Laporan Rantai Pasok Dan Logistik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN RANTAI PASOK DAN LOGISTIK AGRIBUSINESS TECHNO PARK Jl. CarangPulang No.1, Cikarawang, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680



Ditulis Oleh: Kenia Khairunnisa



J3K117086



Dwi Puji Dina Lestari



J3K117152



Eko Yuwono



J3K217156



Agam Madani



J3K217171



Aida Nuraini



J3K217196



PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2019



PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini dengan baik. Kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Manajemen Rantai Pasok dan Logistik pada Agribusiness Techno Park” ini hingga selesai. Tujuan penyusunan laporan ini yaitu untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Rantai Pasok dan Logistik pada program keahlian Manajemen Industri Program Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2019/2020. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Rantai Pasok dan Logistik pada yang telah banyak memberikan petunjuk bagi kami dalam jam perkuliahan, dukungan dari orang tua yang telah turut membantu membimbing dan mengatasi berbagi kesulitan, serta teman-teman MNI yang telah memberikan dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca., khususnya bagi penulis dan para mahasiswa di lingkungan kampus Sekolah Vokasi IPB.



Bogor, September 2019



i



DAFTAR ISI



PRAKATA



i



DAFTAR ISI



ii



DAFTAR TABEL



iv



DAFTAR GAMBAR



iv



BAB I



1



PENDAHULUAN



1



1.1Latar Belakang



1



1.2Tujuan



2



BAB II



3



TINJAUAN PUSTAKA



3



2.1 Definisi Supply Chain Management



3



2.2 Proses Supply Chain Management



3



BAB III



9



METODOLOGI



9



3.1 Metodologi



9



3.2 Teknik Pemerolehan Data



9



BAB III



10



PEMBAHASAN



10



3.1 Gambaran Umum Perusahaan



10



3.2 Gambaran Umum Rantai Pasok



11



3.2.1 Skema Jaringan Rantai Pasok Agribusiness Techno Park IPB



11



3.2.2 Identifikasi Anggota Rantai Pasok



12



3.2.3 Identifikasi Aliran Barang, Informasi, dan Uang



13



3.3 Strategi Logistik



14



3.3.1 Identifikasi Kriteria Strategi Logistik (Inventori, Logistik, dll)



14



3.3.2 Strategi Perusahaan



15



3.4 Perancangan Produk Baru dalam Perspektif Manajemen Rantai Pasok



17



3.4.1 Identifikasi Fase-fase Kegiatan dalam Perancangan Produk Baru di Perusahaan 17



ii



3.4.2



Keterlibatan Pemasok dalam Merancang Produk



3.4.3 Pertimbangan Perusahaan dalam Mendesign Suatu Produk Baru pada Aspek Manajemen Rantai Pasok 3.5 Konfigurasi Jaringan Rantai Pasok 3.5.1 Identifikasi Faktor Lingkungan dalam Merancang Jaringan Rantai Pasok LAMPIRAN



19 19 20 20 23



iii



DAFTAR TABEL Tabel 1 Keputusan Strategi Responsif



16



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Aliran Barang, Uang, dan Informasi Gambar 2 Skema Jaringan Rantai Pasok Agribusiness Techno Park



5 12



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati sangat beragam jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat diwilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, agrofarmaka dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia yang berkaitan dengan manajemen agribisnis. Kemajuan pertanian sangat tergantung dari bagaimana mengelola sumberdaya pertanian yang dimiliki dengan seefektif dan seefisien mungkin. Pertanian dalam arti modern tidak hanya dalam kegiatan usahatani saja tetapi juga dalam kegiatan pengelolaan penyediaan atau pengadaan sarana produksi, penanganan pasca panen, pengolahan, serta pemasaran. Menurut Downey dan Erickson (1987) Agribisnis adalah semua kegiatan bisnis yang terlibat pada aliran system komoditi dari masukan usaha tani, usaha tani, pemrosesan, penyebaran, penyimpanan, pemasaran komoditi tersebut sampai pada konsumen akhir. Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), proses produksi primer (farm), pengolahan dan pemasaran. Agribisnis dapat dibagi dalam 3 usaha besar yang saling terkait antara satu dengan lainnya, yaitu unit usaha saprodi (sarana produksi), unit usaha produksi dan unit usaha pemasaran. Untuk membangun proses bisnis yang baik maka diperlukan sistem manajamen yang mampu mengrantai pasok



1



Manajemen Rantai Pasok adalah suatu metode yang mengatur persediaan bahan baku, produksi bahan baku menjadi produk jadi, sistem penyimpanan, penjadwalan, transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan produk, interaksi jaringan antara perusahaan dan pemasok, serta perusahaan dan pemakai akhir melalui tempat-tempat penjualan. Kerjasama yang baik antar anggota rantai dapat memberikan keuntungan timbal balik bagi keduanya. Agribusiness Techno Park merupakan industri yang bergerak di bidang pertanian yang memperhatikan bagaimana proses barang hingga sampai ketangan konsumen dengan memperhatikan kualitas barang, seperti daya tahan, keutuhan barang, waktu respon pemesanan. Selain itu Agribusiness Techno Park juga menekankan kepada kualitas pelayanan yang di fasilitaskan kepada pelanggan seperti waktu repon dan efisiensi tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan pelanggann 1.2 Tujuan 1. Mengetahui gambaran umum rantai pasok (struktur/jaringan rantai pasok, deskripsi anggota rantai pasok, anggota rantai pasok, aliran informasi, aliran barang dan uang) pada Agribusiness Techno Park. 2. Mengetahui strategi logistik pada Agribusiness Techno Park. 3. Mengetahui dan memahami perancanagan produk baru pada Agribusiness Techno Park dalam perspektif Supply Chain Management. 4. Mengetahui dan memahami jaringan Supply Chain pada Agribusiness Techno Park.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat, dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai suatu biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan. 2.2 Proses Supply Chain Management Berikut ini adalah proses pada Supply Chain Management (SCM) yang dilibatkan dalam SCM. 1. Customer Pada sebagian perusahaan,customer merupakan mata rantai pertama yang memberi order. Customer memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan menghubungi departemen sales perusahaan tersebut. Informasi penting yang terdapat dalam pesanan tersebut diantaranya seperti tanggal pengiriman produk dan jumlah yang diinginkan untuk produk yang dipesan. 2. Planning Setelah custumer membuat pesanan yang diinginkan, Planning department akan mempersiapkan perencanaan produksi untuk memproduksi produk yang dibutuhkan oleh customer. Pada tahap ini, departemen planning juga menyadari akan adanya kebutuhan terhadap bahan baku dan bahan – bahan pendukungnya. 3. Purchasing



3



Setelah menerima perencanaan produksi, dalam hal ini adalah kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya, Departemen pembelian atau Purchasing Departemen Akan melakukan pemasukan bahan mentah dan bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal penerimaan dan jumlah yang dibutuhkan. 4. Inventory Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh pabrik akan diperiksa kualitas dan ketepatan jumlahnya kemudian disimpan didalam Gudang untuk kebutuhan produksi. 5. Production Bagian produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan pendukung yang dipasok oleh supplier tersebut untuk melakukan proses produksi hingga menghasilkan barang jadi yang dibutuhkan oleh customer. Barang jadi yang telah diproduksi ini kemudian dimasukan ke gudang dan siap untuk dikirim ke customer sesuai dengan jadwal yang di tentukan. 6. Transportation Departemen pengiriman atau Shipping akan mengatur waktu keberangkatan barang jadi ( Finished Products ) yang di Gudang tersebut dengan jadwal yang diinginkan oleh customer Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagaio berikut:



4



Gambar 1 Aliran Barang, Uang, dan Informasi



Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi. 1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan 2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan 3. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaanperusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:



5



1. Supplier 2. Manufacturer 3. Distributor/wholesaler 4. Retailoutlets 5. Customers



Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut: Chain 1: Supplier Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau subsuppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.



Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.



6



Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.



Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).



Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli belum tentu



7



pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.



8



BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi 1. Waktu



: Selasa 17 September 2019



2. Tempat



: Agribusiness Techno Park



3. Metode



: Wawancara dan Observasi



4. Narasumber



: 1. Pak Hadi (Asisten Manajer Pemasaran) 2. Pak Yudi (Penanggung Jawab Kelompok Tani)



3.2 Teknik Pemerolehan Data Sumber data yang kelompok kami gunakan yaitu data sekunder dan data primer. Data primer kami peroleh langsung melalui praktikum kunjungan lapangan. Sedangkan data sekunder kami peroleh dari sumber data yang sudah ada. Adapun metode pengumpulan data yang kami pilih antara lain : 1. Observasi langsung ke Agribusiness Techno Park. 2. Kuliah umum yang disampaikan oleh Pak Hadi sebagai pemateri mengenai materi rantai pasok di Agribusiness Techno Park. 3. Wawancara langsung kepada Pak Yudi sebagai penangung jawab kelompok tani di Agribusiness Techno Park. 4. Studi literatur yaitu dengan



mengumpulkan data dari buku bacaan dan



internet terkait dengan permasalahan.



9



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribusiness and Technologi Park (ATP) merupakan salah satu tempat pengembangan pertanian yang berada di Jl. Carang Pulang No. 1 Cikrawang Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Awalnya Agribusiness and Technology Park ini bernama Agribusines Development Center (ADC), kemudian merubah nama menjadi Agribusiness Development Station (ADS), dan sekarang menjadi Agribusiness and Technologi Park (ATP). Pada mulanya Agribusines Techno Park (ATP) merupakan perusahaan mitra antara misi teknik Taiwan yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Pusat pelatihan agribisnis ini berdiri pada lahan 10 hektar dengan sepertiga bagiannya adalah fasilitas penunjang, diantarnya: cold storage room, packaging storage, pembangkit listrik, prossesing, packing, ruang kelas, cafetarian, lahan parkir, dan sebagainya. Tempat ini difungsikan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu sumberdaya petani Indonesia agar hasil pertanian mereka bisa menembus pasar domestik maupun internasional. Saat ini lokasi tersebut diperuntukkan bagi persemaian asparagus, tiga buah green house untuk organic vegetabelity, lokasi untuk melon hidroponik, nursery, dan sayuran. Sekjen International Cooperation Development Fund (ICDF) Taiwan, Mr. Chen Cheng Chong menyatakan bahwa ATP dijadikan sebagai pusat pelatihan kelompok–kelompok tani di Indonesia, terutama dalam peningkatan pendapatan. ATP ini berada dalam konteks agraris, artinya seluruh pelaku dan faktor lingkungan bisnis berada dalam konteks pertanian. Dimulai dari lingkungan petani, petani yang bekerja di ATP Cikarawang Bogor merupakan petani mitra dan petani binaan yang telah berjumlah 110 petani dan tersebar di wilayah Bogor. Petani berkontribusi dalam mengembangkan hasil pertanian hortikultura meliputi jambu kristal dan tanaman sayuran seperti tomat cherry, sawi darat, kacang panjang, dan asparagus. Lingkungan bisnis ATP telah berkembang dari tahun 2007 sampai sekarang yang telah berubah nama menjadi ATP 10



(Agribusiness Development Station). Hal ini dikarenakan ATP berada dibawah PKHT yang berbasis tanaman hortikultura tropis dan berada pada jajaran pemerintahan (lingkungan pemerintahan). Bisnis ATP pada awalnya hanya membina para petani untuk mempunyai keahlian khusus dalam menjalankan sistem Good Farming System dan Good Manajemen System. 3.2 Gambaran Umum Rantai Pasok Strategi rantai pasok mencakup hal yang lebih luas dan di dalamnya tercakup keputusan startegis tentang jaringan supply (supply network). Keputusan tersebut menyangkut keputusan tentang supplier yang akan dipilih, supplier yang akan diajak sebagai mitra jangka panjang, lokasi gudang, dan pusat distribusi yang akan didirikan. Keputusan tersebut dapat mendukung semua aktivitas sehingga proses bisnis dapat berjalan dengan lancar dan produk bias sampai ke tangan konsumen dengan harga, kualitas, dan waktu yang tepat. 3.2.1 Skema Jaringan Rantai Pasok Agribusiness Techno Park IPB Keputusan desain jaringan rantai pasok meliputi penugasan peran fasilitas, lokasi pemrosesan (manufacturing), penyimpanan, dan transportasi yang saling berhubungan. Pada gambar 2 merupakan skema jaringan rantai pasok pada Agribusiness Techno Park.



11



RESTORAN



PETANI AGRIBUSINESS AND TECHNO PARK IPB



RESELER KONSUMEN AKHIR



Pendamping Petani



ALIRAN INFORMASI ALIRAN BARANG ALIRAN UANG



SUPERMARKET



Gambar 2 Skema Jaringan Rantai Pasok Agribusiness Techno Park



3.2.2 Identifikasi Anggota Rantai Pasok 1. Supplier Petani mitra adalah petani binaan ATP IPB yang disahkan melalui perjanjian kontrak berperan sebagai supplier/pemasok untuk ATP IPB. Setiap kelompok petani mitra dibina oleh pembimbing petani. Pembimbing petani mitra memberikan pengarahan dan penyuluhan terhadap produk pertanian yang memenuhi kualitas yang ditetapkan oleh ATP IPB. Petani mitra akan menanam sayuran/buah berdasarkan kuota yang telah dibagi oleh ATP IPB. Agar produk pertanian yang dihasilkan petani mitra sama dengan petani mitra lain, maka atp ipb menjual bibit ke petani mitra. Jika bibit yang ditanam sama maka akan menghasilkan sayuran/buah-buahan yang sama pula baik dalam bentuk, ukuran, berat, warna, dll.



12



2. Agribusiness and Techno Park IPB ATP IPB berperan sebagai manufaktur dan supplier. Atp ipb menerima hasil panen dari petani mitra kemudian dilakukan sortir berdasarkan standard, dilanjutkan dengan pengemasan, dan pengiriman ke distributor dan penjualan ke konsumen. 3. Distributor Supermarket dan reseller adalah distributor dalam rantai pasok ini. ATP IPB menyuplai produknya ke supermarket dengan perjanjian kontrak, sedangkan reseller ada yang menggunakan kontrak dan ada yang tidak. Apabila ada produk yang tidak sesuai maka produk itu direject (ditolak) saat penerimaan produk. 4. Konsumen Restoran dan masyarakat (ekonomi menengah ke atas) adalah konsumen dari produk ATP IPB. Restoran menggunakan produk ATP IPB untuk diolah menjadi masakan sedangkan masyarakat memperoleh produk ATP IPB melalui supermarket, reseller, dan ada yang membeli langsung ke tempat ATP IPB karena disana disediakan penjualan langsung untuk warga sekitar. 3.2.3 Identifikasi Aliran Barang, Informasi, dan Uang



1. Aliran barang Aliran barang dimulai dari hasil panen petani mitra yang dikirim menggunakan moda transportasi seperti motor pickup ke bagian packaging ATP IPB untuk disortir. Setelah lolos sortir, barang akan diproses lebih lanjut yaitu pencucian dan pengemasan. Produk yang telah dikemas akan dikirim ke distributor(supermarket) dan restoran yang telah memesan produk tersebut. Adapun reseller akan mengambil produk ke atp ipb kemudian diantarkan ke konsumen akhir. Untuk reseller yang bersifat khusus (dengan kontrak) maka ATP IPB akan mengirim produk sesuai dengan pesanan. Masyarakat dapat memperoleh produk ATP IPB dari supermarket dan reseller. 2. Aliran informasi



13



Aliran informasi dari Petani Mitra ke ATP IPB yaitu jika petani menemukan produk pertanian tertentu yang dibutuhkan ATP IPB maka akan memberikan informasi langsung kepada ATP IPB. Sedangkan informasi dari ATP IPB ke Petani Mitra yaitu menginformasikan kualitas dan kuantitas produk. ATP IPB ke Restoran, Supermarket, dan Reseller informasi yang diberikan berupa kuantitas, harga, kontinuitas, dan kualitas produk. Sedangkan informasi dari Restoran, Supermarket, dan Reseller ke ATP IPB yaitu jenis produk, kuantitas, spesifikasi produk, dan complain. Informasi dari konsumen berupa kualitas, kuantitas, harga, dan complain. 3. Aliran uang Konsumen membeli produk di supermarket dan reseller dibayar secara tunai. Supermarket, restoran dan reseller mendapatkan produk dari ATP IPB namun dibayar dalam jangka dua bulan kecuali reseller yang tidak terikat kontrak dibayar secara tunai. Atp ipb mendapatkan sayuran/buah-buahan dari petani mitra dibayar dalam jangka satu minggu. Petani mitra membeli bibit ke atp ipb tidak dibayar secara tunai melainkan dibayar setelah ada uang atau bisa setelah panen. 3.3 Strategi Logistik Menciptakan kesesuaian antara karakteristik produk (pasar) dengan strategi rantai pasok merupakan hal yang sangat penting. Keputusan mengenai di mana fasilitas lokasi akan didirikan, bagaimana cara mengatur dan mnegendalikan system



produksi,



bagaimana



kebijakan



tentang



persediaan



dan



transportasi,supplier yang akan dipilih, dan kebijakan mengenai pengembangan produk semua harus bersinergi dengan strategi rantai pasok. 3.3.1 Identifikasi Kriteria Strategi Logistik (Inventori, Logistik, dll) a. Strategi Inventory ATP menggunakan sistem inventory First in First Out. Strategi ini digunakan karena produk di ATP bersifat perishable, bulky dan tidak bisa



14



bertahan lama. ATP dilengkapi dengan ruang pendingin (chiller room) untuk menjaga kesegaran produk. b. Strategi Transportasi Petani mitra menggunakan kendaraan motor milik pribadi untuk mengantarkan hasil panennya ke ATP. Sedangkan ATP sendiri menggunakan moda transportasi pick up untuk mengantarkan produk kepada konsumen. ATP memiliki empat kendaraan pick up untuk mengantarkan pesanan produk kepada konsumen di wilayah Bogor dan luar Bogor. c. Strategi Fasilitas ATP memiliki fasilitas satu ruang packaging, satu ruang produksi, dan dua ruang pendingin untuk menjaga kesegaran dan ketahanan produk agar tidak mudah rusak. Kemudian produk setelah melewati serangkaian proses, produk siap dikirmkan kepada konsumen. d. Strategi Supplier Strategi ATP dalam pemilihan supplier yaitu dengan merekrut petani mitra yang memiliki lahan pertanian prodktif. Syarat pemilihan supplier yang lainnya adalah petani mitra harus memiliki keahlian untuk mengelola lahan dengan baik dan mampu memenuhi kuota yang ditetapkan oleh ATP. 3.3.2 Strategi Perusahaan Agribusiness



Techno



Park



menggunakan



strategi



responsif



dalam



menjalankan proses bisnisnya. Tabel di bawah ini menjelaskan kesesuaian antara strategi rantai pasok pada ATP dengan kebijakan yang dilakukan.



15



Keputusan



Tujuan Utama



Strategi Responsif (Supply To Order) Memenuhi permintaan dari supermarket, reseller, dan restoran dengan cepat sesuai dengan kualitas yang diinginkan Sayuran Hijau Organik : Bayam, Selada, Kangkung, Pokcay



Jenis Produk



Sayuran Eksotis : Sayuran Non Organik : Oyong, Labu, Okra, Bunga Pepaya Buah : Jambu Kristal, Tomat Cherry, Jambu Mutiara, Pepaya Lokasi terdapat banyak tenaga kerja terampil di dibidang



Lokasi



pertanian Lokasi dekat dengan perkotaan dimana permintaan terhadap konsumsi sayuran tinggi Terdapat fasilitas 1 ruang packaging, 2 chiller, dan lahan produksi seluas 5 hektar tanah. Skala Prioritas



Luas Lahan Sayuran Hijau Organik : 20.260 m² Luas Lahan Sayuran Non Organik : 185.100² Jumlah tenaga kerja : 47 petani



Sistem Produksi



Proses produksi terdiri proses panen, penanganan pasca panen, dan packaging



Persediaan Transportasi



Tidak ada persediaan Menggunakan 2 mobil box milik perusahaan yang telah disesuaikan dengan rute yang ditetapkan ATP bekerja sama dengan petani mitra untuk memasok sayuran



Pemilihan



organik ke supermarket, reseller, dan restoran sesuai dengan



supplier



spesifikasi dan kualitas yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh ATP



Pengembangan



Mulai mengembangkan produk pertanian berupa sayur-sayuran



Produk



eksotis seperti Tabel 1 Kepurtusan Strategi Responsif



16



3.4 Perancangan Produk Baru dalam Perspektif Manajemen Rantai Pasok Keinginan pelanggan yang bergam mendorong perusahaan-perusahaan untuk semakin inovatif dalam menciptakan produk-produk baru. Selera konsumen yang dinamis disertai kemampuan rantai pasok yang untuk mengantisipasinya, mengakibatkan siklus hidup produk-produk inovatif menjadi pendek. Siklus hidup yang semakin pendek membawa banyak pengaruh terhadap cara perusahaan bersaing di pasar. Sehingga, dengan mengeluarkan inovasi produk yang baru menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan. 3.4.1 Identifikasi Fase-fase Kegiatan dalam Perancangan Produk Baru di Perusahaan Perancangan produk baru di ATP bukan berupa penciptaan inovasi baru atau pengembangan produk pertanian (sayur dan buah-buahan) yang sudah ada. Akan tetapi, aktivitas perancangan produk di ATP berupa pengadaan produk baru yang belum atau bahkan jarang diproduksi oleh pesaing pasar. Salah satu contoh perancangan produk baru di ATP adalah memutuskan untuk menanam produk pertanian ‘eksotis’ yang berarti produk-produk pertanian yang masih jarang diketahui oleh masyarakat umum tetapi memilki nilai daya jual yang tinggi misalnya selada arugula. Proses perancangan produk baru ini harus melewati berbagai fase kegiatan. Tahapan kegiatan perancangan produk baru di ATP antara lain : 1. Idea Generation Ide dalam perancangan produk ATP berasal dari analisis pasar dari bagian marketing dan usulan dari petani mitra dan bagian produksi. Contoh kasus ide pengadaan produk baru yaitu selada arugula. 2. Bussiness/technical assessment Setelah adanya usulan ide produk baru, ATP melakukan penilaian dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait. Faktor-faktor tersebut seperti kemampuan perusahaan dan petani mitra dalam produksi, potensi daya jual produk, eksistensi produk di pasar dan faktor-faktor lainnya.



17



Faktor-faktor ini memutuskan disetujui atau ditolaknya produk baru untuk diproduksi oleh ATP. 3. Product concept Apabila produk baru disetujui oleh ATP, bagian produksi dan marketing membuat rancangan konsep produk baru mulai dari gambaran umum produk, sistem proses produksi hingga pemasaran yang digunakan agar produk dapat diterima oleh masyarakat. 4. Product engineering & design Kemudian, rancangan konsep produk dikembangan untuk mendapatkan desain perencanaan produk yang detail. Bagian produksi melakukan perencanaan produksi mulai dari persiapan lahan dan bibit, penentuan kuota produksi, penentuan supplier petani mitra, dan anggaran dana yang dibantu bagian keuangan. Di sisi lain, bagian pemasaran menentukan sasaran pasar, dan strategi distribusi dan pemasaran yang digunakan. 5. Prototype design Setelah adanya desain perencanaan produk, ATP membuat prototype produk sebagai standar dalam pelaksaanaan perancanagan produk baru. Prototype ATP harus mampu memenuhi misi yang ditetapkan oleh ATP yaitu pemenuhan kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan harga. 6. Test and pilot production Setelah persiapan produk baru selesai, ATP melakukan uji coba produk. Uji coba produk dilakukan untuk mengeatahui apakah produk tersebut sesuai dengan kualitas yang diharapkan atau tidak dan tentunya aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Apabila produk telah memenuhi standar, benih tanaman akan diproduksi dan dikembangkan. 7. Manufacturing ramp up Ketika produk telah lolos uji produk, ATP melakukan produksi sesuai dengan perencanaan yang dibuat. ATP akan memproduksi benih tanaman inovasi yang baru untuk kemudian diberikan kepada petani mitra untuk di produksi di lahan milik masing-masing petani mitra.



