perinatal di unit emergensi, kamar bersalin, ruang perinatologi dan NICU c. Pelayanan rawat gabung, untuk lahir spontan hari I dan untuk sectio sesaria hari II (ibu dan bayi dirawat dalam satu ruangan selama 24 jam) Menurut Kepmenkes RI No 230 Tahun 2010 tentang rawat gabung ibu dan bayi, rawat gabung adalah pelayanan yang diberikan kepada bayi baru lahir, ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan. Jumlah Pelayanan rawat gabung di ruang nifas tahun 2014 tercatat berjumlah 242 orang (7,38%) dari total persalinan. Untuk lebih lengkapnya gambaran pelayanan rawat gabung di ruang nifas RSUD dr.Soedarso Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini :



5



Gambar 1.2 Data Pelayanan Rawat Gabung di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014



RAWAT GABUNG 58



60 50 40



34



31



35



39



44 42 41



55



51 50 36



30



RAWAT GABUNG



20 10 0



Data diolah dari Rekam Medis RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Dari gambar 1.1 di atas dapat dilihat bahwa pelayanan rawat gabung tertinggi terjadi di bulan September yaitu 29 pasien (11,98%). Saat ini pelayanan rawat gabung dilaksanakan di ruang nifas. Ibu dan bayi dirawat bersama selama 24 jam. Hanya jika pasien dirawat di ruang perawatan kelas I atau VIP perawat keberatan untuk dilakukan rawat gabung ibu bayi, bayi sering dianjurkan untuk dibawa pulang saja tidak dirawat dengan ibu di rs dengan alasan di ruang perawatannya tidak ada bidan, padahal direktur telah membuat surat keputusan bahwa ruang perawatan lain juga harus bersedia melakukan rawat gabung ibu dan bayi. Analisa : - Penyebab rendahnya jumlah bayi rawat gabung selain karena adanya indikasi medis dari ibu dan bayi juga disebabkan karena fasilitas perawatan rawat gabung yang belum sesuai standar, sehingga perawat ruangan bayi lebih sering menganjurkan keluarga untuk membawa bayi pulang daripada dirawat bersama ibu untuk -



menghindari komplikasi yang merugikan untuk bayi. Ketidaksiapan ibu dalam merawat bayi dan ketidakpercayaan ibu untuk memberikan asi ekslusif pada bayi Rekomendasi :



-



Dibuat ruangan rawat gabung yang sesuai standar, sebaiknya ruang obsterti dan ginekologi serta onkologi terpisah



6



-



Fasilitas untuk rawat gabung seperti meja perawatan bayi, fasilitas



-



air mengalir, diperbanyak Pelatihan manajemen asi ekslusif bayi bidan ruang nifas agar dapat



meningkatkan jumlah ibu yang memberikan asi ekslusif pada bayi. d. Pelayanan perinatal lanjutan : Home visit bayi BBLR yang tidak melakukan kunjungan ulang di Poli anak. e. Perawatan bayi kangguru Perawatan metode kangguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI f.



sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI. Memberikan pendidikan kesehatan



C. Penyuluhan dilakukan di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap bekerjasama dengan Tim PKRS melalui kegiatan Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) setiap 1 bulan 1 sampai 2 kali, di Instalasi Rawat Jalan tentang : 1. Ante natal care 2. Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) Instalasi Rawat Inap tentang : 1. Inisiasi menyusu dini dan asi ekslusif 2. Menfaat asi dan cara menyusui pada ibu pasca melahirkan 3. Perawatan payudara 4. Cara memandikan dan merawat tali pusat bayi 5. Immunisasi 6. Perawatan pada BBLR 7. Rawat gabung 8. Senam nifas 9. Perawatan post seksio sesaria 10. Perawatan bayi BBLR metode kangguru 11. Pelayanan PKBRS post partum Peningkatan Mutu SDM dengan : 1. Pelatihan Perinatal Resiko Tinggi 2. CNE (Continous Nursing Education) dikerjakan bekerjasama dengan Komite Keperawatan. 3. Laporan Jaga : a. Kegiatan dokter di SMF kebidanan dan penyakit kandungan setiap hari. b. Kegiatan dokter SMF anak setiap hari c. Laporan jaga bidan dilakukan setiap aplusan d. Near Death Conference dilakukan oleh dokter dan bidan setiap ada kasus yang mendekati kematian



