Laporan Praktikum Ergonomika Kognitif PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMIKA ERGONOMIKA KOGNITIF



Disusun oleh: Kelompok 10 Adhira Azhari Shanaswara



14/363733/TK/41771



Boby Tri Nugroho



14/363752/TK/41779



Bonifatius Bramantya W



14/367329/TK/42479



Maulana Riandi Yusuf



14/367196/TK/42392



Muhammad Najib Habibullah



14/367319/TK/42469



Tasya Ghonia Alma



14/363845/TK/41818



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015



ii



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2 1.3 Asumsi dan Batasan .......................................................................... 2 1.4 Tujuan Praktikum.............................................................................. 2 1.5 Manfaat Praktikum............................................................................ 2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomika ....................................................................................... 3 2.2 Ergonomika Kognitif ........................................................................ 3 2.3 Performansi Kognitif Manusia .......................................................... 4 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ingatan ................................................. 7 2.5 Efek Kebisingan (Noise) terhadap Performansi Kerja ...................... 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 12 3.2 Objek Penelitian ................................................................................ 12 3.3 Alat dan Bahan .................................................................................. 12 3.4 Prosedur Praktikum ........................................................................... 12



iii



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Praktikum ............................................................................... 14 4.2. Pengolahan Data .............................................................................. 15 4.3. Pembahasan Data ............................................................................. 19 BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 25 5.2. Saran ................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27 LAMPIRAN ...................................................................................................... 28



iv



DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Grafik Jumlah Benar Hasil Tes Uji Short Term Memory…………18



v



DAFTAR TABEL Tabel



4.1



Data



Penelitian



dengan



Kondisi



Normal…………………...………....142 Tabel 4.2 Data Penelitian dengan Kondisi Mendapat Gangguan Suara………...15 Tabel 4.3 Hasil Tes Uji Short Term Memory Kondisi I (Normal)………………16 Tabel 4.4 Hasil Tes Uji Short Term Memory Kondisi II (mendapat gangguan)...17



vi



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Salah satu tolak ukur bagi suatu perusahaan adalah produktivitas, guna mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, diperlukan lingkungan kerja yang optimal bagi pekerja. Faktanya, permasalahan seperti noise masih sering ditemui di lingkungan kerja. Noise dalam lingkungan kerja tidak hanya menimbulkan permasalahan fisik tetapi juga permasalahan kognisi. Permasalahan kognisi yang muncul bisa seperti kelelahan mental ataupun kesulitan dalam menyerap informasi yang diterima. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kemampuan mengingat dan mengelola informasi pekerja menjadi berkurang. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang dapat menganalisis performansi kognisi manusia dalam suatu sistem kerja. Menurut Asosiasi Internasional Ergonomi, Cognitive Ergonomics (CE) atau ergonomika kognitif adalah cabang ilmu ergonomika yang berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya; persepsi, nalar, reaksi dan ingatan, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Karena ingatan merupakan cakupan dari ergonomika kognitif, analisis ergonomika kognitif tentu dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang tersebut diatas. Dalam ergonomika kognitif, ingatan terdiri dari beberapa macam, salah satunya adalah short term memory. Ingatan jangka pendek atau short term memory



merupakan jenis ingatan pada manusia yang mampu menyimpan



informasi dalam jangka waktu pendek sehingga informasi yang diterima akan cepat hilang. Pada lingkungan kerja, short term memory dapat menimbulkan kelalaian pada pekerja terutama apabila dalam proses pengolahan informasi terdapat distraksi noise. Jika tidak dilakukan pembenahan, permasalahan tersebut bisa menyebabkan produktivitas dari suatu perusahaan menurun.



2



Berangkat dari permasalahan tersebut, kami mempelajari short term memory sebagai bagian dari performansi kognitif pada manusia sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh ketika mengingat suatu informasi.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja performansi kognitif yang dimiliki manusia? 2. Bagaimanakah cara kerja memori sebagai bagian dari peformansi kognitif manusia? 3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengingat pada manusia?