18



8. Launch Tahap terakhir, produk baru di ATP akan dikenalkan ke masyarakat dengan strategi pemasaran yang tepat. ATP akan menawarkan beberapa sampel produk baru kepada restoran/supermarket/reseller. Jika permintaan terhadapat produk positif, ATP akan melakukan komersialisasi secara bertahap. 3.4.2 Keterlibatan Pemasok dalam Merancang Produk ATP memilki supplier yaitu para petani mitra yang memasok sayuran dan buah-buahan. Para petani mitra ini terbagi dua tipe yaitu petani mitra yang mendapatkan bibit produk pertanian dari ATP dan petani mitra yang menghasilkan bibit sendiri yang tentunya bibit tersebut harus lolos uji persyaratan bibit yang ditetapkan ATP. Petani mitra ini memilki wewenang dalam keterlibatan perancangan produk baru di ATP. keterlibatan petani mitra



Salah satu aktivitas



sebagai supplier yaitu petani mitra memberikan



usulan produk baru ke ATP yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh ATP. Seperti contoh kasusnya, terdapat petani mitra baru yang ingin bekerjasama dengan ATP. Petani mitra ini menawarkan sayuran yang belum pernah dihasilkan oleh ATP dan sayur tersebut masih jarang diketahui oleh masyarakat. Langkah selanjutnya, ATP akan mengecek dan melakukan pengamatan terkait potensi daya jual produk tersebut. Jika sudah memenuhi persyaratan, petani mitra akan memasok produk baru tersebut dan ATP yang akan memasarkan ke distributor-distributor yang telah bekerjasama. ATP akan memantau produk baru tersebut dapat diterima oleh konsumen atau tidak. 3.4.3 Pertimbangan Perusahaan dalam Mendesign Suatu Produk Baru pada Aspek Manajemen Rantai Pasok Pertimbangan yang diterapkan ATP dalam desain produk baru pada aspek SCM di ATP, perancangan produk baru memiliki beberapa pertimbangan pada aspek SCM. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya 1. Kemudahan untuk menyimpan, mengirim, dan mengembalikan produk.



19



ATP harus mempertimbangkan kemudahan dalam pengiriman produk dikarenakan produk yang dihasilkan oleh ATP yaitu produk-produk pertanian yang bersifat bulky dan perishable. Jika penanganan pengiriman produk tidak dilakukan secara tepat, produk akan mengalami reject dan ATP akan mengalami kerugian. 2. Fleksibilitas rancangan terhadap perubahan permintaan pelanggan Perencanaan produksi di ATP dibuat berdasarkan permintaan pelanggan ( make to order). Akibat ketidakpastiaan permintaan, ATP harus memilki strategi rancangan produksi yang fleksibel. Salah satu strateginya yaitu ATP telah menentukan kuota produk yang dikirimkan supplier (petani mitra) ke ATP. Kuota tiap supplier ini berbeda-beda mengikuti demand konsumen. Jika demand sedang mengalami kenaikan pada slaah satu produk, lalu supplier produk tersebut tidak mampu memenuhi demand, ATP akan menghubungi supplier produk serupa yang lain untuk membantu dalam pemeneuhan demand. 3.5 Konfigurasi Jaringan Rantai Pasok Implementasi strategi rantai pasok hanya bias berlangsung secara efektif apabila rantai pasok memiliki jaringan dengan konfigurasi yang sesuai. Jaringan rantai pasok tidak hanya terbatas pada fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh suatu organisasi, tetapi melingkupi smeua dengan proses-proses rantai pasok secara keseluruhan dilaksanakan mulai dari ekstraksi bahan baku hingga produk sampai ke tangan konsumen. 3.5.1 Identifikasi Faktor Lingkungan dalam Merancang Jaringan Rantai Pasok 1. Faktor Teknologi Faktor Tekonologi meliputi proses pembibitan yang dilakukan di dalam net house (rumah kaca dengan penutup jaring). Net house ini berfungsi untuk menjaga suhu lingkungan di dalamnya sehingga pertumbuhan sayuran lebih optimal. Penggunaan teknologi tidak hanya dijumoai pada aktivitas produksi



