LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Supriadi Allu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah No . 1



Masalah yang telah diidentifikasi



Siswa tidak mampu melakukan gerakan pull up, guling depan dan kombinasi gerak dasar lokomotor, nonlokomotor dan manipulative dengan benar



Hasil eksplorasi penyebab masalah Kajian Literatur Peter H. Werner dalam Muhajir (2006:70) senam menurut Peter H. Werner dalam Muhajir (2006:70) ialah bentuk latihan tubuh menggunakan lantai dan alat yang sudah dirancang untuk meningkatkan kelincahan, daya tahan tubuh, kontrol diri, kekuatan, koordinasi dan kelenturan tubuh. http://www.penjasorkes.com/2019/04/8-pengertian-senam-menurut-para-ahli.html



Belajar gerak menurut Kiram, (1995:46) adalah “sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi latihan, atau diperoleh dari pengalaman atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis, dan menuntut keterlibatan fisik secara aktif. https://www.google.com/search? q=pengertian+pembelajaran+gerak+menurut+para+ahli&sxsrf=ALiCzsYsHPCD8AvVaEwUwtHHIZkfAcL-IA %3A1662369465833&ei=ub4VY9DDMtONmgfH3rP4AQ&ved=0ahUKEwiQhPzrqP35AhXThuYKHUfvDB8Q4dUDCA0&uact=5&oq =pengertian+pembelajaran+gerak+menurut+para+ahli&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBggAEB4QFjoECCMQJzoECAAQQzoLCAAQg AQQsQMQgwE6BQgAEIAEOggIABCABBCxAzoKCC4QxwEQrwEQQzoLCC4QgAQQxwEQrwE6BwgAEIAEEAo6BAguEEM6Cw guEIAEELEDEIMBOggILhCABBCxAzoICAAQsQMQgwE6CQgAEB4QyQMQFjoFCCEQoAE6CAghEB4QFhAdOgQIIRAVOgcIIR CgARAKSgQIQRgASgQIRhgAUABYjX5ghIgBaAJwAXgAgAGQAogBvjeSAQYwLjQ1LjSYAQCgAQHAAQE&sclient=gws-wiz



Analisis eksplorasi penyebab masalah Berdasarkan indentikasi masalah dan kajian literatur maka penyebab masalahnya: 1. Faktor fisik (cacat saat sejak lahir) dan psikologis (trauma) 2. Pengalaman belajar sebelumnya 3. Sarana tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik 4. Metode pembelajaran kurang menarik



Depdiknas (2003) mensepakati bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. http://penjaskesrek.fkip.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/filsafat-penjas.pdf



Hasil Wawancara : Wakasek Kesiswaan



1. 2. 3.



Perlu melakukan modifikasi sarana yang sesuai dengan perkembangan peserta didik Memotifasi peserta didik agar percaya diri dalam melakukan olahraga sesuai materi yang di ajarkan



Metode dan media pembelajaran yang kurang menarik minat siswa



Siswa :



1. Trauma karena pengalaman belajar sebelumnya 2. Takut cedera pada otot leher 3. Postur tubuh tidak mendukung atau kegemukan 4. Kurang senang dengan materi senam lantai 2



Motivasi siswa



belajar untuk



Kajian Literatur



Lebih lanjut setelah dilakukan analisis terhadap



pelajaran PJOK masi kurang khususnya materi lompat tinggi



pendidikan jasmani dikemukakan oleh Pangrazi dan Dauer (1995) ada lima tujuan pendidikan jasmani diselenggarakan di sekolah yaitu: 1) motor skill and movement competences, artinya kemampuan gerak dan keterampilan gerakan, 2) healthrelated physical fitness and wellness, artinya kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahtraan, 3) human movement principles, artinya prinsip gerak manusia, 4) social skills and positive self concept, artinya kemampuan berasosiasi dan perencanaan diri yang positif, dan 5) livetime participation in aktivity, artinya keikutsertaan beraktivitas selama hidup. http://penjaskesrek.fkip.unsyiah.ac.id/wp-content/ uploads/2018/09/filsafat-penjas.pdf Motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. http://repositori.unsil.ac.id/618/4/BAB%20II.pdf Menurut Dimyati dan Mudjiono (2015:97), unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: a. Cita-cita dan aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Dengan demikian, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, perkelahian antar siswa akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Lingkungan belajar dan pergaulan siswa mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa. f. Upaya guru membelajarkan siswa. Adalah upaya guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikan materi, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi siswa menjadi lemah atau kurang. http://repositori.unsil.ac.id/618/4/BAB%20II.pdf



rendahnya semangat/motivasi siswa disebabkan: 1. Pembelajaran di dalam kelas masih monoton 2. Guru belum merancang  pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. 3. Peserta didik takut karena pengalaman sebelumnya . 4. Metode pembelajaran kurang menarik siswa



Menurut Edy Purnomo (2011: 65) tujuan lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas untuk menaikan pusat masa tubuh (canter of gravity) dan berusaha untuk melewati mistar lompat tinggi agar tidak jatuh dan dengan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai ketinggian yang setinggitingginya https://eprints.uny.ac.id/7686/3/BAB%202%20%2010601247046.pdf Hasil Wawancara : Kepala sekolah



Metode dan media pembelajaran yang kurang menarik minat siswa



Siswa 1. Trauma karena pengalaman belajar sebelumnya 2. Takut cedera 3. Tidak mampu mengangkat tubuh karena gemuk 4. Kurang senang dengan materi lompat tinggi 3



Penyampaian konsep materi HOTS belum maksimal dan hasil evaluasi siswa terkait soal hots masi rendah (dibawa KKM)