1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Batasan pada praktikum ini adalah waktu praktikum dilaksanakan dari pukul 09.40 WIB hingga 12.10 WIB. Asumsi pada praktikum ini adalah semua praktikan sedang dalam kondisi sehat, keadaan normal, distraksi yang diterima oleh setiap praktikan memiliki intensitas yang sama serta setiap praktikan belum pernah melakukan pengujian ergonomika kognitif yang sama sebelumnya.



1.4 Tujuan Penelitian 1. Praktikan mampu mengetahui beberapa performansi kognitif yang dimiliki manusia 2



Praktikan mampu memahami memori sebagai bagian dari performansi



kognitif manusia 3



Praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh kepada proses



mengingat manusia



1.5 Manfaat Penelitian 1



Mengerti dan memahami peformansi kognitif manusia khususnya memori



3



2



Mengerti dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses



mengingat pada manusia



4



BAB II LANDASAN TEORI



2.1 Ergonomika Menurut International Ergonomic Association (IEA), ergonomika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya hukum alam, sehingga ergonomika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya (Nurmianto, 2008). Ada pula yang menyebutkan bahwa ergonomika adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannnya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomika adalah manusia saat bekerja dalam suatu lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ergonomika ialah penyesuaian tugas dengan kondisi tubuh manusia untuk meningkatkan kemampuan kerja serta menurunkan stres akibat kerja (Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2007) atau biasa disebut juga dengan “fitting the job to the worker”



2.2 Ergonomika Kognitif Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang artinya pengertian atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Dalam pengertian yang lebih luas, cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan manusia (Neisser, 1976). Sementara menurut International Ergonomic Association (IEA), definisi cognitive ergonomic (CE) atau ergonomika kognitif adalah cabang ergonomika yang berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ada persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap



5



pemakaian elemen sistem. Ergonomika kognitif mempelajari kognisi dalam sistem kerja terutama yang berkaitan dengan setelan operasi, dalam rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan performa sistem. Ergonomika kognitif berusaha menyelidiki proses-proses mental di dalam diri manusia dengan cara objektif dan ilmiah.



2.3 Performansi Kognitif Manusia Macam-macam performansi kognitif yang dimiliki manusia antara lain: 1. Memori/Ingatan Secara sederhana, ingatan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa yang akan datang (Irwanto, 1999). Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information gathering). Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006). Atkinson & Shriffin (1968, dalam Passer & Smith 2007; Lahey, 2007; Reed, 2007) mengembangkan suatu tahapan ingatan yang dikenal dengan Three Stage Model of Memory yang membagi ingatan manusia atas 3 komponen utama, antara lain: o Ingatan sensori (sensory memory) Merupakan proses penyimpanan ingatan melalui jalur saraf-saraf sensori yang berlangsung dalam waktu yang pendek. Informasi yang diperoleh melalui panca indera (penglihatan,



perabaan,



penciuman,



pendengaran,



dan



pengecapan) hanya mampu bertahan selama 1 atau 2 detik (Brown, 1987). Dalam rangkaian proses mengingat, ingatan



6



sensori adalah proses awal sebelum proses short term memory maupun long term memory. Informasi yang masuk ini dapat dideteksi melalui salah satu pancaindera atau bisa juga melalui kombinasi panca indera (Atkinson, 1968). o Ingatan jangka pendek (short term memory) Merupakan suatu proses penyimpanan ingatan secara sementara. Ingatan jangka pendek disebut juga working memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama informasi masih diperlukan. Jika informasi tidak diulang kembali dalam kurun waktu 30 detik, maka informasi pada ingatan jangka pendek akan menghilang (Santrock, 2005). Pernyataan tersebut didukung pula oleh Wade (2007) yang mengatakan apabila seseorang tidak melakukan pengulangan (rehearsal), informasi yang terdapat di memori jangka pendek akan menghilang dengan cepat. Sebagian materi dari short term memory ini kemudian dikirim ke memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim maka memori ini akan menghilang untuk selamanya. o Ingatan jangka panjang (long term memory) Ingatan jangka panjang atau long term memory adalah sistem ingatan yang relatif menetap dan permanen, dimana long term memory merupakan tempat menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama, bahkan hingga selamanya (Santrock, 2003). Memori jangka panjang berisi informasi dalam kondisi psikologis masa lampau, yaitu semua informasi yang telah disimpan, tetapi saat ini tidak sedang dipikirkan. Reed (2007) membagi ingatan jangka panjang menjadi tiga jenis, yaitu ingatan prosedural (procedural memory) yaitu ingatan akan tindakan, keterampilan, dan



