11 0 392 KB
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KEAMANAN OBAT HERBAL DAN KOSMETIK “DEODORANT”
Dosen Pembimbing: Apt.Titi Pudji Rahayu. M Farm Disusun Oleh: Kelompok 1/Golongan B1/ Farmasi 3B 1. Melinda Prihatini
(C11800170)
2. Nadea Murpratami
(C11800173)
3. Septin Ainun Khamidah
(C11800189)
PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG 2021
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................2 C. Tujuan Formulasi...............................................................................2 D. Manfaat Formulasi.............................................................................2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3 A. PRAFORMULASI.........................................................................3 I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat..............................................3 1. Farmakokinetik......................................................................3 2. Indikasi...................................................................................3 3. Kontraindikasi........................................................................3 4. Efek Samping.........................................................................3 II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat....................................4 1. Organoleptis...........................................................................4 2. Struktur Kimia dan Berat Molekul........................................4 3. Ukuran Partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan...............4 4. Kelarutan................................................................................4 5. Stabilitas.................................................................................4 6. Titik Lebur.............................................................................4 7. Higroskopis............................................................................4 8. Inkompatibilitas.....................................................................4 III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian..............................9 B. FORMULASI..................................................................................9 I. Permasalahan..............................................................................9 II. Pengatasan Masalah....................................................................9 III. Macam-macam Formula Standar..............................................9 IV. Formulasi yang Diajukan..........................................................9
ii
C. PELAKSANAAN............................................................................10 I.
Alat-alat yang Digunakan.........................................................10
II. Cara kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan............................10 III. Kemasan, Brosur dan Etiket......................................................13 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................15 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................18 A. Kesimpulan......................................................................................18 B. Saran.................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19 LAMPIRAN .......................................................................................................20
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kemasan.............................................................................................13 Gambar 2. Brosur dan Etiket...............................................................................14
iv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Praktikum...................................................................20 Lampiran 2 Lembar Acc Perhitungan..................................................................21
v
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan diri (Personal hygene) merupakan sua tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, et al, 2006). Seseorang akan memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menyegarkan (Hasby, 2001). Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan (Jacoeb, 2007). Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan
tersebut
diantaranya
ialah
Staphylococcus
epidermidis,
Corynebacteriumacne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes (Endarti et.al.,2002). Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu dkk, 2009). Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh (Egbuobi dkk., 2013).. Prinsip kerja deodoran ada 2 yaitu antiperspirant dan deodorant. Perbedaan antara antiperspirant dan deodorant yaitu antiperspirant diklasifikasikan
sebagai
kosmetik
medicinal
atau
obat
karena
mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan parfum. Deodoran tidak hanya digunakan di ketiak saja namun bisa digunakan di seluruh tubuh karena deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Egbuobi dkk., 2013).
1
Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspirant akan tetapi sediaan antiperspirant secara otomatis adalah sediaan deodoran. Hal ini karena sediaan antiperspirant dapat mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang (Rahayu dkk., 2009). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara pembuatan sediaan deodorant ? 2. Bagaimana cara evaluasi sediaan deodorant? 1.3 Tujuan Formulasi 1. Agar dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan sediaan deodorant dengan baik dan benar, aman serta nyaman digunakan 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara evaluasi sediaan sediaan deodorant dengan baik dan benar 1.4 Manfaat formulasi Manfaat dalam praktikum ini yaitu memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kefarmasian dan sebagai pembelajaran mengenai cara membuat sedian kosmetik “deodorant” dan cara evaluasi yang baik dan benar
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. PRAFORMULASI I.
Tinjauan Farmakologi Bahan Obat 1. Aluminium Kloralhidrat
Farmakokinetik
Bekerja dengan mengendalikan keringat dengan cara menutup atau menyempitkan pori-pori. Ion Kloralhidrat ini akan bereaksi dengan ion-ion keringat dan menutupi poripor sehingga keringa
Indikasi
tidak jadi dikeluarkan. Digunakan sebagai zat aktif untuk sediaan antirespiran karena memiliki sifat astrngen dan antibakteri,
memiliki
pH
4
yang
tidak
menyebabkan iritasi dan tidak merusak jaringan Kontraindikasi
kulit. Aluminium pada antirespirant yang digunakan setiap hari di area ketiak daat diserap DNA dan masuk
kedalam
kulit
sehingga
dapat
mempengaruhi kera hormon estrogen. Homon estrogen yang disinyalir dapat menyebabkan Efek samping
terjadinya kanker payudara. Merupakan senyawa kimia yang menjadikan DNA rusak dan memicu munculnya kanker payudara.
