Lapres Lingkungan Abiotik - Upn Veteran Jatim - Teknologi Pangan 2020 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM



BIOLOGI LAPORAN RESMI LINGKUNGAN ABIOTIK



BELLA ALVIANITA 20033010049 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM BAB I



SURABAYA



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor-faktor abiotik yang akan diukur ialah temperatur dan kelembaban nisbi. Kelelmbaban nisbi adalah banyaknya air yang terdapat dalam udara pada temperatur tertentu dibandingkan dengan banyaknya uap yang dapat dikandung udara secara maksimum pada temperatur itu (dinyatakan dalam persen). Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfer dengan kelembaban nisbi rendah daripada dalam atmosfer dengen kelembaban nisbi tinggi. Oleh karena itu, salah satu faktor abiotic yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi. Kelembaban nisbi juga bisa diartikan sebagai bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Kelembaban nisbi merupakan angka perbandingan dari kandungan/ tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas maksimal uap air yang dapat ditampung dalam udara tersebut. Temperatur adalah besaran yang menyataakn derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau temperatur adalah thermometer. Menurut pendapat lain, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekulmolekul. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu atau temperatur cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah thermometer untuk mengukur suhu atau temperature dengan valid. 1.2 Tujuan 1. Mengukur dua faktor dalam lingkungan abiotik yang penting untuk dipertimbangkan dalam membedakan ekosistem 1.3 Manfaat 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur dua faktor dalam lingkungan abiotic yang penting untuk dipertimbangkan dalam membedakan ekosistem



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin dengan ditinjau dari segi kondisi fisik tubuh, kondisi ruangan, dan iklim. Suhu disebut juga temperature. Mengacu pada SI (Satuan Internasional) satuan suhu meliputi Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celcius, Fahrenheit, dan Reamur (Riyanto, 2017). Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relative. Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relative) maupun desiifit tekanan uap air. Kelembaban mutlak merupakan kandungan uap air per satuan volume. Kelembaban nisbi (relative) membandingkan antara kandungan/tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tesebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan desifit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap actual (Riyanto, 2017). Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di udara (atmosfer). Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum, maka mulailah terjadi pengembunan. Tingkat kelembaban bervariasi menurut suhu. Semakin hangat suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung. Semakin rendah suhu udara, semakin sedikit jumlah uap air yang dapat ditampung. Jadi pada siang hari yang panas dapat menjadi lebih lembab dibandingkan dengan hari yang dingin (Akhmadshare, 2017). Kemampuan udara untuk menampung uap air yang dipengaruhi oleh suhu. Jika udara jenuh uap air dinaikkan suhunya, maka udara tersebut menjadi tidak jenuh uap air. Sebaliknya, jika udara tidak jenuh uap air suhunya diturunkan dan kerapatan airnya dijaga konstan, maka udara tersebut akan mendekati kondisi jenuh uap air. Jadi ketika udara hangat naik dan mulai mendingin, lama kelamaan akan kehilangan kemapuan untuk menampung uap air. Pada kondisi tekanan/kerapatan uap air jenuh, maka udara tidak



