LP Anemia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA



Disusun oleh : Pandi Sarsito SN191119



PROGRAM STUDI PROFESI NERS



1



STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2019/2020



A. KONSEP PENYAKIT 1.



PENGERTIAN Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar



hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Carpenito,2017) Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2016) 2.



ETIOLOGI: 1.



Hemolisis (eritrosit mudah pecah)



2.



Perdarahan



2



3.



Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)



4.



Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper



Menurut Patrick 2015 Penyebab anemia yaitu: 1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi. 3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia. 5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll). 6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12. 7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah. 8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah. 3. MANIFESTASI KLINIK Menurut Santoso 2017 manifestasi klinik anemia yaitu: 1.



Lemah, letih, lesu dan lelah 3



2.



Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang



3.



Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi



4.



Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)



5.



Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)



6.



Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP



7.



Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)



4. KOMPLIKASI Komplikasi umum akibat anemia adalah: 1. Kejang 2. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang ) 3.



Daya konsentrasi menurun



4.



Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun



5. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).



4



Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. ( Smeltzer 2015) Pathway Perdarahan pasif



Kurang bahan baku pembuat sel darah



Penghancur eritrosit yang berlebih



Terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang



Anemia



Anoreksia Gangguan pola tidurLemas pusing



Kekuranga 5 n volume cairan



Lemas Ketidaksei mbangan Mual nutrisi muntah



(sumber wilkinson,2018) 6. PENETALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang menurut Closkey 2016 : 1.



Anemia aplastik:



 Transplantasi sumsum tulang  Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal  Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat  Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3 Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4.



Anemia pada defisiensi besi



6



 Dicari penyebab defisiensi besi  Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik  Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.  Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.  Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi



B.ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis. b. Keluhan utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran. c. Riwayat penyakit sekarang Kehilangan komunikasi, gangguan presepsi, kehilangan motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan dan kehilangan sensasi atau paralis. d. Riwayat penyakit dahulu Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat tinggi kolestrol, obesitas, riwayat Diabetes Mellitus, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi, riwayat konsumsi alkohol. e. Riwayat penyakit keluarga 7



Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga. f. Pengkajian psikososiospiritua Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. g. Pemeriksaan Fisik dan obserrvasi (Padila, 2015) 1) B1 (Breathing) Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yanering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. 2) B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg). 3) B3 (Brain) Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral, observasi tingkat kesadaran. 4) B4 (Bladder) Tanda-tanda inkontinensia urine. 5) B5 (Bowel) Tanda-tanda inkontinensia alfi. 6) B6 (Bone) Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan. Tanda-tanda decubitus karena tirah baring yang terlalu lama, kekuatan otot. 7) Pengkajian Tingkat Kesadaran



8



Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan. 8) Pengkajian Fungsi Serebral Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer. 9) Status Mental Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. 10) Fungsi Intelektual Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata. 11) Kemampuan Bahasa Penurunan kemampuan



bahasa



tergantung



daerah



lesi



yang



memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.



9



Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya. 2. DIANGNOSA KEPERAWATAN a. Kekurangan volume cairan b.d asupan cairan kurang. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d faktor biologis c. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak efisien 3. PERENCANAAN KEPERAWATAN N O



Diangnosa



Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (noc) (nic)



1



Kekurangan volume cairan b.d asupan cairan kurang.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkaan masalah dapat teratasi dengan criteria



Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan b.d faktor biologis



- Membran mukosa lembab dari sedang (3) menjadi tidak ada (5) - Konjungtiva tidak anemis dari sedang (3) menjadi tidak ada (5) - Kelemahan teratasi menajdi ringan (4) menjadi tidak ada (5) - Tanda-tanda vital dalam rentang normal menajdi ringan (4) menjadi tidak ada (5) - Hb dalam batas normal menajdi ringan (4) menjadi tidak ada (5) Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan masalah dapat teratasi dengan criteria



2



10



-



-



Mengkaji ku pasien Monitor ttv Atur kemungkinan Monitor hasil leb _ransfuse Memberikan therapy sesuai program Kolaborasi dalam pemberian transfuse darah



Monitor ttv Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Memberikan



Ttd



3



- Menejemen stress - Perilaku menjaga berat badan menajdi dari ringan (4) menjadi tidak ada (5) - Adanya peningkatan berat menajdi dari ringan (4) menjadi tidak ada (5) - badan sesuai dengan tujuan dari ringan (4) menjadi tidak ada (5) - Mengontrol status kesehatan pribadi dari ringan (4) menjadi tidak ada (5) Gangguan pola Setelah di lakukan tindakan tidur b.d pola keperawatan selam 3x24 jam tidur tidak efiseien di harapkan masalah dapat teratasi dengan criteria hasil - jam tidur yang diobservasi ringan (4) menjadi tidak ada (5) - tidur rutin ringan (4) menjadi tidak ada (5)



-



-



makanan yang mengandung zat besi dan vic c Memberikan terapi sesuai program Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien monitor pola tidur pasien anjurkan pasien untuk memantau pola tidur jelaskan pentingnya tidur yang cukup sesuaikan jadwal pemberian obat untuk mendukung tidur



- kulitas tidur ringan (4) menjadi tidak ada (5) - mudah bangun pada saat yang tepat ringan (4) menjadi tidak ada (5)



4. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diangnosis keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor



11



“kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi intervensi. Evaluasi



memuat



keberhasilan



proses



dan



keberhasilan



tindakan



keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut, perlu dipahami bersama oleh perawat evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien (individu) terhadap progran kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC Johnson, M., et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Marlyn E. Doenges, 2016. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Patrick Davay, 2015, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer & Bare. 2015. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC



12



Wilkinson, Judith M. 2018. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.



13