20



saja, tetapi dalam hal pemasaran ATP memanfaatkan teknologi jejaring social. ATP sendiri telah mengenalkan perusahaannya dan produknya melalui aktivitas promosi. Namun, penggunaan layanan informasi belum serta merta dilakukan oleh pihak ATP. Pihak ATP hanya menggunakan layanan jejaring social (media social) dalam promosinya, yakni Facebook. Namun, menurut ATP sendiri, tanpa melakukan aktifitas promosi didunia maya (jejaring social), ATP tetap dikenal oleh masyarakat dan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para konsumen. 2. Faktor Sosial Faktor Sosial meliputi kebiasaan dan nilai-nilai social lingkungan masyarakat, khususnya langganan dan karyawan. Kelompok tani melakukan penyuluhan dan bimbingan dari pendamping petani yang ahli di bidangnya sehingga para petani dapat mengembangkan potensinya. 3. Faktor Ekonomi. Dengan didirikannya ATP dapat membantu dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat di wilayah sekitar perusahaan. Para petani memperoleh pendapatan dari hasil jual kebunnya yang dibeli dengan harga yang tinggi oleh ATP. Hasil panen yang dibeli dengan harga tinggi tersebut dapat membantu mensejahterakan



kehidupan



para



petani



serta



dapat



membantu



keberlangsungan petani dalam bercocok tanam.



21



KESIMPULAN



Agribusines Techno Park (ATP) merupakan perusahaan mitra antara misi teknik Taiwan yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Strategi rantai pasok pada ATP mencakup hal yang lebih luas dan di dalamnya tercakup keputusan startegis tentang jaringan supply (supply network). Dalam aktivitas rantai pasok yang berjalan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah ATP, petani mitra, konsumen. ATP berperan sebagai produsen sekaligus distributor untuk menyalurkan hasil panen petani mitra kepada konsumen. Konsumen ATP terdiri atas reseller, restoran, dan supermarket. Untuk menciptakan kesesuaian antara karakteristik produk (pasar) dengan strategi rantai pasok Agribusiness Techno Park menggunakan strategi responsif dalam menjalankan proses bisnisnya. Tujuan utamanya yaitu untuk memenuhi permintaan reseller, restoran, dan supermarket secara cepat dengan kualitas yang sebaik-baiknya. Variabel lain dalam strategi responsive tersebut, meliputi jenis produk, lokasi, skala prioritas, system produksi, skala fasilitas, transportasi, pemilihan supplier, dan pengembangan produk. Aktivitas perancangan produk di ATP berupa pengadaan produk baru yang belum atau bahkan jarang diproduksi oleh pesaing pasar. Salah satu contoh perancangan produk baru di ATP adalah memutuskan untuk menanam produk pertanian ‘eksotis’ dimana produk pertanian tersebut masih jarang diketahui oleh masyarakat umum tetapi memilki nilai daya jual yang tinggi. Dalam jaringan rantai pasok ATP terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses-proses rantai pasok secara keseluruhan, yang dimulai dari ekstraksi bahan baku hingga produk sampai ke tangan konsumen. Faktor yang berpengaruh adalah factor ekonomi, teknologi, dan sosial



22



LAMPIRAN



23