Laporan Praktikum GB CTM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SOLIDA GRANULASI BASAH – TABLET CTM 4 mg



Kelas



:B



Kelompok



: A2



Anggota Kelompok



:



1. Nimaz Rizqi Firdausy Haq



(051711133002)



2. Aprilia Nur’aini Rizma Putri



(051711133021)



3. Muhammad Ninjar



(051711133091)



4. Ibanah Izzah Aulia



(051711133157)



5. Devi Nur Zafirah



(051711133165)



6. Shafira Muti Ardiana



(051711133193)



7. Farisa Firosyida



(051711133209)



FARMASETIKA SEDIAAN SOLIDA PRAKTIMUM 2019/2020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA



A. Studi Praformulasi Bahan Aktif 1. Tinjauan Bahan Aktif 



Nama bahan obat : Klorfeniramin Maleat







Nama kimia



: 2-[p-kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]







Struktur kimia



:







Berat Molekul



: 380,87 gram/mol







pH



: antara 4 & 5







kemurnian



: Klorfeniramin Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0



% dan tidak lebih dari 100,5 % C16H19.ClN2H4O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan 



efek terapetik



:



a. Sedating Antihistamin Antihistamin berbeda-bedadalam lama kerja serta dalam derajt efek sedatif dan antimuskarinik. Semua antihistamin bermanfaat besar pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika, dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor. Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin, tetapi kurng efektif pada kongesi hidung. Antihstamin oral juga dapat mencegah urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, sertaaleri obat. Efek sedasi ini kadang-kadang jua dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. b. Antimuskarinik Antimuskarinik (sebelumnya disebut antikolinergik ; mengurangi motilitas usus). Kelompok obat ini digunakan untuk penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome dan penyakit di vertikular. Namun, efektivitasnya belum diketahui pasti dan responnya bervariasi. Indikasi lain untuk obat



antimuskarinik meliputi aritmia,asma, dan penyakit saluran pernafasanm, motion sickness, parkinsonisme inkontinensi urin, midriasis dan siklopegia, premedikasi dan sebagai antidot keracunan organofosfor. 



Dosis pemakaian a. Oral Dewasa



: 4 mg setiap 4-6 jam, maksimal 24 mg/hari



b. Oral anak-anak



: 1-2 tahun ; 1 mg, dua kali sehari 2-5 tahun ; 1 mg 4-6 jam, maks 6mg/hari 6-12 tahun; 2 mg 4-6 jam, maks 12 mg/ hari



2. Organoleptis CTM 



Pemerian



: serbuk hablur putih







Bau



: tidak berbau







Rasa



: pahit



(Farmakope Indonesia III halaman 153)



3. Spektra Infrared



Gugus Fungsi



Bilangan Gelombang



Bilangan Gelombangan



Standard



Sampel



C-Cl



800-600 cm-1



839-653 cm-1



C-H Alkena



1000-675 cm-1



1007-653 cm-1



C-N



1360-1180 cm-1



1368-1180 cm-1



C-H Alkana



1470-1340 cm-1



1462-1368 cm-1



C=C Aromatik



1600-1500 cm-1



1618-1569 cm-1



C=C Alkena



1680-1610 cm-1



1618 cm-1



C-H Aromatik



3000-2800 cm-1



2966-2854



-1



4. Deferential thermal analysis



Dari termogram diatas, dapat dilihat bahwa bahan aktif CTM menunjukkan ada satu peak yang terjadi pada titik 135.9˚C terjadi melting yang bersifat endoterm. Kalor yang dibutuhkan CTM untuk melebur 73.6 J/g. Berdasarkan literatur titik leleh CTM adalah 130˚C-135˚C. Dapat disimpulkan bahwa CTM (bahan aktif) yang diuji adalah murni, karena peak yang berbentuk tajam dan sesuai dengan literatur yang ada. 5. Sifat alir



6. Kompaktibilitas



Grafik Kompaktibilitas CTM Tensile Strength



0.2 0.15



0.1 0.05 0



Tekanan (kN)



B. Target Product Profile a. Bentuk sediaan : Tablet 



Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau anpa bahan pengisi ( Farmakope Indonesia IV)







Keuntungan sediaan tablet : 1. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dengan kecepatan produksi yang sangat tinggi , sehingga harganya dapat relatif lebih murah. 2. Tablet memiliki ketetapan dosis dalam tiap tablet antar tiap unit pemakaian. 3. Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba.



4. Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan. 5. Bukan merpakan produk steril. 6. Mudah dalam pengemasan (blister/strip) dan transportasi. 7. Tablet mudah diidentifikasi dengan pemberian tanda/logo pada punch atau dengan printing pada tablet. 8. Dapat tersedia dalam berbagai tipe. 9. Dibaning kapsul, tablet lebih sulit dipalsukan. 10. Dapat dibawa dengan mudah oleh pasien. 11. Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga medis. 