7



Analisa : Kegiatan ini belum dilaksanakan secara optimal. Diskusi dilakukan per telepon dan pada saat visite pagi hanya belum didiskusikan dalam forum formal dan tidak ada bukti kehadirannya. Rekomendasi : Dilakukan perencanaan untuk pertemuan rutin kebidanan seminggu sekali untuk membahas kasus-kasus yang mendekati kematian. e. Death conference dilakukan pada kegiatan dokter di SMF kebidanan



f.



dan anak bila ada kasus Belum dilakukan. Rekomendasi : Dibuat tim audit maternal perinatal rumah sakit Joint conference dilakukan bila ada kasus kematian yang menyangkut SMF lain. Belum dilaksanakan secara optimal. Rekomendasi : Dilakukan pertemua reguler di SMF kebidanan dan berkoordinasi



dengan SMF lain sesuai dengan kasus yang ada. g. Journal Reading dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan minggu ke IV setiap bulan, dokter spesialis anak setiap kamis. Belum dilakukan h. Magang di intensif care unit Sudah dilakukan sementara baru dari tenaga kebidanan yang bertugas di ruang nifas. Rekomendasi : Dibuat jadwal magang selanjutnya di ICU untuk tenaga kamar bersalin. D. Pengusulan sarana : melalui instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi bedah sentral dan unit emergensi. E. Jaringan kerja dengan Dinas Kesehatan Kota Pontianak AMP setiap 3 bulan sekali di Dinas Kesehatan Kota Pontianak F. Evaluasi/ revisi / menyusun standar prosedur operasional (SPO) dan Instruksi kerja (WI) tentang pelayanan Perinatal Risiko Tinggi. G. Pengumpulan data dan analisa data indikator mutu : a. Angka Persalinan per vaginam Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir tanpa bantuan/ dengan kekuatan sendiri (Manuaba, 1998). Total persalinan normal yang dilayani di RSUD dr.Soedarso adalah 1.382 pasien (42,17%) dari total seluruh persalinan di RSUD dr.Soedarso yaitu sebanyak 3277 pasien. Adapun gambaran jumlah persalinan setiap bulannya pada tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut ini :



8



Gambar 1.3 Angka Persalinan Normal di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014 296 300 250



203 169 166



200 150 100 66



80



88 89 89



49



50



66



88



Persalinan Normal Rujukan Medis Rujukan Non Medis



0



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persalinan normal terbanyak terjadi pada bulan maret yaitu 296 persalinan (21,41%) dari total persalinan normal tahun 2014. Hampir seluruh persalinan normal merupakan pasien rujukan medis yaitu 1355 pasien (98%). b. Angka Kematian Ibu Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas yang dicatat selama satu tahun per 100.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama (Budiarto dan Anggraeni, 2001). Angka kematian ibu masih sangat tinggi di Indonesia, padahal AKI merupakan salah satu target Millenium Development Goals (MDG’s) WHO yang mengurangi tingkat risiko kematian ibu sebanyak 75% pada tahun 2015, yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia yang tercatat sebesar 228/100.000 KH, selanjutnya hasil SDKI tahun 2012 menyatakan AKI di Indonesia meningkat menjadi 359/100.000 KH. Adapun data angka kematian ibu di RSUD dr.Soedarso berdasarkan penyebab dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut ini : Gambar 1.4 Data Angka Kematian Ibu di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014



9



DATA AKI RSDS TH 2014 PEB dan Eklampsi Lain-Lain; 3; 14% Infeksi Luka Operasi; 1; 5%