dapat lagi menampung tambahan uap air. Suhu pada saat udara mencapai kondisi jenuh uap air disebut suhu titik embun. Pada suhu titik embun terjadi saat ea=es atau RH=100%. Bila suhu terus turun maka uap air akan berubah menjadi air. Udara dapat menampung sejumlah uap air tertentu sebelum terjadi kondensasi. Di alam, pengembunan terjadi pada pagi hari sekitar saat terjadinya suhu udara minimum. Proses kondensasi ini jyga terjadi saat atmosfer yang tinggi (awan), yang kemudian kita alami sebgai terjadinya hujan. Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban absolut, kelembaban nisbi, maupun deficit tekanan uap air (Akhmadshare, 2017). Jenis kelembaban ada 2, yaitu kelembaban absolute dan kelembaban relative (nisbi). Kelembaban absolute adalah bilangan yang menunjukkan berapa gram uap air yang tertampung dalan satu meter kubik udara. Sedangkan kelembaban nisbi adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksinum yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Kelembaban nisbi merupakan angka perbandingan dari kandungan/tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas maksimal uap air yang dapat ditampung dalam udara tersebut. Angka banding antara kelembaban actual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut jika dikalikan dengan 100 maka mendapatkan nilai kelembaban relative atau yang kita kenal dengan %RH (Akhmadshare, 2017). Satuan kelembaban yang umum digunakan adalah RH, yaitu Relative Humidity atau kelembaban relative. RH adalah satuan pengukuran yang mempresentasikan jumlah titik-titik air di udara pada suhu tertentu yang dibandingkan dengan jumlah maksimum titiktitik air yang dapat dikandug di udara pada suhu tersebut. RH dinyatakan dalam nilai prsentase. Udara panas dapat menyimpan titik-titik air lebih banyak daripada udara dingin. Semakin tinggi nilai RH maka semakin tingii terjadinya pengembunan. 100% RH berarti bahwa penambahan titik-titik air di uadara akan langsung mengembun. Tingkat kelembaban yang idela adalah 50%-55% RH. 50% RH menunjukkan bahwa udara terisi setengah dari kapasitas maksimum air yang dapat ditampug di udara (Akhmadshare, 2017). Pengertian suhu adalah suatu besaran yang menunjukkan derajat panas dari suatu benda. Benda yang memiliki panas akan menunjukkan suhu yang tinggi daripada benda



dingin. Sering kita menyebutkan suatu benda panas atau dingin dengan cara menyentuh benda tersebut dengan alat indra kita, walau kita tidak dapat menyimpulkan berapa derajat panas benda tersebut, untuk mengetahui seberapa besar suhu benda tersebut maka digunakanlah thermometer (Sora N, 2015). Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga sebagai suatu tatan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Pembahsan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotic dan biotik. Faktor abiotic antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berrhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan (Anonim, 2011). Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai komponen abiotic (makhluk tak hidup). Komponen biotik teridiri dari makhluk hidup (Luci, 2012). Perubahan iklim merupakan isu global yang disebabkan oleh meningkatnya gas seperti CO2 (carbon dioxide), CH4 (methane), N2O (nitrous oxide), CFCs (chlorofluorocarbons) dan VOCs (volatile organic compounds) yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik dan perubahan fungsi lahan (deforestasi). Meningkatnya konsentrasi beberapa jenis gas ini di atmosfer bumi menyebabkan penyerapan energy matahari dan refleksi panas matahari menjadi semakin tinggi. Kondisi ini meningkatkan suhu udara di bumi dan memicu terjadinya perunahan iklim. Meningkatnya konsentrasi CO2 akan mempercepat terjadinya proses pengapuran, yang menyebabkan terjadinya kematian. Kondisi ini akan mempengaruhi produktifitas perairan laut (Putuhena, 2011). Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotic) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energy, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam



ekosistem. Berdasarkan tipenya, ekosistem dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan (Iqbal dkk, 2014). Keseimbangan antara factor biotik maupun abiotic dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jika keduanya seimbang maka pertumbuhan tanaman akan baik, bahkan dapat meningkat. Sebaliknya jika salah satu dari factor tersebut berlebih atau bahkan kurang maka pertumbuhan tanaman akan mengalami gangguan. Tak hanya manusia, tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainnya memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Konsisi lingkungan tidak selamanya bagus dan sesuai dengan apa yang kita inginkan (Dini dkk, 2016).



BAB III METODOLOGI 3.1 Alat •



Stopwatch







Meteran







Thermometer (0-10o C)







Tabel kelembaban nisbi







Payung







Air



3.2 Cara Kerja Mencatat dan menyesuaikan waktu agar waktu dapat dimulai secara bersamaan.



Membandingkan 4 macam lingkungan (4 habitat) kemudian melakukan pengukuran



Melakukan pengukuran ditempat yang pertama yaitu Lantai 1, Gedung 1 FT



Melakukan pengukuran ditempat yang kedua yaitu Lantai 3, Gedung 1 FT



Melakukan pengukuran ditempat yang ketiga yaitu Parkiran FT



Melakukan pengukuran ditempat yang keempat yaitu Lapangan Bola UPN



Melakukan 3 macam pengukuran, yaitu pengukuran di permukaan tanah (0 cm), 75 cm diatas permukaan tanah, dan 150 cm diatas tanah dan membaca thermometer secara bersamaan dengan selang waktu 15 menit



Melakukan pengukuran menggunakan thermometer basah dan melindungi thermometer dengan payung dari cahaya matahari .Melihat angka pada thermometer kering yang menunjukkan temperature udara.



Mengetahui angka pada thermometer kering dan angka pada thermometer basah untuk mengetahui kelembaban nisbi. Kemudian melihat kelembaban nisbi dari tabel kelembaban nisbi



BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Tabel Hasil Pengamatan



Ketinggian (cm) No



Lokasi 0 cm



75 cm



150 cm



1



Lantai 1, Gedung 1 FT



T. Kering = 29OC T. Basah = 25OC RH = 70 %



T. Kering = 28OC T. Basah = 26OC RH = 83 %



T. Kering = 30OC T. Basah = 27OC RH = 79 %



2



Lantai 3, Gedung 1 FT



T. Kering = 31OC T. Basah = 28OC RH = 79 %



T. Kering = 32OC T. Basah = 28OC RH = 71 %



T. Kering = 31OC T. Basah = 28OC RH = 79 %



Parkiran FT



T. Kering = 34OC T. Basah = 28OC RH = 63 %



T. Kering = 33,5OC T. Basah = 27,5OC RH = 62 %



T. Kering = 35OC T. Basah = 27,5OC RH = 58 %



T. Kering = 33OC T. Basah = 29OC RH = 74 %



T. Kering = 33OC T. Basah = 28OC RH = 68 %



T. Kering = 35OC T. Basah = 27,5OC RH = 58 %



3



4



Lapangan Bola UPN



B. Gambar Hasil Pengamatan 1. Lantai 1, Gedung 1 FT



2.Lantai 3, Gedung 1 FT



3.Parkiran FT



4.Lapangan Bola UPN



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dicantumkan pada tabel diatas dapat dibuktikan bahwa kelembaban nisbi merupakan bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Adapun hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akhmad (2017) yang menyatakan bahwa kelembaban nisbi merupakan angka perbandingan dari kandungan atau tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas maksimal uap air yang dapat ditampung dalam udara tersebut. Adapun kelembaban udara pada praktikum ini yang dapat dijabarkan sebagai banyaknya kandungan uap air di udara. Kelembaban udara sendiri, ditentukan oleh banyaknya uap air yang terkandung dalam udara.jika tekanan uap air di dalam udara sudh mencapai batas maksimal, maka proses pengembunan akan mulai terjadi. Tingkat kelembaban sendiri sangat bervariasi dan ditentukan menurut suhu. Semakin hangat suhu udara, maka akan semakin banyak uap air yang dapat ditampung. Adapun hal ini telah disampaikan oleh Akhmad (2017) jika semakin rendah suhu udara, maka akan semakin sedikit jumlah uap air yang dapat ditampung. Jadi pada siang hari yang panas dapat menjadi lebih lembab dibandingkan dengan hari yang dingin Berdasarkan dari praktikum yang telah di lakukan diatas, kita akan dapat mengetahui nilai dari kelembaban nisbi pada suatu tempat dengan menggunakan thermometer kering dan thermometer basah. Percobaan kali ini dilakukan pada empat tempat yang terdapat di UPN “Veteran” Jawa Timur. Tempat yang pertama berada di lantai 1 gedung 1 FT. Tempat yang kedua berada di lantai 3 Gedung 1 FT. tempat ketiga berada di parkiran FT. Dan tempat yang terakhir berada di lapangan bola UPN. Yang pertama kali harus dilakukan untuk mengukur kelembaban nisbi pada keempat tempat tersebut adalah mengetahui temperature dari masing-masing tempat. Hal ini telah di nyatakan oleh Riyanto (2017) yang mengatakan bahwa kelembaban nisbi (relative) membandingkan antara kandungan/tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap



air tesebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan desifit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap actual. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan ketinggian yang beragam yakni pada ketinggian permukaan tanah (0 cm), 75 cm diatas tanah dan yang terakhir 150 cm diatas tanah.pengukuran juga menggunakan thermometer dan dilakukan secara bersaam dengan selang waktu hingga 15 menit. Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut, pada pengukuran di lantai 1 gedung 1 FT dengan ketinggian 0 cm, menunjukkan kelembaban nisbi sebesar 70% dengan 29oC pada thermometer kering dang 25oC pada thermometer basah. Selanjutnya pada ketinggian 75 cm diatas tanah, kelembaban nisbi mecapai 83% dengan menunjukkan 28oC pada thermometer kering dan 26oC pada thermometer basah. Yang terakhir pada ketinggian 150 cm di atas tanah, dengan menunjukkan 30oC pada thermometer kering dang 27oC pada thermometer basah maka kelembaban nisbi yang diperoleh adalah sebesar 79% Pada tempat selanjutnya yakni lantai 3 gedung 1 FT, dapat dibuktikan bahwa pada ketinggian 0 cm kelembaban nisbi yang diperoleh adalah 79% dengan memiliki temperature kering sebesar 31oC dan temperature basah yang menunjukkan 28oC. Pada ketinggian 75 cm, kelembaban nisbi mencapai angka 71% dengan menunjukkan temperature kering sebesar 32oC dan temperature basah sebesar 28oC. Yang terakhir yakni pada ketinggian 150 cm dengan angka pada temperature kering sebesar 31oC dan angka pada temperature basah sebesar 28oC menghasilkan angka kelembaban nisbi yang sama seperti ketinggian 0 cm tadi yakni sebesar 79%. Tempat ketiga, yakni pada parkiran FT diperoleh data sebagai berikut, pada ketinggian 0 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 63% dengan thermometer kering yang menunjukkan angka 34oC dan thermometer basah yang mencapai 28oC. Selanjutnya pada ketinggian 75 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 62% dengan dengan thermometer kering yang menunjukkan angka 33,5oC dan thermometer basah yang bernilai 27,5oC. Pada ketinggian 150 cm kelembaban nisbi bernilai 58% dengan thermometer basah yang menunjukkan 27,5oC dan thermometer kering yang menunjukkan 35oC. Tempat keempat yaitu lapangan bola UPN, pada ketinggian 0 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 74% dengan thermometer kering yang menunjukkan angka



33oC dan thermometer basah yang menunjukkan 29oC. Pada ketinggian 75 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 68% dan thermometer kering 33oC sedangkan thermometer basah 28oC. Yang terakhir pada ketinggian 150 cm memiliki 58% kelembaban nisbi dan temperature kering 35oC dan temperature basah sebesar 27,5oC. Dari penjelasan diatas maka, bisa dibuktikan bahwa pemilik kelembaban nisbi terbesar terdapat pada lantai 1 gedung 1 FT pada ketinggian 75 cm yang memiliki kelembaban nisbi sebesar 83%. Sebaliknya, pemilik kelembababn nisbi terkecil di jumpai pada lapangan bola UPN dengan kelembaban nisbi hanya sebesar 58% pada ketinggian 150 cm. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pengembunan yang sesuai dengan perkataan Akhmad (2017) yakni semakin tinggi nilai RH maka semakin tingii terjadinya pengembunan. 100% RH berarti bahwa penambahan titik-titik air di uadara akan langsung mengembun. Tingkat kelembaban yang idela adalah 50%-55% RH. 50% RH menunjukkan bahwa udara terisi setengah dari kapasitas maksimum air yang dapat ditampug di udara. RH dinyatakan dalam nilai prsentase. Udara panas dapat menyimpan titik-titik air lebih banyak daripada udara dingin. 5.2 Menjawab Pertanyaan 1. Pada permukaan tanah manakah keadaannya paling dingin dan paling lembab? -



Keadaan yang paling dingin dan paling lembab terdapat pada lantai 1 gedung 1 FT pada ketinggian 75 cm diatas permukaan tanah, karena memiliki kelebababan nisbi lebih besar daripada tempat yang lain yakni sebesar 83%



2. Pada permukaan tanah manakah keadaannya paling panas dan kurang lembab? -



Keadaan yang paling panas dan kurang lembab terdapat pada 2 tempat yang memiliki kelembaban nisbi yang sama yakni parkiran FT dan lapangan bola UPN pada ketinggian 150 cm diatas tanah dikarenakan kedua tempat ini memiliki kelembaban nisbi yang paling rendah diantara tempat yang lain yakni sebesar 58%



3. Bagaimana perbandingan temperature dan kelembaban diatas permukaan tanah dari kedua habitat tersebut dia atas? -



Pada bagian yang paling dingin dan lembab yakni lantai 1, gedung 1 FT pada 75 cm di diatas tanah, memiliki kelebaban nisbi sebesar 83% dengan menunjukkan temperature kering sebesar 28oC dan temperature basah



sebesar 26oC. Sedangkan pada tempat yang paling panas, yakni pada parkian FT dan lapangan bola UPN memiliki kelebaban nisbi sebesar 58% dengan temperature kering sebesar 35oC dan temperature basah sebesar 27,5oC. 4. Bagaimanakah perbandingan selisih temperature terbesar dari satu habitat dengan selisih temperature terbesar dari habita-habitat yang berbeda? -



Perbandingan seilisih temperature dari habitat satu dengan yang lain tidak teralu berbeda yakni pada tempat 1 memiliki selisih terbesar pada ketinggian 0 cm dengan selisih 4oC, pada tempat 2 memiliki selisih terbesar pada ketinggian 75 cm dengan selisih 4oC, pada tempat yang ketiga memiliki selisih terbesar pada ketinggian 150 cm yaitu dengan selisih 7.5oC, pada tempat keempat memiliki selisih terbesar pada ketinggian 150 cm dengann selisih sebesar 7.5oC.



5. Perbedaan-pebedaan apa yang terdapat diantara keempat habitat sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan temperature dan kelembaban nisbi? -



Setiap tempat atau habitat diatas memiliki perbedaan temperature dan kelembaban nisbi dikarenakan mereka memiliki kualitas penyinaran matahari yang berbeda, ketinggian tempat yang bebeda, ketersediaan air pada setiap tempat juga berbeda sehingga menghasilkan temperature yang berbeda pula.



6. Bagaimana pengaruh interaksi factor biotik dan abiotic terhadap ekosistem? -



Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai komponen abiotic (makhluk tak hidup). Komponen biotik teridiri dari makhluk hidup. Faktor abiotic antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.



BAB VI KESIMPULAN



1. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai komponen abiotic (makhluk tak hidup). Komponen biotik teridiri dari makhluk hidup. 2. Selisih anatara thermometer kering dan basa sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya kelembaban nisbi 3. Semakin kecil selisih antara temometer basah dan thermometer kering maka akan semakin tinggi kelmababan nisbinya. Sebaliknya jika semakin besar selisih antara thermometer basah dan kering maka akan semakin kecil kelembaban nisbinya 4. Perbadaan temperature dan kelembaban nisbi dia setiap tempat berbeda dikarenakan memiliki kulitas cahaya matahari yang berbeda, ketinggian tempat, dan ketersediaan air yang berbeda pula



DAFTAR PUSTAKA



Kurniaji, Ardana. 2011. Laporan Praktikum Ekologi Perairan. Universitas Haluoleo : Kendari Sulawesi Tenggara



Kristanto, Jefry. 2013. Analisis Pengaruh Ksbisingan Dan Temperature Terhadap Produktivitas Pembuaatan Spare Part Motor Pada UD Sinar Abadi Waru Sidorarjo. Vol. 1. No.2 : 20-31



Diantika, Rina. 2019. Hubungan Kelembaban Pada Tidur. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP



Gianshinta, Pradina. 2018. Alat Pengatur Suhu Kelembaban Dan Monitoring Masa Panen Pada Budidaya Jamur Tiram Berbasis Arduino Uno. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta



Regita, Dini. 2016. Uji Cekaman Kekeringan Dan Cekaman Salinitas Terhadap Dua Versi Padi. Universitas Jember : Jawa Timur



Nur, Lisa. 2015. Ekologi Laut Tropis. Universitas Brwijaya: Malang



Iqbal, Muhammad. 2014. Inventori Sub Daerah Aliran Sungai Banjaran. Universitas Jendral Soedirman : Purwokerto



Ayu, Fika. 2015. Perbahan Iklim Ekosistem Laut. Universitas Brawijaya : Malang



Fhadli, Mohammad. 2017. Populasi, Komunitas Dan Ekosistem. Universitas Hasanuddin. Makassar