12 0 370 KB
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA DARAH Dosen Pengampu : Rinto Susilo, S.Farm., M.Sc., Apt
NAMA KELOMPOK 4 :
1. Iis Sugiarti
12118017
2. Ines Safitri
12118018
3. Irfan Luqmanul Hakim
12118019
4. Julia Rahmadila
12118020
5. Kaori Roselina Yesa
12118021
LABORATORIUM FARMAKOLOGI SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2020
PERCOBAAN II PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA DARAH
I.
TUJUAN PERCOBAAN Agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tungga berdasarkan data kadar obat dalam darah/plasma terhadap waktu.
II.
DASAR TEORI Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat merupakan suatu persyaratan pentinguntuk penentuan atau modifikasi aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012). Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007). Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum diketahui mekanisme interaksinya secara tepat (unknown). Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Utami, 2013). Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik (Ganiswarna, 2005). Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid. 2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah. 3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan plasma. 4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang dikendaki. 5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki 6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan. 7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
III.
ALAT DAN BAHAN ALAT
BAHAN
1. Labu takar 5 ml, 10 ml, 50 ml dan 1. serbuk parasetamol 100 ml
2. asam trikloroasetat (TCA) 10 %
2. Pipet volume 0,1;0,2;1;2 ml
3. asam klorida 6N
3. Tabung reaksi 15 buah
4. natrium nitrit (NaNO2) 10% segar
4. Mikropipet 5 ml dan tips
5. asam sulfamat 15%
5. Silet/pisau bedah
6. NaOH 10%
6. Ependorf
7. Darah kelinci
7. Alat vortex
8. Aquadest
8. Spektrofotometer dan kuvet
9. Larutan steril parasetamol 15 %
9. Beker glass 50 ml;100ml
dalam propilen glikol 4% - garam
10. Sentrifuge
fisiologis
11. Timbangan analitik 12. Kalkulator
10. Suspensi parasetamol 10% dalam tilosa 1% c.
13. Kertas label 14. Sarung tangan 15. Masker 16. Kateter 17. Mouthblock
IV.
PROSEDUR KERJA Sampel : Parasetamol 1.
Hewan uji dipuasakan
2.
Seekor kelinci ditimbang, ambil darah blangko.
3.
Kelinci di telentangkan pada papan fiksasi, diberikan suspensi parasetamol 200 mg sebanyak 10 ml. Catatan : Sebelum pemberian obat dipastikan kateter telah masuk dalam lambung kelinci. Jika ujung kateter lainnya di celupkan kedalam air, dan timbul gelembung udara, berarti masuk kedalam paru.
4.
Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 240, dan 360 ambil darah melalui vena marginalis (± 2,5 ml), tampung dalam wadah berisi antikoagulan.
5.
Pusingkan, ambil plasma 1 ml untuk penetapan kadar parasetamol (percobaan 1).
6.
Gambarlah kurva kadar vs waktu pada kertas semilog.
7.
Tetapkan parameter farmakokinetik parasetamol (AUC0, Vd, Vdss, Clt, K12, K21, β dan t1/2β) menggunakan tabel 2..
8.
V.
Tetapkan juga Ka dan fa obat tersebut.
DATA HASIL PENGAMATAN •
Replikasi 1 Berat Kelinci : 2, 2 kg Waktu (menit)
Absorbansi
0
0
5
0, 213
10
0,395
20
0,578
30
0,697
45
0,795
60
0,468 (Pengenceran 1 ml ad 10 ml)
Waktu (menit)
Absorbansi
90
0,3 25(Pengenceran 1 ml ad 10 ml)
120
0,587(Pengenceran 1 ml ad 5 ml)
150
0,455 (Pengenceran 1 ml ad 5 ml)
180
0,356 (Pengenceran 1 ml ad 5 ml)
240
0, 214 (Pengenceran 1 ml ad 5 ml)
360
0,768
VI.
