Logbook Kep Keluarga Kasus 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOGBOOK TUTORIAL KASUS I MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA PERSAINGAN SIBLING & KONSEP KELUARGA PADA ANAK REMAJA



DOSEN PENGAMPU: Ns Yuliana, S.Kep., M.Kep



DISUSUN OLEH: PUTRI YANI PASARIBU (G1B118050)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2021



KASUS Seorang mahasiswi Profesi Ners (22 th). di beritugas untuk mengelola keluarga dengan resiko tinggi, setelah survei ia menemukan keluarga (Tn.A& Ny.N) pada tahap perkembangan anak remaja, memiliki masalah dengan anak remaja, Hasil pengkajian data awal; tipe keluarga keluarga inti, memiliki 3 orang anak, 2 perempuan yang masih duduk di kelas1 dan kelas3 Sekolah Dasar, dan 1 laki-laki kelas2 SMP yang biasa di panggil (An. T). Menurut ibunya An.T tidak memiliki masalah kesehatan apapun, dari kecil jaranng Sakit dan tidak merepotkan saya. Saat adiknya perempuannya lahir ia sangat menyayangi,. Meski kadang2 sedikit ada persaingan sibling, dua tahun berikutnya adik keduanya lahir, fokus perhatian ibu nya Ny.N terhadap An.T berkurang. Namun An. T punya banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar Rumah. Sampai meninjak remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering terlambat pulang sekolah, kadangkadang bolos sekolah pulang sampe malam. Ny.N mengatakan sebenarnya masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia. Beda dengan dua adik perempuannya yang sangat penurut, rajin, dan pintar-pintar ayahnya (Tn.A) sangat menyayanginya.



STEP1 1. Sibling ? Jawab: sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Sibling yaitu Saudara kandung baik yang lebih tua atau lebih mudah dari kita 2. Keluarga resiko tinggi ? 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah : a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah. b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu : a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun). b) Menderita kekurangan gizi (anemia). c) Menderita hipertensi. d) Primipara dan Multipara. e) Riwayat persalinan atau komplikasi 3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena : a) Lahir prematur (BBLR). b) Berat badan sukar naik. c) Lahir dengan cacat bawaan. d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.



4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan. b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga yang sering sakit d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.



STEP 2 1. Apa saja pengkajian berdasarkan konsep keperawatan keluarga yang dapat di lakukan pada kasus? 2. Apa saja faktor penyebab An.T mengalami perubahan perilaku setelah kelahiran adik perempuan nya? 3. Bagaimana peran keluarga pda kasus ? 4. Apakah tindakan ny N yang capek menghadapi anaknya itu benar ? 5. Bagaimana pola asuh yang diberikan Ny.N kepada An.T ? 6. Apa permasalahan yang harus di gali oleh perawat pada kasus? 7. Bagaimana cara kita sebagai perawat Untuk mengetahui dan memahami tipe/bentuk dari keluarga seperti dikasus tersebut? 8. Apa Masalah Keperawatan Keluarga Yang Muncul Sesuai Data Yang Terdapat Di Kasus?



STEP 3 1. Pengkajian yang dilakukan dalam keperawatan keluarga yaitu terdiri dari : a. Data umum Terdiri dari informasi dasar yang dapat diperoleh dari KK, tipe bangsa untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan keluarga, agama, status sosial keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga. b. Riwayat dan tahapan keluarga Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah: 1) Tahap perkembangan saat ini. Bagaimana kondisi paling baru dari keluarga? Inilah yang menjadi fokus utama. Tidak hanya dari sisi kesehatan melainkan dari berbagai sisi. Misalnya faktor ekonomi, karena keluarga tidak mampu mencukupi kebutuhan makan yang sehat dan aman, maka anggota keluarga mudah terkena penyakit. 2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terbenuhi Keluarga dan setiap anggota keluarganya memiliki peran dan tugasnya masing-masing. Setiap tugas itu, sebaiknya dibuat daftar, mana saja tugas yang sudah diselesaikan. Dengan begitu, akan tampak tugas apa saja yang belom dilaksanakan. Jika ada beberapa tugas yang belum diselesaikan, kemudia dikaji kendala apa yang menyebabkannya. Lalu apakah tugas tersebut harus diselesaikan segera ataupun bisa ditunda. 3) Riwayat keluarga inti Bagian riwayat keluarga inti ini, tidak hanya dikaji tentang riwayat kesehatan. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang beresiko menurun, bagaimana pencegahan penyakit dengan imunisasi, fasilitas kesehatan apa saja yang pernah diakses, riwayat penyakit yang pernah diderita, serta riwayat perkembangan dan



kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesahatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat keluarga besar dari pihak suami dan istri juga dibutuhkan. Hal ini karena ada penyakit yang bersifat genetik atau berpotensi menurun kepada anak cucu. Jika hal ini dapat dideteksi lebih awal, dapat dilakukan berbagai pencegahan atau antisipasi. c. data lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga 3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 4) Mobilitas geografis keluarga 5) Sistem pendukung keluarga d. struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga 3) Struktur peran keluarga e. fungsi keluarga 1) Fungsi efektif 



Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya?







Apakah individu merasakan individu lain dalam keluarga?







Apakah pasangan suami istri mampu menggambarkan kebutuhan personal lain dan anggota yang lain ?







Bagaimana sensitivitas antara anggota keluarga ?







Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga ?







Bagaimana anggota keluarga saling memercayai, memberikan perhatian dan saling mendukung satu sama lain?







Bagaimana hubungan dan interaksi keluarga dengan lingkungan?







Apakah adanya kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan ?



2) Fungsi sosial 



Bagaimana keluarga membesarkan anak, termasuk pula kontrol perilaku, penghargaan, disiplin, kebebasan dan ketergantungan, hukuman, memberi dan menerima cinta sesuai tingkatan usia ? siapa yang paling bertanggung jawab ?







Kebudayaan yang dianut dalam membesarkan kesehatan ?







Apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak? Faktor risiko apa yang memungkinkan ?







Apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak, seperti tempat bermain dan istirahat dikamar tidur sendiri ?



3) Fungsi reproduksi 



Berapa jumlah anak ?







Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak ?







Metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian?



f. stres dan Koping keluarga g. Pemeriksaan kesehatan Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kesehatan seluruh anggota keluarga h. Harapan keluarga Pada bagian ini perlu diuraikan bagaimana harapan keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita pasien. Selain itu, sebagai pendukung dan motivasi, perawat juga perlu mengetahui bagaimana atau apa saja harapan keluarga terhadap perawat. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : 1) Adanya konflik dan ketidak setujuan hidup bersama dengan orang lain dalam jangka waktu yang cukup lama. Komunikasi dalam suatu hubungan



keluarga atau saudara kandung sangat penting sekali. Ketika ada suatu permasalahan yang dianggap oleh salah satu dari kakak atau adik itu mengganggu, maka harus ada pembicaraan dan bersama-sama membentuk sebuah solusi. Jika hal tersebut dapat terbangun dengan baik maka antara saudara satu dengan yang lain dapat hidup dengan tenang dan rukun. 2) Favoritisme orang tua terhadap salah seorang anak dapat memicu dendam anak yang lain. Secara tidak sadar terkadang orang tua saling membandingkan antara anak satu dengan yang lainnya. Misalnya, ketika si adik mendapatkan nilai rapot bagus sedangkan kakak nya mendapatkan nilai rapot lebih rendah, dengan maksud memotivasi anak biasanya orang tua berkata “itu lho nilainya bagus seperti adikmu, masa kakak kalah sama adik…”. Hal tersebut akan secara tidak langsung menimbulkan kebencian dan dendam terhadap kakak kepada adik. 3) Karakter individu. Setiap individu memiliki karakter sendiri-sendiri. Hal tersebut mempengaruhi adanya sibling rivalry karena ada beberapa anak yang menerima dengan ikhlas hal-hal yang terkadang menimmbulkan perasaan iri kepada saudara namun ada juga anak yang tidak mau kalah dengan saudara kandungnya. 3. Peran keluarga pada kasus kurang berjalan secara optimal karena An T kurang mendapat perhatian Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring dengan berubahnya kebutuhan anak pada masa ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini adalah perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri dari ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah. Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus menyeimbangkan antara mempertahankan ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia dan pendewasaan pada anak. 4. tindakan Ny.N yang capek menghadapi anaknya itu tidak benar, karena anak seusianya itu harus mendapat perhatian dari orangtuanya Jika orangtua capek menghadapi anaknya maka anak bisa jadi menjadi tidak diperhatikan sehingga dapat menyebabkan anak terjerumus ke dalam hal negatif seperti narkoba dan