7



operasi yang telah dipelajari, lalu ingatan semantik (semantic memory) yaitu ingatan yang berisi pengetahuan umum mengenai makna suatu hal, dan ingatan episodik (episodic memory) yaitu ingatan akan kejadian maupun pengalaman yang spesifik, mengetahui kapan dan dimana kejadian maupun pengalaman tersebut terjadi.



2. Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu dalam mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif (Robbins, 2006). Menurut Daviddof (2009), persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang terjadi di inderanya itu. Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut . 3. Penalaran Menurut Keraf (1985), penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu kesimpulan. Sementara itu menurut Bakry (1986), penalaran atau reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Proses penalaran dimulai dari pengamatan indera atau observasi empirik. Proses



8



itu di dalam pikiran menghasilkan sejumlah pengertian dan proposisi sekaligus. Berdasarkan pengamatan-pengamatan indera yang sejenis, pikiran menyusun proposisi yang sejenis pula. Proses inilah yang disebut dengan penalaran yaitu bahwa berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar kemudian digunakan untuk menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.



4. Respon Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon tidak lepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).



2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ingatan Ada dua faktor yang mempengaruhi short term memory manusia, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal bisa berasal dari lingkungan kerja, sementara faktor internal berasal dari dalam diri manusianya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ingatan antara lain :



1. Faktor usia dan kesehatan (fisik) Ingatan paling tajam pada diri manusia kurang lebih terjadi pada masa usia 10-14 tahun dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis, yakni ingatan untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah usia tersebut kemampuan



9



untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, akan tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun. Seiring bertambahnya usia manusia, maka fungsi beberapa organ mengalami penurunan. Salah satu penurunan yang mencolok adalah penurunan fungsi dan proses kognitif serta proses mengingat manusia. Selain itu kondisi fisik dan kesehatan, misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur, juga dapat menurunkan daya kerja atau prestasi ingatan.



2. Faktor emosi Kondisi emosi memiliki pengaruh terhadap kemampuan kognitif seseorang. Matlin dalam Hastjarjo (2008) menyatakan bahwa ada dua macam pengaruh emosi terhadap memori yakni mood-congruent dan moodstate dependent. Mood-congruent mengandung artian jika informasi yang masuk dan suasana hati pada seseorang memiliki kesamaan, maka kinerja memori akan menjadi lebih baik. Mood-state dependent mengandung artian bahwa apabila saat penyimpanan (storage) informasi dan pengingatan kembali (recall) memiliki kesamaan suasana hati, maka kinerja memori akan lebih baik bila berbeda suasana hatinya.



3. Faktor stres Dampak langsung dari stres terhadap memori adalah terpecahnya perhatian terhadap informasi yang baru. Menurut Ashby, Isen & Tuken (1999) menyatakan bahwa stres akan memperlambat waktu pemanggilan memori sehingga berpengaruh pada proses mengingat.



4. Faktor motivasi Motivasi merupakan suatu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Moga dan Schneider (2001), partisipan diberikan tugas yang sama dengan 3 kondisi yang berbeda, yaitu dengan keadaan tertekan, keadaan normal, dan keadaan



10



diberikan insentif. Dan partisipan yang berada dalam keadaan diberi insentif memiliki tingkat akurasi paling tinggi. Hal ini membuktikan bahwa motivasi dengan jalur pemberian insentif tersebut dapat meningkatkan ketelitian serta kualitas partisipan.



5. Faktor perhatian Perhatian (attention) sangat berperan dalam proses memori. Hal ini karena dalam



memahami



masalah



pikiran



dapat



saling



berkompetisi



dan



menghasilkan perhatian yang terpecah (divided attention). Dalam kehidupan nyata, kemampuan memori seseorang terganggu karena perhatian yang terpecah. Kebalikan dengan divided attention, perhatian yang terfokus atau selective attention, tentunya akan meningkatkan kinerja memori. Apabila seseorang telah terfokus pada satu informasi maka informasi tersebut akan sedikit mendapat gangguan dari informasi yang lain. Perhatian sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal (Matlin, 1998), salah satunya adalah faktor emosi.