Kadar
ambang
batas
yang
diperbolehkan untuk sediaan deodorant adalah 20% dalam aluminium klorhidrat dan 5% untuk aluminium dalam bentuk lain,
3
II.
Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat 1. Alumunium Klorohidrat 40 50% Organoleptis
Putih atau agak kekuningan, serbuk kristal
Strukrur kimia dan
atau kristal tidak berwarna BM:241,4
berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk kristal
bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan
Laut dalam 1:0,9 air, dan 4 bagian air, larut
Stabilitas
dalam glyserol Stabil, dapat terdekomposisi jika terkena panas. Bereaksi dengan air, sensistif terhadap lembab. Higroskopik: menyerap lembab atau air dari udara. Stabil dalam temperatur ruang pada wadah tertutup,
Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas
dalam penyimpanan yang normal. 190 Higroskopis -
2. Gliseril stearat (FI III & Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi Keenam hal. 283) Organoleptis
Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopis. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memedat membentuk masa halur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu
4
Strukrur kimia dan
mencapai lebih kurang 20°C. BM 92,9
berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk cairan
bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan
Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 96% P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam
Stabilitas
minyak lemak Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni mudah teroksidasi jika disimpan ditempat yang tidak sesuai dan akan terdekomposisi dengan pemanasan dengan akrolein toxic. Pencampuran gliserin dengan air, etanol 95%, propilenglikol membuat gliserin stabil
Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas
secara kimia. 17.8 Higroskopis Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen pereduksi kuat seperti trioksida chromicum, potassium klorat atau potassium permanganat. Jika terkena gliserin berubah warna menjadi gelap /jika kontak dengan zink oksida basic bismut nitrat. Iron pada gliserin akan merubah warna gelap pada pencampuran dengan fenol, salisilat dan tanin.
3. PEG-100 5
Organoleptis
Cairan kental, tidak berwarna, tidak ber bau, rasa agak manis
Strukrur kimia dan
BM: 76,10
berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk kental
bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan
Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) p dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat bercampur dengan eter mintak tanah p
Stabilitas
dan dengan minyak lemak. Stabil dalam campuran dengan etanol 96%,
Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas
gliserin atau air Hogroskopis PEG cair dan padat incopatible dengan beberapa pewarna (coloring agent).
4. Cetylalcohol (Excipient 6th, 2009:156) Organoleptis
Serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak memiliki bau dan rasa yang
Strukrur kimia dan
khas BM: 242,44
berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk granul
bentuk ataupun luas
6
permukaan Kelarutan
Mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutannya meningkat dengan peningkatan temperature, serta tidak larut
Stabilitas
dalam air. Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak
Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas
menjadi tengik 49,3 Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil alkoholbekerja untuk menurunkan titik leleh ibuprofen, yang hasil dalam kecenderungannya selama proses lapisan flim ibuprofen kristal
5. Larutan sorbitol 70% Organoleptis
Serbuk, butiran atau kepingan, berwarna
Strukrur kimia dan
putih, tidak berbau, dan rasa manis BM: 182,17
berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk serbuk
bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95% p, dalam etanol p, dan
Stabilitas
dalam asetat p Stabil diudara, tidak terdekomposisi pada
Titik lebur
kenaikan suhu 174-179 7
Higroskopis Inkompatibilitas
Higroskopis Inert dan cocok dengan berbagai eksipien. Dapat membentuk khelat dengan ion logam divalen atau trivalen pada kondisi asam atau basa kuat. Larutan sorbitol bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak berwarna. Dapat menurunkan laju degradasi penisilin pada larutan netral.
6. Air Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
Organoleptis
berbau. BM: 18,02
Stuktur kimia dan berat molekul
Ukuran partikel,
Bentuk cairan
bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan Stabilitas
Dapat bercampur dengan pelarut polar. Dalam semua keadaan fisik (es, cairan,
Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas
udara) 0° Bereaksi
dengan
obat-obatan
dan
eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras dengan logam alkali. III.
Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian Bentuk sediaan Dosis Cara pemberian
Krim 2 kali sehari setelah mandi Tekan botol tube keluarkan deodorant sedikit, oleskan pada ketiak kanan dan kiri, lalu ratakan 8
deodorant hingga tidak lengket
B. FORMULASI I.
Permasalahan Dapat terjadi kerusakan terhadap sediaan
deodorant, selama
penyimpanan II.
Pengatasan Masalah Simpan ditempat sejuk, hindari paparan sinar matahari langsung.
III.
Macam-macam Formula Standar (Disertai Literatur) -
IV.