seks bebas Alangkah baiknya orangtua dapat memperhatikan semua anaknya sesuai usianya, sehingga anak berkembang dengan baik 5. Bentuk pola asuh pada an.T pada kasus termasuk dalam pola asuh permisif (permissive parenting) dimana pada pola asuh ini anak diberikan kebebasan melakukan apapun tanpa pengawasan dari orangtua. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan, sedikit bimbingan. Orang tua dengan pola asuh ini tidak mempertimbangkan perkembangan anak secara menyeluruh. Anak yang diasuh dengan pola ini cenderung melakukan pelanggaranpelanggaran karena mereka tidak mampu mengendalikan perilakunya, tidak dewasa, memiliki harga diri rendah dan terasingkan dari keluarga. Hal tersebut sesuai dengan kasus an.T “orangtua permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”. Orangtua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya. 6. Hal yang terjadi pada kasus adalah remaja pada kasus tersebut mengalami sibling rivalry atau persalingan sibling , hal yang harus dikaji perawat adalah 



Urutan kelahiran







Perbedaan karakter dan kondisi emosional







Perbedaan jenis kelamin







Gaya parenting yang diterapkan







Perbedaan usia antara kakak dan adiknya



7. Cara perawat menentukan bentuk/ tipe keluarga dengan melakukan observasi ataupun pengkajian dalam kasus bentuk keluarganya The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak 8. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat ( anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien



STEP 4



Ners 22 th



Tn. A dan Ny.N



Tahap Perkembangan Anak dan Remaja



1 anak laki-laki



2 Anak Perempuan



An.T



(adik An.T)



PERSAINGAN SIBLING



-



Sering ke warnet



-



Penurut



-



Sering terlambat



-



Rajin



pulang sekolah



-



Pintar



bolos



-



Disayangi Tn.A



-



PERSAINGAN SIBLING & KONSEP KELUARGA PADA ANAK REMAJA



STEP V (Learning Objektive) 1. Jelaskan Konsep keluarga 2. Lengkapi data apa saja yang harus di gali dari kasus diatas 3. Masalah keperawatan apa yang mungkin muncul pada kasus 4. Secara teori Tindakan Apa yang sebaiknya dilakukan pada keluarga Tn.A& Ny.N Jawaban : 1. Konsep keluarga A. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (friedman, 1998). keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung



karena



hubungan



darah,



hubungan



perkawinan



atau



pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998) “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati, 2008) B. Tipe Keluarga



Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga ada 2 yaitu : a.



Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat) 2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. 3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak. 4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)



b.



Tipe keluarga non tradisional 1) The unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri 3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi



anak



dengan



melalui



aktivitas



kelompok



atau



membesarkan anaak bersama. 4) The non marital heterosexual cohibitang family Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.



5) Gay and lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners). 6) Cohibitng couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 7) Group-marrige family Beberapa orang dewasa menggunakan alatalat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya. 8) Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 10) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. C. Struktur Keluarga Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : 1) bersifat terbuka dan jujur, 2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, 3) berpikiran positif, dan



4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1. Karakteristik pengirim : a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat. b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. c) Selalu meminta dan menerima umpan balik. 2. Karakteristik penerima : a) Siap mendengarkan. b) Memberi umpan balik. c) Melakukan validasi. b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.



Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.



D. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) : a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan



fungsi



afektif



tampak



pada



kebahagiaan



dan



kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan



fungsi



afektif,



seluruh



anggota



keluarga



dapat



mengembangkan konsep diri positif. Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : 1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat. 2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus



mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi



afektif



merupakan



“sumber



energi”



yang



menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi. b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. c. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. d. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status



kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan



dapat



dilihat



dari



tugas



kesehatan



keluarga



yang



dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.



E. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998) a.



Mengenal masalah kesehatan



b.



Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat



c.



Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit



d.



Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat



e.