6. Faktor kebisingan Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No.51 Tahun 1999). Noise dapat menganggu proses mengingat manusia, karena disisi lain noise merupakan salah satu bentuk distraksi, noise juga mengganggu proses mengingat manusia dengan menyamarkan suara penting yang lainnya, seperti sumber informasi maupun inner speech (Bridger, 2003)



2.5 Efek Kebisingan (Noise) terhadap Performansi Kerja



11



Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No.51 Tahun 1999). Noise menyebabkan berbagai gangguan terhadap pekerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, hingga ketulian. Ada beberapa orang yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non-auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan, dan stres. Efek-efek kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang menurut Zwicker (1989) antara lain : 1.



Bila intensitas kebisingan terus meningkat, maka peningkatan yang ditimbulkan tersebut dapat mempengaruhi pada perbaikan dalam kinerja. Apabila melebihi intensitas tertentu maka akan menurunkan kinerja.



2.



Kebisingan yang datang tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat menyebabkan



sebuah



respon



mengejutkan



yang



mengganggu



konsentrasi dan performance kerja fisik. 3.



Kebisingan yang terjadi secara periodik dan terus menerus akan dapat mengurangi konsentrasi dalam pekerjaan rumit



4.



Efek psikologis antara lain kegelisahan, keadaan tak berdaya dan pengaruh lain yang merugikan kinerja. Didasari pula bahwa lingkungan yang berisik, berfikir menjadi sulit.



12



13



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Objek, Waktu dan Tempat Penelitian Pada praktikum ergonomika kognitif kali ini, objek dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 10 Praktikum Ergonomika Teknik Industri UGM Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu, 29 September 2015, pada pukul 09.40 - 12.10 WIB bertempat di Laboratorium Ergonomika, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.



3.2 Alat dan Bahan 1. Slide gambar (24 gambar) 2. Stopwatch 3. Lembar kerja 4. Headphone 5. Ruang penelitian 6. Laptop



3.3 Prosedur Praktikum Praktikum dilakukan dalam 2 kondisi yang berbeda, berikut adalah prosedur praktikum ergonomi kognitif : Kondisi 1 : Tanpa adanya gangguan (distraksi) 1. Praktikan secara bergantian memasuki ruang penelitian, kemudian ditunjukkan slide berisi urutan gambar. 2. Praktikan mengingat susunan gambar tersebut selama 1 menit. 3. Praktikan diminta menyusun kembali gambar yang telah ditunjukkan tersebut menggunakan kertas yang telah disediakan oleh asisten.



14



4. Asisten memberikan pertanyaan mengenai sesuatu yang tidak menjadi fokus dari praktikan. Dalam praktikum yang dilaksanakan diberi pertanyaan mengenai warna frame yang mengelilingi objek yang diingat 5. Praktikan bersama asisten mencocokan hasil yang telah dijawab lalu dicatat pada lembar kerja.



Kondisi 2 : Terdapat gangguan (distraksi) 1.



Praktikan secara bergantian memasuki ruang penelitian, kemudian ditunjukkan slide berisi urutan gambar.



2.



Praktikan diharuskan menggunakan headphone dan diperdengarkan rekaman stand-up comedy sebagai bentuk dari noise.



3.



Praktikan mengingat susunan gambar tersebut selama 1 menit.



4.



Praktikan ditunjukkan



diminta



menyusun



kembali



gambar



yang



telah



tersebut menggunakan kertas yang telah disediakan oleh



asisten. 5.



Praktikan menyusun gambar sambil sesekali menjawab pertanyaan matematis yang diberikan oleh asisten.



6.



Praktikan bersama asisten mencocokan hasil yang telah dijawab lalu dicatat pada lembar kerja.



15



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Praktikum Tes uji short term memory dilakukan melalui menghafal 24 urutan gambar selama satu menit dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu dengan kondisi normal dan kondisi mendapat gangguan. Praktikan diminta untuk menyusun kembali gambar yang telah ditunjukkan tersebut menggunakan kertas yang disediakan oleh asisten selama tiga menit dan diberi tambahan serta selingan pertanyaan. Berikut data yang kami peroleh berdasarkan hasil praktikum. Tabel 4.1 Data Penelitian dengan Kondisi Normal No. Nama Praktikan



Jumlah Benar



Jumlah Salah



1



Tasya Ghonia Alma



14



10



2



Adhira Azhari Shanaswara



13



11



3



Maulana Riandi Yusuf



16



8



4



Muhammad Najib Habibullah



18



6



5



Bonifatius Bramantya W



11



13



6



Boby Tri Nugroho



17



7



Tes uji pertama dilakukan dalam kondisi normal dimana praktikan melakukan tes uji dalam keadaan tidak mendapat gangguan apapun, dan berada dalam kondisi yang tenang dan netral. Setelah dilakukan serangkaian tes uji ada tiap praktikan, didapat hasil tes uji berupa data akurasi pencocokan gambar dengan bentuk sejumlah jawaban benar dan salah.



16



Tabel 4.2 Data Penelitian dengan Kondisi Mendapat Gangguan Suara No. Nama Praktikan



Jumlah Benar



Jumlah Salah



1



Tasya Ghonia Alma



11



13



2



Adhira Azhari Shanaswara



15



9



3



Maulana Riandi Yusuf



9



15



4



Muhammad Najib Habibullah



13



11



5



Bonifatius Bramantya W



17



7



6



Boby Tri Nugroho



15



9



Tes uji kedua dilakukan dalam kondisi mendapat gangguan berupa suara (noise). Setelah dilakukan serangkaian tes uji ada tiap praktikan, didapat hasil tes uji berupa data akurasi pencocokan gambar dengan bentuk sejumlah jawaban benar dan salah. Langkah berikutnya adalah penghitungan rata-rata (mean) dan standar deviasi berdasar hasil tes uji.



4.2 Pengolahan Data Berdasarkan data hasil praktikum dari setiap pengujian, dihitung rata-rata (mean) dan standar deviasinya. Berikut ini adalah hasil perhitungannya:



4.2.1 Perhitungan Rata-Rata Gambar Benar Pada Kondisi 1



17



4.2.2 Perhitungan Rata-Rata Gambar Salah Pada Kondisi 1



4.2.3 Perhitungan Standar Deviasi Pada Kondisi 1



Tabel 4.3 Hasil Tes Uji Short Term Memory Kondisi I (Normal) Kondisi 1



Benar



Salah



Rata-Rata



14,83



9,17



Persentase



61,79%



38,21%



Standar Deviasi



2,64



Dari hasil tes uji short term memory berupa menghafal urutan gambar dalam kondisi normal dalam keadaan tidak mendapat gangguan apapun menunjukkan bahwa rata-rata tiap praktikan dapat mengingat 14,83 gambar atau



18



sekitar 61,79% secara tepat. Standar deviasi dari hasil tes uji pada kondisi normal adalah 2,64. 4.2.4 Perhitungan Rata-Rata Gambar Benar Pada Kondisi 2



4.2.5 Perhitungan Rata-Rata Gambar Salah Pada Kondisi 2



4.2.6 Perhitungan Standar Deviasi Pada Kondisi 2



Standar deviasi yang didapatkan adalah 2,94 Tabel 4.4 Hasil Tes Uji Short Term Memory Kondisi II (mendapat gangguan)