Kerugian sediaan tablet 1. Bahan aktif dengan dosis besar dan tifak kompresibel sulit dibuat tablet. 2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik. 3. Mula kerja obat ( onset of action) sediaan tablet lebih lambat dibandung dengan sediaan parenteral, larutan oral, dan kapsul. 4. Jumlah zat aktif dlam bentuk cairan, yang dapat dijerat ke daam tablet sangat kecil. 5. Kesulitan menelan pada pasien anak-anak, pasien sakit parah, dan lansia. 6. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet.



b. Tipe Formulasi/ Pelepasan : Lepas Cepat (immediate release) Bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaska obat segera setelah digunakan (per-oral). c. Dimensi Diameter



: 9 mm



d. Bobot



: 250 mg/Tablet



e. Kekuatan



: CTM 4 mg



f. Penentuan kadaluarsa :



Pertama, menentukan orde reaksi yang sesuai untuk tablet yang akan diuji. Setelah itu melalui metode grafik atau subtitusi dapat ditentukan nilai ketetapan laju reaksi (k). Kemudian hitung t90( shelflife) dengan rumus :



k=



2,303 𝑡



𝐶𝑜



𝑥 log 𝐶𝑡 𝐶𝑜



t90 = log 0,9 𝐶𝑜 = t90 =



atau



log 𝐶𝑡 = log 𝐶𝑜 −



𝑘 2,303



2,303 𝑘



0,105 𝑘



setelah itu, menghitung t1⁄2 pada beberapa suhu yang telah ditentukan. Pada umumnya, jika waktu kadaluarsa produk



minimal 12 buan, maka dilakukan



pengujian tiap 3 bulan sekali di tahun pertama, lalu ditahun berikutnya diakukan tiap 6 bulan, serta tiap tahun setelahnya sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.



C. Metode Pembuatan Tablet Terpilih 1. Permasalahan Formulasi 



Adanya gugus amin pada CTM menyebabkan inkompatibel dengan laktosa karena akan mengakibatka terjadinya reaksi Maillard yakni reaksi yang menyebabkan efek karsinogen dan memberikan warna kehitaman pada obat yang dapat mempengaruhi organoleptis dari bahan tersebut (acceptable). CTM juga inkompatibel dengan Kalsium klorida, Kanamisin sulfat, Noradrenalin asam tartat, Sodium fenobarbital, dan meglumin adipiodon.



2. Solusi Formulasi 



Jika CTM dicampurkan dengan laktosa maka akan terjadi reaksi Maillard. Reaksi Maillard hanya dapat terjadi pada kondisi tertentu, yaitu pada suhu yag tinggi dan atau dalam penyimpanan dalam waktu yang lama ( Lakshmi, 2014 dan Winarno, 2002), sehingga kedua hal ini harus dihindari agar tidak terjadi reaksi tersebut.



3. Permasalahan Manufaktur 



Sifat alir dan kompaktibilitas : bahan aktif CTM memiliki kompaktibilitas yang baik namun sifat alirnya buruk, sehingga dapat mempengaruhi aliran serbuk campur pada mesin.







Homogenitas : dosis bahan aktif CTM yang dibuat adalah 4mg sehingga menimbulkan permaslahan dalam homogenitas kandungan.



4. Solusi manufaktur Sifat alir : untk memperbaiki masalah sifat alir ada bahan aktif CTM dapat dilakukan dengan metode granulasi basah. Pada granulasi basah digunakan pengikkat atau larutan pengikat agar dapat terbentuk granul dengan ukuran partikel lebih besar, sehingga dapat memperbaiki sifat alir. Homogenitas : bahan aktif CTM dapat dilarutkan dengan pelarut yang dapat memperbaiki homogenitas kandungannya, dalam formulasi ini dilarutkan dalam air yan kemudian dicampurkan dengan bahan pengikat.



D. Rancangan Formula Jumlah tiap tablet (mg)



Jumlah Total untuk pembuatan (dalam g)



No



Nama Bahan



Fungsi



Jumlah % yang dibuat



1.



CTM



Bahan aktif



1,6%



4



4,8



2.



Avicel pH 101



Pengisi



30,2%



75,5



90,6



3.



Laktosa



Pengisi



60,2%



150,5



160,6



4.



PVP K30



Pengikat



4%



10



12



5.



Primogel



Disintegran



2%



5



6



6.



