Laporan Sosialisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL SOSIALISASI PANGAN LOKAL DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 JEMBER



TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL



Oleh : Kelompok B1 1. Merrynda K A



121710101056



2. M. Arif Rahman



121710101074



3. Indah Miftahur R



121710101081



4. Istiqoma Novenda



121710101083



5. Moh. Ainul Yakin



121710101085



6. Rizaldy Adhisky



121710101087



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu. Adanya pangan lokal akan dapat mencukupi kebutuhan gizi dan memperkaya kekhasan suatu daerah. Pangan lokal berkaitan dengan ketahanan pangan nasional karena dengan diversifikasi dari pangan lokal dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan menitikberatkan pada aspek terpenuhinya gizi masyarakat, baik kuantitas maupun kualitas gizi dalam rangka untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk memenuhi ketahanan pangan nasional maka dilakukanlah diversifikasi pangan, yaitu penganekaragaman produk pangan yang berasal dari satu jenis komoditas. Namun dewasa ini, masyarakat pada umunya lebih menyukai makanan siap saji karena lebih praktis dan memiliki rasa yang lebih menarik dari pada pangan lokal. Oleh karena itu, perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pangan lokal, diversifikasi pangan, serta terwujudnya ketahanan pangan nasional. Sosialisasi ini merupakan upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi tentang pangan lokal, katahanan pangan dan diversifikasi pangan serta supaya dapat meningkatkan konsumsi pangan lokal terutama dikalangan remaja atau pelajar yang sudah kurang menyukai bahkan meninggalkan pangan lokal. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dilakukan di MAN 1 Jember kepada siswa kelas X dan XI. Upaya ini diharapkan dapat memberi pengertian akan pentingnya pangan lokal terhadap ketahanan pangan nasional.



1.2 Tujuan Tujuan dari sosialisi pada siswa kelas XI di MAN 1 Jember ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk memperkenalkan definisi dan ruang lingkup pangan lokal.



2) Untuk memperkenalkan contoh-contoh produk pangan lokal. 3) Untuk memperkenalkan definisi ketahanan pangan. 4) Untuk memperkenalkan definisi diversifikasi pangan. 5) Untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal. 1.3 Manfaat Manfaat dari sosialisasi pada siswa kelas XI di MAN 1 Jember ini adalah sebagai berikut. 1) Dapat mengetahui definisi dan ruang lingkup pangan lokal. 2) Dapat mengetahui contoh-contoh produk pangan lokal. 3) Dapat mengetahui definisi ketahanan pangan. 4) Dapat mengetahui definisi diversifikasi pangan. 5) Dapat lebih menyukai pangan lokal.



BAB 2. REVIEW LITERATUR



2.1 Konsep Pangan Lokal Menurut Lembata (2009) pangan adalah hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumlah yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan ketahanan pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Setiap daerah memiliki potensi pangan yang berbeda-beda, Pangan lokal yang selama ini sudah dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat perlu ditingkatkan pengembangannya,



baik



dari



pemanfaatan/pengelolaannya.Dalam



sisi hal



ini



produksi tentu



maupun



membutuhkan



pendampingan yang intensif serta permodalan dan teknologi. Pangan lokal termasuk di dalamnya pangan tradisional dan pangan khas daerah mempunyai peranan strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan khususnya aspek konsumsi dalam hal ini penganekaragaman di daerah karena bahan baku pangan tersebut tersedia secara spesifik lokasi. Disamping itu resep makanan yang dimiliki cukup beranekaragaman macamnya baik yang telah diwariskan turun temurun maupun baru diciptakan. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah



maupun



yang



tidak



diolah



yang



diperuntukkan



sebagai



makanan/minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,



pengolahan,



dan



atau



pembuatan



makanan



dan



minuman.Sedangkan definisi pangan lokal juga merujuk pada UU No. 18 tahun 2012 adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah yang umunya diolah dari bahan baku lokal, teknologi lokal, serta pengetahuan lokal pula. Sehingga produk pangan lokal berkaitan dengan budaya lokal, karena itu



sering kali produk menggunakan nama daerah. Contohnya : Gudeg Jogja, Dodol Garut, Jenang Kudus, Soto Betawi, Talas Bogor dan lainnya.



2.2 Diversifikasi Pangan Diversifikasi pangan adalah usaha untuk menyediakan berbagai ragam produk pangan baik dalam segi jenis maupun bentuk sehingga tersedia banyak pilihan bagi kosumen. Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi termasuk pangan yang berbasis lokal. Dari sisi produksi, hal tersebut mendorong pengembangan beragam sumber pangan terutama sumber karbohidrat, protein, dan zat penting lainnya. Dari sisi konsumsi, dampak langsung yang diharapkan adalah menurunnya konsumsi beras per kapita tiap tahunnya pada tingkat rumah tangga, walaupun disadari bahwa banyak hal yang mempengaruhitingkat konsumsi suatu produk. Konsep diversifikasi pangan meliputi tiga hal, yaitu diversifikasi horizontal (mengubah usaha tani berbasis padi menjadi tanaman pangan lain), diversifikasi vertikal (pengembangan pangan pasca panen), dan diversifikasi regional



(penganekaragaman



pangan



dengan



pendekatan



wilayah).Diversifikasi pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya, pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan.



Sedangkandiversifikasi



konsumsimerupakan



penganekaragaman



konsumsi pangan dari masyarakat Indonesia agar terpenuhinya gizi yang tepat dan seimbang.Pemenuhan pangan dapat diartikan pemenuhan asupan zat-zat yang diperlukan tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan lain sebagainya yang kemudian dikonversi menjadienergi.



2.3 Pengertian Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial.



Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pasal 1 angka 17 menyatakan bahwa “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau” (Maleha dan Susanto). Ketahanan pangan nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Litbang Deptan, 2005). Upaya dan Kebijakan Pemerintah dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan yaitu terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia, terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama, terpenuhinya pangan dengan kondisi yang



merata, diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air. Adapun kebijakan pemerintah yang dilakukan adalah pemberdayaan Kelompok Wanita (Optimalisasi pemanfaatan pekarangan, Sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman, Pengembangan usaha pengolahan pangan), Sosialisasi dan promosi, Pengembangan Pangan Lokal, Mendukung Pangkin (Subsidi Pangan bagi rumah tangga berpendapatan rendah),



Pengembangan



teknologi



pengolahan



pangan



lokal,



dan



Pengembangan model Rumah pangan lestari.



2.4 Pola Konsumsi Pangan Dalam kehidupan sehari-hari, panganyang dikonsumsi



beragam jenis



dengan berbagai cara pengolahanya. Di masyarakatdikenal pola ko nsu m si panganataukebiasaan makan yang ada pada masyarakat. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004) Pola konsumsi pangan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affectif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai cognitif yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psychomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Khumaidi, 1994). Maka pola konsumsi pangan dapat didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan dan mengkonsumsi sebagai tanggapan pengaruh psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial (Soehardjo, 1996).



Pola konsumsi pangan terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, tujuan makan, fungsi makanan, dan cara pengolahan makanan. 1. Frekuensi makan Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makana namun umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan sebagaian zat gizi sebelum tiba makan siang. 2.



Jenis makanan Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.



3.



Tujuan Makan Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.



4.



Fungsi Makanan a. Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh disamping memperbaiki bagian tubuh yang rusak. b. Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk kebutuhan bergerak dan bekerja. c. Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap ketentraman



5.



Cara Pengolahan Makanan Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara sebagai berikut : a. Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan dengan cara merebus suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu sampai mencapai titik didih (1000C).



b. Memasak (braising) adalah cara memasak makanan menggunakan sedikit cairan pemasak dan bahan yang diolah dengan teknik ini adalah daging. c. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam uap air. d. Bumbu-bumbuan (simmering), setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu. Pola konsumsi pangan yang ada dalam suatu wilayah atau daerah dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yatu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia sedangkan faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Berikut ini adalah faktor-faktor ekstrinsik. 1.



Lingkungan Alam Faktor lingkungan alam yaitu tergantung dari potensi alam lingkungannya. Misalnya bila berada di daerah tropik maka makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah padi sedangkan bila berada di daerah subtropik maka makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah terigu atau roti.



2.



Lingkungan Sosial Faktor ligkungan sosial yaitu berdasarkan dari segi kependudukandengan adanya tingkatan-tingkatan atau susunan dan strata. Misalnya makanan yang dihidangkan pada tamu harus lebih istimewa.



3.



Lingkungan Agama dan Budaya Faktor lingkungan agama dan budata yaitu berdasarkan pada agama dan kepercayaan yang dianut. Misalnya makanan yang berasal dari babi tidak boleh dikonsumsi umat muslim karena haram. Selain itu juga adanya makanan untuk selamatan atau dan sesaji.



4.



Pendidikan atau Pengetahuan tentang Gizi Faktor pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang makanan bergizi sehingga makanan yang dominan dikonsumsi adalah makanan yang bergizi baik untuk kesehatan.



5.



Tingkat Ekonomi Faktor tingkat ekonomi yaitu berdasarkan dari tingkatan-tingkatan ekonomi. Misalnya orang kaya akan mengkonsumsi makanan yang lebih



bergizi karena mampu membelinya sedangkan orang miskin akan mengkonsumsi makanan kurang gizi karena tidak mampu membeli. 6.



Perkembangan Teknologi Faktor perkembangan teknologi berdasarkan adanya perkembengan teknologi dalam bidang pangan. Misalnya dalam bidang bioteknologi yang dapat menghasilkan jenis makanan yang lebih bergizi dan unggul. Sedangkan dalam teknologi pengolahan dapat menghasilkan makanan yang praktis atau instan serta makanan yg lebih menarik. Berikut ini adalah faktor-faktor istrinsik dari pola konsumsi pangan suatu masyarakat.



1.



Keadaan Emosional Faktor keadaan emosional misalnya pengalaman masa lalu berupa trauma, suka, atau tidak suka pada makanan tertentu sehingga ada kecendurungan untuk mengkonsumsi makanan itu-itu saja. Selain itu faktor emosional dapat berupa perasaan sedih atau gembira yang dapat mempengaruhi selera makan.



2.



Keadaan Kesehatan Jasmani Faktor keadaan jasmani misalnya bila mengalami sakit maka dapat menyebabkan nafsu makan turun sehingga pola makan dapat berubah.



3.



Penilaian yang Berlebihan terhadapMakanan Tertentu Pada faktor ini berdasarkan penilaian masing-masing indvidu terhadap suatu jenis makanan. Misalnya beras, dinilai sebagai makanan pokok yang terbaik walaupun lauknya hanya kerupuk dan kecap. Contoh lain yaitu makanan berupa telur mentah dan madu merupakan makanan sehat karena berkhasiat dalam penyegaran tubuh. Pola konsumsi masyarakat Indonesia lebih dominan mengkonsumsi



makanan pokok berupa padi-padian seperti jagung, beras, sagu, gandum, dan ubi sedangkan konsumsi produk hewani masih sangat rendah. Hal tersebut menunjukkan ketidakseimbangan gizi makanan yang dikonsumsi. Karena pola konsumsi pangan yang tidak sesuai gizi seimbang, maka diciptakan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH adalah suatu komposisi pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk, dapat dinyatakan dalam bentuk komposisi energi (kalori) aneka ragam pangan dan komposisi berat (gram



atau kg) aneka ragam pangan yang memenuhi kebutuhan penduduk. PPH bertujuan untuk menghasilkan suatu komposisi normal atau standar pangan dalam memenuhi kebutuhan gizi penduduk, sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi, cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kualitas dan kemampuan daya beli.



2.5 Angka kecukupan Gizi (AKG) Pola konsumsi pangan suatu masyarakat harus seimbang sesuai kebutuhan gizi tubuh atau Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. AKG merupakan suatu anjuran tentang jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau kelompok orang agar hampir semua orang (97,5% populasi) dapat hidup sehat. AKG berguna untuk mengukur tingkat konsumsi, perencanaan konsumsi pangan dan ketersediaan pangan, serta menentukan fortifikasi zat gizi dalam makanan. Angka Kecukupan Gizi (AKG) juga dapat dikatakan sebagai jumlah zatzat gizi yang hendaknya dikonsumsi tiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh pada absorpsi zat-zat gizi atau efisiensi penggunaan dalam tubuh. AKG belum dapat ditetapkan untuk semua zat gizi yang kurang diketahui, akan tetapi AKG untuk zat-zat yang sudah ditetapkan dapat dijadikan pedoman, oleh sebab itu dianjurkan agar menu sehari-hari terdiri atas bahan pangan yang bervariasi yang diperoleh dari beberapa golongan pangan (bukan dari suplemen) dan supaya dapat diperhitungkan kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional tahun 1998 meliputi zat-zat gizi sebagai berikut: energi, protein, vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, tiamin, riboblafin, niasin, vitamin B12.



BAB 3. METODOLOGI



3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu Sosialisasi Konsep Pangan Lokal yaitu pada hari Kamis tanggal 20 Februari 2014 pukul 14.00 – 16.00 WIB dan bertempat di ruang kelas di MAN 1 Jember, Jalan Imam Bonjol 50 Kaliwates Kabupaten Jember 68172.



3.2 Cara Pelaksanaan Observasi tempat sosialisasi



Pelaksanaan Sosialisasi (tutorial dan tanya jawab)



Permainan



Pengaplikasian SUBI



BAB 4. PEMBAHASAN



4.1 Perkenalan Kegiatan sosialisasi mengenai konsep pangan lokal yang dilaksanakan di sekolah MAN 1 Jember dengan siswa kelas X dan XI sebagai sasaran sosialisasi. Untuk keperluan dokumentasi, kami melakukan pemotretan dan merekam video sebagai bukti sosialisasi yang telah dilakukan. Sebelum dimulai sosialisasi, salah satu guru dari MAN 1 Jember melakukan sambutan untuk mengenalkan kami dan memberi sedikit gambaran mengenai apa yang akan kami lakukan. Setelah itu, acara sosialisasi kami ambil alih seluruhnya. Permulaan sosialisasi dibuka perkenalan terlebih dulu. Perkenalan dilakukan dengan mengenalkan satu persatu nama anggota kelompok kami yang melaksanakan sosialisasi sehingga kami dengan para siswa bisa lebih akrab. Selain itu, pada bagian perkenalan juga menyebutkan dari mana asal kami dan apa yang akan kami lakukan di MAN 1 Jember. Bagian perkenalan mendapatkan respon yang sangat baik dari para siswa karena antusias dari siswa yang penuh semangat. Disamping itu, perkenalan juga dilakukan dengan mengenalkan sekilas mengenai Fakultas Teknologi Pertanian, terutama jurusan Teknologi Hasil Pertanian agar para siswa sedikit mempunyai gambaran apa yang akan kami sosialisasikan kepada mereka. Jumlah siswa yang mengikuti sosialisasi sebanyak 28 siswa dan 2 orang guru. Perkenalan dilakukan kurang lebih selama 15 menit dan setelah kiranya para siswa sudah tidak merasa asing lagi dengan kami, kami mulai memasuki bagian berikutnya yaitu penyampaian materi sosialisasi.



4.2 Penyampaian Materi Bagian kedua setelah perkenalan adalahmenyampaikan materi sosialisasi. Materi yang diberikan adalah pengetahuan mengenai pangan lokal, diversifikasi pangan, dan ketahanan pangan. Materi yang diberikan berupa pangan lokal, sub materi yang kami sampaikan adalah mengenai arti dari pangan lokal, komoditas unggul di beberapa daerah yang berpotensi menjadi



pangan lokal, macam-macam contoh produk olahannya dari masing-masing komoditas lokal tersebut, serta hubungan dari diversifikasi pangan dengan ketahanan pangan. Pada materi pangan lokal, para siswa diajak untuk lebih menyukai produk pangan lokal daripada produk impor. Berbagai hal yang berkaitan dengan pangan lokal juga dijelaskan untuk lebih menambah wawasan para siswa. Materi pangan lokal juga dihubungkan dengan materi kedua, yaitu diversifikasi pangan. Sub materi dari diversifikasi pangan yaitu arti dari diversifikasi pangan, bagaimana penerapan dari diversifikasi pangan, contoh dari macam-macam produk penganekaragaman singkong dan ubi ungu, serta tujuan dan manfaat dari diversifikasi pangan. Pada materi diversifikasi pangan juga disinggung sedikit mengenai apa arti dari pola konsumsi pangan dan bagaimana pola konsumsi pangan yang baik sehingga kebutuhan gizi dari setiap orang dapat terpenuhi dengan baik. Materi diversifikasi pangan juga dihubungkan dengan terwujudnya ketahanan pangan, yakni memasuki materi ketiga. Sub materi dari ketahanan pangan yang disampaikan adalah arti dari ketahanan pangan, latar belakang dan tujuan dari ketahanan pangan, serta cara mewujudkan ketahanan pangan. Semua materi disampaikan secara jelas melalui audiofikasi dengan presentator dan visualisasi dengan tampilan di layar. Materi tidak hanya disampaikan terus-menerus oleh presentator hingga materi terakhir, namun di setiap pergantian materi dilakukan interaksi dengan menanyakan pengetahuan awal dari para siswa mengenai materi yang akan disampaikan selanjutnya sehingga selain menciptakan suasana yang aktif dan kondusif, kami juga dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang kami berikan. Respon yang baik juga didapat di bagian penyampaian materi ini karena siswa merasa telah diberi pengetahuan baru yang selama ini belum mereka pahami seperti pengolahan bahan pangan lokal sebagai pengganti bahan pokok beras atau terigu. Setelah penyampaian materi dilaksanakan, dilakukan sesi tanya jawab untuk lebih memperdalam lagi pengetahuan para siswa mengenai konsep pangan lokal. Di sesi ini, juga tidak sedikit siswa yang bertanya seputar masalah konsep pangan lokal. Setiap siswa yang bertanya, kami memberikan



penghargaan berupa kotak kecil yang berisi bolpoint sehingga siswa merasa dihargai atas pertanyannya dan agar lebih bersemangat. Hal ini mengundang siswa lain untuk bertanya sehingga forum diskusi menjadi lebih kondusif dan aktif. Dari hal-hal yang mereka tanyakan, terlihat pikiran kritis yang mereka miliki, hal ini dibuktikan oleh banyaknya penanya dan pertanyaan yang mereka ajukan mengenai pangan lokal. Salah satu pertanyaan yang diajukan siswa MAN 1 Jember adalah “Seperti yang kita ketahui, setiap tahunnya lahan pertanian dan kebun-kebun yang membudidayakan pangan lokal semakin berkurang, dan berganti pembangunan rumah-rumah, pabrik, dan lain-lain. Bagaimana caranya untuk mengembalikan budidaya pangan lokal menurut kakak-kakak disini?”, pertanyaan tersebut membuktikan bahwa mereka dapat menganalisis sendiri permasalahan yang ada saat ini yang bertentangan dengan pembudidayaan pangan lokal. Tidak hanya sesi tanya jawab yang berlangsung, kami juga melatih kemampuan siswa dengan cara mereview apa yang telah mereka dapat dan pahami tentang materi yang kami berikan dengan tujuan siswa-siswi MAN 1 Jember ini tidak sekedar mendengarkan namun memahami apa yang telah kami jelaskan. Setelah penyampaian materi dan tanya jawab berlangsung sekitar 45 menit dan semua siswa telah mengerti mengenai materi sosialisasi, maka acara sosialisasi dilanjutkan ke bagian ketiga yaitu permainan. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa-siswi MAN 1 Jember kepada kami : 1. Manfaat mengkonsumsi ubi dibandingkan dengan nasi itu apa saja ? 2. Apa perbedaan kandungan dari ubi dan beras?lebih tahan lama mana jika dikonsumsi tubuh? 3. Adakah perbedaan kandungan ubi yang telah diolah dan sebelum diolah? sebutkan keuntungan dan kandungan gizi pada masingmasing ubi tersebut? 4. Bagaimana cara mengubah mindset orang Indonesia dari “belum makan sebelum makan nasi” menjadi “sudah makan meskipun belum makan nasi”?



5. Dalam hal diversifikasi pangan, apakah umbi-umbian dapat diolah menjadi obat-obatan? 6. Bagaimana cara menyimpan singkong yang tidak akan diolah setelah dipanen agar tidak cepat busuk sehingga bisa dikonsumsi dilain hari? 7. Setahu saya ketika singkong disimpan didalam tanah maka akan bertambah busuk, gimana menurut anda? 8. Berapa lama masa simpan dan daya tahan singkong ketika disimpan diruang terbuka/suhu ruang? 9. Seperti yang kita ketahui, setiap tahunnya lahan pertanian dan kebunkebun yang membudidayakan pangan lokal semakin berkurang, dan berganti



pembangunan



rumah-rumah,



pabrik,



dan



lain-lain.



Bagaimana caranya untuk mengembalikan budidaya pangan lokal menurut kakak-kakak disini? 10. Ada produk keripik singkong yang dikemas seperti snack-snack lainnya. Singkong sendiri merupakan salah asatu produk lokal, tentunya untuk pembuatan keripik itu sendiri pakai pengawet, bukankah yang seperti itu membahayakan jika dikonsumsi? Itu gimana menurut pendapat kakak?