19



Kondisi 2



Benar



Salah



Rata-Rata



13,33



10,67



Persentase



55,54%



44,46%



Standar Deviasi



2,94



Dari hasil tes uji short term memory berupa menghafal urutan gambar dalam kondisi mendapat gangguan berupa suara menunjukkan bahwa rata-rata tiap praktikan dapat mengingat 13,33 gambar atau sekitar 55,54% secara tepat. Standar deviasi dari hasil tes uji pada kondisi normal adalah 2,94. Saat melakukan tes uji pertama dengan kondisi normal, Praktikan diberi pertanyaan mengenai warna apa yang terdapat pada frame gambar. Dari ke-6 praktikan tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Hal tersebut dikarenakan warna frame tidak menjadi perhatian utama dari praktikan. Pada tes uji kedua dengan kondisi menerima gangguan suara, praktikan mendapat pertanyaan selingan saat sedang menyusun urutan gambar berupa soal perkalian matematika. Hanya satu praktikan dari enam praktikan yang gagal menjawab salah satu pertanyaan dengan benar. Di akhir sesi praktikan diberi pertanyaan mengenai warna kotak di bagian bawah urutan gambar. Dari keenam praktikan tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Hal tersebut dikarenakan warna kotak pada bagian dibawah urutan gambar tidak menjadi perhatian utama dari praktikan. Gambar 4.1 Grafik Jumlah Benar Hasil Tes Uji Short Term Memory



20



4.3 Pembahasan Data 1.Analisis kemampuan mengingat antara kondisi I dan kondisi II Praktikum ergonomika kognitif yang dilakukan menguji pada short term memory manusia. Short term memory merupakan suatu proses penyimpanan ingatan secara sementara. Ingatan jangka pendek disebut juga working memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama informasi masih diperlukan. Jika informasi tidak diulang kembali dalam kurun waktu 30 detik, maka informasi pada ingatan jangka pendek akan menghilang. Sebagian materi dari short term memory ini kemudian dikirim ke memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim maka memori ini akan menghilang untuk selamanya. Oleh karena itu, kuota penyimpanan short term memory sangat terbatas. Proses mengingat ini akan menjadi lebih sulit jika mendapat gangguan dari luar. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses short term memory adalah kebisingan atau noise. Noise dapat menganggu proses mengingat manusia, karena disisi lain noise merupakan salah satu bentuk distraksi, noise juga mengganggu proses mengingat manusia dengan menyamarkan suara penting yang lainnya, seperti sumber informasi maupun inner speech (Bridger, 2003) Hasil tes uji short term memory menunjukkan bahwa untuk mengingat gambar pada kondisi normal (tanpa gangguan) lebih tepat dan akurat dibandingkan saat mengingat gambar pada kondisi mendapat gangguan suara.



21



Penurunan jumlah jawaban benar dari kondisi I dan kondisi II merupakan hal yang wajar. Hal ini ditunjukkan pada persentase jumlah benar pada kondisi normal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi II (mendapat gangguan), yakni sebesar 61,79%, terpaut 6,25% dari kondisi II. Empat dari enam praktikan juga mengingat urutan gambar lebih banyak saat kondisi normal dibandingkan dengan kondisi II. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kondisi menerima gangguan suara akan memengaruhi proses mengingat. Dari hasil tes uji short term memory, terdapat 2 praktikan dari 6 praktikan yang mempunyai jumlah benar lebih banyak saat mengingat pada kondisi II (mendapat gangguan suara). Hal ini bisa saja terjadi karena pengaruh motivasi praktikan. Kegagalan praktikan dalam mengingat gambar lebih sedikit dari praktikan lain pada kondisi I akan memberikan motivasi lebih untuk bisa menghafal dan mengingat lebih banyak urutan gambar pada kesempatan kedua. Motivasi ini yang mendorong praktikan untuk lebih baik lagi di percobaan kedua. Kemungkinan lain adalah gangguan suara yang ditimbulkan justru memberi dampak untuk mengingat lebih tepat dan akurat, sehingga suara yang muncul justru memberi dorongan kepada praktikan untuk mengingat gambar lebih banyak. Sedangkan, jika suara yang muncul tidak tepat, maka suara tersebut justru menggangu dalam proses mengingat seperti yang dialami oleh 4 praktikan lainnya. Terdapat beberapa jenis proses kognisi pada manusia, yang diantaranya: 1. Persepsi Persepsi



merupakan



suatu



proses



yang



didahului



oleh



penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor atau indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang ia rasakan. 2. Memori



22



Drever (Walgito, 2004) menjelaskan bahwa memori adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup, pengalaman berguna apa yang kita lupakan yang mana mempengaruhi perilaku dan pengalaman yang akan datang, yang mana ingatan itu bukan hanya meliputi recall (mengingat) dan recognition (mengenali) atau apa yang disebut dengan menimbulkan



kembali



suatu



ingatan.