Mg Stearat



Lubrikan



2%



5



6



E. Flowchart Manufactur



IPC : Dikepal tidak hancur IPC : bila terlalu halus dibasahi kembali IPC : MC 2-4% Bila terlalu kering disemprot etanol 70%



F. Evaluasi Granul a. Sifat Alir Alat : Corong Hasil Pengamatan Kecepatan Alir Sebelum Penambahan Lubrikan NO



Sesudah Penambahan Lubrikan



W



t



Kec. Alir



W



t



Kec. Alir



(g)



(detik)



(g/detik)



(g)



(detik)



(g/detik)



1



100,04



13,10



7,6



100,20



10,08



9,94



2



100,04



12,69



7,8



100,20



10,23



9,79



3



100,04



12,73



7,9



100,20



10,07



9,95



Rata- rata



7,77



Rata-rata



9,89



Hasil Pengamatan Sudut Istirahat : Sebelum Penambahan Lubrikan h



r



α



h



r



α



(cm)



(cm)



(º)



(cm)



(cm)



(º)



1



4



7



29,74



3,5



6,5



28,3



2



4



7



29,74



3,5



6,5



28,3



3



3,5



7



26,56



3,5



6,5



28,3



NO



Rata-rata



b.



Setelah Penambahan Lubrikan



28,68



Rata-rata



% Moisture Content



Alat : Moisture Balance Hasil Pengamatan : Replikasi



MC (%)



1



1,78



2



1,38



3



1,56



Rata-rata



1,57



Persyaratan : > 2%



28,3



c. Distribusi Ukuran Prosedur : 1. Menimbang 100 gram granul dan setiap ayakan 2. Susun ayakan sesuai urutan no. Mesh terkecil ke terbesar 3. Letakkan granul pada ayakan paling atas 4. Nyalakan mesin pada 10 rpm 5. Ayak selama 10 menit, kemudian timbang Hasil Pengamatan Pengayak



Bobot Diamater Lubang



No. Mesh



(µm)



Bobot



Bobot



Pengayak + granul



(g)



Granul (g)



(g) 25



710



356



370



13,99



35



500



348



362



13,99



45



355



322



333



10,99



100



150



299



328



28.99



140



106



295



312



16,99



268



287



18,99



pan Jumlah



Tabel Distribusi Ukuran Ukuran Granul



Bobot Granul



(µm)



g



%



%Kumulatif
710



14



13,46



100



500 - 710



14



13,46



86,54



355 - 500



11



10,58



73,08



150 - 355



29



27,88



62,5



106 - 150



17



16,35



34,62



710



500-710



355-500



150-355



106-150



2 tablet yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom A (151 mg- 300mg 7,5%. - Tidak ada satu pun tablet yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B Bobot tablet yang diinginkan = 250 mg







Kolom A



231,25mg - 268,75mg



Kolom B  212,50mg – 287,50mg Rentang bobot:



No.



Bobot Tablet (mg)



No.



Bobot Tablet (mg)



1.



256,00



11.



258,00



2.



254,00



12.



260,00



3.



258,00



13.



256,00



4.



258,00



14.



254,00



5.



256,00



15.



257,00



6.



251,00



16.



258,00



7.



254,00



17.



256,00



8.



256,00



18.



255,00



9.



256,00



19.



259,00



10.



260,00



20.



259,00



Bobot rata-rata tablet



: 256,55 mg



Kesimpulan



: Bobot Tablet memenuhi persyaratan keseragaman



bobot.



2. KEKERASAN TABLET Alat



: Hardness Tester ERWEKA



Prosedur : a. Setting satuan pengukuran dalam kgF dengan diameter 9 mm. b. Uji kekerasan 10 Tablet menggunakan Erweka Hardness Tester. Kriteria penerimaan: -



Dikatakan baik jika ( 4-8 kp)



-



Kurang dari 4kp dapat diterima apabila disintegran dan disolusinya masih sesuai ( konversi 1 Newton = 0,1 kgF)



Hasil pengamatan



Rata-rata



: No.



Kekerasan (kgF)



No.



Kekerasan (kgF)



1.



4,9



6.



4,3



2.



4,9



7.



5,6



3.



5,1



8.



4,3



4.



5,4



9.



4,9



5.



4,1



10.



5,1



: (4,86 kgF)



Kesimpulan : Kekerasan tablet memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet.



3. KERAPUHAN TABLET Alat



: CS-2 Tablet Friability Tester



Prosedur



:



a. Menyiapkan 26 tablet yang akan diuji, membersihkan menggunakan kuas b. Menimbang 26 tablet bersamaan c. Masukkan (1) Kedalam mesin Friability Tester d. Menjalankan Friability Tester selama 100x (25 rpm selama 4 menit) e. Mengambil tablet dan membersihkan tablet dari debu yang menempel f. Menimbang 10 tablet tersebu, apabila ada tablet yang pecah, retak dan cuil tidak diikutkan dalam penimbangan. Kriteria penerimaan :