Laporan Project Inovasi RSUD Ngipang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INOVATION PROJECT PENGGUNAAN STABILISASI PULSE OXYMETRI PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN YANG TERPASANG OXYMETRI PULSE DI RUANG ICU RSUD KOTA SURAKARTA



Disusun oleh : 1. 2. 3. 4.



ANITA DIANA OLE GALIH ARDIANSYAH NUR AKTIVA NUR EXSAN ANSORI



SN162014 SN162064 SN162120 SN162121



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2017/2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan. Ascending Reticular Activating System merupakan suatu rangkaian atau network sistem yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut berada diantara



medulla,



pons,



mesencephalon



menuju



ke



subthalamus,



hipothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran. Pasien dengan penurunan kesadaran mengalami kekurangan suplai oksigen (hipoksemia), dan apabila suplai oksigen tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah mengetahui hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SPO2) yang dapat mengukur seberapa banyak prosentase oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Pemantauan kadar saturasi oksigen adalah menggunakan alat oksimetri nadi ( pulse oxymetri ). Oksimeter merupakan salah satu metode penggunaan alat untuk memonitor keadaan saturasi oksigen dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik pasien, tanpa harus melalui analisa tes darah. Oksimeter



merupakan salah satu alat yang sering digunakan di rumah sakit saat dilakukan proses pembedahan untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah. Saturasi adalah persentase dari pada hemoglobin yang mengikat oksigen dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin yang ada di dalam darah. Dengan pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar dan tepat maka kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal nafas hingga mengancam nyawa bahkan berujung kematian bisa dicegah lebih dini. Hasil observasi yang dilakukan di ruang ICU RSUD Kota Surakarta, pada pemasangan pulse oxymetri kebanyakan pasien dengan penurunan kesadaran secara reflek dapat melepaskan atau terlepas dari jari tangan pasien sehingga SpO2 tidak dapat terbaca pada bedside monitor. Dengan melihat keadaan diatas serta seringnya pemasangan pulse oxymetri di ruang ICU, maka penulis tertarik untuk membuat projek inovasi yaitu Stabilisasi Pulse Oxymetri yang dapat membantu pengamanan pulse oxymetri yang tepat pada jari pasien di ruang ICU RSUD Kota Surakarta.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menciptakan strategi baru yaitu penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri



yang



dapat



membantu



memudahkan



pemasangan



dan



memonitor pulse oxymetri pada pasien dengan penurunan kesadaran yang menjalani perawatan diruang ICU RSUD Kota Surakarta. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengidentifikasi respon pasien pada saat mengalami perubahan saturasi oksigen b) Untuk mengetahui alat dan bahan serta prosedur pembuatan Stabilisasi Pulse Oxymetri c) Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri untuk pemantauan kadar saturasi oksigen di ruang ICU RSUD Kota Surakarta.



BAB II ISI



A. Konsep inovasi 1. Penurunan Kesadaran Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal atau mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu : a.



Kompos mentis Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari



dalam dengan penilaian



keasadaran GCS, Skor 14-15. b.



Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun dengan penilaian kesadaran GCS, Skor 11-12.



c.



Stupor / Sopor Mata tertutup dengan rangsangan nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri dengan penilaian kesadaran GCS, Skor 8-10.



d.



Soporokoma / Semikoma



Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif dengan penilaian kesadaran GCS, 3-9.



e.



Koma Dengan rangsangan apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. Skor < 5 : koma (Harsono, 2006).



2. Saturasi Oksigen Oksigen atau zat asam adalah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada temperatur dan tekanan standar, 2 atom unsur ini berikatan menjadi oksigen, yaitu senyawa gas diatomik (swidarmoko, 2010). Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara mengirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyimpangan O2 ke dalam jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis ( Harahap, 2005). Indikasi primer terapi oksigen adalah pada kasus hipoksemia yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan analisa gas darah. indikasi lain adalah trauma berat, infark miokard akut, shock, sesak nafas, keracunan CO, pasca anastesi dan keadaan-keadaan akut yang diduga terjadi hipoksemia. Kondisi hipoksemia ini biasanya mengarah kepada hipoksia. Saturasi oksigen adalah presentasi hemaglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri. Saturasi oksigen normal antara 95-100%. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin



teroksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri kejaringan tubuh (Hidayat,2007). Pengukuran saturasi oksigen perifer (SPO2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen yang biasa diukur dengan oksimeter pulse. Pemantauan saturasi O2 dan beberapa faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi antara lain : a. Hemoglobin ( Hb ) Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah maka akan menunjukkan nilai normalnya, misalnya pada klien dengan klien dengan anemia memungkinkan nilai SPO2 dalam batas normal. b. Sirkulasi Oxymetri tidak akan terbaca akurat jika area yang dibawa sensor mengalami gangguan sirkulasi. c. Aktivitas Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat mengganggu pembacaan SPO2 yang akurat.