Representasi



pengetahuan



pengetahuan adalah penyimpanan, pengintegrasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori secara sistematis dan rapi. 3. Bahasa Tata bahasa dan linguistik, fonetik dan fonologi, akuisisi bahasa. 4. Berpikir Pilihan, konsep pembentukan, pengambilan keputusan, penghakiman, logika (serta penalaran formal & alami), dan pemecahan masalah. 5. Kategorisasi Salah satu jenis proses kognisi, yaitu memori. Memori adalah ingatan atau



sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam



pengambilan informasi. Memori pada manusia dibagi mejnadi memori sensoris, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Dalam praktikum ini, praktikan melakukan penelitian mengenai memori jangka pendek (short term memory). Memori ini menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga bisa sampai beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin, simpanan jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga dapat diakses oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran informasi kepada dan dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih tetap bertahan di dalam memori jangka pendek kira-kira 30 detik saja, kecuali dilatih untuk mempertahankannya lagi. Informasi



tersebut



disimpan



secara



akustik



(lewat



bunyi



yang



dikeluarkannya) lebih daripada secara visual (lewat penampakannya). Secara umum, kapasitas 19 memori jangka pendek dibagi berdasarkan luas stimulusnya, kira-kira 7  2 stimulus (Miller, dalam Sternberg, 2009).



23



Dalam realitianya terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ingatan (memori) manusia, diantaranya: 



Efek posisi serial Pada objek yang berurutan, objek bagian paling awal dan



bagian paling akhir dari keseluruhan objek merupakan bagian yang paling mudah untuk diingat. hal tersebut disebabkan karena pada bagian awal, informasi akan pertama kali masuk ke memori jangka pendek dan ada kemungkinan untuk diteruskan dalam memori jangka panjang, sedangkan ketika memasuki bagian tengah, informasi yang akan masuk ke memori



akan



berkurang



karena



masih



dalam



proses



pengulangan informasi-informasi bagian awal. Dan pada bagian akhir dari objek, informasi akan mudah diingat karena pada bagian tersebut, informasi masih berada dalam memori jangka pendek. 



Keahlian Seseorang yang mempunyai perbedaan latar belakang



pendidikan yang baik akan mudah untuk mengingat. 



Pemberian kode khusus Pada suatu kasus, seseorang akan mudah mengingat sesuatu



jika sesuai dengan



bekas yang ia temukan di dalam



memorinya. 



Emosi Preferensi akan sesuatu akan meningkatkan daya ingat



dikarenakan meningkatnya pula perhatian.



2. Kemampuan mengingat antar praktikan Standar deviasi dari hasil tes uji dari kedua kondisi menunjukkan bahwa kemampuan mengingat antar praktikan sangat bervariatif. Bervariasinya jumlah benar pada hasil tes uji disebabkan oleh faktor-



24



faktor individu masing-masing praktikan. Faktor individu yang memiliki peran cukup penting adalah metode yang digunakan dalam menghafal dan mengingat masing-masing praktikan dan motivasi praktikan sendiri. Metode menghafal dan mengingat tiap praktikan tentu berbeda-beda sehingga tiap praktikan memiliki kemampuan mengingat yang berbeda. Metode merupakan salah satu representasi dari pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan selama hidup dan tersusun secara sitematis dalam memory seseorang. Sementara, motivasi memberikan dorongan kepada praktikan untuk mengingat gambar.