Post Sectio Hamil Komplikasi



Perdarahan Pasca Salin PEB dan Eklampsi; 6; 27% Kehamilan Ektopik; 1; 5% HAP HAP; 2; 9% Post Sectio; 3; 14% Kehamilan Ektopik Perdarahan Pasca Salin; 3; 14% Hamil Komplikasi; 3; 14% Infeksi Luka Operasi Lain-Lain



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Analisa : Jumlah kematian ibu tahun 2014 adalah sebanyak 22 orang (0,64%) dari total seluruh pasien hamil, bersalin dan nifas di ruang kebidanan yaitu 3439 kasus. Yang artinya angka kematian ibu di rsds sebanyak 640/100.000 KH. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2013 dimana jumlah kematian ibu adalah sebanyak 16 orang (0,60%) dari total seluruh kasus kebidanan yaitu sebanyak 2641 kasus. Yang artinya AKI tahun 2013 di rsds sebanyak 606/100.000 KH. Dan dari total AKI semuanya merupakan kasus rujukan baik dari nakes maupun non nakes. Penyebab terbesar AKI di RSUD dr.Soedarso adalah pre eklampsi dan eklampsi yaitu sebanyak 6 pasien (27%), diikuti oleh perdarahan pasca salin, hamil komplikasi dan sectio sesaria yang masing-masing berjumlah 3 pasien (14%). Rekomendasi : 1. Dibuat jejaring sistem rujukan (MOU) dengan pusat pelayanan dan institusi kesehatan, seperti bidan desa, Puskesmas, Puskesmas PONED, Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota,



dan Dinas



Kesehatan Provinsi. 2. Penyediaan fasilitas rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan emergensi kebidanan, salah satunya membentuk ruangan High Care Unit (HCU) di ruang bersalin. c. Angka kematian ibu karena pre eklampsi dan eklampsi Pre eklampsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut pre eklampsi dan pada



10



tingkat dengan kejang disebut eklampsi. Pre eklampsi memperlihatkan gejala hipertensi, edema dan proteinuri. Kadang-kadang hanya hipertensi dengan proteinuri atau hipertensi dengan edema. Gejala eklampsi sama dengan pre eklampsi ditambah dengan kejang dan atau koma (Sastrawita, 2003). Jumlah pasien dengan pre eklampsi di RSUD dr.Soedarso Pontianak selama tahun 2014 tercatat sebanyak 328 pasien (9,54%). Adapun jumlah kasus pre eklampsi setiap bulannya adalah sebagai berikut : Gambar 1.5 Data Pasien Pre Eklampsi di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014 91 100 90 80 70 60 50 40 19 30 Jumlah14 Pre Eklampsi 13 20 4 10 0



48



47



45



Rujukan Medis



12



10



Rujukan 16 Medis 14 Non 14



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kasus pre eklampsi terbanyak terjadi pada bulan Maret sebanyak 91 kasus dan terendah pada bulan April sebanyak 4 kasus. Hampir keseluruhan kasus merupakan rujukan dari medis (94,20%). Untuk gambaran kasus eklampsi di RSUD dr. Soedarso tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1.6 Data Pasien Eklampsi di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014



11



12 12 10



8



8 6 4



6



5



6 4



2



2



2



4



3 1



Jumlah Eklampsi Rujukan Medis Rujukan Non Medis



0 0



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kejadian eklampsi di RSUD dr. Soedarso masih cukup tinggi yaitu 53 pasien (1,5%). Kasus eklampsi terbanyak terjadi pada bulan maret sebanyak 12 kasus (22,64%). Dan keseluruhan kasus eklampsi merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan. Dari gambar 1.4 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 penyebab Angka kematian ibu terbesar di RSDS adalah pre eklampsi dan eklampsi yaitu sebanyak 6 orang (27,27%). Jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2013 dimana jumlah AKI yang disebabkan eklampsi dan pre eklampsi adalah sebanyak 4 orang (25%) dari total seluruh AKI. Rekomendasi : 1. Peningkatan keterampilan petugas di IGD dalam menangani pasienpasien dengan eklampsi. 2. Sosialisasi SPO preeklampsi berat dan eklampsi kepada petugas medis dan paramedis terkait. 3. Petugas jaga IGD sebaiknya pernah mengikuti Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON) 4. Ketersediaan alat-alat dan obat untuk emergensi harus selalu ada 5. Menyediakan tempat perawatan intensive di ruang ICU khusus untuk pasien kebidanan 6. Mengingat tingginya jumlah kasus PEB dan didasarkan atas tingginya angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh pre eklampsi berat maka perlu adanya ruangan High Care Unit di ruang bersalin. d. Angka kematian ibu karena perdarahan Perdarahan dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Perdarahan ante partum Perdarahan ante partum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester III dan berkaitan dengan kehamilan (Manuaba, 2000). Perdarahan ante partum dibagi menjadi 4 macam yaitu : a) Plasenta previa



12



Implantasi plasenta di bagian bawah sehingga dapat menutupi osteum uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan SBR. b) Solusio plasenta Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta sebelum waktunya pada implantasi normal. c) Pecahnya sinus marginalis Perdarahan yang terjadi dari sinus marginalis saat inpartu atau pembentukan SBR. d) Perdarahan pada vasa previa Perdarahan yang terjadi setelah ketuban pecah karena pecahnya pembuluh darah yang berasal dari insersio filamentosa dan melintasi pembukaan. Adapun gambaran jumlah kasus perdarahan ante partum yang terjadi di RSUD dr. Soedarso pada tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1.7 Data Pasien Perdarahan Ante Partum di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0



19 13



5



3



5



6



6



6 1



1



3



2



Jumlah HAP Rujukan Medis Rujukan Non Medis



0



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Total kasus perdarahan ante partum pada tahun 2014 di RSUD dr.Soedarso adalah sebanyak 65 pasien (1,89%). Dari gambar di atas menunjukkan bahwa pasien perdarahan ante partum terbanyak ada di bulan maret yaitu sebanyak 19 pasien (29,23%). Hampir seluruh pasien perdarahan ante partum merupakan rujukan dari medis yaitu 60 pasien (92,3%). Dari gambar 1.4 menunjukkan bahwa angka kematian ibu yang disebabkan karena perdarahan ante partum adalah sebanyak 2 orang (9,09%). Rekomendasi :



13



1. Peningkatan keterampilan petugas di IGD dalam menangani pasienpasien dengan eklampsi. 2. Petugas jaga IGD sebaiknya



pernah



mengikuti



Pelatihan



Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON) 3. Ketersediaan alat-alat dan obat untuk emergensi harus selalu ada 4. Menyediakan tempat perawatan intensive di ruang ICU khusus untuk pasien kebidanan 2) Perdarahan post partum Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan perdarahan post partum sekunder (Manuaba, 2003). Adapun gambaran jumlah kasus perdarahan post partum selama tahun 2014 di RSUD dr.Soedarso dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1.8



Data



Pasien



Perdarahan



Post



Partum



di



RSUD



dr.Soedarso Tahun 2014 8 8 7 6 5 4 3 2 1 0



6



3 3 2 2 1



Jumlah HPP



2



Rujukan Medis



1



0



Rujukan Non Medis 0



0



0



0



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Total jumlah pasien perdarahan post partum di RSUD dr.Soedarso selama tahun 2014 adalah 23 pasien (0,67%). Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kejadian perdarahan post partum terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu 8 pasien (34,78%). Dan sebagian besar pasien merupakan rujukan medis yaitu 18 pasien (78,26%). Dari gambar 1.4 menunjukkan bahwa masih terdapat 3 pasien (13,63%) meninggal yang disebabkan oleh perdarahan post partum. Rekomendasi : 1. Peningkatan keterampilan petugas di IGD dalam menangani pasienpasien dengan eklampsi. 2. Petugas jaga IGD sebaiknya



pernah



mengikuti



Pelatihan



Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON) 3. Ketersediaan alat-alat dan obat untuk emergensi harus selalu ada



