LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif



NAMA



ELDI FAJRI.N,S.Pd.



INSTANSI



SDN 21 JALAN KERETA API



Petunjuk: 1. Bacalah materi tentang Konsep Dasar Pendidikan Inklusif yang sudah peserta bimtek unduh! Jawablah pertanyaan yang diberikan berdasar berbagai sumber referensi yang relevan!. 2. Jawaban diunggah ke LMS dalam bentuk PDF. 3. Berilah nama file jawaban LK dengan format: Nama_Judul Sub Materi. Misal: Agus Setiawan_Konsep Dasar Pendidikan Inklusif 1.



Setelah membaca materi hakikat pendidikan inklusif, menurut anda apakah landasan filosofis, yuridis dan empiris sudah mampu memberikan kondisi yang ideal bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif? Jawab: Landasan Filosofis : Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan semboyan “ Bhineka Tunggal Ika”.Pendidikan Inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan multikurtural yang dapat membantu peserta didik mengerti,menrima,serta menghargai orang lain berbeda suku, budaya , kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis. Landasan Yuridis :UUD 1945 Pasal 31, UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona, UU Nomor 23 Tahu 2002 Tentang perlindungan Anak,UU Nomor 4 tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat,Permdiknas Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusi , Surat Edaraan Dirjen Dikdasen Depdiknas No.380/c.6/MN/2003 20 Januari 2003. Landasan Empiris : Penelitian Tentang Inklusi di Negara Barat Sejak 1980 yang menyatakan bahwa klarifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatfi. Namun ada satu Landasan Lagi yaitu Landasan Pedagogis, yaitu pada pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.yang maksudnya adalah Peserta didik berlainan dibentuk menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Nah Tujuan di atas tidak munkin tercapai jika sejak mereka kecil di isolasikan dari teman-teman sebayanya disekolah-sekolah khusus Untuk menjawab Pertanyaan di atas, Tentunya Seharusya Ketiga Landasan Tersebut Mampu membuat kondisi yang ideal bagi peserta didik yang sekolah disekolah umum penyelenggara pendidikan inklusi.Namun ada beberapa hal penting yang lain yang dapat menghadirkan kondisi ideal yaitu Kerjasama dari seluruh stakeholder untuk menghadirkan Sekolah Yang ideal bagi mereka.



LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif



2.



Setelah membaca materi tentang sekolah ramah anak, bagaimana pengelolaan kelas yang akan anda lakukan agar tercipta lingkungan kelas yang ramah anak dengan setting sekolah inklusif? Jawab: Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian Dengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatankegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoor-dinasian, pengawasan. dan penilaian. Wilford A. Weber (James M. Cooper. 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives etticiently that will enable them to learn. Di samping pengertian di atas ada pengertian tentang pengelolaan kelas. Pertama: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Kedua: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Ketiga: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. Keempat: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif., pengelolaan kelas iaah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkm hubungan interpersonal dan iklim sosioemosional yang positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif. Tujuan Pengelolaan Kelas Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah pertama, mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin, kedua, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar. ketiga, menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. keempat, membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas yang disampaikan oleh Sudirman (dalam Djamarah 2006:170), bahwa pada hakekatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana hubungan sosial yang memberikan kepuasan. suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: 1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena



LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif



tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya. 2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang dibenkan padanya. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi permacam macam kegiatan belajar siswa sehingga subjek didik terhindar dan permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan sehingga para siswa sebagai warga kelas dapat berkembang secara optimal.



3.



Sebutkan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif? Jawab: Untuk mewujudkan nilai-nilai kebersamaan dalam seting sekolah inklusif, diperlukan suatu upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai kebersamaan (Togetherness Values) dalam aktivitas pembelajaran maupun kegiatan di luar pembelajaran, seperti kegiatan ekstrakurikuler, bahkan dalam momen bermain bebas saat waktu istirahat. Dalam konteks ini, sekolah dituntut untuk dapat memberikan makna terjadinya proses internalisasi nilai-nilai kebersamaan pada setiap aktivitas peserta didiknya. Manakala nilai-nilai kebersamaan dapat di internalisasikan di SPPI, maka sekolah inklusif akan memberikan peran sebagai agen perubahan terwujudnya masyarakat inklusif sesuai dengan filosofi bangsa Indonesia, yakni masyarakat yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Situasi dan suasana pembelajaran yang dibangun diatas keberagaman tetapi menuju kearah tujuan yang sama, yaitu memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas sesuai kakarkeristik dan kebutuhan individu peserta didik dengan menempatkan nilai kebersamaan sebagai nilai intinya (Core value). Berdasarkan kajian terhadap komponen program (Stainback, 1990:23), aktivitas pembelajaran (Unesco, 1998), layanan pembelajaran (Johnsen dan Skojen, 2001:5), respon terhadap keragaman peserta didik (Lynch, dalam Budiyanto, 2005: 42-46), dan pola pembelajaran, dapat dirumuskan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif sebagai berikut. a. Sekolah menyediakan program yang layak, menantang, dan aksesible untuk



LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif



semua peserta didik, dengan tetap memperhatikan aspek kebutuhan khusus pada setiap individu; b. Setiap peserta didik, termasuk di dalamnya ABK, memiliki suasana yang damai dan harmoni dalam melakukan aktivitas pembelajaran dan aktivitas lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial; c. Aktivitas pembelajaran di sekolah inklusif berbasis pada nilai perdamaian, demokrasi, hak asasi maunia, dan pembangunan berkelanjutan; d. Adanya kepekaan sosial dan kesiapan akademis dari warga sekolah untuk senantiasa meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam memberikan layanan pembelajaran bagi setiap peserta didik yang berbasis pada analisis kebutuhan individu; e. Sekolah harus merespon keragaman peserta didik secara luas, baik dalam hal latar belakang sosial ekonomi dan budaya, pola tingkah laku, maupun kemampuan, dan potensi yang berbeda-beda; f. Pola pembejaran yang dilakukan di sekolah inklusif berbasis pada pendekatan pembelajaran berpusat pada anak (Teaching Base of Students Centre); g. Pola pembelajaran yang berbasis pada pola kolaboratif yang sistemik, yang melibatkan peran dari kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik, dan masyarakat. (Hermansyah, 2014)



4.



Setelah membaca materi mekanisme layanan PDBK, menurut anda, model penempatan PDBK manakah yang paling baik? Jelaskan alasannya? Jawab: Model Kelas Reguler dengan Pull Out Model Kelas Reguler dengan Pull Out adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain namun dalam waktu- waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber belajar untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Model kelas ini menekankan saling kerjasama, saling membantu, saling menghargai dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua anggota dalam kelas untuk mencapai suatu keberhasilan. Namun apabila siswa berkebutuhan khusus tidak dapat mencapai kemampuan yang telah ditetapkan, maka akan ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus. Menurut Vaughn, Bos dan Schuman (Pedoman Penyelanggaraan pendidikan Inklusi, 2004: 19), ada empat unsusr yang harus dipenuhi sehingga bisa dikatakan pembelajaran model kelas regular dengan pull out yaitu: 1) komunitas kelas yang hangat (saling kerjasama antar anggota); 2) menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan kemampaun individu;



LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif



3)komunikasi antar anggota; 4) kesempatan yang sama untuk berhasil. Dengan demikian, pendidikan inklusi tidak mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit)