20 0 210 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA
A KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi (Pengertian) a.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin menyediakan
yang
beredar
oksigen
bagi
tidak
memenuhi
jaringan
tubuh
fungsinya (Handayani
untuk dan
Haribowo,2008). b.
Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami mentruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht) yang rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb remaja putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12 gr/dl (Tarwoto, dkk, 2010).
2. Epedimiologi atau Insiden Kasus Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Pada
anemia
apapun
penyebab
anemia,
keparahannya,
dan
perkembangannya menentukan hasil. Usia pasien dan adanya penyakit penyerta seperti jantung, paru-paru, ginjal, atau penyakit hati juga dapat secara signifikan mempengaruhi hasil. Hasil dari anemia akibat kehilangan darah tergantung pada sumber perdarahan,tingkat keparahan kerugian, dan respon terhadap pengobatan. Jika sumber perdarahan diidentifikasi dan dikoreksi, anemia akut akibat kehilangan darah masih dapat berhasildiobati dengan transfusi darah. Anemia kronis akibat kehilangan darah kecil tapi terus-menerus, seperti pada perdarahan gastrointestinal , merespon, koreksi pendarahan,tanpa perlu transfusi jika sumber perdarahan diidentifikasi sebelu m kehilangan darah signifikan. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan makanan biasanya dapat diperbaiki dengan terapi penggantian, dan perbaikan dapat dilihat dalam beberapa minggu atau bulan. Gejala neuropsikiatri disebabkan oleh anemia pernisiosa bisa memakan waktu hingga satu tahun atau lebih menunjukkan peningkatan. Gejala-gejala mungkin tidak menyelesaikan sepenuhnya,tetapi dengan perawatan berkelanjutan mereka biasanyatidak berkembang. Individu dengan seumur hidup, anemia herediter yang parah (misalnya, anemia selsabit talasemia) memiliki harapan hidup dipersingkat. Tanpa transplantasi sumsum tulang,bentuk parah dari anemia ini sering mengakibatkan kematian pada dekade kedua atau ketiga kehidupan (Conrad, 2006).
3. Etiologi (Penyebab) Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : o Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang o Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan) o Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
4. Patofisiologi Anemia terjadi apabila sel-sel darah merah sum-sum tulang terganggu atau apabila sel-sel darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Kegagalan sum-sum tulang (misalnya: berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi beserta pembentukan sel-sel darah merah seperti zat besi, asam total B12, atau kekurangan eritropoetin dikarenakan penyakit ginjal, invasi tumor akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Tanda-tanda anemi akan tampak bila kapasitas sel-sel pembawa O2 berkurang. Anemi yang disebabkan berubahnya produksi pula dirusak oleh sel-sel pagnosis pada sistem retikuloendotial terutama hati dan lien. Bilirubin juga direaksikan pada kulit yang menyebabkan warna kuning ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah, sel darah merah yang dikenal sebagai anemia sel berbentuk sabit dan penyakit homolitik pada bayi yang baru lahir. Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah biasanya bersifat sangat cepat. Misalnya: hemoragik atau perdarahan yang terjadi pada penyakit-penyakit kronis seperti kanker atau penyakit peradangan perut, kehilangan sel darah merah pada perdarahan merupakan faktor yang menyebabkan anemia. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3-5 gr besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas padaproses penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, makabesi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubahmenjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadipada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferinplasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempatpenyimpanan di jaringan.Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin,jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetinakan mengganggu sehingga produksi sel darah merah
berkurang, sel darahmerah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurunsehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, halini mengakibatkan metabolisme tubuh menurun.
