Laporan Praktikum Farmakologi Menentukan Ed50 (Effective Dose) Diazepam Pada Tikus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE)DIAZEPAM PADA TIKUS



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 (FARMASI G) GHASSANI SHABRINA PUTRI



201810410311319



DIAJENG WINDIHASMIEGA P.



201810410311320



NISAIYAH WAHIDATUL M.



201810410311321



AMARA FEBRIYANTI P.



201810410311323



SAKTI BAGASKARA



201810410311324



FIRZANNIDA



201810410311325



BELA SELVYANA DEA P.



201810410311326



DEVI INDAH P.



201810410311328 JURUSAN FARMASI



FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019/2020



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan, dengan judul “Mula Kerja, Puncak Efek, dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal”. Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1.



Ibu Firasti Agung N. S., M. Biotech., Apt. dan tim selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Farmakologi yang telah memberikan dorongan moril untuk melaksanakan praktikum dan penulisan laporan.



2.



Kakak-kakak asisten laboratorium yang telah membimbing penyusun dalam penulisan laporan.



3.



Kedua orang tua penyusun yang telah memberikan dorongan moril dan material.



4.



Semua pihak yan turut memberi semangat penyusun dalam penulisan laporan yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh



karena itu, penyusun bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan laporan di masa yang akan datang.



Malang, 13 Oktober 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii I.



Judul Praktikum...................................................................................................................................1



II.



Tujuan Instruksional Khusus................................................................................................................1



III. Dasar Teori...........................................................................................................................................1 IV. Alat dan Bahan.....................................................................................................................................3 V.



Bagan Prosedur Kerja...........................................................................................................................3



VI. Perhitungan.........................................................................................................................................4 VII. Tabel Pengamatan...............................................................................................................................6 VIII. Pembahasan........................................................................................................................................7 IX. Kesimpulan..........................................................................................................................................8 X.



Bahan Diskusi.......................................................................................................................................8



XI. Daftar Pustaka......................................................................................................................................8



ii



I.



Judul Praktikum Menentukan ED50 (Effective Dose) Diazepam pada Tikus



II.



Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian Diazepam secara intraperitoneal 2. Menentukan ED50 (Dosis yang memberikan efek) tidur Diazepam



III. Dasar Teori  ED 50  yang berarti "dosis efektif untuk 50% populasi". Terkadang juga disebut dengan Dosis efektif median, yaitu dosis yang menghasilkan efek kuantitatif (semua atau tidak sama sekali) pada 50% populasi yang menggunakannya (median merujuk pada basis populasi 50%). ED50 umumnya digunakan sebagai ukuran dari harapan yang wajar dari efek obat, tetapi tidak selalu mewakili dosis yang mungkin digunakan dokter. Ini tergantung pada kebutuhan akan efeknya, dan juga toksisitasnya. Toksisitas dan bahkan mematikan obat dapat dikuantifikasi oleh masing-masing TD 50 dan LD 50 . Idealnya, dosis efektif akan jauh lebih sedikit daripada dosis toksik atau mematikan untuk obat yang relevan secara terapi. Suatu obat sedatif yang efektif (ansiolitik) seharusnya dapat mengurangi ansietas dan dapat menimbulkan efek menenangkan dengan sedikit atau tidak ada efek pada fungsi motorik atau mental. Tingkat depresi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh sedatif minimum harus konsisten dengan kemanjuran terapi. Obat hipnotis/hipnotik dapat menimbulkan rasa mengantuk, memperlama dan mempertahankan keadaan tidur yang sedapat mungkin menyerupai keadaan tidur yang alamidan efek hipnotik lebih bersifat depreson terhadap susunan saraf pusat daripada sedasi, dan ini dapat diperoleh secara mudah pada kebanyakan obat-obat sedative dengan jalan meningkatkan dosis (Good Man & Gilman, 2000) Derajat dosis yang tergantung pada depresi fungsi susunan saraf pusat adalah karakteristik untuk obat-obat hipnotik sedative. Walaupun begitu, pada masing-masing obat terdapat perbedaan dalam hubungan antara dosis dan tingkat depresi sususan saraf. Pada obat-obat tersebut, peningkatan dosis diatas yang diperlukan untuk hypnosis dapat menimbulkan suatu keadaan anastesi umum dengan dosis yang lebih tinggi lagi, hipnotik sedatif dapat menekan pusat pernapasan dan pusat vasomotor dalam edula, menimbulkan koma serta kematian (Good Man & Gilman, 2009) Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi yang mempengaruhi kerja sistem saraf pusat.  Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu, menenangkan, menyebabkan kantuk, menidurkan hingga yang berat seperti, menghilangkan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati. Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi sehingga 1



menenangkan. Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Secara klinis obat-obatan sedatif – hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia. Obat-obatan sedatiif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni: 1. Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepin banyak digunakan dalam praktik klinik. Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Selain itu, benzodiazepine memiliki antagonis khusus, yaitu flumazenil. Mekanisme Kerja Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gammaaminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alcohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal. Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus). Sementara efek ansiolitik timbul dari aktifasi GABA sub unit alpha 2 (Hipokampus dan amigdala). Hampir semua benzodiazepine larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma. Sehingga keadaan hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease akan meningkatkan efek obat ini. Benzodiazepine menurunkan degradasi adenosine dengan menghambat transportasi nukleosida. Adenosine penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan oksigenase melalui vasodilatasi arteri koroner) dan semua fungsi fisiologi proteksi jantung. Contoh obat golongan Benzodiazepin: a). Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin yang stabil dalam larutan dan metabolism yang cepat. Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat disbanding diazepam. Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibandingkan efek sedasi sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama beberapa jam; b). Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol, sodium benzoat) karena tidak larut dalam air; c). Lorazepam Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-pheynil moiety. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia disbanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama. 2. Barbiturat beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturate telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital 2



yang memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak digunakan. Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. 3.Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin yaitu semua golongan sedatif hipnotik yang tidak termasuk dalam golongan Barbiturat dan Benzodiazepin seperti, Propofol, Ketamin, dan Dekstromethorpan. Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam. Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya  (Anonim, 2008). Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia (kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari diazepam (Anonim, 2008). Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang. (Anonim,2008). Efek sedatif dapat mempengaruhi kemempuan koordinasi motorik hewan uji. Besar kecilnya pengaruh terhadap koordinasi motorik tersebut dapat menggambarkan besar kecilnya ekef sedasi. Oleh karena itu, efek sedasi ini akan kita amati melelui percobaan dengan hewan uji, menggunakan parameter seperti yang tertera pada lembar pengamatan. IV.



V.



Alat dan Bahan 1.



Kapas, kain, spuit, kasa, klem.



2.



Kandang, 3 ekor tikus



3.



Alkohol



4.



Diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 5mg/kgBB)



Bagan Prosedur Kerja



3



Bersihkan permukaan abdomen tikus dengan kapas alkohol ↓ Suntikkan secara intraperitoneal | ↓ ↓ ↓ Tikus I Tikus II Tikus III Dosis 1 mg/kgBB Dosis 2,5 mg/kgBB Dosis 5 mg/kgBB | | | ↓ Amati perubahan perilaku tikus ↓ Catat pada tabel pengamatan



VI.



Perhitungan 1.



Tikus I (BB tikus = 126 g) -



Dosis obat



= 1 mg/kgBB



-



Dosis sediaan



= 5 mg/ml











2.



0,126 kg 1 kg



=



x 1mg



x



=



0,126 kg x 1 mg 1 kg



x



=



0,126 mg



0,126 mg 5 mg



=



x 1ml



x



=



0,126 mg x 1ml 5 mg



x



=



0,0252 ml ~ 0,03 ml



Sediaan yang diambil



= 0,03 ml



Tikus I (BB tikus = 136 g) -



Dosis obat



= 2,5 mg/kgBB



-



Dosis sediaan



= 5 mg/ml



4











-



3.