3. Faktor lain yang mengganggu proses mengingat Pada saat tes uji pada kondisi I, saat praktikan selesai menghafal urutan gambar, praktikan mendapat pertanyaan dari asisten mengenai warna yang terdapat pada frame urutan gambar. Dari enam praktikan, tidak ada satupun praktikan yang berhasil menjawab warna frame dengan benar. Pada saat tes uji pada kondisi II, saat praktikan selesai menghafal urutan gambar, asisten kembali memberi pertanyaan. Kali ini pertanyaan tentang warna kotak yang terdapat di bawah urutan gambar. Sama seperti kondisi I, tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Pertanyaan kedua adalah saat praktikan sedang menyusun urutan gambar, praktikan mendapat pertanyaan seputar perkalian Matematika. Dari keenam praktikan yang mengikuti tes, hanya 1 praktikan yang menjawab salah dari salah satu pertanyaan yang diberikan asisten. Berdasarkan pemaparan hasil praktikum di atas, tidak ada satupun praktikan yang menjawab dengan benar warna frame yang terdapat pada urutan gambar. Hasil ini diakibatkan karena sebagian besar praktikan hanya terfokus mengingat gambar, tapi tidak terfokus pada komponen di luar gambar. Kejadian ini terulang ketika tes uji pada kondisi II, tidak satupun praktikan yang dapat mengingat warna kotak pada bagian bawah urutan gambar karena fokus dari praktikan bukan pada hal-hal yang ada di



25



luar gambar, praktikan berusaha untuk terus terfokus pada gambar dan berusaha tidak menghiraukan noise yang ada. Pada saat pertanyaan seputar perkalian Matematika ada 1 praktikan yang salah menjawab 1 soal dikarenakan fokus praktikan adalah mengingat urutan gambar. Hal ini diakibatkan fokus praktikan terbagi menjadi dua, fokus utama praktikan adalah menyusun gambar, di sisi lain harus menjawab pertanyaan seputar perkalian sederhana yang mendistraksi fokus praktikan.



26



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Noise merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi performa manusia. Secara umum, manusia akan menunjukkan performa optimal apabila berada dalam kondisi normal (minimal noise, pencahayaan ataupun suhu yang optimal). Hasil yang berbeda apabila manusia diberikan gangguan khususnya paparan noise saat melakukan suatu pekerjaan. Penurunan performa yang akan terjadi khususnya short term memory dikarenakan terganggunya konsentrasi dan fokus sehingga mempengaruhi proses mengingat. Dari hal-hal tersebut diketahui bahwa penting untuk memperhatikan kondisi lingkungan terutama noise sehingga nantinya dapat menciptakan lingkungan kerja yang optimal. Proses mengingat manusia juga dipengaruhi beberapa faktor, antara lain umur, kondisi psikis, kondisi fisik, motivasi, serta lingkungan. Dalam lingkungan yang terdapat gangguan noise ada pula faktor yang mempengaruhi performa short term memory seseorang, antara lain jenis noise dan kebiasaan. Persepsi tentang noise pada setiap orang berbeda-beda selain itu seseorang yang terbiasa dengan noise tertentu tidak akan mengalami penurunan performa. Mayoritas praktikan yang diberikan paparan noise dalam proses mengingat akan mengalami penurunan performa short term memory tetapi ada pula yang justru mengalami peningkatan performa. Anomali tersebut dikarenakan adanya motivasi sehingga praktikan dapat tetap fokus dalam melakukan suatu pekerjaan. Kesimpulan dari praktikum mengenai ergonomika kognitif adalah paparan noise terhadap suatu pekerjaan belum tetentu menurunkan performa dari seseorang dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut tergantung motivasi, kebiasaan, serta jenis noise yang dipaparkan.



27



5.2 Saran 1. Kondisikan lingkungan kerja dengan noise seminimal mungkin sehingga dapat diperoleh performa yang optimal. 2. Apabila paparan noise melebihi ambang batas yang diizinkan lakukan engineering control, administrative control, dan APD (alat perlindungan diri) secara berurutan



28



DAFTAR PUSTAKA



American Psychological Association (2015). Cognitive Domain : Performance Indicator



http://www.apa.org/education/k12/cognition-domain-indicators.aspx



(diakses pada 1 Oktober 2015) Atkinson, R. 2000. Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. Penerjemah : Agus, D. Jakarta : Penerbit Erlangga. Bridger, R. S. (2003). Introduction to Ergonomics (Vol. 1). London: Taylor & Francis. International



Ergonomics



Association.



(2015).



What



is



Ergonomics?:



http://www.iea.cc/whats/ (diakses pada 30 Oktober 2015) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Keputusan Meteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Universitas



Sumatra



Utara



Instutitional



Repository



http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18437/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada 1 Oktober 2015)



(2015)



29



LAMPIRAN