Mempertahankan hubungan dengan ( menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat



F. Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapantahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah : a. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan . c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun. d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.



e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anakanak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal dan tugas tumbuh kembang lansia pada tahap ini adalah: 1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan 2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun 3) Mempertahankan hubungan perkawinan 4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan 5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi 2. Data apa saja yang harus di gali dari kasus 1. An. T sering ke warnet, cara mengatasinya : membuat sebuah peraturan yang disepakati bersama, membatasi lamanya anak saat bermain game, padatkan aktivitas anak dengan kegiatan diluar jam sekolah, mengajaknya terlibat dalam pekerjaan rumah, paham akan apa yang dibutuhkan anak, berilah perhatian yang lebih pada anak, alihkan perhatian anak ke aktifitas



lainnya, ajak anak berlibur tamasya sekeluarga, masuki dunia anak, jadilah teladan yang baik. 2. An. T sering terlambat pulang sekolah, cara mengatasinya : Ingat-ingat jam berapa anak tiba di rumah, izinkan anak istirahat sejenak. Jangan disuruh atau diminta apa-apa dulu. Biarkan anak istirahat, kemudian bisa beraktivitas lagi setelah tubuhnya kembali segar. Saat tiba di rumah, anak memiliki banyak pengalaman yang bisa diceritakan. ini kesempatan emas untuk mengakrabkan orang tua dengan anak. ibu/ayah bisa saling cerita apa saja yang dilakukan saat di sekolah (emotional bounding) . 3. An. T suka pulang malam, cara mengatasinya : berikan perhatian kepada anak agar anak betah di rumah, berikan waktu untuk bermain dengan teman-temannya secukupnya, penuhi kebutuhan anak, jangan terlalu dikekang, pantau pergaulan anak secukupnya. 3. Masalah yang mungkin muncul pada kasus : 1) Gangguan proses keluarga 2) Resiko gangguan perlekatan 3) Kurangnya dukungan keluarga 4) Disungsi proses keluarga 4. Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada keluarga Tn.A& Ny.N adalah : 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak akan orang tua 4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga 5) Tidak membandingkan anak 1 dengan lainnya bahkan anak tetangga 6) Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri 7) Meyakinkan seorang anak mendapatkan waktu yang cukup dengan orang tua 8) Jangan memberikan tuduhan tertentu kepada anak



9) Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anaknya 10) Merencanakan kegiatan keluarga 11) Memberikan respon sesuai keadaan 12) Pelajari alasan anak merasa iri 13) Turunkan ekspetasi kepada kakaknya.



STEP 6 1. Definisi Sibling Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Sibling dapat merupakan saudara kandung, saudara tiri atau saudara adopsi. Hubungan antar sibling adalah hubungan yang abadi, sibling berbagi banyak hal dengan sesama sibling dan menerima atau menolak nilai-nilai yang sama dari orang tua yang sama (Bee dan Boyd dalam Rahmawati, 2013). 2. Manifestasi Sbling Sawicki dalam penelitiannya menyatakan manifestasi sibling rivalry umumnya terjadi pada anak yang lebih tua akibat kehadiran adik dalam keluarga.Manifestasi sibling rivalry ini pada umumnya terjadi pada anak yang lebih tua (kakak) pada saat kehadiran adik baru. Beberapa anak menyarankan orangtua agar membawa kembali adik mereka ke rumah sakit atau memberikan adik kepada orang lain. Anak lainnya mungkin dapat bertindak secara fisik dengan memukul, menendang, mendorong atau menggigit adik. Anak juga dapat mengerahkan agresinya kepada orang lain, seperti orangtua, teman sepermainan, atau benda tidak bergerak seperti mainan atau bahkan pada binatang peliharaan di rumah. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Sbling Menurut Hurlock (2000) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan saudara kandung, yaitu:



a. Sikap orang tua Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik. b. Urutan dalam posisi Semua keluarga, kecuali keluarga satu anak, semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan padanya,semua berjalan dengan baik. Tetapi peran itu peran yang diberikan dan bukan yang dipilih sendiri, maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali. Sebagai contoh, anak perempuan yang lebih tua mungkin menolak perannya sebagai “pembantu ibu” dan merasa bahwa adiknya harus berbagi beberapa tanggung jawab yang diberikan padanya. Hal ini dapat menyebabkan memburuknya hubungan orang tua-anak maupun hubungan antar saudara. c. Jenis Kelamin Saudara Kandung Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati daripada dalam kombinasi laki-perempuan atau laki-laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan



lebih



cerewet



dan



suka



mengatur



terhadap



adik



perempuannya daripada adik lakinya. Anak laki-laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak perempuan. Selama usia yang pada akhir masa kanak-kanak, antagonism antar jenis kelamin yang sering berkembang dalam yang menyebar ke rumah, dan menimbulkan konflik-konflik yang tidak ada habishabisnya antara kakak laki-laki dan kakak perempuan. Hubungan antar saudara kedua jenis



biasanya mencapai titik terendah pada saat ini. Hal ini sering dapat mempunyai pengaruh yang sangat buruk pada hubungan keluarga, terutama bila orang tua turut campur dan berusaha mengakhiri perperangan antar jenis tersebut. Orang tua kemudian dituduh pilih kasih, suatu tuduhan yang lebih merusak hubungan keluarga. d. Perbedaan Usia Jika perbedaan usia antarsaudara besar, hubungan antara orang tua dan anak secara keseluruhan berbeda dari hubungan dengan perbedaan usia antarsaudara yang kecil. Bila anak-anak berdekatan usia, orang tua cenderung memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik dan mereka mengecamnya bila ia gagal melakukan itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orang tua ini ikut memperburuk hubungan antar saudara kandung. e. Jumlah Saudara Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Untuk itu terdapat dua alasan. Pertama, bila hanya ada dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama daripada jika jumlahnya besar. Karena perbedaan usia juga mungkin sekali kecil, orang tua mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama-sama. Kedua, bila ada banyak anak, disiplin cenderung otoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Pengawasan orang tua yang santai, permisif terhadap perilaku anak, memungkinkan antagonisme dan permusuhan ini dinyatakan dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai perselisihan. f. Jenis Disiplin Hubungan antarsaudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti pola permisif. Bila anak dibiarkan bertindak



sesuka hati, hubungan antarsaudara sering tidak terkendalikan lagi. Disiplin yang demokratis dapat mengatasi sebagian kekacauan akibat disiplin permisif, tetapi dampaknya tidak sebesar dampak disiplin otoriter. Dengan sistem demokratis, anak belajar mengapa mereka harus memberi dan menerima atas dasar kerja sama pada sistem otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci. g. Pengaruh Orang Luar Orang lain baik anggota keluarga maupun teman orang tua atau guru dapat menimbulkan atau memperhebat ketegangan yang telah ada antara saudara kandung dengan membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Bilamana perbandingan menguntungkan anak tertentu, maka akan timbul permusuhan di pihak saudara yang lain terhadap anak tersebut. Sebaliknya, bilamana perbandingan merugikan anak itu, sudah hampir pasti anak itu akan mulai memusuhi saudaranya yang dinilai lebih baik. Dari penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pola hubungan sibling dapat diketahui melalui kekuatan emosi, keintiman, serta perbedaan sifat. Hal lain yang mempengaruhi hubungan saudara kandung adalah sikap orang tua, jumlah saudara, rentang usia, urutan kelahiran, jenis kelamin, jenis disiplin, dan pengaruh orang luar. 4. Dampak Sibling Rivalry Konflik antar saudara kandung dapat menjadi masalah bagi setiap anggota keluarga. Hubungan yang sangat jelek antar saudara pada awal kehidupan anak dapat menjadi ”luka batin” yang dibawa seumur hidup, yang tidak hanya mempengaruhi hubungan antar saudara saat ini, tapi juga hubungan dengan teman di sekolah atau di masyarakat, bahkan juga hubungan dengan anak-anaknya kelak (Tani dan Panomban, 2007) Dampak sibling pada satu sisi saudara kandung dapat dianggap sebagi pesaing dalam memanfaatkan sumberdaya dari orangtua. Pada perspektif ini seorang anak dapat mengalami kemunduran perkembangan (regresi) yang disebabkan oleh kelahiran adiknya (Lestari, 2012). Sibling rivalry bisa



menimbulkan masalah jika permusuhan semakin dalam, pertengkaran dapat membahayakan anak kembar, atau membuat salah satu anak menjadi rendah diri (Gichara, 2008). Menurut Spungin & Richardson (2007) Membandingbandingkan adalah akar permasalahan persaingan saudara kandung. Jika membanding-bandingkan diri, itu akan menimbulkan rasa benci.



5. Karakteristik Sbling a. Kualitas emosi relasi itu. Baik emosi positif dan negatif yang intensif seringkali saling diekspresikan diantara saudara kandung. b.



Rasa kekeluargaan dan keakraban relasi itu. Saudara kandung biasanya sangat menegenal satu sama lain, dan keakrakaban ini mengidentifikasikan bahwa mereka dapat saling mendukung, menggoda, atau menyepelekan tergantung situasinya.



c. Variasi dalam relasi dengan saudara kandung. Beberapa saudara kandung mendeskripsikan relasi mereka secara lebih positif daripada sudara kandung lainnya. Jadi terdapat beberapa variasi dalam relasi dengan saudra kandung.



6. Pengertian Remaja Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).



7. Tahap Perkembangan Remaja Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa : a. Remaja Awal (Early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik.



Kepekaan



yang



berlebih-lebihan



ini



ditambah



dengan



berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa. b. Remaja Madya (Middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi 8 9 kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis. c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini. 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.



4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). 8. Karakteristik Perkembangan Remaja Karakteristik Perkembangan Remaja Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakanmenjadi : a. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai 10 lawan terhadap difusi peran.Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. 1) Identitas kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi



remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok. 2) Identitas



Individual



Pada



tahap



pencarian



ini,



remaja



mempertimbangkan hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak 11 mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi. 3) Identitas peran seksual Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok



teman



sebaya



mulai



mengomunikasikan



beberapa



pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan



kemajuan



perkembangan,



remaja



dihadapkan



pada



pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis. 4) Emosionalitas Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi



cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan. b. Perkembangan Kognitif Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan 12 bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan.Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam



sekelompok



pernyataan



dan



mengevaluasi



sistem,



atau



serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis. c. Perkembangan Moral Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering



sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. d. Perkembangan Spiritual Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap 13 konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka. e. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua.Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian. 1) Hubungan dengan orang tua Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali



menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah. 2) Hubungan dengan teman sebaya Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan. 14 a) Kelompok teman sebaya Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya. b) Sahabat Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.



9. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara lain : a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya,



hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. 15 b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.



Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah. 16 e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. f. Mempersiapkan karier ekonomi Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Kecenderungan perkawinan muda



menyebabkan



persiapan



perkawinan



merupakan



tugas



perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja. 17 h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai dewasa,



orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilainilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. 10. Definisi Keluarga Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007): a. Bailon



dan



Maglaya



(1978)



mendefinisikan



sebagai



berikut



:



Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya” b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan”. c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatanemosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga” 11. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Remaja di sini adalah anak yang berusia mulai dari 13 tahun hingga 19-20 tahun. Tahap perkembangan keluarga ini bisa lebih singkat jika anak pertama yang beranjak remaja memutuskan hidup terpisah dengan orangtua, misalnya mengenyam pendidikan di luar kota Selain bertugas menjaga



keharmonisan keluarga, tahap perkembangan keluarga ini juga menantang orangtua untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak. Orangtua wajib memberi kebebasan pada anak, namun juga memberi tanggung jawab sesuai usia dan kemampuan anak. 12. Masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap perkembangan anak Remaja Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif,



pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta konflik-



konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang



berbeda dengan orang tuanya. Orang yang



dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman- temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng geng.



Perubahan



perkembangan



yang



terjadi



pada



remaja,



sering



mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Semakin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai masalahnya, semakin rendah kemungkinannya remaja mengalami stress sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya (Setiadi, 2008). Kompleksnya permasalahan remaja membutuhkan penanganan, pembinaan dan kerja sama yang aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada di masyarakat. Pembinaan yang paling mendasar dan utama adalah yang dilakukan oleh keluarga, setiap keluarga memiliki tujuan membantu setiap anggota keluarganya termasuk anak remaja, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengasuhan yang baik, komunikasi yang terjalin dalam keluarga



sangat penting agar perubahan dan permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Selain hal tersebut, keluarga senantiasa harus melakukan kontrol dan mempertahankan aturan yang telah disepakati secara konsisten (Allender & Spradley, 2005) dengan demikian keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Apakah seseorang akan memiliki kepribadian yang positif atau negatif, tergantung pada pola asuh yang ditetapkan, pengetahuan orang tua dalam pengasuhan anak, pola interaksi dan komunikasi yang terbangun dalam keluarga tersebut.



13. Askep Kasus Pengkajian Keluarga a. Data Umum 1) Nama kepala keluarga (KK) : Tn. A 2) Usia



:-



3) Pendidikan



:-



4) Pekerjaan



:-



5) Alamat



:-



6) Komposisi keluarga



:



Tabel 1. Komposisi keluarga No 1. 2.



Nama Ny. N Tn.A



JK P L



Hub Ibu Ayah



Umur 34 th 44



Pendidikan -



3.



An.T



L



Anak



11



SMP



4.



An.B



P



Anak



9



SD



5.



An.C



P



Anak



7



SD



7) Genogram



Keterangan : Laki-laki Perempuan Serumah Kepala keluarga



Gambar 2. Genogram Keluarga Tn. A 8) Tipe keluarga The Nuclear Family (keluarga inti)Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi. 9) Suku dan Bangsa Keluarga klien berasal dari Indonesia kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa indonesia. 10) Agama Tidak Terkaji 11) Status sosial ekonomi keluarga : Tidak Terkaji Penghasilan : Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga : Barang-barang yang dimiliki : 12) Aktifitas rekreasi keluarga Tidak terkaji



b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan saat ini Tahap perkembangan keluarga Tn.A merupakan tahap II. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan keluarga Tn.A merupakan tahap I. 3) Riwayat keluarga inti Menurut Ny.N An.T tidak memiliki masalah kesehatan apapun, dari kecil jarang sakit dan tidak merepotkan Ny.N TD : -



S:-



BB : -



N:-



R:-



TB : -



4) Riwayat keluarga sebelumnya Tidak Terkaji c. Lingkungan 1) Karakteristik rumah Tidak Terkaji 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW Tidak Terkaji 3) Mobilitas geografis keluarga Tidak Terkaji 4) Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat Tidak terkaji 5) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yaitu 5 orang. d. Struktur Keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Tidak Terkaji 2) Struktur kekuatan keluarga Tidak Terkaji 3) Struktur peran (formal & informal) : Formal :



Tn.A sebagai Kepala Keluarga, Ny.N sebagai Ibu, An.T sebagai anak, An.B sebagai anak, dan An.C sebagai anak Informal : 4) Nilai dan norma keluargaa Ny.N mengatakan terdapat persaingan sibling antara An.T dengan adik-adiknya, Ny,N mengatakan sudah cape menghadapi An.T e. Fungsi Keluarga 1) Keluarga afektif Hubungan antara keluarga kurang baik, fokus Ny.N pada An.T berkurang. 2) Fungsi sosial 3) Fungsi perawatan keluarga 4) Fungsi reproduksi 5) Fungsi ekonomi f. Stres dan Koping Keluarga 1) Stresor jangka pendek dan panjang : Stresor jangka pendek : Ny.N mengatakan sudah cape ngadapin An.T Stresor jangka panjang : 2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor 3) Strategi koping yang digunakan 4) Strategi adaptasi disfungsional g. Pemeriksaan Fisik Tekanan Darah



:-



Nadi



:-



Suhu



:-



Respirasi



:-



Berat badan



:-



Tinggi badan



:-



Hasil pemeriksaan laboratorium (cholesterol) : Kepala



:-



Mata



:-



Hidung



:-



Mulut



:-



Telinga



:-



Leher



:-



Dada



:-



Perut



:-



Extremitas



:-



Eliminasi



:-



h. Harapan Keluarga 1) Harapan yang diinginkan keluarga Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar membantu masalah An.T. ANALISA DATA No 1. Ds: 



Data Fokus



Etiologi Ketidakmampuan



Ny.N Keluarga mengenal performa peran



perhatian



terhadap



An.T



semenjak



adik



berkurang masalah keudanya tugas



dan



Ny.N



mengatakan



sering keluarga



terjadi



persaingan



sibling anak remaja



antara An.T dan adiknya 



tentang remaja An. T



Ny.N



fungsi keluarga Tn.A



perkembangan



lahir 



mengatakan



menghadapi An.T



Problem Ketidakefektifan



capek



dengan







Ny.N



membandingkan



tingkah laku An.T yang tidak seperti adiknya Do: 



An.T



merupakan



anak



pertama dalam keluarga 



An.T duduk di kelas 2 SMP yang berada dalam tahap perkembangan remaja







Dirumahnya tidak ada yang mengajarkan tanggung kepada An.T



peran jawab



dan remaja



2.



DS: 



Ketidakmampuan



Ny.N



mengatakan



menghadapi



tingkah



capek keluarga



Ny.N



tentang Tn.A



pentingnya



mengatakan



An.T komunikasi



efektif



temannya antara orang tua dan



bersama-sama



remaja



sering pergi kewarnet 



mengenal kpoing keluarga



laku masalah



anaknya An.T 



Ketidakefektifan



Ny.N



mengatakan



sering



terlambat



An.T pulang



sekolah 



Ny.N



mengatakan



An.T



kadang-kadang bolos sekolah hingga pulang sampai malam 



Tn.A lebih menyayangi adikadik



An.T



karena



lebih



pada



tahap



penurut Do: 



An.T



berada



perkembangan anak remaja Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan performa peran remaja An.T keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja. b. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja



Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah a. Diagnosa: Ketidakefektifan performa peran remaja An.T keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja Kriteria



Sko



Hasil



Pembenaran



r Sifat



Masalah



Saat iniAn.T masih dalam



(bobot=1)



3



Tidak Sehat



2



3/3x1= 1



perkembangan remaja yang membutuhkan



Ancaman Kesehatan



perhatian



dankomunikasi yang efektif



Krisis atau keadaan



1



dalam



sejahtera



mengungkapkan



masalahnya.



Orangtua



biasanya hanya menanyakan kemana



An.T



pergi



dan



kadang memarahi jika ada masalah dengan sekolah An.T masih dapat diajak



Kemungkinan Masalah



Dapat



berkomuniasdan 2/2x2= 2



Diubah(bobot=2)



2



Dengan mudah



1



pendekatan komuikasi yang



Hanya sebagian



0



efektif akan pengenalan peran



Tidak dapat



padaorang



menurut



tuanya,



melalui



dan tanggung jawab remaja maka penerapan peran pada remajadi keluarga Tn.A akan



Potensial



Masalah



efektif. Adanya perhatian yang baik



Dapat



Dicegah



dari orang tua dan saudara



(bobot=1)



3



1/3x1=



An.T



Tinggi



2



1/3



peran dan tanggung jawabnya



Cukup



1



Rendah Menonjolkan Masalah (bobot=1)



akan



Keluarga masalah



perkembangan



mengatakan dan



segera



ada perlu



- Masalah berat, harus 2



2/2x1= 1



segera ditangani



ditangani karena mereka takut anaknya



- Ada masalah, tapi



tidak



menerapkan



bisa



peran



dan



tidak perlu segera 1



tanggung jawab remaja di



ditagani



keluarga



- Masalah



tidak



dirasakan Total



0 4 1/3



b. Diagnosa: Ketidakefektifan koping keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja Kriteria Sifat Masalah (bobot=1)



Skor



Hasil



Tidak Sehat



3



3/3x1= 1



Ancaman Kesehatan



2



Krisis



atau



keadaan



sejahtera



Kemungkinan



Pembenaran Timbul mekanisme koping



negatif



baik



pada



orang



tua,



keluarga 1



maupun



remaja



karena



kurangnya



kualitas



komuikasi



antara



mereka Pola komunikasi antara



Masalah



Dapat Diubah(bobot=2)



remaja dan ora tua



Dengan mudah



2



Hanya sebagian Tidak dapat



2/2x2= 2



merupakan



suatu



1



proses



yang



harus



0



dimulai



dan



dijaga



keberlangsungannya, keluarga memberikan



sudah respon



dengan bertanya cara komunikasi Potensial Masalah Dapat



yang



baikdengan remaja Keluarga sudah



Dicegah (bobot=1)



mengetahui



Tinggi



3



Cukup



2



Rendah Menonjolkan



1 2



Masalah



3/3x1= 1



dan cara mencegahnya



Keluarga menganggap



(bobot=1) Masalah



stressor



masalah terjadi tetapi berat,



harus



segera ditangani



1



1/2x1=



tidak



1/2



masalah ini prioritas



Ada masalah, tapi tidak



menjadikan



utama



perlu segera ditagani Masalah tidak dirasakan Total



0 4 1/2



Prioritas Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja b. Ketidakefektifan performa peran remaja An.T keluarga Tn.A b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja Intervensi keperawatan Dx Tujuan: Setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, performa peran remaja menjadi efektif. Kriteria hasil: Keluarga mampu menyebutkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmani. Sedangkan perkembangan adalah berkembangnya kemampuan atau keahlian anak. Intervensi



1. Apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang. 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Dx 2 Tujuan: Setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, diharapkan koping keluarga menjadi efektif. Kriteria hasil: Keluarga mampu menyebutkan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Intervensi: 1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi. 2. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 5. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 7. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.



DAFTAR PUSTAKA Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC Christensen, Paula J dan Janet W.Kenney. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Jakarta: EGC.



Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika : Jakarta. Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba medika Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta : Sagung Seto