Formula yang diajukan Tabel 1. Formula dasar pembuatan shampo Bahan
% Konsentrasi
Larutan alumunium klorohidrat
15%
40 50%= Gliseril stearat dan PEG-100
3%
stearat Setil alkohol
3%
Larutan sorbitol
37 %
Air deionisasi
Qs
Parfum
Qs
Perhitungan Bahan : 15 x 100 g= 15g 100
a.
Larutan alumunium klorohidrat 40 50%=
b.
Gliseril stearat dan PEG-100 stearat =
3 x 100g = 3g 100
c.
Setil alkohol
=
3 x 100g = 3 g 100
d.
Larutan sorbitol
=
37 x 100 g = 37 g 100
e.
Air deionisasi
= 100-(15+5+3+37) =100-60 =40g
9
C. PELAKSANAAN I. Alat-alat yang digunakan 1. Bekker glass
11. Cawan porselen
2. Magnetic stirrer
12. Pipet tetes
3. Termometer
13. Alat uji daya sebar
4. Batang pengaduk
14. Tabung berskala/ gelas ukur
5. Blender atau mixer
15. Tabung reaksi
6. Neraca analitik
16. Bekker glass
7. Gelas ukur
17. Penetrometer Humboldt
8. Gelas arloji
18. Piknometer
9. Kompor listrik
19. Chromameter
10. pH meter II.
Cara Kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan a. Formulasi 1.
Masukkan etanol beserta air deionisasi kemudian panaskan pada suhu 70 derajat celcius .
2.
Tambahkan sorbitol 70% kemudian aduk selama 5 menit.
3.
Kemudian masukkan sodium stearate dan triclosan lalu aduk hingga homogen.
4.
Setelah itu, dinginkan hingga suhunya mencapai 650C, selanjutnya tambahkan parfum.
5.
Masukkan dalam wadah kemasan dan deodorant siap untuk digunakan.
b. Evaluasi Fisik Organoleptis
Kekuatan Tekstur Kekuatan gel dan tekstur diukur dengan alat Universal Penetrometer Humboldt. Cara kerjanya adalah jarum pengukur ditera pada angka 0 di piringan skala. Sampel diletakkan tepat di tengah di bawah jarum Penetrometer, kemudian jarum tersebut diletakkan tepat
10
pada permukaan sampel. Kunci jarum penetrometer ditekan sehingga jarum jatuh, jarum pengukur diturunkan hingga menyentuh pangkal jarum penetrometer. Angka pada piringan skala dibaca, dikali 1/10 dan menggunakan satuan mm/beban/detik.
Nilai pH Nilai pH diukur dengan alat pH meter pada suhu 250C. Cara kerjanya adalah 5 gram sampel deodoran batang dilarutkan dengan 20 mL akuades dalam Erlenmeyer, kemudian dicelupkan ke dalam larutan contoh. Nilai pH dibaca pada layar. Elektroda harus dibilas aquades setiap kali akan dilakukan pengukuran sampel berikutnya.
Kadar Air Penentuan
kadar
air
dilakukan
berdasarkan
perbedaan bobot sampel sebelum dan sesudah pengeringan. Mula-mula cawan kosong dikeringkan dalam oven 1001050C selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang.
Sampel
sebanyak
2-3
gram
dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kadar air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar air (%) = bobot awal sampel – bobot akhir sampel x100% bobot awal sampel
Warna Warna diukur dengan menggunakan Chromameter (tipe R-20, Minolta Camera Co.,Japan) dengan ruang warna (color space), kemudian nilai skala warna X.Y,y dikonversi menjadi notasi warna Hunter yang terdiri dari 3 parameter.
Uji Organoleptik
11
Jenis uji organoleptik yang dilakukan yaitu uji mutu hedonik dan uji hedonik. Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis mutu tertentu, untuk mengetahui respon terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik. Analisa ini menggunakan skala tingkatan mutu. Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan. Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya. Tingkat-tingkat kesukaan disebut sebagai skala hedonik, misalnya sangat suka, suka sampai tidak suka. Uji ini dilakukan oleh 25 orang panelis terlatih dan semi
terlatih.
Parameter
mutu
yang
diamati
yaitu
homogenitas, kelembutan, tekstur, kecerahan, rasa pada kulit dan tingkat kesukaan.
12
III.
Kemasan, Brosur dan Etiket 1. Kemasan
SELINA DEODORANT
Membantu mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri , dan menguangi keringat serta
Netto: 100g
Gambar. 1 Kemasan
13
2. Browsur dan Etiket Apotek Ainun Farma Jl. Yos sudarso Gombong No. 31 Apoteker : Apt.Septin Ainun K, S.Pharm. SIA : C11800189
SELINA DEODORANT Komposisi
:
Larutan alumunium
No
: .......... Tanggal :........
Nama
: .........