PERHITUNGAN • Data Kurva Baku Kadar (g/ml)
Absorbansi
0
0
4
0,275
6
0,382
8
0,498
10
0,602
12
0,716
1. t (5)
Kurva Baku (y=bx+a) a = 0,0194 b = 0,058 r = 0,998 y=bx+a y = 0,0194 x + 0,058
2. t (10) Y 0, 213
0, 213 – 0,0194 X
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x
Y 0,395 0,395 – 0,0194
= 3,337
3. t (20)
X
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x = 6,47
4. t (30) Y 0,578
0,578 – 0,0194 X
= bx + a
Y
= 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x
0,697 0,697 – 0,0194
= 9,631
5. t (45)
X
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x = 11,682
6. t (60) Y 0,795
0,795– 0,0194 X
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x = 13,372
Y 0,468 0,468 – 0,0194 X
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x = 7,734
7. t (90)
8. t (120) Y 0,325
0,325– 0,0194 X
= bx + a
Y
= 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x
0,587 0,587– 0,0194
= 5,268
X
9. t (150)
= bx + a = 0,058 x + 0,0194 = 0,058 x = 9,786
10. t (180) Y
0,455 0,455 – 0,0194
= bx + a
Y
= bx + a
= 0,058 x + 0,0194
0,356
= 0,058 x + 0,0194
0,356 – 0,0194
= 0,058 x X
=
7,510 11. t (240) Y
= bx + a
0, 214
= 0,058 x + 0,0194
0, 214 – 0,0194 X
= 0,058 x = 3,355
X
= 0,058 x = 5,803
∆ (Cp’ – Cp)
Cp’
t (jam)
Cp
Fp
0,0833
3,337
3,337
52,931
49,594
0,167
6,47
6,47
51,831
45,361
0,333
9,631
9,631
49,699
40,068
0,50
11,682
11,682
0,75
13,372
13,372
1,00
7,734
77,34
1,50
5,268
52,68
2,00
9,786
48,93
2,50
7,510
37,55
3,00
5,803
29,015
4,00
3,355
16,775
6,00
12,906
12,906
47,703
36,021
Kurva Kadar Vs Waktu 90 80 70 60 50 Kadar
40 30 20 10 0
0
1
2
3
4
5
6
7
a.
FASE ELIMINASI t
Cp
3,00
29,015
4,00
16,775
6,00
12,906
a
= 3,99
b
= -0,25
r
= -0,924
B
= 54,054
𝛽 (k)
= 0,25
persamaan Y
= bx + a = -0,25x + 3,99
Cp’ lncp = -0,25 t + 3,99 t (0,0833)
lncp
= -0,25. 0,0833 + 3,99 = 3,969
Cp’ t (0,167)
lncp
= 52,931 = -0,25. 0,167 + 3,99 = 3,948
t (0,333)
Cp’
= 51,831
lncp
= -0,25. 0,333 + 3,99 = 3,906
t (0,50)
Cp’
= 49,699
lncp
= -0,25. 0,50 + 3,99 = 3,865
Cp’
= 47,703
b.
FASE ADSORPSI T
∆ (Cp’– Cp)
0,0833
49,594
0,167
45,361
0,333
40,068
0,50
36,021
a
= 3,952
b
= -0,755
r
= -0,995
A
= 52,039
𝛼 (ka)
= 0,755
persamaan Y
= bx + a = -0,755 x + 3,952
c.
Cpo
=A+B = 52,039+ 54,054 = 106,093 ug/ml
d.
AUC 0-inf
𝐁
=𝐤− =
𝐀 𝐤𝐚
54,054 0,25
−
52,039 0,755
= 216,216 – 68,925 = 147,291 ug/ml e.
𝑫𝒊𝒗
V1 = Vsentral = 𝑪𝒑𝒐 200.000 ug
= 106,093 ug/ml = 1.885,138 ml f.
K 1.2
𝐀.𝐁(𝛃−ɑ)𝟐
= 𝐂𝐩𝐨 (𝐀.𝛃+𝐁.ɑ) 52,039 .54,054 (0,25−0,755)2
= 106,093 (52,039 .
0,25+54,054 . 0,755)
=
2.812,916 ( 0,255) 106,093 (53,819) 717,293
= 5.754,865 = 0,1246 jam-1 g.
K2.1
= = =
𝑨.𝜷+ 𝑩.𝜶 𝑪𝒑𝒐 52,039 . 0,25 + 54,054 . 0,755 106,093 13,009+40,810 106,093
= 0,507 jam-1 h.
Vd F = 90% Do = 200 mg ~ 200.000µg 𝑭 𝑿 𝑲𝒂 𝑿 𝑫𝒐
Vd = 𝑲𝒂 𝒙 𝑨𝑼𝑪𝟎−𝒊𝒏𝒇 = =
90 𝑋0,755 𝑋 200.000 100
0,755 𝑥 147,291 135.900 111,204
= 1.222,078 ml i.
Vdss
= =
j.
Clt
𝑲𝟏.𝟐+ 𝑲𝟐.𝟏 𝑲𝟏.𝟐
𝒙𝑽𝟏
0,1246 +0,507 0,1246
x 1.885,138 = 9.555,803 ml
= K x Vd = 0,25 x 1.222,078 = 305,5195 ml/menit-1
k.
t1/2 / β = =
0,693 β 0,693 0,25
= 2,772 /Jam
VII.
PEMBAHASAN Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat atau dapat diartikan sebagai pengaruh tubuh terhadap obat. Pada fase ini obat mengalami prosesabsorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi yang berjalan secara langsung maupun tidak langsung mengikuti perjalanan obat melintasi suatu membran sel. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan intensitas efek obat. Di dalam permasalahan farmakokinetik dikenal juga dengan istilah parameter farmakokinetik, yaitu besaran yang diturunkan secara matematis dari hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva dan lainnya). Cairan hayati yang biasa digunakan untuk dianalisis kadar obat atau metabolitnya adalah cairan hayati yang berupa darah. Dipilih darah karena darah merupakan tumpuan proses absorbsi, distribusi,dan eliminasi. Artinya tanpa darah, obat tidak dapat menyebar ke lingkungan badan dan dikeluarkan dari badan. Dalam praktikum kali ini hewan uji yang kita gunakan adalah kelinci, kelinci tersebut di telentangkan pada papan fiksasi, diberikan suspensi parasetamol 10 % dalam tilosa 1 % dengan dosis 200 mg/kg BB sebanyak 10 ml menggunakan kateter dan mouthblock. Katater yang digunakan harus tepat masuk kedalam lambung kelici, cara mengetahui apakah kateter tersbut telah masuk kedalam lambung adalah dengan ujung kateter lainnya di celupkan kedalam air, jika tidak timbul udara katater tersebut tepat sudah ada dilambung , sedangkan jika timbul gelembung udara, berarti masuk kedalam paru. Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 240, dan 360 ambil darah melalui vena marginalis (± 2,5 ml), masukkan ke dalam ependorf yang sudah ditetesi heparin hal ini bertujuan agar darah tersebut tidak mengalami pembekuan, darah tersebut diputar selama 10 menit (3000 rpm) untuk mendapatkan plasma, ambil plasma sebanyak 1 ml, yang telah divortex (dihomogenkan) selama 30 detik. Larutan yang telah divortex ditambahkan dengan larutan asam trikloroasetat (TCA) 10 %. Pemberian larutan TCA berfungsi untuk memberikan suasana asam untuk reaksi diazotasi. TCA akan mengikat protein dan mengendapkannya saat melalui proses sentrifugasi sehingga protein tidak mengganggu pada saat pembacaan
absorbansi. Setelah ditambahkan TCA lalu larutan disentrifugasi selama 10 menit alam kecepatan 2000 rpm didalam sentrifuge lalu tuang beningan kedalam tabung reaksi lain, tambahkan HCl 6 N dan NaNO2 10% campur, diamkan larutan selama 5 menit. Tambahkan dengan hati-hati asam sulfamat konsentrasi 15% dan tambahkan NaOH konsentrasi 10%, diamkan selama 3 menit di tempat dingin. Baca intensitas warna pada spektofotometer dengan panjang gelombang 435 nm. Setelah dilakukan pembacaan melalui spektofotometer maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai- nilai farmakokinetik antara lain nilai Cpo menghasilkan angka 106,093 ug/ml, untuk AUC menghasilkan angka 147,291 ug/ml, untuk V1 menghasilkan angka 1.885,138 ml, untuk K1.2 menghasilkan angka 0,1246 𝑗𝑎𝑚−1 , untuk K2.1 menghasilkan angka 0,507 𝑗𝑎𝑚−1, untuk Vdss menghasilkan angka 9.555,803 ml, untuk Vd menghasilkan angka 1.222,078 ml , untuk Clt menghasilkan angka 305,5195 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −1 untuk T1/2 / β menghasilkan 2,772.
VIII. KESIMPULAN Hasil dari parameter-parameter farmakokinetik plasma kelinci antara lain Cpo menghasilkan angka 106,093 ug/ml, untuk AUC menghasilkan angka 147,291 ug/ml, untuk V1 menghasilkan angka 1.885,138 ml, untuk K1.2 menghasilkan angka 0,1246 𝑗𝑎𝑚−1 , untuk K2.1 menghasilkan angka 0,507 𝑗𝑎𝑚−1, untuk Vdss menghasilkan angka 9.555,803 ml, untuk Vd menghasilkan angka 1.222,078 ml , untuk Clt menghasilkan angka 305,5195 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −1 untuk T1/2 / β menghasilkan 2,772.
DAFTAR PUSTAKA https://www.scribd.com/document/293504601/kelompok-6-Golongan-2-Penentuan-parameterfarmakokinetika-obat-yang-menggunakan-data-urin-pdf
https://www.academia.edu/26408980/LAPORAN_FARMAKOKINETIKA_DASAR_P1 https://www.scribd.com/document/352883686/248703472-Uji-Penetapan-ParameterFarmakokinetika-Suatu-Obat-Setelah-Pemberian-Dosis-Tunggal-Menggunakan-Data-Urin-DanDarah-docx Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ganiswarna, Sulistia G. 2009. ”Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmaseutika dan Farmakokinetik Terapan (edisi kelima)”. Airlangga University Press : Surabaya