Kajian Literatur



Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91). http://eprints.umm.ac.id/38847/3/BAB%20II.pdf Secara teoritis menurut Brookharth HOTS merupakan aspek yang penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran.tujuan pembelajaran yang mengembangkan HOTS adalah untuk membekali siswa teramapil memberi alasan dan membuat keputusan. Dari hasil penelitian Murray, yang menyebutkan bahwa ketika siswa menggunakan HOTS maka siswa memutuskan apa yang harus dipercayai dan apa yang harus dilakukan, menciptakan ide-ide baru, membuat prediksi dan memecahkan masalah. http://etheses.iainkediri.ac.id/1460/3/932118415%20-%20BAB %20II%20.pdf prinsip-prinsip dasar dalam melaksanakan penilaian, antara lain: a. Sahih, merupakan data yang menujukkan kemampuan yang akan diukur mulai dari level berpikir yang akan diukur, konten apa saja yang digunakan untuk mengukur, dan hasil seperti apa yang ingin diperoleh dari siswa. b. Objektif, penilaian dilakukan dengan berdasarkan prosedur yang sudah ditentukan sebelumnya dan kriteria yang jelas sehingga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. c. Akuntebel, penilaian yag sudah dilakukan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya dari segi posedur, teknik, hasil, dan tujuannya. d. Terbuka, semua yang akan dilakukan sebelumnya peserta didik harus mengetahui mulain dari prosedur pembelajaran, kriteria pembelajaran, dan hasil penilaian itu sendiri. e. Jelas, yaitu peserta didik memahami apa yang ditanyaakan dalam pertanyaan atau soal tersebut baik dalam segi ruusan pertanyaan dan tampilan yang mudah difahami. http://etheses.iainkediri.ac.id/1460/3/932118415%20-%20BAB %20II%20.pdf



Setelah dianalisis lebih lanjut diperoleh:



1. Kurangnya pemahaman pembelajaran berbasis HOTS 2. Perlu mengikuti pelatihan dalam merancang pembelajaran berbasis HOTS. 3. Peserta didik perlu dibiasakan mengerjakan soal-soal hots 4. Perbanyak referensireferensi terkait pembelaran hots dan evaluasi yang berbasis hots 5. Peserta didik Tidak mempelajari kembali materi yang sudah di ajarkan di rumah 6. Model pembelajaran kurang menarik



Karakteristik soal HOTS sebagaimana diungkapakan oleh Resnick diantaranya adalah non algoritmik, bersifat kompleks, m utiple Solutions (banyak solusi), melibatkan variasi pengambilan keputusan dan interprstasi, penerapan multiple criteria (banyak kriteria), dan bersifat effortfull (membutuhkan banyak usaha). http://etheses.iainkediri.ac.id/1460/3/932118415%20-%20BAB %20II%20.pdf Hasil wawancara : Ketua MGMP PJOK Kab. Pasangkayu 1. Kurangnya pemahaman pembelajaran berbasis HOTS 2. Perlu mengikuti pelatihan dalam merancang pembelajaran berbasis HOTS. 3. Peserta didik perlu dibiasakan mengerjakan soal-soal hots 4. Perbanyak referensi- referensi terkait pembelaran hots dan evaluasi yang berbasis hots



Siswa 1. 2. 3.



4



Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam pembelajaran pjok pada materi lompat jauh



Tidak mempelajari kembali materi yang sudah di ajarkan Susah mengerjakan soal-soal hots Kurang mengerti pembelajaran yang di ajarkan



Kajian Literatur



Menurut Asmani (2011: 114) bahwa pembelajaran berbasis TIK akan berjalan efektif jika menerapkan pembelajaran yang berpusat pada kegiatan peserta didik (student/learned centered learning), yaitu: (1) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata (kontekstual), sehingga pendidikan menjadi relevan dan responsive terhadap tuntutan kehidupan sehari-hari (2) Menumbuhkan pemikiran refklektif dan kreatif (3) Membantu perkembangan dan keterlibatan aktif dari peserta didik dalam proses belajar. https://eprints.uny.ac.id/65917/4/4.%20BAB %20II.pdf Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), maka pembelajaran harus diselenggarakan menggunakan prinsip-prinsip Kurikulum 2013 seperti yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 sebagai berikut: 1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4. Pembelajaran berbasis kompetensi;



Setelah dilakukan analisis lebih lanjut diperoleh: 1. Guru jarang menggunakan teknologi informasi seperti PPT interaktif. 2. Guru belum pernah mengajar menggunakan aplikasi TIK sebagai pendukung pembelajaran. 3. Perlu memngikuti pelatihan pembelajaran berbasis TIK 4. Gaya mengajar harus di rubah mengikuti perkembangan



5. 6.



Pembelajaran terpadu; Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi; 7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif; 8. Peningkatan keseimbangan, kesenambungan, dan keterkaitan antara hardskills dan soft-skills; 9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, disekolah, dan di masyarakat; 12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; 13. Pengakuan atas perbedaan indibidual dan latar belakang peserta didik; dan 14. Suasana belajar menyenangkan dan menantang https://eprints.uny.ac.id/65917/4/4.%20BAB %20II.pdf Menurut Munir (2010: 18), “Penerapan TIK di sekolah memerlukan pendekatan yang tepat dengan tujuan, kondisi, dan kemampuan sekolah” Hasil Wawancara Rekan guru 1. Guru jarang menggunakan teknologi informasi seperti PPT interaktif. 2. Guru belum pernah mengajar menggunakan aplikasi TIK sebagai pendukung pembelajaran. 3. Perlu memngikuti pelatihan pembelajaran berbasis TIK 4. Gaya mengajar harus di rubah mengikuti perkembangan



5 6 7