14



4. Menyediakan tempat perawatan intensive di ruang ICU khusus untuk pasien kebidanan 5. Tersedianya darah setiap waktu di Bank Darah Rumah Sakit e. Angka kematian ibu karena sepsis Hingga saat ini belum ada definisi universal mengenai sepsis dalam bidang obstetri, namun istilah sepsis puerperalis masih digunakan untuk menggambarkan sepsis yang terjadi setelah persalinan. Menurut WHO sepsis puerperalis adalah infeksi saluran genital yang dapat terjadi kapanpun mulai dari pecahnya ketuban atau saat persalinan sampai dengan hari ke-42 persalinan. Biasanya disebabkan oleh pertolongan persalinan yang tidak mengikuti standar profesi dan prosedur yang ditetapkan. Penyakit ini ditandai dengan demam yang tinggi sekali setelah persalinan. Angka kejadian infeksi pada ibu pada tahun 2014 tercatat sebanyak 290 pasien (8,43%). Sedangkan Angka kematian ibu karena sepsis yang disebabkan oleh infeksi luka operasi untuk tahun



2014



didapatkan



sebanyak 1 orang (4,54%) dari total seluruh AKI yang terdapat di RSUD dr.Soedarso. Rekomendasi : 1. Meningkatkan pencegahan terhadap infeksi dengan melakukan cek resistensi kuman dan kultur kuman di fasilitas antara lain ruang bersalin, ruang operasi dan ruang nifas 2. Persiapan pasien sebelum operasi harus optimal, baik petugas maupun pasien yang akan dilakukan operasi 3. Semua alat-alat medis yang digunakan pada pasien harus disterilkan di ruang CSSD f.



Angka seksio sesaria Definisi operasional : Seksio sesaria adalah tindakan bedah obstetri yang dilakukan pada ibu yang akan melahirkan, baik elektif maupun akut, tanpa melihat keadaan anak yang dilahirkan. Kasus sectio secaria di RSUD dr.Soedarso pada tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1.9



Data Pasien Sectio Sesaria di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014



15



300



275



250 200



132 143



150



68 64



100



48 39 50 6 17



115



7 7



79



33



Jumlah SC 61



Rujukan Medis Rujukan Non Medis



0



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 Pada tahun 2014 tercatat jumlah pasien dengan sectio sesaria adalah sebanyak 1064 pasien (32,56%) dari total seluruh pasien yang bersalin di RSUD dr.Soedarso. Dari gambar 1.9 didapatkan hampir seluruh pasien seksio sesaria merupakan pasien rujukan medis sebanyak 1034 pasien (97,18%). Dari gambar 1.4 menunjukkan bahwa terdapat 3 kasus angka kematian ibu yang disebabkan oleh sectio sesaria (14%) dari total seluruh AKI di RSUD dr. Soedarso. Rekomendasi : 1. Mengingat tingginya



jumlah



persalinan



SC



di



RSDS,



perlu



dipertimbangkan untuk membuat ruangan operasi yang berada di Gedung Maternal untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi dari tindakan operatif kebidanan. 2. Penyediaan sarana dan fasilitas di ruang operasi gedung maternal. g. Angka Kematian Perinatal Angka kematian perinatal adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi berusia 28 hari. Gambar 1.10 Data Angka Kematian Perinatal di RSUD dr.Soedarso Tahun 2014



16



DATA ANGKA KEMATIAN PERINATAL ASFEKSIA 5; 4%



SEPSIS



2; 2% 1; 1% 42; 34%



21; 17%



BBLR KELAINAN KONGENITAL INFEKSI



37; 30%



14; 11%



TETANUS NEONATUS ATERM



Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014 ANALISIS REKOMENDASI h. Angka kematian bayi BBLR < 2000 gr Dari gambar 1.10 menunjukkan bahwa angka kematian bayi yang disebabkan berat badan lahir rendah (BBLR)