4.3 Permainan Permainan dilaksanakan setelah bagian pemyampaian materi dan tanya jawab selesai. Tujuan dari dilaksanakannya permainan ini adalah untuk menyegarkan pikiran kembali setelah menerima materi dan untuk menghibur agar lebih menarik serta tetap mengingat kembali tentang materi yang telah disampaikan sebelumnya. Permainan dilaksanakan sebanyak dua kali dengan dua macam permainan yaitu uji konsentrasi dan tembak kata. Untuk permainan pertama dilaksanakan untuk menguji konsentrasi dan menyegarkan kembali pikiran para siswa. Uji konsentrasi dilakukan dengan cara para siswa harus mengikuti perintah dari instruktur. Bila instruktur mengatakan tepuk tunggal maka siswa harus bertepuk tangan sebanyak satu kali, bila tepuk ganda maka siswa harus bertepuk tangan sebanyak dua kali namun bila



instruktur hanya mengatakan tunggal maka siswa tidak bole bertepuk tangan. Bagi para siswa yang salah mengikuti perintah dari instruktur akan menerima hukuman dari siswa lain yang menang dan kemudian kami memberi hadiah untuk siswa yang mau dihukum yaitu jajanan lokal seperti kue lapis, cennil, kue jagung, lupis, dan lain-lain. Setelah pikiran para siswa segar kembali, kami mulai memasuki permainan kedua yaitu tembak kata dengan tujuan untuk mencoba menguji ingatan para siswa tentang materi yang telah disampaikan. Pada permainan ini akan dibentuk 4 kelompok dengan jumlah siswa yang sama. Selanjutnya instruktur akan membacakan sebuah kalimat yang merupakan ciri-ciri dari salah satu contoh produk pangan lokal. Setelah selesai membacakan, akan dihitung satu sampai tiga dan tiap-tiap kelompok harus adu cepat mengancungkan tangan untuk menebak produk apa yang sedang dibacakan instruktur. Setiap pertanyaan yang terjawab benar akan mendapatkan hadiah dan kelompok yang mendapatkan hadiah paling banyak akan menjadi pemenang dari permainan ini. Pemenang dari permainan ini akan mendapatkan kenang-kenangan juga dari kami yaitu bermacam-macam jajanan lokal yang telah kami sediakan. Permainan berlangsung kurang lebih 30 menit dan berhasil menyegarkan kembali pikiran para siswa dan membuat mereka senang.



4.4 Pelaksanaan Aplikasi Bagian akhir dari acara sosialisasi ini adalah melakukan aplikasi dengan membuat salah satu produk olahan dari suatu komoditas unggul di daerah lokal. Produk yang akan dibuat adalahSubi, yakni singkatan dari susu ubi yang dibuat dengan bahan baku ubi ungu. Sebelum mulai aplikasi, presentator menjelaskan terlebih dulu mengenai Subi, bahan-bahan yang digunakan serta bagaimana cara pembuatannya. Setelah dirasa cukup paham, kami memulai aplikasi dengan beberapa perwakilan dari siswa yang juga ikut melakukan aplikasi. Pengaplikasian dilakukan berulang yaitu dua kali, sehingga siswasiswi MAN 1 Jember kebagian dan bisa ikut berpartisipasi dalam pembuatan



Subi. Pengaplikasian ini dilakukan oleh siswa-siswi sendiri dengan tujuan agar menambah semangat mereka serta agar nantinya dapat diaplikasikan dilain waktu baik itu dirumah atau di sekolah bersama teman-temannya atau keluarganya. Sehingga secara tidak langsung, kita telah mengajak masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan terhadap ubi ungu dan mampu memproduksi bahan olahan dari komoditas pangan lokal. Proses aplikasi pembuatan Subi berlangsung selama 30 menit. Produk Subi yang telah jadi dikonsumsi atau diminum bersama-sama dengan para siswa dan para guru.



BAB 6. PENUTUP



5.1 Kesimpulan Berdasarkan sosialisasi yang telah dilaksanakan di MAN 1 Jember, didapatkan beberapa kesimpulan di bawah ini. 1) Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan local dan merupakan produk pangan yang lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah. 2) Contoh produk lokal di daerah bondowoso dan jember yang potensialnya tinggi yaitu singkong yang banyak diolah menjadi macam-macam olahan. 3) Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. 4) Ketahanan pangan yang mandiri dapat diwujudkan dengan tingginya konsumsi pangan lokal dan rendahnya nilai impor pangan. 5) Diversifikasi pangan adalah usaha untuk menyediakan berbagai ragam produk pangan baik dalam segi jenis maupun bentuk sehingga tersedia banyak pilihan bagi kosumen. 6) Contoh dari diversifikasi pangan yaitu dengan mengolah satu bahan pokok menjadi berbagai macam atau variasi olahan, misal ubi ungu dijadikan tepung, donat, cake, es krim, keripik, dan lain-lain. 7) Salah satu tujuan diversifikasi pangan yaitu untuk menciptakan ketahanan pangan yang mandiri dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada untuk dikembangkan dan dikonsumsi.



5.2 Saran Sebaiknya ada tindak lanjut dari sosialisasi ini sehingga dapat diketahui perkembangan dan hasil dari sosialisasi awal.



DAFTAR PUSTAKA



Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anne Lies Ranti Santoso Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT. Asdi. Bustaman, S. 2009. Kebijakan Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Bioetanol) di Maluku. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161083545.pdf. (14 Februari 2014). Darwin Karyadi dan Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Edisi 3. Hal: 19,33. Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Irianto, K. dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta : PT Gunung Agung Mahasatya. Rao, V., M. Agarwal, et al., 2004. “How Is Manifest Branding Strategy Related to the Intagible Value of a Corporation?” Journal of Marketing 68: 126141. Soehardjo, 1996. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : UI Press. Swastika, D. K. S., F. Kasim, W. Sudana, R. Hendayana, K. Suhariyanto, R. V. Gerpacio, and P.L.Pingali, 2004. Maize in Indonesia Production Systems, Constraints, and Research Priorities. CIMMYT. www.cimmyt.org/english/docs/maize_producsys/indonesia [14 Februari 2014] Yayuk Farida Baliwati. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.



LAMPIRAN



Daftar pertanyaan dan jawaban permainan Tembak Kata. 1.



Namaku terdiri dari 6 huruf, seringkali orang-orang menyebutku sihijau, aku sangat sensitif ketika ada jari yang menekanku, aku berisi cairan manis dan sebelum aku benar-benar sampai ditempat tujuan aku diguling-gulingkan terlebih dahulu pada parutan kelapa. Siapakan aku? Jawaban : klepon



2.



Perkenalkan aku berasal dari bondowoso, ketika aku muda badanku amat keras, akan tetapi setelah aku tua badanku amat empuk, rasanya manis dan berwarna kuning. Semua karena bantuan mackover dari mbak ragi. Siapakah aku? Jawaban : tape



3.



Kepalaku botak, akan tetapi banyak terdapat hiasan diatasnya yang disebut wijen. Siapakan aku? Jawaban : onde-onde



4.



Aku berasal dari banyuangi, bahan utamaku dari sagu, aku bertambah manis ketika simanis kayu masuk ke dalam tubuhku. Berawal dari huruf B dan berakhiran K, itulak namaku. Ada yang tahu siapa aku? Jawaban : bagiak



5.



Aku biasa dijumpai di pasar tradisonal, badanku gendut, bulat dan didalam badanku terdapat cairan yang sangat manis berwarna coklat yang siap menggoyangkan lidah bagi siapa yang menyantapku, siapa aku? Jawaban : jemblem



6.



Bervariasi, berwarna-warni, berbentuk persegi, makin cantik ketika ditaburi parutan kelapa diatasku, itulah aku. Siapa saja yang melihatku pasti tergoda. Biasanya aku dikarak oleh bapak-bapak yang menggunakan gerobak berepeda, siapakah aku? Jawaban : gethuk



7.



Aku adalah kumpulan dari beberapa buah, kenampakanku tambah memukau ketika disiram bumbu kacang yang khas, siapakan aku? Jawaban : rujak manis



8.



Bahan dasarku dari tape, kalau dibandingkan dengan si tape tentu aku lebih menarik. Tampilanku berwarna-warni. Biasanya orang menyebutku dengan 10 huruf. Siapakah aku? Jawaban : suwar-suwir



FOTO 1.



Pembukaan dan perkenalan jurusan, fakultas, dan individu



2.



Penyampaian materi oleh presentator



3.



Sesi tanya jawab dengan peserta sosialisasi



4.



Permainan uji konsentrasi dan tembak kata



5.



Aplikasi Pembuatan SUBI (Susu Ubi) oleh peserta sosialisasi



6.



Penyampaian pesan dan kesan dari perwakilan siswa MAN1 JEMBER mengenai sosialisasi pangan lokal.



SOSIALISASI PANGAN LOKAL di MAN 1 JEMBER (20-02-2014)