0,136 kg 1 kg



=



x 2,5 mg



x



=



0,136 kg x 2,5 mg 1 kg



x



=



0,34 mg



0,34 mg 5 mg



=



x 1ml



x



=



0,34 mg x 1 ml 5 mg



x



=



0,068 ml ~ 0,07 ml



Sediaan yang diambil



= 0,07 ml



Tikus I (BB tikus = 176 g) -



Dosis obat



= 5 mg/kgBB



-



Dosis sediaan



= 5 mg/ml











-



0,176 kg 1 kg



=



x 5 mg



x



=



0,176 kg x 5 mg 1 kg



x



=



0,88 mg



0,88 mg 5 mg



=



x 1ml



x



=



0,88 mg x 1ml 5 mg



x



=



0,176 ml ~ 0,18 ml



Sediaan yang diambil



= 0,18 ml



5



VII. Tabel Pengamatan



6



VIII. Pembahasan Obat sedatif hipnotik memiliki efek farmakologik yang mirip dengan anastetik umum jika obat obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih besar efeknya sama dengan anastetik umum. kedua jenis obat tersebut memiliki mekanisme yang sama dalam menekan sistem saraf pusat. Pada praktikum kali ini akan menentukan ED 50 diazepam pada tikus . ED 50 atau efefective dose adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu. Obat yang akan digunakan praktikum kali ini adalah diazepam. Diazepan merupakan obat dari golongan benzodiazepine. Diazepam menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan berbicara lambat tapi tidak berefek analgesik. Pada partikum kali ini diazepam diberikan secara intraperitoneal digunakan untuk menentukan ED 50 pada 50% individu yang sedang diamati. Dilakukan penyuktikan secara intraperitoneal pada 3 tikus dengan 3 dosis yang berbeda. Terlihat dari pengamatan dari data kelompok kami. Bahwa tikus nomor tiga dengan dosis paling tinggi mengalami onset pada menit kelima. Pada menit tersebut tikus nomor tiga sudah terlihat mengantuk dan sedikit kehilangan kesadaran. Hal ini dikarenakan efek sedatif dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik pada hewan uji. peak effect tikus ketiga berada pada menit ke 10 dimana tikus sudah benar benar tertidur. Attifitas motorik pada tikus 3 juga tidak terlihat lalu rightung reflek nya juga sudah menunjukkan ++ yang berarti diam pada dua posisi miring. Tikus kedua dan tikus pertama hasilnya tidak terlalu berbeda perbedaan dari tikus pertama dan kedua adalah pada onset nya. Tikus pertama paa pengamatan postur tubuh hasilnya ++ yang artinya sudah mulai mengantuk sedangkan tikus kedua masih terjaga. Akan tetapi, gerak motoric kedua tikus tersebut tidak ada gerak spontan apabila dipegang kecuali pada menit ke 30 dan 45 (++). Namun sudah terlihat gerakan inkoordinasi pada tikus sejak menit ke 5. Peak effect tikus kedua terjadi pada menit ke 45. Kedua tikus ini sama sama tidak memberikan efek analgesik. Namun kedua tikus ini juga selalu terbangun ketika ada gerakan dari praktikan. Tpi lalu ngantuk lagi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tikus menjadi bangun bangun. Maksutnya adalah tikus tidak tertidur lelap seperti yang terjadi pada tikus 3 . yang pertama adalah karna kesalahan perhitungan dosis. Atau karena suasana praktikum yang tidak kondusif jadi tikus tidak nyaman untuk tidur. Dari beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan masalah sperti selaput mata tikus yang tiba tiba melek lagi dan menyebabkan hasil pengamatan ptosis berubah setlah menit sebelumnya tikus sudah mulai menutup matanya Terdapat beberapa kesalahan dari praktikan sehingga membuat data melenceng dari teori. Seperti, suasana tidak kondusif yang menyebabkan tikus tidak nyaman lalu pada saat pemberian obat terjadi kesalahan perhitungan dosis. Beberapa hal itulah yang menyebabkan ketidak tepatan data dengan teori.



7



IX.



Kesimpulan Perubahan perilaku tikus berbeda-beda dari pemberian secara intraperitoneal dosis 1 mg/kg bb, dan 2.5 mg/kg bb, dan 7.5 mg/kg bb. Semakin tinggi dosis yang diberikan, semakin positif respon yang diberikan. Hasil pengamatan ED50v (dosis efektif) tidur dari seluruh kelompok.



X.



Bahan Diskusi Jelaskan mekanisme perubahan perilaku seperti diatas !



Faktor yang menyebabkan efek bervariasi pada pemberian diazepam dengan konsentrasi yang sama tiap kelompok dapat disebabkan karena kondisi hewan itu, dimana masing-masing hewan sangat bervariasi yang meliputi produk enzim, berat kadar dan luas dinding usus serta proses absorbansi pada saluran cerna. Kemudian juga dapat dipengaruhi oleh tingkat stress dan kesehatan tikus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diazepam memberikan efek berupa perubahan pada postur tubuh aktivitas motor, ataksia, righting reflex, test kasa, analgesia, dan ptosis. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Perubahan perilaku pada hewan coba seperti diatas, dapat terjadi karena diazepam merupakan golongan benzodiazepine yang bekerja mempengaruhi system saraf pusat, efek yang terjadipada ptosis, menurunkannya aktivitas motoric, menurunnya kewaspadaan, perubahan postur tubuh dan berkurangnya respon saat dirangsang nyeri. Dalam ketiga hewan yang dicoba yang memperlihatkan efek tidur hanya tikus ketiga. Sedang tikus satu dan dua menunjukkan efek sedasi dan hanya megalami penurunan aktivitas motor karena efek obat. Selain itu juga menunjukkan efek hipnotik yang ditandai dengan penciuman reflek dan ptosis yaitu menutupnya palpetra. XI.



Daftar Pustaka 1. Buku Panduan Praktikum Farmakologi Praktikum I 2. Mary J. Mycek, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar 3. Joyce L. Kee dan Evelyn R. Haris. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan 4. Mita, Soraya R. 2007. Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan Obat Analgesik Secara Rasional pada Masyarakat di Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 6 No. 3 5. Hapsari, Intan A. 2016. Pengaruh Pemberian Analgesik Kombinasi Parasetamol dan Tramadol Terhadap Kadar Ureum Serum Tikus Wistar. Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol 5 No. 4 8



6. Safwan, dkk. 2016. Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Melinjo (Gnetum gnemon) pada Mencit Putih (Mus musculus L.) Jantan. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 72 (1) : 71-78 7. Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia



9