15%
klorohidrat 40 50%= Gliseril stearat dan
3%
PEG-100 stearat Setil alkohol
3%
Larutan sorbitol
37 %
Air deionisasi
Qs
Parfum
Qs
OBAT LUAR
Dosis: 2 kali sehari setelah mandi Cara pemakaian : Tekan botol tube keluarkan deodorant sedikit, oleskan pada ketiak kanan dan kiri, lalu ratakan deodorant hingga tidak lengket
Produksi: PT. INDO FARMA Gombong-Indonesia
Netto : 100g
Gambar. 2 Brosur dan etiket
14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN I.1 Hasil 1. Uji Organoleptis Bau
: melon
Warna
: bening
Bentuk
: cair
2. Uji pH Replikasi 1
:7
Replikasi 2
:7
Replikasi 3
:7
3. Uji Kadar air Bobot awal
: 3.221 gr
Bobot akhir
: 2.2062 gr
Kadar air (%)
:
3.221−2.2062 X 100% 3.221
: 31.5 %
15
I.2 PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yaitu membuat sediaan berupa deodoran. Deodoran merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat yang bercampur dengan bakteri. Bakteri penyebab bau badan yaitu Staphylococcus aures yang membuat bau tidak sedap timbul. Dalam formulasi pembuatan sediaan deodoran, bahan aktif yang digunakan yaitu larutan alumunium klorohidrat 50% yang dapat bekerja dengan cara mengendalikan keringat dengan menutup atau menyempitkan pori-pori pada kulit. Ion klorohidrat akan bereaksi dengan ion –ion keringat dan menutupi pori – pori sehingga keringat tidak jadi dikeluarkan. Alumunium klorohidrat juga berperan sebagai antiperspiran karena mempunyai sifat astringen dan antibakteri. Zat eksipien lain yang digunakan yaitu gliseril stearat, PEG, setil alkohol, sorbitol, air deionisasi dan parfum sebagai pewangi. Cara pembuatan deodoran yang pertama yaitu setil alkohol digerus hingga menjadi serbuk di dalam mortir kemudian dilarutkan dengan aquades panas aduk ad homogen tandai sebagai F1. Masukan PEG, larutan alumunium klorohidrat dan larutan sorbitol secara berurutan dan di tiap penambahan bahan dilakukan pengadukan. Tambahkan air deionisasi dan parfum secukupnya kedalam mortir ad homogen. Semua bahan dalam morti disaring lalu masukkan sediaan kedalam botol, beri stiker. Selanjutnya dilakukan uji evaluasi yang bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas fisik sediaan deodoran. Hasil uji yang pertama yaitu organoleptis warna bening, bau melon dan bentuk sediaan cair. Hasil uji yang kedua yaitu uji pH didapatkan pH 7 pada 3 kali replikasi yang berarti tidak memenuhi syarat karena
16
syarat pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4,5-6,5. Hasil uji yang ketiga yaitu uji kadar air didapatkan hasil sebesar 31.5%. Uji yang tidak dilakukan adalah uji hedonik. Uji hedonik merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui bersarnya perbedaan kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk.
17
I.3 KESIMPULAN 1. Deodoran
merupakan
produk
yang
digunakan
untuk
mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat yang bercampur dengan bakteri. Bakteri penyebab bau badan yaitu Staphylococcus aures yang membuat bau tidak sedap timbul. 2. Bahan aktif yang digunakan yaitu larutan alumunium klorohidrat
50%
yang
dapat
bekerja
dengan
cara
mengendalikan keringat dengan menutup atau menyempitkan pori-pori pada kulit. Ion klorohidrat akan bereaksi dengan ion – ion keringat dan menutupi pori – pori sehingga keringat tidak jadi dikeluarkan. Alumunium klorohidrat juga berperan sebagai antiperspiran karena mempunyai sifat astringen dan antibakteri.
18
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C. Antibacterial Activities of different brands of deodorants marketed inowerrri, imo state, Nigeria. African Journal of clinical and experimental microbiologi 14 (1): 14-1. 2013 Hasby,E. 2001. Keringat dan Bau Badan. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exicipients, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA, pp.155-156, 549-553 Shilhavy, B., 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Tradition, Inc: Philipines Sinko, P.J., 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.4,109-112, 437-582 Swarbrick, J., Rubino, J.T., dan Rubino, O.P., 2000, Coarse Dispersions in Genmaro, A.R., (Ed), Remington: The Sciences and Practice of Pharmacy 20th edition, Lippincott Williams dan Willems, Philadelphia, pp.332-333
19
LAMPIRAN 1.
Dokumentasi praktikum
20
2.
Acc Perhitungan
21