6. Klasifikasi Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis a
Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang 1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit 2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi 3. Kerusakan sumsum tulang
b
Anemia akibat kekurangan eritropoiten : anemia pada gagal ginjal kronik
c
Anemia akibat hemoragi 1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik
d
Anemia hemolitik 1. Anemia hemolitik intrakorpular 2. Anemia hemolitik ekstrakorpular
e
Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang komplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi a
Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV 3 detik
2. Pola Napas Tidak Efektif a
Berhubungan dengan penurunan energi
b
Ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal ( mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
3. Intoleransi aktivitas -
Berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
-
Ditandai dengan kelemahan dan keletihan, takikardi, peningkatan tekanan darah, lebih banyak memerlukan istirahat dan tidur
3. Rencana Tindakan a
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan kosentrasi hemoglobin d.d kulit pucat, turgor kulit menurun, akral dingin, nadi menurun, pengisian kapiler > 3 detik Tujuan
Intervensi
Setelah
dilakuakan 1. Kaji
tindakan
keperawatan
selama …. Jam diharapkan perfusi
jaringan
adekuat
dengan
Rasional tanda-tanda 1. Data
vital
dan
hemoglobin
hasil :
posisi
semi fowler 3. Instruksikan
pernafasan
Kulit tidak pucat
keluarga
-
CRT < 2 detik
mengobservasi
-
Tanda – tanda vital
pasien
normal
menghindari
Batas
hemoglobin
dalam rentang normal
untuk 3. Mempertahankan
darah yang
berlebihan 4. Memberikan
terapi
pasokan oksigen
agar 4. Meningkatkan sel
pergerakan
tranfusi
pasien 2. Meningkatkan
-
-
mengetahui perkembangan
pasien 2. Berikan kriteria
dasar
sesaui
b
Pola Napas Tidak Efektif b.d penurunan energy d.d dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal ( mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes) Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah dilkukan tindakan 1. Kaji tanda - tanda 1. Data keperawatan selama ….
vital
mengetahui
Jam diharapkan toleransi 2. Identifikasi aktivitas
pasien
aktivitas
perkembangan yang
meningkat dengan kriteria
mampu
hasil :
dilakukan pasien
-
-
Tanda-tanda
-
-
vital 3. Latih ROM jika keadaan
Mampu berpindah :
memungkinkan
atau
kepada
Bebas dari kelelahan
dan
setelah beaktivitas
pasien
Kebutuhan aktivitas
ROM
dan seimbang
intervensi
yang
tepat untuk pasien
pasien 3. Meningkatkan atau
tanpa 4. Berikan
bantuan alat
pasien 2. Merencanakan
normal
dengan
dasar
HE pasien
mempertahankan fleksibilitas
dan
kekuatan otot
keluarga 4. Meningkatkan tentang
tentang ROM
istirahat 5. Kolaborasi dengan
5. Menentukan tenaga
rehabilitasi medic dalam merencanakan program yang tepat
pengetahuan
teapi
intervensi
yang
tepat untuk pasien
c
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d kelemahan dan keletihan, takikardi, peningkatan tekanan darah, lebih banyak memerlukan istirahat dan tidur Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah dilkukan tindakan 6. Kaji tanda - tanda 6. Data keperawatan selama ….
vital
mengetahui
Jam diharapkan toleransi 7. Identifikasi aktivitas
pasien
aktivitas
perkembangan yang
meningkat dengan kriteria
mampu
hasil :
dilakukan pasien
-
-
Tanda-tanda
-
-
vital 8. Latih ROM jika keadaan
Mampu berpindah :
memungkinkan
atau
kepada
Bebas dari kelelahan
dan
setelah beaktivitas
pasien
Kebutuhan aktivitas
ROM
dan seimbang
intervensi
yang
tepat untuk pasien
pasien 8. Meningkatkan atau
tanpa 9. Berikan
bantuan alat
pasien 7. Merencanakan
normal
dengan
dasar
HE pasien
mempertahankan fleksibilitas
dan
kekuatan otot
keluarga 9. Meningkatkan tentang
tentang ROM
istirahat 10. Kolaborasi dengan
10. Menentukan tenaga
rehabilitasi medic dalam merencanakan program yang tepat
pengetahuan
teapi
intervensi
yang
tepat untuk pasien
4. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1. Peningkatan perfusi jaringan 2. 3. Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi / aktivitas