3. Konsep inovasi Stabilisasi Pulse Oxymetri Stabilisasi Pulse Oxymetri atau pengaman jari merupakan alat untuk mempertahankan pulse oxymetri pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan terpasang oxymetri pulse. Dalam inovasi ini penulis menggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri dengan tujuan sebagai pengaman oxymetri yang terpasang pada jari pasien sehingga pulse oxymetri tidak mudah lepas dari jari tangan pasien dimana dapat termonitornya saturasi oksigen pada layar monitor.



Proses pembuatan stabilisasi Pulse Oxymetri : 1. Alat dan bahan a) Kain katun halus b) Gunting c) Benang d) Perekat e) Karet kain 2. Proses pembuatan a) Siapkan karet kain dan potong sesuai ukuran jempol dan alat oxymetri pulse orang dewasa b) Siapkan perekat, gunting perekat sesuai dengan ukuran karet kain c) Jahit perekat pada ujung-ujung karet kain d) Siapkan kain, buat pola memanjang , gunting dan jahit (merapihkan pola kain) e) Setelah dirapihkan dan dijahit, lalu jahit perekat pada sisi tengah dan ujung kain untuk membalas perekat bagian tengah



B. Prosedur pelaksanaan pemasangan Stabilisasi Pulse Oxymetri 1. Memberitahu pasien ataupun keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Mencuci tangan 3. Pasien di posisikan terlentang dengan posisi tangan yang nyaman 4. Pasang oxymetri pulse pada ibu jari 5. Pasang dan rekatkan Stabilisasi Pulse Oxymetri pada jari pasien yang terpasang oxymetri pulse pastikan spirometri dalam posisi aman dan dapat terbaca pada layar monitor



C. Hasil Penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri yang telah penulis aplikasikan adalah pada pasien yaitu berjumlah 3 orang yang mana keempat pasien itu adalah pasien yang mengalami penurunan kesadaran, pasien yang gelisah dan pada pasien yang kurang kooperatif . Penerapan pengunaan stabilisasi pulse oxymetri dimulai dari tanggal 18 s/d 20 Desember 2017. dimana telah memberikan hasil yang baik, yakni oxymetri pulse dapat terbaca dengan baik pada setiap jam. Sebelum digunakan Stabilisasi Pulse Oxymetri, pada setiap jam pencatatan kurve SPO2 perawat terkadang selalu memasang ulang oxymetri pulse yang dilepaskan atau secara tidak sengaja terlepas dari jari pasiem. Namun setelah menggunakan Stabilisasi Pulse Oxymetri, perawat tidak perlu lagi memasang oxymetri pulse secara berulang-ulang terutama dalam memonitor saturasi oksigen. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri efektif terhadap pemasangan oxymeter pulse di ruang ICU RSUD Kota Surakarta. Awal pelaksanaan project inovasi ini kami membuat stabilisasi dengan dengan lebar 7 cm, namun selang beberapa jam kadang stabilisasi yang digunakan sering terlepas karena disamping lebar yang terlalu besar atau tidak sesuai ukuran pulse oxymetri sehingga sedikit longgar saat dipasang dan mudah terlepas, seperti pada gambar berikut ini :



Karena mendasari stabilasi yang masih belum efektif seperti pada gambar di atas maka kami mendesain dan membuat ulang stabilisasi dengan lebar 4 cm sesuai lebar dari ukuran pulse oxymetri, dimana bahannya menggunakan bahan karet dan dilapisi oleh kain, sehingga tidak longgar dan tidak mudah terlepas lagi. Hasil dari stabilisasi kedua yang dibuat telah memberikan hasil yang baik, yakni oxymetri pulse dapat terbaca dengan baik pada setiap jam, seperti pada gambar berikut ini :



Kami juga membuat stabilisasi khusus untuk pasien bayi dikarenakan jari tangan ataupun kaki pada bayi sangatlah kecil dari pasien dewasa sehingga memerlukan bahan stabilisasi yang berukuran lebih kecil dan berbahan khusus agar dapat terpasang lebih baik dan lebih efektif. Adapun stabilisasi yang digunakan ialah keseluruhan bahannya berbahan karet, dimana saat stabilisasi dipasangkan pada pulse oxymetri pasien bayi akan terpasang lebih erat dan tidak akan mudah terlepas, seperti pada gambar berikut ini :



D. Pembahasan Pulse Oximetry berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh. Biasanya dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami kondisi buruk (critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen, parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk alat medis non invasive dan portabel. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh penulis di ruangan ICU RSUD Kota Surakarta yaitu dengan menggunakan Stabilisasi Pulse Oxymetri yang fungsinya untuk mempermudah perawat dalam membaca (memonitor) dan melakukan pencatatan oksimetri pulse pada setiap jamnya.



Kelompok akan membahas bahwa penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri pada pasien yang akan dilakukan dengan pemasangan oxymetri pulse yang tepat dan benar dimana dapat memberikan hasil yang akurat pada setiap jam saat memonitor. Sebelum dikenakan Stabilisasi Pulse Oxymetri, oxymetri pulse pada jari tangan pasien sering terlepas dengan sendirinya karena reflek pergerakan dari pasien tersebut. Pada saat akan mengenakan Stabilisasi Pulse Oxymetri pada pasien yang terpasang oxymetri pulse, perawat berkomunikasi dengan pasien untuk mengenakan Stabilisasi Oxymetri Pulse dan memberikan posisi tangan yang nyaman dalam mengenakan Stabilisasi Pulse Oxymetri, sehingga lebih mempermudah untuk pembacaan oxymetri pulse pada layar monitor. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiyoto (2010), pemasangan oxymetri pulse pada jari tangan pasien dapat mengetahui apakah pasien mengalami kekurangan suplai O2 (hypoksemia), dan prosentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin, apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen, gagal napas hingga mengancam nyawa yang berujung pada kematian dan hal tersebut bisa dicegah lebih dini. Penelitian yang dilakukan oleh Berty (2013), sebagian besar responden yang mengalami penurunan kesadaran dan terpasang oxymetri pulse untuk memonitor saturasi oksigen setelah pasien dilakukan suction, sebagian besar responden mengalami penurunan kadar saturasi oksigen secara signifikan. Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa menyebabkan gagal nafas. Sesuai dengan penelitian pemasangan saturasi oksigen sangatlah penting untuk mengukur kadar saturasi oksigen, karena oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri dapat meminimalkan pergerakan aktifitas reflek pada pasien yang terpasang oxymetri pulse dengan penurunan kesadaran.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengaruh pemakaian Stabilisasi Pulse Oxymetri pada pasien dengan pemasangan oxymetri pulse yang mengalami penurunan kesadaran diruang ICU RSUD Kota Surakarta dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri dapat meminimalkan aktifitas pasien yang terpasang saturasi oksigen. 2. Pengaruh penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri terbukti lebih efektif dalam membaca monitor saturasi oksigen. 3. Dari segi nilai ekonomisnya alat dan bahannya lebih mudah terjangkau dan harganya pun murah.



B. Saran Berdasarkan



penelitian



dan



pembahasan



mengenai



pengaruh



penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri pada pasien yang terpasang oxymetri pulse pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran diruang ICU RSUD Kota Surakarta, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Saran bagi rumah sakit Bagi



rumah



sakit



RSUD



Kota



Surakarta



diharapkan



dapat



mempertimbangkan untuk diterapkannya penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri diruangan ICU yang dapat mempermudah dalam pemasangan saturasi oksigen (oxymetri pulse) yang baik dan benar. 2. Saran bagi Institusi Bagi institusi diharapkan dapat menjadi referensi dalam pemakaian Stabilisasi Pulse Oxymetri dalam memonitor saturasi oksigen.



3. Saran bagi Profesi Keperawatan Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat menerapkan sebagai tindakan mandiri perawat terhadap penanggulangan pada pasien dengan penurunan kesadaran. 4. Saran bagi peneliti lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh penggunaan Stabilisasi Pulse Oxymetri yang lebih sempurna.



DAFTAR PUSTAKA



Berty, Irwin Kitong. (2013). Pengaruh Tindakan Pengisapan lendir endotrakeal Tube Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Harahap, Ikhsanuddin Ahmad. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Harsono, (2006). BukuAjarNeurologiKlinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press. Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Pengantar konsep dasar keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Swidarmoko, Boedi dan Agus Dwi Susanto, (2010). Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Nafas. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Wiyoto. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang